BAB I PENDAHULUAN. I 2015 menjadi 4,67% pada kuartal II Hal ini disebabkan oleh

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan usaha dalam bidang ritel dalam perkembangannya sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih cerdas dalam memilih suatu produk, terutama untuk produk fashion seperti

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perdagangan eceran atau sekarang kerap disebut perdagangan ritel, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. dari aktifitas keseharian, interst, kebutuhan hidup, dan lain sebagainya, yang

BAB 1 PENDAHULUAN. ritel tertinggi yang pernah dicapai Indonesia dalam indeks sejak 2001.

BAB I PENDAHULUAN. baik daripada pesaingnya. Hal ini dilakukan dalam upaya untuk memberikan kepuasan

BAB I PENDAHULUAN. lebih cenderung berbelanja ditempat ritel modern. Semua ini tidak lepas dari pengaruh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Asosiasi Perusahaan Retail Indonesia (APRINDO), mengungkapkan bahwa pertumbuhan bisnis retail di indonesia

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan. Industri ritel dibagi menjadi 2 yaitu ritel tradisional dan ritel

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan dari profit orientied kepada satisfied oriented agar mampu

BAB I PENDAHULUAN. Pasar ritel di Indonesia merupakan pasar yang memiliki potensi besar

BAB I PENDAHULUAN. Ini adalah tingkat pertumbuhan ritel tertinggi yang pernah dicapai Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bisnis ritel, juga disebabkan oleh semakin banyaknya bisnis ritel luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. bisnisnya termasuk komunikasi pemasaran. Pemasaran yang modern tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang menginginkan lokasi belanja yang lebih bersih tertata dan rapi. Utami

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Bisnis ritel modern di Indonesia tetap menunjukkan pertumbuhan di

BAB I PENDAHULUAN. hal tersebut membuka peluang bagi produsen yang bergerak di bidang fashion

BAB I PENDAHULUAN. Selama beberapa dekade terakhir, jelas terlihat bahwa dunia telah beralih

BAB I PENDAHULUAN. dari waktu ke waktu semakin meningkat. Banyak perusahaan yang berusaha

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usaha atau bisnis ritel di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut survei perusahaan global AT Kearney, Indonesia menduduki peringkat ke-12 dunia dalam Indeks

BAB I PENDAHULUAN. jumlah ritel di Indonesia tahun sebesar 16% dari toko menjadi

BAB I PENDAHULUAN. mereka memanfaatkan peluang-peluang bisnis yang ada dan berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang cukup positif. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pelanggan. Salah satu bisnis yang berkembang di perkotaan adalah retail. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat sekarang ini sudah menjadikan belanja atau shopping bukan hanya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini persaingan bisnis antar industri ritel sangat ketat, baik di pasar

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menerima produk/jasa yang dihasilkan oleh bisnis tersebut. Oleh karenanya

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat diikuti dengan. berkembangnya kebutuhan masyarakat menyebabkan perubahan gaya hidup pada

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. alat pemasaran yang disebut dengan bauran pemasaran(marketing mix). Marketing

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk mengetahui image dari suatu produk dipasar, termasuk preferensi

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan konsumen yang semakin beragam. Seiring dengan semakin

I. PENDAHULUAN. negara- negara ASEAN yang lain. Hal ini disebabkan pemerintah Indonesia telah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang ingin berhasil dalam persaingan pada era milenium harus

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin berbelanja dengan mudah dan nyaman. Meningkatnya retail modern

ANALISIS KEPUTUSAN PEMBELIAN DITINJAU DARI FAKTOR PSIKOGRAFIS KONSUMEN MATAHARI DEPARTMENT STORE SOLO SQUARE SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berlomba untuk merebut dan mempertahankan pangsa pasarnya. Berbagai jenis

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Bisnis ritel sekarang berkembang cukup pesat. Bisa dilihat dengan banyak munculnya bisnis ritel di

BAB I PENDAHULUAN. menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk minimarket, supermarket,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di era yang modern, pertumbuhan ekonomi terus berkembang seiring

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin banyaknya bisnis ritel tradisional yang mulai membenahi diri menjadi bisnis ritel

BAB I PENDAHULUAN. sektor yang memiliki prospektif peluang besar dimasa sekarang maupun

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari bertumbuhnya bisnis-bisnis ritel modern yang bergerak dipusat-pusat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suci Rahayu, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya yang semakin maju menyebabkan timbulnya berbagai macam peluang bisnis

