III. METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODOLOGI PENELITIAN

AUDIT ENERGI PADA PROSES PRODUKSI PUPUK UREA DI PT. PUPUK KUJANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 2.1. Peran masing-masing sumber energi utama dalam penyediaan energi nasional

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pupuk urea adalah pupuk buatan senyawa kimia organik dari CO(NH 2 ) 2,

AUDIT ENERGI PADA WHB (WASTE HEAT BOILER) UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN PADA PROSES UREA (STUDI KASUS PADA PT PETROKIMIA GRESIK-JAWA TIMUR).

ERIKA MONA P.SIRAIT NIM:

P 3 SKRIPSI (ME ) Bima Dewantara

PRARANCANGAN PABRIK UREA FORMALDEHID PROSES FORMOX KAPASITAS TON / TAHUN

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Demikian juga halnya dengan PT. Semen Padang. PT. Semen Padang memerlukan

PABRIK PUPUK UREA DARI NH 3 DAN CO 2 DENGAN PROSES ACES

PRARANCANGAN PABRIK AMMONIUM NITRAT PROSES STENGEL KAPASITAS TON / TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. generator. Steam yang dibangkitkan ini berasal dari perubahan fase air

BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA

Gbr. 2.1 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU)

PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES

Oleh : Dimas Setiawan ( ) Pembimbing : Dr. Bambang Sudarmanta, ST. MT.

Pratama Akbar Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah...

Desain Proses Pengelolaan Limbah Vinasse dengan Metode Pemekatan dan Pembakaran pada Pabrik Gula- Alkohol Terintegrasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. NERACA MASSA DAN NERACA ENERGI. = 6.313,13 kg/jam

Analisa Pengaruh Variasi Pinch Point dan Approach Point terhadap Performa HRSG Tipe Dual Pressure

ANALISIS PENGARUH PEMAKAIAN BAHAN BAKAR TERHADAP EFISIENSI HRSG KA13E2 DI MUARA TAWAR COMBINE CYCLE POWER PLANT

DAFTAR ISI. Halaman Judul... i. Lembar Pengesahan... ii. Kata Pengantar... iv. Daftar Isi... v. Daftar Tabel... ix. Daftar Gambar...

Tekad Sitepu, Sahala Hadi Putra Silaban Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

PERHITUNGAN NERACA PANAS

BAB IV PEMBAHASAN KINERJA BOILER

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

ANALISA PEMANFAATAN PANAS BUANG GENSET GAS UNTUK ABSORPTION CHILLER SEBAGAI IMPLEMENTASI EFISIENSI ENERGI HALAMAN JUDUL

CH 3 -O-CH 3. Pabrik Dimethyl Ether (DME) dari Styrofoam bekas dengan Proses Direct Synthesis. Dosen Pembimbing: Dr.Ir. Niniek Fajar Puspita, M.

PABRIK AMMONIUM NITRAT DARI AMMONIA DAN ASAM NITRAT DENGAN PROSES FAUSER

UNJUK KERJA KOMPOR BERBAHAN BAKAR BIOGAS EFISIENSI TINGGI DENGAN PENAMBAHAN REFLEKTOR

OLEH : SIGIT P.KURNIAWAN

TURBIN GAS. Berikut ini adalah perbandingan antara turbin gas dengan turbin uap. Berat turbin per daya kuda yang dihasilkan lebih besar.

BAB II LANDASAN TEORI

PENGETAHUAN PROSES PADA UNIT SINTESIS UREA

ANALISA EFISIENSI PERFORMA HRSG ( Heat Recovery Steam Generation ) PADA PLTGU. Bambang Setyoko * ) Abstracts

KETEL UAP ANALISA EFISIENSI WATER TUBE BOILER BERBAHAN BAKAR FIBER DAN CANGKANG DI PALM OIL MILL DENGAN KAPASITAS 45 TON TBS/JAM

BAB IV HASIL DAN ANALISA. 4.1 Perhitungan konsumsi bahan bakar dengan bensin murni

ANALISIS TERMODINAMIKA PERFORMA HRSG PT. INDONESIA POWER UBP PERAK-GRATI SEBELUM DAN SESUDAH CLEANING DENGAN VARIASI BEBAN

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin.

