BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
|
|
- Handoko Tanudjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dunia bisnis dituntut untuk mampu beradaptasi dengan perubahan lingkungan untuk meminimalkan atau menyiasati kondisi uncertainty guna mencapai keberhasilan dalam derajat persaingan bisnis yang kian menajam. Salah satu industri yang tidak terlepas dari kondisi ini adalah industri ritel tradisional. Berkembang nya perekonomian Asia akhir-akhir ini merupakan salah satu faktor semakin berkembangnya bisnis ritel terutama bisnis ritel modern, banyak perusahaan-perusahaan asing yang berinvestasi di sektor ritel modern. Usaha ritel modern merupakan usaha yang sangat diminati oleh kalangan dunia usaha karena perannya yang sangat strategis. Pangsa pasar ritel modern terbesar terhadap pangsa pasar-pasar tradisional di Asia dipegang oleh Singapura dengan prosentase 78% untuk ritel modern, Cina dengan 53% pangsa pasar ritel modern, Thailand dengan 39% pangsa pasar ritel modern, sedangkan Indonesia dengan prosentase 28,2% ritel modern dengan 71,8% pangsa pasar tradisional. ( Nielsen,2009). Tabel 1.1 Prosentase Ritel Modern Dengan Ritel Tradisional Di 4 Negara Asia Modern Tradisional 0 Singapura China Thailand Indonesia 1
2 Menurut asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia, bisnis ritel di Indonesia dapat di bedakan menjadi dua kelompok besar,yaitu ritel tradisional dan ritel modern.ritel modern pada dasarnya merupakan pengembangan dari ritel tradisional. Format ritel ini muncul dan berkembang seiring perkembangan perekonomian, teknologi, dan gaya hidup masyarakat yang membuat masyarakat menuntut kenyamanan yang lebih dalam berbelanja. Ritel Tradisional merupakan ritel sederhana dengan tempat yang tidak terlalu luas,barang yang di jual terbatas jenisnya.sistem manajemen yang sederhana memungkinkan adanya proses tawar menawar harga.bentuknya bisa berupa warung,toko dan pasar.dengan pesatnya perkembangan sektor ritel khususnya modern,ternyata membawa dampak negative bagi Pasar Tradisional. Bagi sebagian konsumen ritel modern banyak memberikan alternative belanja.disisi lain pasar tradisional masih harus berurusan dengan permasalahan klasik seputar pengelolaan yang kurang professional dan ketidaknyamanan belanja. Dewasa ini ketika dunia sedang mengalami krisis global, perekonomian nasional pun terkena dampak krisis ekonomi global tersebut begitu pula dengan hal nya ritel tradisional yang menunjukan penurunan pertumbuhan yang signifikan. Lingkungan persaingan yang dinamis antara pasar tradisional dan modern mengakibatkan posisi pasar tradisional mengalami pergesaran dengan dugaan terjadinya penurunan daya tarik pasar tradisional seiring dengan perubahan dinamis pasar modern yang disesuaikan dengan kondisi pembeli. Revitalisasi beberapa pasar tradisional yang telah dilakukan di Indonesia melalui renovasi bangunan ternyata belum cukup untuk meningkatkan daya tarik. Tabel 1.2 dibawah ini menunjukan pertumbuhan ritel tradisional di Indonesia sebagai berikut. 2
3 Tabel 1.2 Pertumbuhan Ritel Tradisional dan Modern di Indonesia Tipe Pasar Tahun Persentase (%) Jumlah (unit) Tradisional , Modern (Minimarket) Sumber : Nielsen Retail Esthablisment Survey/Desember Dari tabel 1.2 menunjukan adanya permasalahan pada proses pertumbuhan khusus nya ritel tradisional. Semakin lama terlihat peningkatan pertumbuhan ritel modern (Minimarket) dan menyebabkan penurunan ritel tradisional, data Nielsen tahun menunjukan pasar tradisional di kota besar dan perdesaan turun 15% di tahun 2009 dan turun kembali di tahun 2010 sebesar 8,1%. Dengan begitu secara kesuluruhan dari tahun jumlah pasar tradisional menciut 23,1 % dari unit pada menjadi unit. Penurunan pertumbuhan ritel tradisional dari tahun-ketahun, diduga karena maraknya pertumbuhan ritel modern dari Eropa dan Amerika yang mencapai 1-3% pertahun, serta mulai banyak berkembangnya bisnis franchise minimarket dimana minimarket banyak dilirik masyarakat karena kemudahan dan kedekatan berbelanja. Perbedaan pertumbuhan pasar modern dibanding pasar tradisional, dari hasil survei terlihat peran pasar tradisional masih relevan pada konsumen Indonesia. Kebanyakan rumah tangga Indonesia berkunjung ke pasar tradisional sekali sehari. Konsumen Indonesia masih mencari bahan makanan segar dari pasar tradisional, seperti sayuran, daging, dan buah segar. Tetapi, hubungan personal dan emosional di pasar tradisional itu perlu diperbaiki dengan membersihkan pasar tradisional. 3
4 Kondisi tersebut jelas merugikan para pedagang pasar tradisional karena menyebabkan pangsa pasar ritel tradisional menurun setiap tahunnya dikarenakan konsumen ritel tradisional berpindah dari ritel tradisional ke ritel modern, hal tersebut dapat dilihat jelas dalam tabel 1.3 menunjukan pangsa pasar ritel tradisional di Indonesia. Tabel 1.3 Pangsa Pasar Ritel Tradisional dan Modern di Indonesia Jenis Pasar Tahun Pangsa Pasar (%) Tradisional Modern Sumber : AC Nielsen tahun Dari tabel 1.3 tersebut menunjukan adanya penurunan pangsa pasar ritel tradisional yang mencapai 80% di tahun 2009, Di tahun 2010 kembali terjadi penurunan pangsa pasar ritel tradisional menjadi 70% - 67%, sedangkan pasar modern meningkat 30% - 37% masing-masing di tahun Hal ini setidaknya menggambarkan pasang surut perkembangan pasar tradisional di tengah geliatnya arena kompetisi pasar ritel. Pasang surutnya perkembangan pasar tradisional, setidaknya dipengaruhi oleh faktor pesatnya pertumbuhan usaha ritel modern. Berdasarkan data Nielsen per tahun 2010, pertumbuhan gerai Alfamart mencapai gerai, sedangkan Indomart berjumlah gerai. Statistik pertumbuhan pasar modern ini menunjukkan persaingan antara pasar tradisional dan modern, dimulai dari perang harga, kualitas barang, kenyamanan belanja, dan ketersediaan lokasi pasar. Pada hakekatnya manusia mempunyai keinginan dan kebutuhan yang sangat beragam. Kebutuhan dan keinginan itu bermacam-macam baik fisik 4
5 maupun non fisik,sehingga apabila setiap kebutuhan dan keinginan tersebut dapat dipenuhi maka akan terpuaskan, tetapi jika kebutuhan tidak terpenuhi akan menimbulkan rasa tidak puas. Kebutuhan terdiri dari bermacam-macam mulai dari kebutuhan yang mendasar yang harus dipenuhi secara rutin disebut juga kebutuhan sehari-hari hingga pada kebutuhan pada tingkat yang lebih tinggi. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan barang dan jasa, hal ini membuat peluang bagi produsen untuk menyediakan dan menghasilkan berbagai macam barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan tersebut.usaha seperti inilah yang sering disebut usaha eceran yaitu bisnis yang seluruh aktivitasnya langsung berhubungan dengan penjualan barang dan jasa ke konsumen akhir. Lingkungan persaingan antara pasar tradisional dan modern di Indonesia mengakibatkan posisi pasar tradisional di Kota Bandung mengalami pergesaran dengan terjadinya penurunan daya tarik pasar tradisional seiring dengan perubahan dinamis pasar modern yang disesuaikan dengan kondisi pembeli, tabel 1.4 dibawah ini menunjukan pertumbuhan ritel tradisional di Kota Bandung sebagai berikut. Tabel 1.4 Pertumbuhan Ritel Tradisional dan Modern di Kota Bandung Jenis Pasar Tahun Jumlah (Unit) Tradisional Modern (Minimarket) Sumber : AC Nielsen tahun 2011/APPSI DPW Jawa Barat tahun 2011 Tabel 1.4 menjelaskan pertumbuhan ritel modern dari tahun di Kota Bandung mengalami peningkatan sebesar 20 unit minimarket, pada tahun 5
