BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, kepintaran, kemampuan berpikir seseorang atau kemampuan untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mendapat tempat terdepan dan terutama. Pendidikan merupakan faktor yang sangat esensial

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Manusia diberi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individu dan juga makhluk sosial. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat saat ini,

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan menjadi cerdas, terampil, dan memiliki sikap ketakwaan untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat dilakukan di lingkungan mana saja baik di sekolah maupun di luar

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KEDISIPLINAN DI SEKOLAH SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 KANDAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB II LANDASAN TEORITIK

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial dan makhluk budaya yang memiliki ciri-ciri yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN. menuntun pikiran dan perilaku seseorang. Dengan demikian, maka kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan kinerja karyawan menurun. Penurunan kinerja karyawan akan

BAB I PENDAHULUAN. melalui individu menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri dan juga dengan orang lain yang ada

BAB I PENDAHULUAN. makhluk-makhluk ciptaan Tuhan yang lain. Manusia sebagai individu dibekali akal

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan karena banyaknya siswa yang kurang disiplin di sekolah. Menurut

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. dapat meraih hasil belajar yang relatif tinggi (Goleman, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pola asuh orang tua merupakan perlakuan orang tua dalam mendidik anak- anak secara

BAB I PENDAHULUAN. aman belajar bagi dirinya sendiri, sekaligus bagi siswa lain yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan banyak orang dan mutlak dibutuhkan terutama bagi orang yang berusia

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya keberhasilan suatu organisasi sangat dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. membentuk manusia yang berkualitas, berkompeten, dan bertanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia peserta didik (siswa-siswi) dengan cara mendorong dan menfasilitasi

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai

BAB I PENDAHULUAN. maupun psikhis. Melalui pendidikan jasmani, siswa diperkenalkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. cenderung bereaksi dan bertindak dibawah reaksi yang berbeda-beda, dan tindakantindakan

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. menemukan pribadinya di dalam kedewasaan masing-masing individu secara maksimal,

BAB I PENDAHULUAN. pada meningkatnya hubungan antara anak dengan teman-temannya. Jalinan

BAB I PENDAHULUAN. yang kuat untuk memiliki banyak teman, namun kadang-kadang untuk membangun

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman, seseorang tidak hanya dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. mengubah emosi, sosial dan intelektual seseorang. Menurut Tudor (dalam Maurice

BAB I PENDAHULUAN. dengan keterampilan yang dimilikinya. Pendidikan yang berkualitas akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan pelajaran pokok tiap jenjang pendidikan

PENINGKATAN KEDISIPLINAN TATA TERTIB MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK BERMAIN PERAN. Anik Marijani

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. Pendidikan, sebagaimana yang tercantum dalam undang-undang sisdiknas No.

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN SISWA DALAM MENAATI TATA TERTIB SEKOLAH.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Syifa Zulfa Hanani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. tata tertib, peraturan dengan penuh rasa tanggung jawab dan disiplin. Di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar pada hakekatnya merupakan serangkaian

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang ada dalam diri peserta didik. Pendidikan dianggap sebagai. diatur oleh Undang-Undang Republik Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. karena remaja tidak terlepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku, pergaulan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan memang dunia yang tidak pernah bisa habis untuk. diperbincangkan. Karena selama manusia itu ada,

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat biasanya mengartikan anak berbakat sebagai anak yang

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dengan segala potensi yang ada. Oleh karena itu hendaknya dikelola baik

BAB I PENDAHULUAN. dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh kemampuan mahasiswa itu sendiri, karena pada kenyataannya di antara

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi yang memadai. Karyawan dapat menghasilkan kontribusi yang baik

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang harus dilewati bagi setiap orang di Indonesia untuk dapat

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP KEDISIPLINAN KERAPIHAN BERSERAGAM PADA SISWA KELAS XII IPS 1 SMA NEGERI 1 COLOMADU TAHUN PELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada tataran perencanaan organisasi umumnya mendasarkan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. SMA Negeri 6 Jakarta merupakan salah satu SMA favorit dibilangan Jakarta Selatan.