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN DATA

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA

IV. NERACA MASSA DAN NERACA ENERGI

TUGAS I MENGHITUNG KAPASITAS BOILER

BAB IV PERHITUNGAN DATA

STEAM TURBINE. POWER PLANT 2 X 15 MW PT. Kawasan Industri Dumai

PENGOPERASIAN BOILER SEBAGAI PENYEDIA ENERGI PENGUAPAN PADA PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DALAM EVAPORATOR TAHUN 2012

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III APLIKASI TERMODINAMIKA PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI

PRARANCANGAN PABRIK FORMALDEHID PROSES FORMOX KAPASITAS TON / TAHUN

KESETIMBANGAN ENERGI

Prinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KONSENTRASI TEKNIK ELEKTRONIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA

Cara Menggunakan Tabel Uap (Steam Table)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas

ANALISA EFISIENSI KETEL UAP PIPA AIR KAPASITAS 20 TON/JAM TEKANAN KERJA 20 BAR DI PABRIK KELAPA SAWIT

BAB III METODE PENELITIAN. fenomena serta hubungan-hubunganya. Tujuan penelitian kuantitatif adalah

PRA RANCANGAN PABRIK PEMBUATAN LEMAK COKELAT MENTAH DARI BIJI COKELAT KERING HASIL FERMENTASI DENGAN KAPASITAS PRODUKSI TON/TAHUN

PRA RANCANGAN PABRIK UREA FORMALDEHIDPROSES D. B WESTERN KAPASITAS TON/TAHUN

MENAIKKAN EFISIENSI BOILER DENGAN MEMANFAATKAN GAS BUANG UNTUK PEMANAS EKONOMISER

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di PLTG unit pembangkit PT. Dian Swastatika

AZAS TEKNIK KIMIA (NERACA ENERGI) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

25. Neraca panas pada Vaporizer (VP-101) Neraca panas pada Separator Drum (SD-101) Neraca energi pada Kompresor (K-101)

Proses Produksi Amonia

BAB II DASAR TEORI Prinsip Kerja Mesin Refrigerasi Kompresi Uap

TUGAS AKHIR PRARANCANGAN PABRIK KARBON DISULFIDA DARI METANA DAN BELERANG KAPASITAS TON/TAHUN

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH VARIASI RASIO UDARA-BAHAN BAKAR (AIR FUEL RATIO) TERHADAP GASIFIKASI BIOMASSA BRIKET SEKAM PADI PADA REAKTOR DOWNDRAFT SISTEM BATCH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

OLEH Ir. PARLINDUNGAN MARPAUNG HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI (HAKE)

BAB I PENDAHULUAN BE-506B. To Filtration. Gambar 1.1 Proses pemanasan umpan CTA dengan menggunakan 9 buah heat exchanger

ANALISIS UNJUK KERJA HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR (HRSG) PADA PLTGU MUARA TAWAR BLOK 5 ABSTRAK

BAB V TURBIN GAS. Berikut ini adalah perbandingan antara turbin gas dengan turbin uap. No. Turbin Gas Turbin Uap

KINERJA REAKTOR UREA DC-101 DI PT. PUPUK ISKANDAR MUDA ABSTRAK

Perhitungan Daya Turbin Uap Dan Generator

TUGAS PERANCANGAN PABRIK FORMALDEHID PROSES HALDOR TOPSOE KAPASITAS TON / TAHUN

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008 ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12

METODOLOGI PENELITIAN

Udara. Bahan Bakar. Generator Kopel Kompresor Turbin

1. PENDAHULUAN PROSPEK PEMBANGKIT LISTRIK DAUR KOMBINASI GAS UNTUK MENDUKUNG DIVERSIFIKASI ENERGI

PABRIK PUPUK ZA (AMONIUM SULFAT) DARI AMONIAK DAN ASAM SULFAT DENGAN PROSES NETRALISASI

PABRIK PUPUK KALIUM SULFAT DENGAN PROSES DEKOMPOSISI KALSIUM SULFAT DAN KALIUM KLORIDA DENGAN MENGGUNAKAN KRISTALIZER SINGLE STAGE Disusun oleh :