6 2010 berjumlah 400 unit dan pada tahun 2011 menjadi 420 unit minimarket. Sedangkan berdasarkan tabel 1.4 pertumbuhan pasar tradisional dari tahun di Kota Bandung mengalami penurunan sebesar 5 unit, pada tahun 2010 berjumlah 40 unit dan pada tahun 2011 menjadi 35 unit pasar tradisional. Pertumbuhan pasar tradisional di Kota Bandung mengalami penurunan kembali dikarenakan semakin menjamurnya pasar-pasar modern di Kota Bandung, dan tata kelola pasar. Problem tata kelola pasar memang masih menjadi perkara panjang yang dirasakan dalam upaya pembangunan pasar tradisional. Selama ini mudah kita temukan berbagai alasan sederhana terkait sikap konsumen pasar tradisional yang berpaling ke pasar modern, di antranya karena lokasi pasar yang tidak strategis dan terpusat. Misalkan, dalam satu kecamatan hanya terdapat 1-2 pasar tradisional saja, sedangkan pasar modern jauh lebih menjamur dan hampir di setiap lokasi strategis. Selain itu, pengelolaan pasar perlu dilakukan dengan tujuan meningkatkan kenyaman transaksi jual beli. Persaingan antara pasar tradisional dan pasar modern semakin membuat animo masyarakat untuk membeli kebutuhan sehari-hari di pasar tradisional tergeserkan, sedangkan pemerintah menginginkan perubahan pasar tradisional menjadi pasar modern serta banyaknya pasar tradisional yang mengalami musibah penggusuran dan kebakaran. Keberadaan ritel modern di Kota Bandung tersebut jelas berdampak negatif pada ritel pasar tradisional, perkembangan yang semakin pesat dalam pasar modern membuat pasar tradisional terusik keberadaannya. Dengan tingkat persaingan yang ketat maka Pasar tradisional dituntut untuk mampu menawarkan strategi bauran penjualan eceran yang baik kepada konsumen dengan kelima faktornya, lokasi yang strategis serta kemudahan akses untuk menuju ritel tersebut, barang dagangan yang beragam, harga yang pas serta kompetitif, potongan harga yang ditawarkan menarik minat dan pelayanan yang memuaskan konsumen. Karena konsep bauran pemasaran dalam industri ritel ini merupakan inti atau penggerak semua aspek operasional dari manajemen ritel (CW. Utami,2009, Retailing Mix, Artikel FE Widya Mandala Surabaya). 6
7 Pada kenyataan dilapangan sebuah lembaga melakukan survey mengenai presepsi konsumen terhadap Pasar tradisional dan modern di kota Bandung, dan berikut bisa dilihat hasilnya pada Tabel 1.5. Tabel 1.5 Presepsi Konsumen Terhadap Pasar Tradisional dan Modern di Kota Bandung No Produk Aspek Pasar (Bauran penjualan eceran) Pasar Tradisional (%) Pasar Modern (%) 1 Kualitas produk Kualitas pelayanan Variasi produk non pangan Variasi produk pangan Ragam merek Kesesuaian produk dengan kebutuhan No Harga Aspek Pasar Pasar Tradisional Pasar Modern 7 Kewajaran harga Harga yang lebih murah terhadap pasar lain 9 Daya tarik harga Kesesuaian harga dengan kualitas No Lokasi Aspek Pasar Pasar Tradisional Pasar Modern 11 Jangkauan lokasi Fasilitas publik Kestrategisan lokasi Sumber : Pengolahan Data Primer/Rina Indiastuti,Fitri Hastuti,dan Yudi Azis (FE Unpad) 7
8 Berdasarkan Tabel 1.3 ini diketahui meski kewajaran harga di Pasar Tradisional lebih besar (6,44%), harga yang lebih murah (6,49%), daya tarik harga (6,08%), dan kesesuaian harga dengan kualitas (6,04%) bukan segalagalanya bagi konsumen. Ada faktor lain seperti kualitas produk (7,03%) jangkauan lokasi (6,87%) dan sebagainya. Salah satu pasar tradisional yang masih bertahan di Kota Bandung yaitu pasar tradisional Ujungberung, pasar yang berfungsi untuk menyediakan berbagai kebutuhan rumah tangga sehari-hari. Ujungberung merupakan daerah di sebuah kecamatan di Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kecamatan ini merupakan wilayah bottle neck atau leher botol di Kota Bandung jika kita akan keluar kota khususnya ke luar kota di arah timur Kota Bandung. Ujung berung dikenal sebagai kecamatan yang memiliki banyak pesantren dan pemandangan yang indah, Selain itu seiring dengan pertumbuhan penduduk perumahan-perumahan yang mulai banyak didirikan di Ujungberung. Dibukanya ritel modern seperti Minimarket kemudian hadirnya Grosir-grosir baru menyebabkan persaingan untuk berbelanja semakin ketat. Dengan tingkat persaingan yang ketat maka Pasar tradisional Ujungberung dituntut untuk mampu menawarkan strategi bauran penjualan eceran yang baik kepada konsumen. Dari penjelasan diatas mengakibatkan berbagai macam dampak, salah satunya adalah tingkat loyalitas pelanggan Pasar Ujung berung rendah dengan adanya pilihan tempat belanja yang beragam. Persaingan bisnis ritel yang semakin ketat di kawasan Ujung berung Bandung membuat Pasar Ujung berung sulit mengharapkan pencapaian target penjualan maupun tingkat transaksi. Loyalitas pelanggan dapat dilihat dari frekuensi dan peresentase kunjungan konsumen, Seperti yang di alami oleh Pasar Ujung berung hasil wawancara dengan pengelola Pasar Ujung berung menyatakan bahwa sejak Pasar Ujung berung mengalami musibah kebakaran pada Minggu (17/1/2010) malam, pelanggan Pasar Ujung berung mengalami penurunan. Pada Tabel 1.5 Penurunan jumlah pelanggan Pasar Ujung berung berdasarkan jumlah penduduk Ujung berung sebagai berikut. 8
9 Tabel 1.6 Jumlah Pelanggan Pasar Ujung berung Berdasarkan Peresntase Jumlah Penduduk Pasar Tahun Jumlah Penduduk Persentase (%) Jumlah Pelanggan Ujung berung Sumber : Pengelola Pasar Ujung berung 2011 Dari Tabel 1.5 menjelaskan pelanggan Pasar Ujung berung dari tahun mengalami penurunan sebanyak orang pelanggan, pada tahun 2010 berjumlah orang pelanggan dan pada tahun 2011 menjadi orang pelanggan. Dari penjelasan di atas mengakibatkan berbagai macam dampak, salah satunya adalah tingkat loyalitas pengunjung Pasar tradisional Ujungberung dengan adanya pilihan tempat belanja yang beragam. Persaingan bisnis ritel yang semakin ketat di kawasan Ujungberung Kota Bandung sulit mengharapkan pencapaian target penjualan maupun tingkat transaksi pembelian yang terus meningkat atau stabil. Dari uraian diatas penurunan loyalitas pelanggan yang terjadi pada Pasar Ujung berung diduga karena dari beberapa faktor bauran penjualan eceran yang tidak sesuai dengan harapan konsumen. Dampak dari banyak nya ritel modern yang menjamur di Kota besar membuat konsumen memiliki tempat pilihan belanja utama namun tidak menjadikan konsumen loyal, karena konsumen dapat dengan leluasa berpindah-pindah belanja dari satu gerai ke gerai yang lain untuk mencari tempat yang paling cocok, faktor daya tariknya mencakup aspek kenyamanan, tempat, dan penawaran harga produk. Jika pelanggan mendapatkan faktor daya tarik tersebut akan menurunkan loyalitas pelanggan, namun jika pasar tradisional Ujung berung mampu membenahi 9