BAB I PENDAHULUAN. malu, benci, dan ketakberdayaan pada realitas hidup. Stres bisa menyerang siapa

BAB I PENDAHULUAN. pancasila yang bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan YME,

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, kecakapan dan pengetahuan baru. Proses belajar tersebut tercermin

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini membahas masalah yang berhubungan dengan penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia,1998), seringkali menjadi tema dari banyak artikel, seminar, dan

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya. Pada dasarnya kinerja merupakan sesuatu hal yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN KEYAKINAN DIRI (SELF-EFFICACY) DENGAN KREATIVITAS PADA SISWA AKSELERASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. tergolong cukup (48.51%). Komitmen afektif masih tergolong cukup dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang selalu menginginkan dan mendambakan kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. peluang baru bagi proses pembangunan daerah di Indonesia. Di dalam melakukan

BAB I PENDAHULUAN. matematika mempunyai peranan yang sangat esensial untuk ilmu lain, utamanya sains

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa pemerintah sedang giat-giatnya

A. LATAR BELAKANG MASALAH

UPAYA MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN DENGAN TEKNIK MODELLING PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 8 TEBING TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan hal yang penting bagi seorang manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan alam sekitar beserta permasalahan di dalamnya. Mempelajari IPA

DESKRIPSI PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIPA. Purwati 19, Nurhasanah 20

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dimana usianya berkisar antara tahun. Pada masa ini individu mengalami

BAB III METODE PENELITIAN

Diajukan Oleh : DAMAR CAHYO JATI J

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. perlu dilengkapi kemampuan dalam hal pengetahuan maupun keterampilan.

PENGARUH KEDISIPLINAN BELAJAR DAN BERFIKIR KRITIS SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 2 COLOMADU TAHUN AJARAN 2009/ 2010

BAB I PENDAHULUAN. pertengahan tahun (Monks, dkk., dalam Desmita, 2008 : 190) kerap

BAB I PENDAHULUAN. baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi belajarnya. Namun dalam

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. tidak pernah dikenalkan pada aturan maka akan berperilaku tidak disiplin

BAB I PENDAHULUAN. bidang humanistic skill dan professional skill. Sehingga nantinya dapat

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. intelektualnya (IQ), namun juga ditentukan oleh bagaimana seseorang dapat

MERUMUSKAN ANGGAPAN DASAR, MERUMUSKAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORETIK. daya tarik baginya. Menurut Slameto (Djamarah, 2008) minat adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada tantangan baru dan berkembang cepat, karenanya perlu kesiapan

V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Dari hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang dilakukan, maka kesimpulan


Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat umum mengenal intelligence sebagai istilah yang menggambarkan kecerdasan, kepintaran, kemampuan berpikir seseorang atau kemampuan untuk memecahkan problem yang dihadapi. Gambaran individu yang memiliki inteligensi tinggi, biasanya merupakan cerminan individu yang pintar dan pandai dalam studinya. Pada umumnya orang berpendapat bahwa anak yang pintar atau dikatakan memiliki IQ tinggi pasti akan sukses dalam menjalani kehidupannya, terutama dalam kehidupan akademiknya. Anggapan tersebut dipatahkan oleh Daniel Goleman yang telah mempopulerkan kecerdasan emosional. Menurutnya peranan IQ menempati posisi kedua sesudah kecerdasan emosional dalam peralihan puncak prestasi di dunia kerja. Kecerdasan emosional merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan potensi seseorang untuk mempelajari keterampilan, yaitu keterampilan praktis yang didasarkan pada lima unsur kecerdasan emosional, yang terdiri atas mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain dan membina hubungan dengan orang lain. Oleh karena itu, emosi sangat penting bagi rasionalitas. Siswa yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi merupakan siswa yang terampil dalam kecerdasan sosial, yang dapat menjalin hubungan dengan orang lain dengan baik, mengerti perasaan orang lain, mampu memimpin dan mengorganisir serta menangani perselisihan yang muncul dalam setiap kegiatan manusia. Siswa seperti inilah yang disukai oleh orang di sekitarnya karena secara emosional ia mampu membuat orang lain merasa nyaman. Siswa yang cerdas secara emosional bukan hanya memiliki emosi atau perasaan,