ANALISIS ALAT PENUKAR KALOR PADA KETEL UAP

NME D3 Sperisa Distantina BAB V NERACA PANAS

KRISTALISASI. Amelia Virgiyani Sofyan Azelia Wulan C.D Dwi Derti. S Fakih Aulia Rahman

ANALISA BAHAN BAKAR KETEL UAP PIPA AIR KAPASITAS 20 TON UAP/JAM PADA PTPN II PKS PAGAR MERBAU

BAB III SISTEM PLTGU UBP TANJUNG PRIOK

SKRIPSI / TUGAS AKHIR

PRINSIP KONSERVASI ENERGI PADA PROSES PRODUKSI. Ir. Parlindungan Marpaung HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI

KONVERSI ENERGI PANAS BUMI HASBULLAH, MT

Transkripsi:

III. METODOLOGI PENELITIAN Dalam pengamatan awal dilihat tiap seksi atau tahapan proses dengan memperhatikan kondisi produksi pada saat dilakukan audit energi. Dari kondisi produksi tersebut selanjutnya ditentukan batasan sistem yang diaudit serta didapatkan pola produksi riil. Dari pola produksi tersebut data dianalisis dalam bentuk grafik untuk menentukan metoda pengambilan data, yaitu waktu pengambilan data dan frekuensi pengambilan data. A. WAKTU DAN TEMPAT Penelitian dilaksanakan dalam kurun waktu Maret 2009 sampai dengan Mei 2009. Tempat pelaksanaan penelitian adalah di PT. PUPUK KUJANG 1A, PERSERO di bagian Process Engineering. B. BATASAN SISTEM Kegiatan audit energi ini dilakukan di tiga unit, yaitu unit penyediaan sarana penunjang (utility), unit proses produksi pupuk urea dan unit utilitas pendukung proses produksi pupuk urea. Batasan masing-masing unit tersebut dijelaskan sebagai berikut : 1. Unit penyediaan sarana penunjang (utility) Unit penyediaan sarana penunjang produksi (utility) ini dianggap sebagai suatu kesatuan sistem. Untuk memudahkan dalam kegiatan audit dan menghindari kesalahpahaman terhadap hasil yang disajikan, sistem ini dibagi menjadi empat sub sistem. Sub sistem tersebut antara lain gas turbin generator HITACHI (2006-J), ketel uap panas buang (2003-U) dan ketel uap paket I dan II (2007-U dan 2007-UA). a. Sub sistem gas turbin generator HITACHI (2006-J) Gas turbin generator HITACHI (2006-J) berfungsi sebagai unit penyediaan tenaga listrik untuk seluruh pabrik (plant), perumahan dan perkantoran.

b. Sub sistem ketel uap panas buang (2003-U) Ketel uap panas buang (2003-U) berfungsi sebagai pembangkit uap dengan memanfaatkan gas buang dari gas turbin generator untuk pembakaran. c. Sub sistem ketel uap paket I dan II (2007-U dan 2007-UA) Ketel uap paket I dan II (2007-U dan 2007-UA) berfungsi sebagai pembangkit uap dengan masukan gas alam dan udara sebagai bahan bakar. 2. Unit proses pembuatan pupuk urea Seperti halnya pada unit penyediaan sarana penunjang produksi (utility), unit proses pembuatan pupuk urea juga dianggap sebagai suatu kesatuan sistem. Untuk memudahkan dalam kegiatan audit dan menghindari kesalahpahaman terhadap hasil yang disajikan, sistem ini dibagi menjadi empat sub sistem. Sub sistem tersebut antara lain seksi sintesa, seksi dekomposisi/purifikasi, seksi recovery dan seksi kristalisasi dan prilling. a. Sub sistem seksi sintesa Komponen utama pada seksi sintesa adalah reaktor sintesa (U- DC101). Sedangkan komponen lainnya adalah pompa, kompresor dan alat penukar panas (heat exchanger).