10 bauran penjualan eceran nya hal ini akan menaikan loyalitas pelanggan. Jadi, kesimpulannya bahwa bauran penjualan eceran akan mempengaruhi tingkat loyalitas pelanggan. Dengan memperhatikan masalah diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai bauran penjualan eceran. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Bauran Penjualan Eceran Terhadap Loyalitas Pelanggan Pasar Tradisional Ujung berung Identifikasi masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas,maka permasalahan yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana bauran penjualan eceran pada pasar Ujung berung menurut pengunjung? 2. Bagaimana Loyalitas pengunjung pada pasar Ujung berung? 3. Bagaimana pengaruh bauran bauran penjualan eceran terhadap loyalitas pengunjung pada pasar Ujung berung? 1.3 Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian sidang sarjana Fakultas Bisnis & Manajemen, jurusan Manajemen S-1 Universitas Widyatama. Sedangkan tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui bauran penjualan eceran pada pasar Ujung berung. 2. Untuk mengetahui Loyalitas pengunjung pada pasar Ujung berung. 3. Untuk mengetahui pengaruh bauran penjualan eceran terhadap loyalitas pengunjung pada pasar Ujung berung. 10
11 1.4 Kegunaan Penelitian Melalui penelitian ini, penulis berharap agar hasil penelitian ini dapat berguna bagi : 1. Penulis, yaitu untuk membandingkan antara teori-teori yang telah didapat selama di bangku kuliah dengan kenyataan yang ada di lapangan sehingga dapat mengimplementasikan teori tersebut dengan benar. 2. Perusahaan, yaitu sebagai bahan masukan maupun pertimbangan yang dapat membantu perusahaan untuk menjalankan strategi pemasaran dengan baik, khusus nya bauran penjualan eceran. 1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian Loyalitas pelanggan sebagai suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dengan bauran penjualan eceran yang dilakukan oleh pemasar. Para pelanggan yang puas akan menjadi pelanggan yang loyal terhadap perusahaan. Perusahaan yang unggul dalam pasar harus mengamati harapan pelanggannya, kinerja perusahaan yang dirasakan pelanggannya serta kepuasan bagi para pelanggannya, karena bagi perusahaan yang berwawasan pelanggan adalah sasaran sekaligus kiat bauran penjualan ecerannya. Dalam menciptakan loyalitas bagi para pelanggannya perusahaan memerlukan penerapan retailing mix pada pada pemasaran bisnis ritel/ecerannya. Ritel atau eceran harus mempunyai bauran yang penting untuk diperhatikan demi kelangsungan bisnis ritel tersebut. Dengan memperhatikan semua bauran tersebut, suatu bisnis ritel dapat menjadi lebih unggul dibandingkan peritel lainnya. Menurut Hendry Ma ruf (2005;114) dan C.Widya Utami (2008;61) retailing marketing mix terdiri dari 7 komponen yaitu : 1. Tempat (Place) Tempat adalah kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk membuat produk agar dapat diperoleh dan tersedia bagi pelanggan pasaran. 11
12 2. Barang dagangan (Merchandise) Produk adalah kegiatan pengadaan barang-barang yang sesuai dengan bisnis yang dijalani gerai ( produk berbasis pakaian, makanan, barang kebutuhan rumah tangga, produk umum, dan lain-lain atau kombinasi ) untuk disediakan dalam gerai pada jumlah, waktu, dan harga yang sesuai untuk mencapai sasaran peritel. 3. Harga (Price) Harga adalah sejumlah uang yang harus dibayarkan pelanggan untuk mendapatkan produk. 4. Promosi (Promotion) Promosi adalah kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mengkomunikasikan keunggulan produk dan membujuk pelanggan sasaran untuk membelinya. 5. Atmosfer toko (Store Atmosphere) Atmosphere toko adalah desain lingkungan melalui komunikasi visual, pencahayaan, warna untuk merancang respon emosional dan persepsi pelanggan dan untuk mempengaruhi pelanggan dalam membeli barang. 6. Layanan (Retail service) Merupakan pelayanan yang diberikan pada konsumen untuk mendefernsiasikan suatu gerai dengan gerai lainnya. 7. Orang (People) Orang adalah pelaku yang turut ambil bagian dalam pengujian jasa dan dalam hal ini mempengaruhi persepsi pembeli. Yang termasuk elemen ini adalah personil perusahaan dan konsumen. Menurut Kotler dan Amstrong ( 2007 : 333 ) retailing adalah : All activities involved in selling goods or service directly to final consumer for personal,non business use. Dari definisi tersebut dapat diartikan sebagai berikut : retailing adalah semua aktivitas yang terlibat dalam penjualan barang-barang atau jasa-jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan bukan bisnis. Bauran penjualan eceran meliputi kegiatan yang berhubungan secara langsung dengan penjualan barang atau jasa pada konsumen akhir untuk keperluan pribadi, keluarga atau rumah tangganya. Penjualan eceran dapat lebih 12
13 maju apabila mau bekerja lebih baik lagi guna membangun citra ritel yang lebih baik dimata konsumen. Pada hakikatnya tujuan suatu bisnis adalah untuk menciptakan dan mempertahankan para pelanggan. Pengunjung yang loyal adalah aset yang paling berharga bagi perusahaan dalam meningkatkan profabilitas dalam jangka panjang. Apabila penerapan Bauran penjualan eceran dapat dijalankan dengan baik dan tepat sasaran, maka diharapkan pelanggan akan memiliki loyalitas. Sedangkan definisi Loyalitas menurut Oliver (2007 : 175 ) Loyalitas adalah komitmen yang dipegang kuat untuk membeli lagi produk atau jasa tertentu dimasa depan meskipun ada pengaruh situasi dan usaha pemasaran yang berpotensi menyebabkan peralihan perilaku. Definisi Loyalitas menurut Griffin ( 2005 : 31 ) adalah orang yang melakukan pembelian secara teratur, membeli antar lini produk dan jasa, mereferensikan kepada orang lain, menunjukan kekebalan terhadap tarikan dari pesaing. Pelanggan yang loyal merupakan aset penting bagi pebisnis. Hal ini dapat dilihat dari karakteristik yang dimilikinya, sebagaimana diungkapkan Griffin (2005:31). Pelanggan yang loyal memiliki karakteristik sebagai berikut : 1. Melakukan pembelian secara teratur 2. Membeli diluar lini produk/jasa 3. Merekomendasikan produk lain 4. Menunjukan kekebalan daya tarik produk sejenis dari pesaing Dari pengertian diatas kita dapat menyimpulkan bahwa loyalitas terbentuk dari dua komponen; loyalitas sebagai perilaku yaitu pembelian ulang yang konsisten dan loyalitas sebagai sikap yaitu sikap positif terhadap suatu bauran eceran karena ditambah dengan pola pembelian yang konsisten. Serta loyalitas juga mempunyai peran penting dalam sebuah bisnis, hal ini menjadi alasan utama bagi sebuah bisnis untuk menarik dan mempertahankan pelanggan. 13