tetapi juga mampu memahami apa makna dari rasa tersebut dan memiliki rasa empati terhadap orang lain. Di dalam dunia pendidikan, kita menyadari bahwa untuk meraih prestasi di sekolah maupun di luar sekolah, ada beberapa faktor yang harus dimiliki oleh siswa. Selain anak didik harus unggul dalam kecerdasan akademik dan kecerdasan emosionalnya, anak didik juga harus mempunyai perilaku disiplin yang kuat. Hal itu dikarenakan disiplin merupakan suatu aturan pendidikan yang menunjuk pada sejenis keterlibatan aturan dalam mencapai standar yang tepat atau mengikuti peraturan yang tepat dalam berperilaku atau melakukan aktivitas. Kedisiplinan merupakan ketaatan dan kepatuhan seseorang terhadap tata tertib, kaidah-kaidah serta aturan-aturan yang berlaku. Disiplin merupakan hal yang sangat penting dalam berbagai aktivitas manusia karena sebagai salah satu alat untuk mencapai tujuan. Kedisiplinan yang ditetapkan di sekolah bertujuan untuk membina, mendorong, dan melatih anak didik agar dapat mengendalikan dan mengarahkan tingkah laku dirinya dalam lingkungan sekolah maupun di lingkungan luar sekolah, sehingga timbul rasa tanggung jawab dan kematangan diri, yang menjadikan proses belajar siswa berjalan dengan lancar. Kedisiplinan merupakan salah satu sikap dan perilaku yang harus dimiliki oleh setiap individu (siswa) demi kelancaran dalam menjalankan berbagai aktivitas kehidupan. Kecerdasan emosional memiliki relevansi yang positif dengan perilaku disiplin. Hal ini karena kecerdasan emosional membantu seseorang dalam mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain dan membina hubungan dengan orang lain, untuk berperilaku tepat dalam menjalani kehidupan. Disiplin dalam berperilaku, seperti menaati peraturan dan tata tertib sekolah, merupakan salah satu

cara dalam mencapai tujuan pendidikan di sekolah. Penyelenggaraan pendidikan di sekolah memiliki peraturan-peraturan yang tentunya mengandung tujuan yang ingin dicapai. Tujuan tersebut bisa tercapai dengan maksimal apabila semua komponen sekolah menaati peraturan yang berlaku di sekolah itu. Dari uraian di atas dapat ditarik simpulan bahwa kecerdasan emosional yang memiliki lima dasar kemampuan yaitu mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan dengan orang lain ada hubungannya terhadap perilaku disiplin belajar di sekolah. Sehubungan dengan simpulan tersebut, maka ketika peneliti melakukan PPL di SMP Negeri 2 Kupang, peneliti memperoleh data bahwa pada umumnya di SMP Negeri 2 Kupang khususnya di kelas VIII i kurang disiplin masuk dan keluar sekolah, kurang disiplin mengikuti pelajaran tanpa bolos dan kurang disiplin mengerjakan tugas tepat waktu. Berpijak dari uraian latar belakang di atas maka, peneliti merasa tertarik untuk mengadakan penelitian tentang hubungan antara kecerdasan emosional dan perilaku disiplin belajar di sekolah (Studi Deskriptif Kuantitatif Pada Siswa Kelas VIII i SMP Negeri 2 Kupang Tahun Pelajaran 2015/2016). B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah: Apakah ada hubungan antara kecerdasan emosional dan perilaku disiplin belajar di sekolah pada siswa kelas VIII i SMP Negeri 2 Kupang Tahun Pelajaran 2015/2016? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosional dan perilaku disiplin belajar di sekolah pada Siswa Kelas VIII i SMP Negeri 2 Kupang Tahun Pelajaran 2015/2016. 2. Manfaat penelitian Manfaat penelitian merupakan dampak dari tercapainya tujuan dan terjawabnya rumusan masalah secara akurat. Dalam penelitian ini dikemukakan manfaat penelitian bagi pihak-pihak terkait sebagai berikut:

a. Kepala Sekolah Hasil penelitian ini berguna bagi kepala sekolah untuk lebih mengkoordinir personil sekolah agar lebih memperhatikan siswa- siswi terutama kecerdasan emosional sehingga dapat merubah perilaku disiplin belajar. b. Guru BK Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan bagi guru BK dalam menentukan upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk lebih membina dan mengembangkan latihan kecerdasan emosional. c. Bagi Siswa Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan yang positif bagi siswasiswi agar lebih pandai mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain dan membina hubungan dengan orang lain sehingga dapat merubah sikap kurang disiplin belajar di kelas menjadi lebih disiplin belajar. D. Anggapan Dasar dan Hipotesis Penelitian 1. Anggapan Dasar Menurut Arikunto (2010:65), Anggapan dasar merupakan sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyelidik, dimana setiap penyelidik dapat merumuskan postulat yang berbeda. Lebih lanjut Arikunto (2010:65), menjelaskan bahwa perlunya anggapan dasar dalam penelitian adalah : a. Agar ada dasar berpijak yang kokoh bagi masalah yang akan diteliti. b. Untuk mempertegas variabel yang menjadi pusat perhatian penelitian. c. Guna menentukan dan merumuskan hipotesis.

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat dikatakan bahwa anggapan dasar merupakan titik tolak atau pedoman kerja yang kokoh untuk mempertegas variabel guna menentukan dan merumuskan hipotesis dalam penelitian. Mengacu pada pernyataan tersebut maka anggapan dasar dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1) Kedisiplinan belajar siswa di sekolah, bervariasi karena dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah kecerdasan emosional. 2) Semakin tinggi kecerdasan emosional yang dimiliki oleh siswa, maka semakin tinggi pula kedisiplinan belajar siswa. Sebaliknya semakin rendah kecerdasan emosional yang dimiliki siswa, maka semakin rendah pula kedisiplinan belajar siswa. 2. Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian adalah suatu jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya harus diuji melalui penelitian. Sebagaimana dikatakan oleh Arikunto (2010:15), Hipotesis merupakan pernyataan yang diterima secara sementara sebagai suatu kebenaran sebagaimana adanya, pada saat fenomena dikenal dan merupakan dasar kerja dan panduan dalam verifikasi. Arikunto (2010:70), merumuskan bahwa berdasarkan isi dan rumusannya yang bermacam-macam, hipotesis dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu : a. Hipotesis Nol (Ho)

Hipotesis nol (Ho) sering juga disebut hipotesis statistik yang diuji dengan perhitungan statistik. Hipotesis nol (Ho) menyatakan tidak ada hubungan antar variabel X dan Y. b. Hipotesis Kerja (Ha) Hipotesis kerja (Ha) menyatakan ada hubungan antara variabel X dan Y. Berdasarkan pendapat Arikunto ini maka : a. Hipotesis nol dalam penelitian ini adalah: Tidak ada hubungan antara kecerdasan emosional dan perilaku disiplin belajar di sekolah pada siswa kelas VIII i SMP Negeri 2 Kupang Tahun Pelajaran 2015/2016). b. Hipotesis kerja (Ha) adalah: ada hubungan antara kecerdasan emosional dan perilaku disiplin belajar di sekolah pada siswa kelas VIII i SMP Negeri 2 Kupang Tahun Pelajaran 2015/2016). E. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian mengacu pada hal-hal khusus yang perlu diperhatikan oleh seorang peneliti. Hal ini dimaksud agar hal-hal yang diteliti terarah pada fokus penelitian. Pernyataan ini sejalan dengan pendapat Koentjaraningrat (1985: 17), yang mengatakan bahwa kalau masalah sudah terpilih selanjutnya perlu ditetapkan ruang lingkup penelitiannya. Hal ini sangat penting supaya peneliti tidak bimbang dalam menghadapi berbagai hal yang berhubungan dengan apa yang hendak diteliti. Berdasarkan pendapat tersebut, pembatasan ruang lingkup penelitian diperlukan untuk memudahkan peneliti dalam mengumpulkan data yang diperlukan. Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Variabel Penelitian