Batas sub sistem Ke unit purifikasi U-DC101 Udara pasivasi U-GB102 U-GB101A,B U-EA102 U-EA101 U-FA401 Larutan recycle U-GA402A,B CO 2 dari pabrik U-GA102A,B ammonia U-GA101A-D U-GA404A,B Gambar 3.1. Aliran proses dan definisi sub sistem sintesa b. Sub sistem seksi dekomposisi/purifikasi Peralatan pada sub sistem ini antara lain high pressure decomposer (U-DA201), low pressure decomposer (U-DA202), dan gas separator (U-DA203).

Gambar 3.2. Aliran proses dan definisi sub sistem dekomposisi/purifikasi c. Sub sistem seksi recovery Peralatan pada sub sistem ini antara lain low pressure absorber (U-EA402), off gas absorber (U-DA402), high pressure absorber cooler (U-EA401), high pressure absorber (U-DA401), ammonia recovery absorber (U-EA405), dan ammonia reservoir (U-FA401).

Batas sub sistem Dari U-DA201 Ke U-FA401 U-DA401 dari/ke U-GA201A,B Ke U-GB401 cw Dari U-DA205 U-EA405 cw cw cw U-EA401 cw U-EA406 U-DA402 Dari U-DA202 Dari U-GA203A,B Ke U-DC101 Steam condensate U-FA403 cw U-EA408 U-EA407 cw U-EA402 cw U-GA401A,B U-GA405A,B U-GA408A,B U-GA406A,B Steam condensate U-GA402A,B U-GA403A,B Ke U-DA202 U-GA407A,B Gambar 3.3. Aliran proses dan definisi sub sistem recovery

d. Sub sistem seksi kristalisasi dan prilling Peralatan pada seksi kristalisasi dan prilling antara lain crystallizer (U-FA201), mother liquor tank (U-FA203), fluidizing dryer (U-FF301), dan prilling tower (U-IA301). Gambar 3.4. Aliran proses dan definisi sub sistem kristalisasi

Batas sub sistem U-FC301 U-JD301A,B U-EA301 U-GB302 U-FD304 steam U-GB304A- U-FD305 U-PF302 U-PF303 Dari U-GF201A-E U-FA301 U-GA302A,B Ke U-FA203 U-PF301A-L steam condensat steam U-FF301 udara U-GB301 U-EC301 U IA301 U-FD303 udara U-GB303 Ke U-FA303 Ke pengantongan Gambar 3.5. Aliran proses dan definisi sub sistem prilling

3. Unit utilitas pendukung proses produksi pupuk urea Seperti halnya unit sarana penunjang (utility) dan unit proses produksi, unit utilitas pendukung proses produksi pupuk urea di urea plant dianggap sebagai suatu kesatuan sistem. Untuk memudahkan dalam kegiatan audit dan menghindari terjadinya kesalahpahaman dalam pembahasan, sistem ini dibagi menjadi tiga sub sistem. Sub sistem tersebut antara lain penyediaan uap dan kondensat uap, penyediaan air panas (hot water tank (U-FA703)) dan penyediaan air pendingin. a. Sub sistem penyediaan uap dan kondensat uap Peralatan pada sub sistem ini antara lain desuperheater I (U- BF701), desuperheater II (U-BF702), flash drum (U-FA701), steam condensate tank (U-FA702), dan condensate cooler (U-EA701). b. Sub sistem penyediaan air panas (hot water tank (U-FA703)) c. Sub sistem penyediaan air pendingin Peralatan pada sub sistem ini antara lain cooling tower for urea process part (U-EF601) dan cooling tower for crystallizer part (U- EF601) C. PARAMETER PENGUKURAN Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah : 1. Penggunaan energi listrik Data yang digunakan meliputi jenis alat, jumlah alat, lama penggunaan alat, daya tegangan, dan arus listrik yang terpasang dan terukur dan jumlah produksi pupuk urea. 2. Penggunaan energi uap Data yang digunakan meliputi konsumsi uap, nilai kalor uap, dan jumlah produksi pupuk urea. 3. Penggunaan energi bahan bakar gas alam Data yang digunakan meliputi konsumsi gas alam, nilai low heating valuedari masing-masing komponen yang terkandung dalam gas alam dan jumlah produksi pupuk urea.