14 Tujuan dari Bauran penjualan eceran adalah memberikan nilai pelanggan dan ukuran keberhasilannya adalah kepuasan pelanggan dalam jangka panjang, maka pelanggan wajib menjadi prioritas setiap perusahaan. Kepuasan pelanggan merupakan modal besar bagi perusahaan dalam membentuk loyalitas pelanggan. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa bauran penjualan eceran merupakan pembentukan loyalitas pelanggan ( Fandy Tjiptono,2000:161). Melihat hal-hal yang diamati dan dikemukakan diatas, maka penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut: Terdapat hubungan yang positif antara bauran penjualan eceran dengan loyalitas pelanggan. Sugiyono ( 2004 : 51 ) mendefinisikan pengertian hipotesis yaitu sebagai jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan teori yang relevan, belum didasarkan fakta-fakta empiris yang diperoleh dari pengumpulan data. Gambar 1.5 Skema Model Penelitian Bauran Penjualan Eceran (X) 1.Tempat (Place) 2. Barang dagangan (Merchandise) 3.Harga (Price) 4.Promosi (Promotion) 5.Atmosfer toko (Store atmosphere) Loyalitas (Y) 1. Pembelian ulang 2. Penggunaan fasilitas lainnya 3. Rekomendasi 4. Kekebalan ( Griffin, 2005 : 31 ) 6.Layanan (Retail service) 7.Orang (People) (Ma ruf,2005;114) 14
15 Berdasarkan hipotesis diatas, penelitian ini mempelajari hubungan dua variabel. Variabel pertama adalah bauran penjualan eceran sebagai variabel bebas, yang diberi simbol X. Variabel kedua adalah loyalitas pelanggan, sebagai variabel terikat yang diberi simbol Y. 1.6 Metode Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif. Mohammad Nazir (2003:54) mendefinisikannya sebagai berikut: Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu pbjek, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Melalui jenis penelitian deskriptif maka dapat diperoleh deskripsi masing-masing mengenai tanggapan responden terhadap tingkat bauran ritel dan loyalitas pasar. Sifat penelitian verifikatif pada dasarnya ingin menguji kebenaran dari suatu hipotesis yang ada di lapangan. Penelitian verifikatif digunakan untuk meneliti pengaruh variabel independen dan variabel dependen yaitu pengaruh antara bauran penjualan eceran terhadap loyalitas pelanggan pasar tradisional Ujung berung. Data yang berhasil dikumpulkan selama penelitian kemudian di analisis lebih lanjut dengan menggunakan dasar-dasar teori yang ada, sehingga dapat memperjelas gambaran objek yang diteliti. Teknik pengumpulan data yang di pergunakan dalam penelitian ini meliputi : 1. Penelitian Lapangan (Field Research) Penulis mengadakan pengamatan secara langsung terhadap objek yang di teliti untuk memperoleh data primer dilakukan melalui : a) Kuesioner Yaitu menyebarkan beberapa pertanyaan kepada responden yang telah ditetapkan sebagai sampel. b) Observasi Yaitu melakukan penelitian dan pengamatan secara langsung mengenai objek yang diteliti, melihat, mengamati, dan mencatat data yang di perlukan. c) Wawancara 15
16 Yaitu dilakukan untuk mempermudah memperoleh data. Wawancara dilakukan kepada semua yang terkait dalam memperoleh data dan informasi. 2. Penelitian Kepustakaan ( Library Research) Dengan membaca berbagai literatur dan bahan-bahan yang berhubungan dengan maslah yang dibahas untuk mencari teori-teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. 1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian Dalam rangka pengumpulan data untuk penyusunan skripsi ini, penulis melakukan penelitian di pasar tradisional Ujung berung kota Bandung. Waktu penelitian dimulai pada bulan Februari 2012 sampai skripsi ini selesai. 16
I. PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin besarnya antusiasme dan agresifitas para pelaku bisnis baik di sektor industri, jasa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. henti-hentinya bagi perusahaan-perusahaan yang berperan di dalamnya. Banyaknya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat saat ini, dapat dilihat bahwa sektor dunia usaha saat ini telah menjadi suatu arena persaingan yang sengit dan tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. persaingan bisnisnya menunjukan perkembangan yang cukup pesat, namun tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bisnis Ritel di Indonesia makin hari dirasakan semakin berkembang dan persaingan bisnisnya menunjukan perkembangan yang cukup pesat, namun tidak menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembelian dan mengkonsumsi. Untuk memenuhi ketiga aktivitas tersebut, terjangkau terutama bagi masyarakat berpenghasilan sedang.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Aktivitas konsumen terdiri dari tiga kegiatan, yaitu: berbelanja, melakukan pembelian dan mengkonsumsi. Untuk memenuhi ketiga aktivitas tersebut, konsumen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tiap tahun naik sekitar 14%-15%, dalam rentang waktu tahun 2004 sampai dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perdagangan pada pasar modern di Indonesia mengalami perkembangan dan persaingan yang sangat ketat. Pada saat ini perkembangannya diperkirakan tiap tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memberikan keuntungan dan menghidupi banyak orang. Pada saat krisis UKDW
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bisnis ritel, merupakan bisnis yang menjanjikan karena dapat memberikan keuntungan dan menghidupi banyak orang. Pada saat krisis ekonomi melanda Indonesia di akhir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tertentu. Keberadaan perusahaan ritel yang bermunculan di dalam negeri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bisnis Ritel di Indonesia makin hari dirasakan semakin ramai dan persaingan bisnisnya menunjukan perkembangan yang cukup pesat, namun tidak menjadi halangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini, kondisi dunia usaha di Indonesia dihadapkan pada keadaan persaingan yang sangat ketat. Hal ini antara lain disebabkan oleh para pesaing dari luar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adanya pertumbuhan dan kemajuan ekonomi. Seiring dengan majunya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia usaha di Indonesia saat ini sedang berkembang pesat dengan adanya pertumbuhan dan kemajuan ekonomi. Seiring dengan majunya pertumbuhan ekonomi Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pasar ritel di Indonesia merupakan pasar yang memiliki potensi besar