BAB I PENDAHULUAN. inovasi desainer muda yang semakin potensial, tingkat perekonomian yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1 Sumber : AC Nielsen, Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia, Media Data

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Faktor-faktor pendorong..., Emir Zakiar, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat seiring

BAB I PENDAHULUAN. persaingan bisnisnya menunjukan perkembangan yang cukup pesat, namun tidak

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa contoh bentuk pusat perbelanjaan modern seperti minimarket,

BAB I PENDAHULUAN. tiap tahun naik sekitar 14%-15%, dalam rentang waktu tahun 2004 sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis retail Indonesia saat ini berada di peringkat 12 dunia dalam Indeks

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tercatat menempati peringkat ketiga pasar retail terbaik di Asia. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. bahkan hypermarket, yang menjadi lahan subur pemilik modal asing berebut

BAB I PENDAHULUAN. minimarket Indomaret, Alfamart, dan toko-toko tidak berjejaring lainnya.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang ingin tetap Survive dan Growth harus dapat menciptakan dan

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin

BAB 1 PENDAHULUAN. Berikut adalah perkembangan mall yang ada di Surabaya berdasarkan kanalsatu.com: Tabel 1.1 Perkembangan Mall di Surabaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Adanyaera globalisasi yang semakin pesat dan perkembangan gaya hidup

BAB I PENDAHULUAN. Carrefour, Hero, Superindo, Hypermart, dan lainnya. Dengan adanya berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. konsumtif dalam memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan (need) adalah suatu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di tengah persaingan bisnis saat ini, para pelaku bisnis harus selalu

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dari berbagai negara termasuk industri yang bergerak di bidang jasa.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHUALUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH GENDER DAN PENDIDIKAN TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN MENGENAI PELAYANAN HYPERMART SOLO GRAND MALL SKRIPSI. Disusun oleh: HAIKAL HABIB HUSAIN

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian kegiatan pemasaran harus direncanakan terlebih dahulu sebelum

I PENDAHULUAN. Indonesia masih memperlihatkan kinerja ekonomi makro nasional yang relatif

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin bervariasi. Adanya tuntutan konsumen terhadap pengusaha

BAB I PENDAHULUAN. para peritel asing. Salah satu faktornya karena penduduk Indonesia adalah negara

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan keberadaan industri dagang khususnya pada sektor ritel

BAB I PENDAHULUAN. berlomba untuk menghasilkan produk atau jasa yang dapat memenuhi kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. jenis seperti kios, pasar modern/tradisional, department store, butik dan lain-lainnya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu kebutuhan hidup yang paling penting, karena

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti pertumbuhan jumlah penduduk. Kelangsungan usaha eceran sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian dan perkembangan zaman khususnya

BAB I PENDAHULUAN. sangat berpengaruh terhadap permintaan kebutuhan akan makanan. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, baik di dalam industri jasa maupun perdagangan dituntut untuk

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Tahun ini pertumbuhan ekonomi di Indonesia mengalami perlambatan dibandingperiode yang sama di tahun lalu, yaitu melemah dari 5,12% pada kuartal I 2015 menjadi 4,67% pada kuartal II 2015. Hal ini disebabkan oleh ketidakstabilan kondisi ekonomi dunia, meningginya nilai tukar rupiah, dan lain sebagainya. Akan tetapi, menurut kepala BPS, Suryamin menyatakan kondisi di Indonesia dinilai lebih baik dibanding negara-negara lainnya. Pertumbuhan ekonomi mitra dagang Indonesia juga masih cenderung stagnan dan bahkan melemah. Contohnya seperti pertumbuhan Amerika Serikat yang melemah dari 2,9% pada kuartal I 2015 menjadi 2,3% pada kuartal II. Sedangkan China stagnan pada kondisi pertumbuhan 7%, Singapura melemah dari 2,1% pada kuartal I 2015 menjadi 1,7% pada kuartal II 2015. Dengan kondisi ekonomi Indonesia yang melemah,pertumbuhan ritel di Indonesia juga menunjukkan posisi yang tidak terlalu baik. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi dunia yang masih melambat sehingga ikut berdampak pada kondisi industri sektor riil di Indonesia. Keadaan ini diperkuat dengan masih melemahnya rupiah dan menguatnya nilai dolar serta kondisi kebijakan keuangan China yang bisa menghambat perdagangan Indonesia. Karena China merupakan salah satu mitra dagang Indonesia. 1