4. Penggunaan energi manusia Data yang digunakan meliputi jumlah tenaga kerja pada tiap tahapan produksi, jumlah jam kerja, jumlah produksi pupuk urea, dan nilai metabolisme manusia. 5. Efisiensi penggunaan energi Data yang digunakan dalam menentukan efisiensi penggunaan energi adalah energi input, energi berguna, kapasitas terukur dan kapasitas terpasang. D. METODE PENGAMBILAN DATA Metode audit energi yang dilakukan di PT. PUPUK KUJANG 1A mengacu pada metode audit energi yang dilakukan oleh tim KONEBA di PT. Pupuk Kalimantan Timur (1989). Sehingga, audit energi ini terdiri dari dua tahap, yaitu : 1. Tahap pendahuluan (preliminary energi audit) Pada tahap ini dilakukan pengelompokkan sumber data yang diperlukan seperti kondisi dan pola produksi dan mengidentifikasi datadata tersebut. Setelah itu dilakukan analisis data untuk menentukan metode pengambilan data dalam satu bulan, satu minggu dan satu hari dengan tiga kali ulangan. Sehingga, data tersebut dapat dievaluasi pada tahap pemeriksaan menyeluruh (detailed energy audit). 2. Pemeriksaan menyeluruh (detailed energy audit) Setelah ditentukan metode pengambilan data yaitu data diambil setiap dua jam sekali selama 24 jam selama bulan Maret 2009, selanjutnya dilakukan pemeriksaan menyeluruh dengan melakukan penjajagan (surveying) terhadap peralatan yang dipakai di suatu pabrik dan melakukan analisa, baik terhadap alat yang tetap digunakan secara kontinyu maupun alat yang bersifat tidak tetap. Tahapan selanjutnya dari pemeriksaan menyeluruh ini adalah melakukan pemeriksaan dan pencatatan atau pengambilan data. Pengambilan data untuk audit energi ini dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu :

1. Pengumpulan data primer Waktu pengumpulan data primer ditentukan setelah dilakukan preliminary energy audit. Sedangkan pengambilan data dilakukan dengan tiga kali ulangan. Data-data yang diambil yaitu pada data peralatan yang menggunakan energi listrik, turbin uap, ketel uap, gas turbin generatot dan data pada proses produksi. Data-data tersebut dijelaskan sebagai berikut : a. Pengamatan dan pengukuran pada peralatan yang menggunakan listrik. Data yang diambil adalah kuat arus listrik terukur pada setiap alat/mesin. b. Pengamatan dan pengukuran pada turbin uap. Data yang diambil pada turbin uap adalah tekanan uap dan suhu uap. c. Pengamatan dan pengukuran pada tiga jenis ketel uap, yaitu ketel uap paket I (2007-U), ketel uap paket II (2007-UA) dan ketel uap panas buang (2003-U). Data yang diambil pada ketel uap adalah suhu uap, tekanan uap, suhu air umpan, laju alir massa air umpan, laju alir massa gas alam, suhu gas buang masuk economizer, suhu gas buang keluar economizer. Alat yang digunakan adalah alat yang terpasang pada ruang pengendali (control room). d. Pengamatan dan pengukuran pada gas turbin generator HITACHI (2006-J). Data yang diambil yaitu tegangan dan arus terukur. Alat yang digunakan adalah alat yang terpasang pada ruang pengendali (control room). e. Pengamatan dan pengukuran pada proses produksi pupuk urea berupa data tekanan, temperatur, laju alir massa, jumlah produksi urea, konsumsi uap air, ammonia dan air pengumpan ketel. 2. Pengumpulan data sekunder Data sekunder merupakan data penunjang lainnya yang diperoleh dari bagian Process Engineering termasuk data yang tidak dapat diukur di ruang pengendali (control room) seperti data mengenai komposisi gas alam yang diterima oleh PT. PUPUK KUJANG 1A.