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar ritel di Indonesia merupakan pasar yang memiliki potensi besar dikarenakan banyaknya jumlah penduduk di Indonesia. Di era globalisasi sekarang ini, pasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. alat pemasaran yang disebut dengan bauran pemasaran(marketing mix). Marketing
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan bisnis saat ini disebabkan oleh perubahaan pola pikir konsumen yang dinamis. Dengan dasar inilah maka dapat dikatakan bahwa kegiatan pemasaran sangat dibutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. ritel modern seperti minimarket daripada pasar tradisional. strategis serta promosi yang menarik minat beli.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern saat ini membuat kebutuhan dan keinginan manusia semakin bermacam - macam. Era yang modern ini memberikan dampak kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Info Bisnis, Maret 2007:30 (www.about;retail 8/10/2009).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era globalisasi menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan yang beroperasi di Indonesia. Di satu sisi, era globalisasi memperluas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengikuti pertumbuhan jumlah penduduk. Kelangsungan usaha eceran sangat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Usaha retail (eceran) tumbuh pesat, jumlah dan lokasi usahanya cenderung mengikuti pertumbuhan jumlah penduduk. Kelangsungan usaha eceran sangat dipengaruhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. persaingan pasar yang ketat ini sebuah bisnis atau perusahaan dituntut untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses perkembangan dunia usaha semakin pesat sekarang ini menyebabkan persaingan pasar semakin ketat. Dengan adanya persaingan pasar yang ketat ini sebuah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perdagangan eceran atau sekarang kerap disebut perdagangan ritel, bahkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan eceran atau sekarang kerap disebut perdagangan ritel, bahkan disingkat bisnis ritel adalah kegiatan usaha menjual barang atau jasa kepada perorangan untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. semakin banyaknya bisnis ritel tradisional yang mulai membenahi diri menjadi bisnis ritel
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bisnis ritel eceran saat ini mengalami perkembangan cukup pesat, ditandai dengan semakin banyaknya bisnis ritel tradisional yang mulai membenahi diri menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersaingi atau bahkan tergeser oleh adanya bisnis eceran modern atau biasa disebut
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan globalisasi mengakibatkan keberadaan pasar tradisional mulai tersaingi atau bahkan tergeser oleh adanya bisnis eceran modern atau biasa disebut bisnis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usaha atau bisnis ritel di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usaha atau bisnis ritel di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat beberapa tahun terakhir ini, dengan berbagai format serta jenisnya. Di tengah kondisi perekonomian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk mengetahui image dari suatu produk dipasar, termasuk preferensi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengaruh kemajuan di bidang ekonomi dalam beberapa tahun terakhir di kotakota besar di Indonesia, menyebabkan usaha ritel khususnya berskala besar (modern)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. menjadi pasar yang sangat berpotensial bagi perusahaan-perusahaan untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar, maka Indonesia dapat menjadi pasar yang sangat berpotensial bagi perusahaan-perusahaan untuk memasarkan produk-produk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Buchari Alma, 2005:130
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peningkatan taraf hidup masyarakat dan perkembangan zaman telah mempengaruhi banyak hal, salah satunya gaya hidup dan kebutuhan yang semakin meningkat dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ritel yang telah mengglobalisasi pada operasi-operasi ritel. Pengertian ritel secara
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu cara atau bentuk bisnis yang saat ini sedang berkembang pesat adalah dengan mendirikan ritel. Sejak dekade yang lalu, terdapat perubahan pada bisnis ritel
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan sehari-hari adalah kebutuhan yang krusial dan harus dipenuhi setiap harinya. Kebutuhan sehari-hari atau yang biasa disebut FMCG (Fast Moving Consumer Goods)
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan barang dagangan (merchandising), penetapan harga, pengelolaan
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bauran Pemasaran ritel (Retail Marketing Mix) Amir (2004) menyatakan bauran pemasaran ritel biasanya terdiri dari pengelolaan barang dagangan (merchandising), penetapan harga,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini dunia usaha sangat berkembang dengan pesat, hal ini disebabkan adanya ide kreatif dan inovatif. Seiring dengan ide ini konsep pemasaran pun turut berkembang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Loyalitas pelanggan merupakan bagian penting bagi suatu perusahaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Loyalitas pelanggan merupakan bagian penting bagi suatu perusahaan karena memiliki peran untuk memberikan keuntungan finansial yang terusmenerus atau keuntungan jangka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peritel tetap agresif melakukan ekspansi yang memperbaiki distribusi dan juga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan industri modern ritel dewasa ini semakin pesat, baik pemain lokal maupun asing semakin agresif bermain dalam pasar yang empuk tersebut. Prospek
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Indonesia masih memperlihatkan kinerja ekonomi makro nasional yang relatif
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kondisi persaingan global yang semakin ketat diseluruh sektor ekonomi, Indonesia masih memperlihatkan kinerja ekonomi makro nasional yang relatif baik. Pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pesatnya pekembangan industri ritel di Indonesia manjadi hal yang menarik untuk diteliti. Banyaknya ritel-ritel baru di Indonesia menjadikan kompetisi untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi Indonesia. Menurut Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU),