2 Meskipun pendapatan pada industri ritel di Indonesia menurun, tetapi tetap menunjukan kondisi yang tidak terlalu buruk. Hal ini di tandai dengan keberadaan Indonesia di peringkat 12 dunia dalam indeks Pembangunan Ritel Global 2015 yang dirilis AT Kearney. Pasar ritel di Indonesia terus berkembang, dan itu memerlukan perbaikan infrastruktur dan peraturan yang lebih menguntungkan untuk membantu sektor ini tumbuh lebih lanjut. Era globalisasi membuat persaingan bisnis menjadi begitu ketat. Globalisasi juga mengubah kebiasaan hidup masyarakat yang tradisional menjadi masyarakat modern. Gaya hidup masyarakat modern biasanya lebih menyukai hal yang cepat, mudah dan nyaman. Dengan melihat keadaan tersebut, ritel merupakan tempat yang pas untuk dikunjungi. Karena ritel memberikan kemudahan dalam berbelanja. Ritel merupakan mata rantai yang penting dalam proses distribusi barang dan merupakan mata rantai terakhir dalam suatu proses distribusi. Melalui ritel, suatu produk dapat langsung bertemu dengan penggunanya. Masyarakat Indonesia yang cenderung memiliki sifat konsumtif, membuat para pedagang eceran (riteler) menjadikannya sebagai peluang usaha. Masyakarat kota kini dimanjakan dengan kehadiran berbagai pusat perbelanjaan. Dan terkadang lokasinya berada di satu kawasan. Sehingga hal ini mempermudah masyarakat atau konsumen memilih tempat mana yang ingin dia kunjungi. Ritel memiliki berbagai macam kategori. Salah satu kategori ritel adalah department store. Department store merupakan alternatif tempat berbelanja dimana kita dapat memilih dan membeli produk yang kita inginkan di satu tempat

3 dengan merek yang beragam. Department store memudahkan kita sebagai konsumen dalam berbelanja. Department store menyediakan berbagai macam produk seperti pakaian, kosmetik, peralatan rumah tangga, dan lain sebagainya. Industri ritel department store mulai ada sekitar tahun 1962 di Jakarta dengan Sarinah sebagai pelopornya.(http://www.datacon.co.id/ritel-2011store.html)kini dengan semakin banyaknya mall yang dibangun di Indonesia, bisnis ritel department store pun bertambah banyak. Ada berbgai macam department store di Indonesia misalnya Matahari Department Store, Ramayana, Sogo, Metro, Centro, dan lain sebagainya. Semakin banyaknya industri ritel department store, maka semakin kuat persaingan diantara para peritel tersebut. Salah satu department store yang maju saat ini adalah Matahari Department Store. Matahari membuka gerainya pertama kali pada 24 Oktober 1958 yang merupakan toko pakaian anak-anak di daerah Pasar Baru, Jakarta. Matahari mulai melebarkan sayapnya pada tahun 1972 dengan membuka department store modern pertama di Indonesia dan selanjutnya mewujudkan keberadaannya di seluruh tanah air. Kini matahari memiliki 131 toko yang tersebar di 62 kota di Indonesia. (http://www.matahari.co.id/about) Matahari menawarkan berbagai macam produk seperti pakaian, kosmetik, peralatan rumah tangga dan lain sebagainya. Dengan konsep pasar modern, matahari memberikan harga terjangkau untuk masyarakat kelas menengah. Ditengah kondisi ekonomi dan industri ritel yang mengalami penurunan, Matahari Department Store menunjukan posisi yang berbeda. Matahari

4 Department Store mengalami peningkatan penjualan pada periode 2014 hingga 2015. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.1. Data penjualan dan laba Matahari Department Store 2014-2015 Kinerja 2014 (dalam miliar rp) 2014 2013 Pertumbuhan Penjualan kotor 14.421 12.735 13.2 % Laba bersih 1.419 1.150 23.4 % Kinerja Q1 2015 (dalam miliar rp) Q1 2015 Q1 2014 Pertumbuhan Penjualan kotor 2.881 2.677 7.6 % Laba bersih 123 185 50.3 % Sumber :http://www.idx.co.id Disamping penjualan yang mengalami peningkatan, Matahari Department Store juga menduduki posisi pertama di dalam Service Quality Award seperti yang ditampilkan pada tabel di bawah ini. Tabel 1.2. Hasil perolehan service quality award SQI Kategori Department Store Tahun Matahari Sogo Metro Ramayana 2013 3.9885 3.9749 3.9684 3.7418 2014 4.0217 3.9940 3.9032 3.8369 2015 4.665 4.0519 3.9911 3.7555 Sumber:servicequality-award.com Berdasarkan data diatas, Matahari konsisten memberikan pelayanan yang baik untuk konsumennya. Dengan semakin menguatnya persaingan bisnis ritel, kualitas pelayanan merupakan suatu hal yang perlu diperhatikan, karena kualitas pelayanan membantu menarik konsumen untuk berbelanja. Kualitas pelayanan