E. BAHAN DAN ALAT Objek yang diaudit pada penelitian ini antara lain gas turbin generator HITACHI (2006-J), ketel uap panas buang (2003-U), ketel uap paket I dan II (2007-U dan 2007-UA), turbin, pompa, kompresor dan motor listrik. Sedangkan alat ukur yang digunakan dalam kegiatan audit ini adalah semua alat ukur sensor yang terpasang di ruang pengendali (control room) dan alat ukur yang terpasang di lapangan. Bahan yang digunakan dalam kegiatan audit ini adalah gas alam, air dan udara. F. PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS Audit energi yang dilakukan pada proses produksi pupuk urea ini dilakukan pada setiap tahap yang telah ditentukan. Semua perhitungan akhir energi dikonversikan ke dalam satuan energi yang sama yaitu kj/kg urea. 1. Energi listrik Kebutuhan energi listrik dalam proses produksi pupuk urea dapat dihitung dengan persamaan berikut : E l = (P * t * η) / Q (3.1) P = v * I * cos θ * 3 (3.2) E l P t = Energi listrik yang digunakan untuk memproduksi tiap kg pupuk urea (MJ/kg) = Daya motor/mesin terukur (kw) = Waktu (jam) η = Efisiensi alat (%) Q = Jumlah produksi pupuk urea (kg) v = Tegangan (volt) I = Arus (ampere) cos θ = Faktor daya

2. Energi uap Kebutuhan energi uap dalam proses produksi pupuk urea dapat dihitung dengan persamaan berikut : E s = m s * h (3.3) E s m s h = Energi uap (kj/jam) = Laju aliran massa uap (kg/jam) = Entalpi uap pada tekanan dan suhu tertentu (kj/kg) 3. Energi bahan bakar gas alam Energi bahan bakar gas alam dalam proses produksi pupuk urea dapat dihitung dengan persamaan berikut : E NG = m NG * LHV (3.4) E NG m NG = Energi gas alam (kj/jam) = Laju aliran massa gas alam (lb/jam) LHV = Low Heating Value gas alam (kj/lb) Pada perhitungan energi bahan bakar gas alam, satuan yang digunakan untuk laju aliran massa adalah lb/jam dikarenakan nilai LHV yang diperoleh memiliki satuan kj/lb. 4. Energi air umpan ketel Kebutuhan energi air umpan ketel dalam proses produksi pupuk urea dapat dihitung dengan persamaan berikut : E air m air C pa E air = m air * Cpa dt (3.5) = Energi air umpan ketel (kj/jam) = Laju aliran massa air umpan ketel (kg/jam) = Panas jenis air umpan ketel (kj/kg.mol) T 1 = Suhu reference (298 K) T 2 = Suhu air umpan ketel (K)

Nilai panas jenis air umpan ketel merupakan fungsi integral terhadap suhu. Nilai Cp dapat dihitung dengan menggunakan tabel Heat Capacity for Inorganic Compounds and Elements. 5. Energi oksigen yang terkandung dalam udara Kebutuhan energi oksigen yang terkandung dalam udara pada proses produksi pupuk urea dapat dihitung dengan persamaan berikut : E udara = m udara * Cpu dt (3.6) E udara = Energi udara (kj/jam) m udara C pu = Laju aliran massa oksigen yang terkandung dalam udara secara teoritis (kg.mol/jam) = Panas jenis udara (kj/kg.mol) T 1 = Suhu reference (298 K) T 2 = Suhu udara (K) Nilai panas jenis udara merupakan fungsi integral terhadap suhu. Nilai Cp dapat dihitung dengan menggunakan tabel Heat Capacity for Inorganic Compounds and Elements. 6. Energi manusia Kebutuhan energi manusia dalam proses produksi pupuk urea dapat dihitung dengan persamaan berikut : E manusia = (n x T x C manusia )/N pupuk urea (3.7) E manusia n T C N pupuk urea = Energi manusia (kj/jam) = Jumlah pekerja per hari = Jam kerja per hari (jam) = Metabolisme dasar manusia (laki-laki = 4.27 kj/menit atau 256.2 kj/jam) = Jumlah produksi pupuk urea per hari (kg/hari)