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri ritel merupakan industri yang strategis bagi perkembangan ekonomi Indonesia. Menurut Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Industri ini merupakan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan seperti yang telah diuraikan penulis dalam pembahasan tentang hubungan persepsi konsumen atas Retail Mix dengan preferensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang lain (Kotler dan Amstrong, 2008:5). Dalam definisi manajerial, banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial di mana pribadi atau organisasi memperoleh apa yang dibutuhkan melalui penciptaan dan pertukaran nilai dengan yang lain
Lebih terperinciPENGARUH BAURAN RITEL TERHADAP CITRA TOKO (STUDI PADA KONSUMEN TOSERBA LARIS PURWOREJO)
PENGARUH BAURAN RITEL TERHADAP CITRA TOKO (STUDI PADA KONSUMEN TOSERBA LARIS PURWOREJO) Oleh: Agus Prio Budiman Manajemen satriobungsu@rocketmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dunia bisnis jasa saat ini sudah banyak dijumpai di setiap kota
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis jasa saat ini sudah banyak dijumpai di setiap kota yang berada di Indonesia, menjamurnya bisnis jasa mulai dari yang berskala kecil yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini kegiatan bisnis telah memasuki era globalisasi, dimana situasi ekonomi dan iklim dunia bisnis yang semakin diwarnai dengan intensitas persaingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya produk yang ditawarkan oleh pihak pemasar kepada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dunia pemasaran dewasa ini sangat pesat, yang ditunjukkan dengan banyaknya produk yang ditawarkan oleh pihak pemasar kepada konsumen. Kemudahan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis eceran (retailer business) yang ada di Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan bisnis eceran (retailer business) yang ada di Indonesia dewasa ini meningkat begitu tinggi. Puluhan arena belanja berupa pusat-pusat pertokoan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Sejarah PT Carrefour di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Gambaran Umum Objek Penelitian Kecenderungan impulse buying merupakan fenomena yang sering terjadi di masyarakat. Menurut Ma ruf dalam penelitian Divianto (2013 : 4) menyatakan bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semakin penting dari pemasaran di abad ke-21. Hal ini didukung oleh Levy dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut Duffy (2005), loyalitas pelanggan telah menjadi aspek yang semakin penting dari pemasaran di abad ke-21. Hal ini didukung oleh Levy dan Weitz (2007)
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Zaman yang semakin modern, membuat gaya hidup masyarakat berubah mengikuti perkembangan zaman yang ada. Gaya hidup masyarakat yang konsumtif membuat banyak peritel
Lebih terperinciBab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. dunia usaha ke persaingan yang sangat ketat untuk memperebutkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia usaha saat ini telah membawa para pelaku dunia usaha ke persaingan yang sangat ketat untuk memperebutkan konsumen. Berbagai pendekatan dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan keberadaan industri dagang khususnya pada sektor ritel
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dan keberadaan industri dagang khususnya pada sektor ritel atau eceran di Indonesia telah memperlihatkan bahwa industri pada sektor ini memberikan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhannya sehari-hari, baik itu kebutuhan yang bersifat primer
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Belanja merupakan aktivitas keseharian masyarakat, setiap orang perlu memenuhi kebutuhannya sehari-hari, baik itu kebutuhan yang bersifat primer (kebutuhan pokok atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kotler (2009 ; 215) : Eceran (retailing)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Tantangan era globalisasi serta kondisi perekonomian yang kondusif memberikan suatu peluang bagi para pelaku bisnis untuk terus berinovasi dan berkreasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Usaha ritel dapat kita pahami sebagai kegiatan yang berkaitan dengan aktivitas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha ritel dapat kita pahami sebagai kegiatan yang berkaitan dengan aktivitas penjualan dan menambah nilai barang (merchandise) atau jasa secara langsung kepada konsumen
Lebih terperinciJudul : Pengaruh Retail Marketing Mix
Judul : Pengaruh Retail Marketing Mix Terhadap Kepuasan dan Loyalitas Pelanggan (Studi pada Indomaret Denpasar Barat) Nama : Made Arly Dwi Cahyana Nim : 1215251165 ABSTRAK Loyalitas pelanggan merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat seiring
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat seiring dengan peningkatan peradapan manusia menyebabkan persaingan semakin katat. Dengan adanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berupa pusat-pusat pertokoan, plaza, minimarket baru bermunculan di berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi ini persaingan terjadi cukup ketat pada berbagai sektor industri. Namun hal ini tidak menyurutkan pertumbuhan pembangunan sektor industri di Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan usaha dalam bidang ritel dalam perkembangannya sangat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan usaha dalam bidang ritel dalam perkembangannya sangat meningkat, di iringi dengan daya beli konsumen yang meningkat. Bisnis ritel di Indonesia sendiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemasaran adalah proses sosial yang dengan proses itu individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. mengandalkan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) dalam melamar pekerjaan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin ketatnya persaingan di dunia kerja menyebabkan banyak lulusan perguruan tinggi yang tidak terserap, padahal tidak sedikit dari mereka yang memiliki
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini permintaan dan kebutuhan konsumen mengalami perubahan dari waktu
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini permintaan dan kebutuhan konsumen mengalami perubahan dari waktu ke waktu dan memiliki variasi yang semakin beragam, pasaran dibanjiri oleh berbagai produk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bisnis ritel adalah bisnis yang memiliki kemungkinan yang sangat besar untuk mendapatkan keuntungan yang lebih dan juga merupakan bisnis yang memiliki banyak peluang
Lebih terperinciPENGARUH CITRA MEREK DAN HARGA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA RAMAI SWALAYAN PETERONGAN SEMARANG
PENGARUH CITRA MEREK DAN HARGA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA RAMAI SWALAYAN PETERONGAN SEMARANG Dessy Amelia Fristiana Abstract Beragam faktor dapat mempengaruhi konsumen dalam mempercayakan tempat
