1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perdagangan eceran atau sekarang kerap disebut perdagangan ritel atau bisnis ritel adalah kegiatan menjual barang atau jasa kepada perorangan untuk keperluan diri sendiri, keluarga, atau rumah tangga. Kegiatan ini mencakup penjualan barang atau jasa kepada pengguna yang bervariasi mulai dari mobil, pakaian, kebutuhan sehari-hari, makanan, hingga tiket bioskop. Mereka menjual barang/jasa langsung kepada konsumen. Istilah konsumen atau pembeli atau customer dipakai secara bergantian yang merujuk pada arti yang sama yaitu seorang yang membeli barang dan jasa untuk keperluan diri sendiri, ataupun keluarga dan lingkungan sekitar. Menurut Kotler (2000) usaha eceran meliputi semua kegiatan yang terlibat dalam penjualan barang atau jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan bukan bisnis Pengecer. Organisasi ritel sangat beragam dari yang nyata hingga di dunia maya (virtual). Ada beberapa jenis organisasi ritel (kotler,2000) yaitu: swalayan; toko khusus, toko serba ada, pasar swalayan, toko kenyamanan (convinience) dan pengecer potongan harga, swapilih, pelayanan terbatas, pelayanan penuh. Industri ritel saat ini berusaha menemukan strategi pemasaran baru guna menarik dan mempertahankan pelangggan dengan menawarkan lokasi yang dekat, jenis produk yang unik, dan pelayanan yang baik. Seperti halnya semua pemasar, ritel harus menyiapkan rencana pemasaran yang meliputi keputusan mengenai pasar sasaran, ragam dan pengolahan produk, pelayanan produk dan suasana toko. Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, pertumbuhan industri ritel sangat pesat di Indonesia dan penuh dengan persaingan yang ketat. Hal ini sesuai dengan kecenderungan perekonomian global dimana industri ritel semakin diperhitungkan.
2 Menurut Berman dan Evan (2001) dalam jurnal Usahawan no.7 tahun 2004, p.29 ada beberapa hal yang membuat industri ritel penting untuk dipelajari, yaitu pertama, implikasi retailing dalam perekonomian global. Penjualan retailing dan daya serap tenaga kerjanya menjadi kunci dalam perekonomian global. Kedua, fungsi ritel dalam rantai distribusi. Ritel berfungsi menjadi penghubung antara final customer dengan manufacturer dan wholesaler. Ketiga, hubungan retailer dengan supplier yang mempunyai cara pandang yang berbeda. Misalnya: kontrol rantai distribusi, alokasi, profit, jumlah ritel pesaing, lokasi, display, dan masalah promosi. Tren yang berkembang di dunia ritel saat ini menunjukkan pertumbuhan pasar modern gejala ini mendunia di seluruh kawasan manapun termasuk asia dan demikianpun Indonesia. Akibatnya pasar tradisional bisa ikut tergusur (www.tempointeraktif.com). Dalam pemaparannya, Tadjaluddin,S.E(2004) memaparkan bahwa pasar ritel di Indonesia berkembang pesat. Sebaliknya pasar tradisional semakin menurun. Hal itu tidak lepas dari perilaku konsumen yang lebih suka berbelanja di pasar modern. Apalagi ritel modern banyak memilki kelebihan Selain terletak di lokasi strategis, ritel modern kerap didukung fasilitas memadai, menyediakan beragam jenis barang, dan mempunyai harga jual pasti. "Bahkan, ada harga-harga jual ritel modern yang lebih murah untuk sebagian besar jumlah produk," ujar Tadjuddin (www.kompas.com). Hal di atas tersebut di yakini oleh lembaga survei AC Nielsen yang merujuk pada hasil survei tentang laju pertumbuhan pasar atas jumlah pasar yang ada di Indonesia dapat dilihat dari tabel di bawah ini:
3 Tabel 1.1 Laju Pertumbuan Pasar Di Indonesia (2007) JENIS PASAR JUMLAH PASAR (%) LAJU / THN (%) Tradisional 73% 5% Modern 27% 10% Sumber : AC Nielsen, 2004 Tabel 1.2 Laju Pertumbuhan Pasar Modern Menurut organiknya (2007) JENIS PASAR JUMLAH PASAR (%) LAJU / THN (%) MINI MARKET 5% 15% SUPERMARKET 17% 7% HYPERMARKET 5% 25% Sumber : AC Nielsen, 2004 Dari data tabel 1.1 dan 1.2 maka di dapat kesimpulan bahwa dengan besar pasar seperti di atas dan tingkat pertumbuhan pasar yang berbeda jauh tersebut, maka lambat laun pasar tradisional akan tergusur. Ekspansi ritel modern selama 2008 yang sangat pesat juga telah mendorong pertumbuhan penjualan sektor tersebut selama kuartal I 2009 sebesar 12,7 persen. Sepanjang 2008, ekspansi peritel modern mencapai 27,5 persen dengan total 6.745 gerai di seluruh Indonesia. Ini terdiri 152 unit hypermarket, 157 unit supermarket, 6.201 unit mini market, dan 235 unit apotek modern. Sementara itu, pertumbuhan penjualan di ritel tradisional hanya tumbuh 5,5 persen di kuartal I 2009. Sementara jumlah pasar tradisional, tetap yaitu sekitar 8.500 unit, di mana 80 persennya memerlukan renovasi. Meski demikian, pasar tradisional tetap akan menjadi