5 memberikan dorongan kepada pelanggan untuk menjalin ikatan atau hubungan baik dengan perusahaan. Dalam jangka waktu panjang dengan mempertahankan kualitas pelayanan, perusahaan dapat mengetahui apa yang diinginkan dan dibutuhkan pelanggan. Karena pelanggan merupakan salah satu elemen yang penting dalam bisnis ritel ini. Dengan memberikan kualitas pelayanan yang baik, sangat memungkinkan bagi konsumen untuk merasa puas. Kepuasan konsumen sangat dibutuhkan oleh perusahaan untuk membuat konsumen menjadi loyal terhadap produk yang ditawarkan perusahaan. Dengan kepuasan yang dirasakan pelanggan setelah merasakan kualitas pelayanan yang diberikan perusahaan, merupakan suatu cara bagaimana kualitas pelayanan membentuk suatu loyalitas pelanggan. Oleh karenanya, untuk menciptakan pelanggan yang loyal, perusahaan harus memberikan kualitas pelayanan yang baik untuk membuat konsumen merasa puas yang akhirnya berdampak pada loyalitas. Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk meneliti pentingnya kualitas pelayananterhadap loyalitas dalam berbelanja. Untuk itu penuls memilih judul Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan Matahari Department Store terhadap Loyalitas Pelanggan melalui Kepuasan Pelanggan. 1.2. Identifikasi dan Pembatasan Masalah 1.2.1. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, ada beberapa permasalahan yang dapat di identifikasikan, diantaranya:

6 1. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang melambat membuat pendapatan industri ritel menurun. 2. Kualiatas pelayanan yang terbaik menjadikan salah satu peran penting dalam persaingan di industri ritel. 3. Konsumen yang cenderung menginginkan kenyamanan dalam berbelanja memaksa perusahaan untuk meningkatkan kepuasan konsumen agar konsumen menjadi loyal terhadap produk perusahaan. 1.2.2. Pembatasan Masalah 1. Penelitian akan dilakukan terhadap konsumen PT Matahari Department Store, Tbk. Khususnya Matahari Department Store Mall Ciputra Jakarta 2. Fokus penelitian ini adalah kualitas pelayanan (X), loyalitas pelanggan (Y), kepuasan konsumen (Z) 1.3. Perumusan Masalah 1. Apakah terdapat pengaruh antara kualitas pelayanan terhadap kepuasan konsumen Matahari Department Store Mall Ciputra Jakarta? 2. Apakah terdapat pengaruh antara kepuasan pelanggan terhadap loyalitas pelanggan Matahari Department Store Mall Jakarta? 3. Apakah terdapat pengaruh antara kualitas pelayanan terhadap loyalitas pelanggan Matahari Department Store Mall Ciputra Jakarta secara langsung? 4. Apakah terdapat pengaruh antara kualitas pelayanan terhadap loyalitas pelanggan secara tidak langsung melalui kepuasan pelanggan Matahari Department Store Mall Ciputra Jakarta?

7 1.4. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan kepuasan pelanggan MatahariDepartment Store Mall Ciputra Jakarta 2. Untuk mengetahui pengaruh kepuasan pelanggan terhadap loyalitas pelanggan Matahari Department Store Mall Ciputra Jakarta 3. Untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan terhadap loyalitas pelanggan Matahari Department Store Mall Ciputra Jakarta secara langsung 4. Untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan terhadap loyalitas pelanggan secara tidak langsung melalui kepuasan pelanggan Matahari Department Store Mall Ciputra Jakarta? 1.5. Manfaat Penelitian 1. Bagi penulis, memeberikan pengalaman yang berarti dalam menyusun atau menulis suatu penelitian 2. Bagi perusahaan, diharapkan deapat memberikan saran yang baik dan membangun untuk perusahaan setelah dilakukannya penelitian dalam hal meningkatkan kepuasan konsumen