Lebih terperinciTelaah Teoritis. Bauran Penjualan Eceran (Retailing Mix)
Telaah Teoritis Bauran Penjualan Eceran (Retailing Mix) Menurut Munir (2011) Retailing merupakan aktivitas paling akhir dari rangkaian perjalanan produk dari produsen ke pelanggan akhir. Kegiatan retailing
Lebih terperinciPENGARUH GENDER DAN TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN MENGENAI PELAYANAN HYPERMART SOLO GRAND MALL
1 PENGARUH GENDER DAN TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN MENGENAI PELAYANAN HYPERMART SOLO GRAND MALL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. eceran di Indonesia yang telah berkembang menjadi usaha yang berskala
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang maju dan berkembang pesat khususnya di kota-kota besar, telah terjadi perubahan di berbagai sektor, termasuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut, terjadi pula pergeseran tata kehidupan masyarakat secara menyeluruh
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan semakin banyak dan kompleksnya tantangan yang ada di dalamnya. Seiring dengan hal tersebut, terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam laju pertumbuhan perekonomian yang sangat ketat di Indonesia,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam laju pertumbuhan perekonomian yang sangat ketat di Indonesia, menuntut perusahaan untuk terus berinovasi dan berimprovasi dalam mempertahankan pelanggan. Perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. banyak bermunculan perusahaan dagang yang bergerak dibidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan di bidang perekonomian selama ini telah banyak membawa akibat perkembangan yang pesat dalam bidang usaha. Sejalan dengan itu banyak bermunculan perusahaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dalam sektor industri manufaktur maupun jasa. Perusahaan harus
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zaman globalisasi seperti saat ini, akan terjadi kompetisi atau persaingan yang tajam di semua sektor bisnis tidak dapat dihindari, baik dalam sektor industri
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan bisnis ritel, terutama bisnis ritel modern, saat ini semakin berkembang dengan pesat di Indonesia. Bisnis ritel memainkan peranan penting dalam perekonomian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cukup pesat beberapa tahun belakangan ini, dengan berbagai format dan jenisnya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usaha atau bisnis baja ringan di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat beberapa tahun belakangan ini, dengan berbagai format dan jenisnya. Ditengah kondisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. retail, terutama yang berbasis toko (store based retailing), harus mampu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu industri yang paling dinamis saat ini, pemilik bisnis retail, terutama yang berbasis toko (store based retailing), harus mampu mengantisipasi
Lebih terperinciFAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI PENGARUH PRICE DISCOUNT, BONUS PACK, DAN IN-STORE DISPLAY TERHADAP KEPUTUSAN IMPULSE BUYING PADA SUPERMARKET ROBINSON DI KOTA PADANG Oleh : DESRAYUDI 06 952
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pemasaran adalah sesuatu yang meliputi seluruh sistem yang berhubungan
BAB I PENDAHULUAN 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pemasaran adalah sesuatu yang meliputi seluruh sistem yang berhubungan dengan tujuan untuk merencanakan dan menentukan harga sampai dengan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Manajemen Pemasaran Menurut American Marketing Association (AMA), mendefinisikan Manajemen pemasaran sebagai seni dan ilmu memilih pasar sasaran dan mendapatkan, menjaga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan dari profit orientied kepada satisfied oriented agar mampu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan di bidang perekonomian selama ini telah banyak membawa dampak positif dalam bidang usaha dimana perusahaan-perusahaan mengalami perkembangan pesat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya Negara Indonesia yang dapat dilihat dari segi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin berkembangnya Negara Indonesia yang dapat dilihat dari segi perekonomian dan jumlah penduduk yang terus bertambah setiap tahunya, membuat Negara
Lebih terperinciBisma, Vol 1, No. 3, Juli 2016 KEBIJAKAN STORE ATMOSFER PADA KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA MINI MARKET BINTANG TIMUR DI SOSOK
KEBIJAKAN STORE ATMOSFER PADA KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA MINI MARKET BINTANG TIMUR DI SOSOK Yuliandery Yuliandery_cen@yahoo.com Program Studi Manajemen STIE Widya Dharma Pontianak ABSTRAK Penelitian ini
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. negara- negara ASEAN yang lain. Hal ini disebabkan pemerintah Indonesia telah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia telah memasuki perdagangan bebas lebih awal dibandingkan negara- negara ASEAN yang lain. Hal ini disebabkan pemerintah Indonesia telah menandatangani Letter
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam melaksanakan kegiatan pemasaran, perusahaan mengkombinasikan empat variabel yang sangat mendukung didalam menentukan strategi pemasaran, kombinasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membuat sebagian besar rakyat Indonesia terjun ke bisnis ritel. Bisnis ritel
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri ritel merupakan industri yang strategis bagi perkembangan ekonomi Indonesia. Karakteristik industri ritel yang tidak begitu rumit membuat sebagian besar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bisnis pasar modern sudah cukup lama memasuki industri retail Indonesia dan dengan cepat memperluas wilayahnya sampai ke pelosok daerah. Bagi sebagian konsumen pasar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dengan proses itu individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi sekarang ini, banyak bermunculan produsen atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Di era globalisasi sekarang ini, banyak bermunculan produsen atau pengusaha baik dari dalam maupun luar negeri yang bermunculan dan membangun serta mengembangkan unit