4 pilihan masyarakat, karena pola belanja konsumen di Indonesia, setiap hari masih berbelanja di pasar tradisional. Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Benjamin J Mailool mengatakan, prospek ritel modern masih menjanjikan pertumbuhan dan tahun 2009 ini diperkirakan bisa mencapai sekitar 5-10 persen. Pertumbuhan ini sudah cukup tinggi, meski tergolong melambat dibanding 2008 lalu. "Prospek ritel di Indonesia masih sangat baik dan masih menjanjikan pertumbuhan investasi maupun omzet," katanya. (www.kompas.com) Dari uraian di atas, penulis berpendapat bahwa bidang usaha ritel merupakan usaha yang cukup menarik dan terus menunjukkan tren yang postif dalam perkembangannya dewasa ini. Hal ini dapat dilihat berdasarkan dari berbagai sumber lembaga survei yang ada selama ini. Oleh karena itulah penulis berani untuk mencoba usaha ritel menjadi suatu penelitian dan lebih spesifik lagi yaitu usaha ritel swalayan di bidang supermarket. Sebab pada umumnya di segmen supermarket ini memiliki karakteristik dan keunikan tersendiri sebab hanya di bidang supermarket lah yang mempunyai pangsa pasar menengah hingga yang dikhususkan untuk kalangan atas/ premium seperti Kem Chicks yang notabene memiliki segmenting dan positioning di kalangan atas serta umumnya kalangan ekspatriat dan berlokasi di kawasan SCBD (Sudirman Central Business District). Kem Chicks adalah supermarket yang berdiri sejak tahun 1969 berawal hanya memiliki satu gerai di kemang Jakarta seluas lebih dari 1.000 m2 dan sekarang dengan bekerjasama pada PT. TOZY SENTOSA Kem Chikcs hadir di Mall Pacific Place Jakarta dengan tema Lifestyle Market dan tetap mengusung segmentasi premium. Pemiliknya adalah Bambang Mustari Sadino atau akrab dengan panggilan Om Bob Sadino. Saat ini nama Bob Sadino tidak bisa lepas dari image tokoh entrepreneurship sukses Indonesia sejajar dengan Ir. Ciputra.
5 Adapun yang ingin diteliti lebih dalam adalah Analisis Pengaruh Permintaan Non Fungsional Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen. (studi kasus : Kem Chicks Pacfic Place). 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan paparan yang telah dijelaskan pada bagian latar belakang, maka permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini antara lain: 1. Bagaimana pengaruh culture effect (budaya) terhadap Keputusan pembelian Konsumen member (Preference) dan non-member (Perceived) di Kem Chicks Pacific Place? 2. Bagaimana pengaruh wagon effect (ikut-ikutan) terhadap keputusan pembelian Konsumen member (Preference) dan non-member (Perceived) di Kem Chicks Pacific Place? 3. Bagaimana pengaruh snob effect (Gengsi) terhadap Keputusan pembelian konsumen member (Preference) dan non-member (Perceived) di Kem Chicks Pacific Place? 4. Bagaimana pengaruh veblen effect (Pamer) terhadap Keputusan pembelian konsumen member (Preference) dan non-member (Perceived) di Kem Chicks Pacific Place? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh culture effect (Budaya) terhadap Keputusan pembelian Konsumen member (Preference) dan non-member (Perceived) di Kem Chicks Pacific Place. 2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh wagon effect (ikut-ikutan) terhadap keputusan pembelian Konsumen member (Preference) dan non-member (Perceived) di Kem Chicks Pacific Place.
6 3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh snob effect (Gengsi) terhadap Keputusan pembelian konsumen member (Preference) dan non-member (Perceived) di Kem Chicsks Pacific Place. 4. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh veblen effect (Pamer) terhadap Keputusan pembelian konsumen member (Preference) dan non-member (Perceived) di Kem Chicks Pacific Place. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini dapat dibedakan menjadi : 1. Bagi kepentingan Perusahaan Diharapkan semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi perusahaan dalam mengambil keputusan di kesempatan mendatang, terlebih hal yang menyangkut dengan memperhatikan faktor non-fungsional konsumen member (preference) dan non member (perceived). 2. Bagi kepentingan ilmu pengetahuan Diharapakan semoga penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan masukkan untuk pengembangan penelitian lebih lanjut. 3. Bagi kepentingan diri sendiri Diharapakan semoga penelitian ini menjadi tugas akhir yang baik sebagai salah satu prasyarat untuk lulus dari Binus University program sarjana S1 Ekonomi Manajemen. Diharapakan semoga penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan masukkan baik dalam dunia studi ataupun dunia kerja nanti.