Adapun Variabel penelitian ini terdiri atas: a. Variabel bebas (X) : Kecerdasan Emosional b. Variabel terikat (Y) : Perilaku Disiplin Belajar 2. Populasi dan Sampel a. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII i SMP Negeri 2 Kupang yang berjumlah 30 siswa. b. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII i SMP Negeri 2 Kupang yang berjumlah 30 siswa. 3. Lokasi penelitian : SMP Negeri 2, Jln. Tom Pello No. 33 Kupang. 4. Waktu penelitian : Penelitian ini berlangsung dari bulan Nopember 2015 sampai Mei 2016 (7 Bulan). F. Penegasan Konsep Menurut Efendi (1989:32) Penegasan konsep merupakan abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik, kejadian, kelompok atau individu tertentu. Penegasan konsep yang dijelaskan merupakan titik tolak dalam merumuskan teori mengenai penelitian ini. Untuk menghindari agar tidak terjadi kesalahan mengenai judul ini, peneliti menegaskan konsep-konsep penelitian yaitu : a. Kecerdasan Emosional Goleman (2009:57) menyatakan, Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati), dan kemampuan untuk membina hubungan (kerja sama) dengan orang lain. Menurut Mayer dan Salovey (2006:15),

Kecerdasan emosional sebagai suatu kecerdasan sosial yang berkaitan dengan kemampuan individu dalam memantau baik emosi dirinya maupun emosi orang lain, dan juga kemampuannya dalam membedakan emosi dirinya dengan emosi orang lain, dimana kemampuan ini digunakan untuk mengarahkan pola pikir dan perilakunya. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan individu dalam memantau baik emosi dirinya maupun emosi orang lain, dimana kemampuan ini digunakan untuk mengarahkan pola pikir dan perilakunya. Terkait penelitian ini, maka yang dimaksud dengan kecerdasan emosional adalah kemampuan siswa-siswi di kelas VIII i SMP Negeri 2 Kupang dalam mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain dan membina hubungan dengan orang lain. b. Perilaku Disiplin Belajar Menurut Agus (2004 : 17), Perilaku disiplin belajar adalah suatu sikap mental untuk mematuhi aturan, tata tertib, dan sekaligus mengendalikan diri, menyesuaikan diri terhadap aturan-aturan yang berasal dari luar sekalipun yang mengekang dan menunjukkan kesadaran akan tanggung jawab terhadap tugas dan kewajiban. Menurut Degunarso (1986:12), Perilaku disiplin belajar adalah proses seseorang melalui tahapan latihan atau belajar. Disiplin belajar awalnya memang berat namun apabila sudah berhasil mempelajari atau berlatih, kita akan dapat mengikuti dengan sendirinya tanpa merasa tertekan. Berdasarkan pendapat yang dikemukakan tersebut maka, peneliti menyimpulkan bahwa perilaku disiplin belajar adalah suatu sikap, mental untuk mematuhi peraturan, tata tertib, dan sekaligus mengendalikan diri, menyesuaikan diri

terhadap aturan-aturan yang berasal dari luar sekalipun yang mengekang dan menunjukkan kesadaran akan tanggung jawab terhadap tugas dan kewajiban. Terkait penelitian ini, maka yang dimaksud dengan perilaku disiplin belajar di sekolah adalah tindakan siswa kelas VIII i SMP Negeri 2 Kupang dalam memenuhi aturan yang berlaku di sekolah seperti masuk keluar sekolah tepat waktu, mengikuti pelajaran tanpa bolos, mengerjakan tugas tepat waktu.