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Bisnis waralaba telah berkembang dengan pesat pada saat ini. Hal tersebut memberikan pengaruh besar bagi perekonomian negara dan terlebih lagi dengan semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lainnya. Globalisasi menuntut kebutuhan akan arus informasi dan pengetahuan yang sangat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi merupakan suatu era keterkaitan dan ketergantungan antara satu manusia dengan manusia lainnya, baik dalam hal perdagangan, investasi, perjalanan, budaya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Usaha ritel di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat beberapa tahun terakhir ini. Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya bermunculan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang bergerak dibidang perdagangan eceran (retail) yang berbentuk toko,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan dibidang ekonomi selama ini telah banyak membawa perkembangan yang pesat dalam bidang usaha. Dengan banyaknya perkembangan di bidang usaha banyak bermunculan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bisnis ritel, juga disebabkan oleh semakin banyaknya bisnis ritel luar negeri
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan zaman, keberadaan bisnis ritel atau eceran di tengah-tengah masyarakat menjadi semakin penting. Hal ini dikarenakan adanya perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mereka memanfaatkan peluang-peluang bisnis yang ada dan berusaha untuk
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Kemajuan dibidang perekonomian selama ini telah banyak membawa akibat perkembangan yang pesat dalam bidang usaha. Sejalan dengan hal tersebut banyak bermunculan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. para pelaku usaha ritel modern telah memberi warna tersendiri bagi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri ritel Indonesia kini semakin semarak. Kehadiran para pelaku usaha ritel modern telah memberi warna tersendiri bagi perkembangan industri ritel
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Usaha bisnis ritel di kota Padang mengalami perkembangan yang cukup
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Usaha bisnis ritel di kota Padang mengalami perkembangan yang cukup pesat pada beberapa tahun terakhir ini dengan berbagai macam bentuk dan jenisnya. Hal ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mudah, fasilitas, dan pelayanan yang memadai. menjadi ancaman bagi peritel lokal yang sebelumnya sudah menguasai pasar.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan usaha bisnis di Indonesia bertambah pesat tiap tahunnya seperti bisnis ritel modern yang kini telah menjamur di berbagai daerah terutama kota metropolitan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi semakin meningkat dan beragam seiring dengan perkembangan tersebut.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan usaha bisnis dalam era globalisasi telah membawa dampak perkembangan di berbagai aspek kehidupan manusia. Kebutuhan manusia menjadi semakin meningkat dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Barat, 2013.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang memiliki kekayaan alam yang sangat melimpah. Selain kekayaan dan keindahan alam tropisnya, Indonesia mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di era yang modern, pertumbuhan ekonomi terus berkembang seiring
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era yang modern, pertumbuhan ekonomi terus berkembang seiring perkembangan yang disertai dengan kemajuan teknologi. Segala kemudahan yang diciptakan oleh manusia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dahulu keinginan dan kebutuhan, konsumen pada saat ini dan yang akan datang.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada Perkembangan bisnis di era Abad ke-21 telah berkembang sangat pesat dan mengalami metamorfosis yang berkesinambungan. Dimana salah satu contoh perubahan
Lebih terperinciANALISIS PENYEBAB KONSUMEN BERBELANJA DI PASAR TRADISIONAL (STUDI KASUS DI PASAR TRADISIONAL SUNTER KIRANA)
ANALISIS PENYEBAB KONSUMEN BERBELANJA DI PASAR TRADISIONAL (STUDI KASUS DI PASAR TRADISIONAL SUNTER KIRANA) Surej Dhillon dan Lelly Christin Email: resh_1909@yahoo.com lchristin@bundamulia.ac.id Penulis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. selera konsumen dan perubahan yang terjadi pada lingkungan sekitarnya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi, dunia perdagangan dewasa ini terjadi persaingan didalam memasarkan produk atau jasa. Kegiatan pemasaran memiliki peran yang sangat penting dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suci Rahayu, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya kebutuhan dan pola hidup masyarakat yang menginginkan kenyamanan dalam berbelanja, kepastian akan harga, dan keanekaragaman barang kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang cukup positif. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri ritel merupakan salah satu dari sekian banyak industri yang mengalami perkembangan yang cukup positif. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo)
Lebih terperinciPENGARUH GENDER DAN PENDIDIKAN TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN MENGENAI PELAYANAN HYPERMART SOLO GRAND MALL SKRIPSI. Disusun oleh: HAIKAL HABIB HUSAIN
PENGARUH GENDER DAN PENDIDIKAN TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN MENGENAI PELAYANAN HYPERMART SOLO GRAND MALL SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Fenomena persaingan yang ada telah membuat para pengusaha
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomena persaingan yang ada telah membuat para pengusaha menyadari suatu kebutuhan untuk mengeksploitasi sepenuhnya aset-aset mereka demi memaksimalkan kinerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. buka-tutup, mati-hidup dan terus bergulir tanpa henti dengan berbagai macam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini pertumbuhan industri ritel semakin berkembang. Tingginya permintaan pasar akan produk ritel, membuat sebagian besar pelaku usaha memilih bisnis ini. Bisnis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bisnis eceran, yang kini populer disebut bisnis ritel, merupakan bisnis yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bisnis eceran, yang kini populer disebut bisnis ritel, merupakan bisnis yang menghidupi banyak orang dan memberi banyak keuntungan bagi sementara orang lainnya. Pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bisnis ritel modern sendiri yang baru lahir (Utami, 2006:4).Meningkatnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bisnis ritel dipahami sebagai semua kegiatan yang terkait dengan upaya untuk menambah nilai barang dan jasa yang dijual secara langsung kepada konsumen akhir untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis ritel di Indonesia pada saat ini semakin cepat salah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan bisnis ritel di Indonesia pada saat ini semakin cepat salah satunya disebabkan oleh kebutuhan masyarakat yang jumlahnya terus meningkat. Salah
Lebih terperinci