7. Efisiensi penggunaan energi Efisiensi penggunaan energi dalam proses produksi pupuk urea adalah sebagai berikut : a. Efisiensi riil Efisiensi riil yaitu perbandingan antara jumlah energi berguna dengan jumlah energi input. Efisiensi riil dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut : η riil = E berguna / E in x 100% (3.8) η riil = Efisiensi riil (%) E berguna E in = Energi berguna (kj/jam) = Energi input (kj/jam) b. Efisiensi teknis Efisiensi teknis yaitu perbandingan efisiensi terukur (η riil ) dengan efisiensi alat/mesin terpasang. Efisiensi teknis dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut : η teknis = η riil /η menurut spesifikasi x 100% (3.9) η teknis = Efisiensi teknis (%) η menurut spesifikasi = Efisiensi alat/mesin menurut spesifikasi (%) η riil = Efisiensi riil (%) Setelah didapatkan parameter pengukuran yang dibutuhkan, selanjutnya dilakukan analisis terhadap hasil perhitungan yang diperoleh. Metode analisis yang akan digunakan pada penelitian ini mengacu pada metode audit menurut Wayne C. Turner (1982) dengan tahapan analisis kesetimbangan massa dan energi, analisis energi yang masuk dan yang keluar pada tiap sub sistem dan analisis pindah panas. Kesetimbangan massa dan energi sangat penting dalam sebuah proses di industri. Kesetimbangan massa adalah aspek penting sebagai pengontrol

proses terutama untuk mengontrol produk yang dihasilkan. Kesetimbangan massa dan energi didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana massa dan energi pada saat masuk proses dan keluar proses adalah sama. Secara lebih jelas konsep kesetimbangan massa dan energi dapat dilihat pada Gambar 3.6. Gambar 3.6. Kesetimbangan massa dan energi (joeperreau@aol.com) Dari Gambar 3.6. di atas dapat dituliskan rumus kesetimbangan massa dan energi sebagai berikut : Massa masuk = massa keluar + massa tersimpan (3.10) Bahan baku masuk = produk + limbah + material tersimpan (3.11) Σm R = Σ m P + Σm W + Σm S (3.12) (dimana Σ (sigma) menunjukan jumlah semua kondisi). Σm R = m R1 + m R2 + m R3 = Total bahan baku. (3.13) Σm P = m P1 + m P2 + m P3 = Total produk. (3.14) Σm w = m W1 + m W2 + m W3 = Total limbah. (3.15) Σm s = m S1 + m S2 + m S3 = Total produk tersimpan. (3.16)

Jika tidak ada perubahan kimia selama proses, hukum kesetimbangan massa dapat digunakan untuk masing-masing komponen, sehingga untuk komponen A : m A pada material yang masuk = m A pada material yang keluar + m A yang tersimpan di dalam proses. (3.17) Tetapi jika terjadi perubahan kimia selama proses, maka sebagian massa akan hilang karena reaksi kimia. Sehingga rumus untuk menghitung kesetimbangan massa menjadi : m AR = m AP + m AW + m AS + m AU (3.18) dimana m AU adalah massa yang hilang yang tidak diketahui dan harus diidentifikasi. Seperti halnya massa, energi dalam suatu proses juga harus dihitung. Energi yang masuk dalam suatu proses harus sama dengan energi yang keluar. Energi masuk = Energi keluar + Energi tersimpan (3.19) ΣE R = Σ E P +ΣE W +ΣE L + ΣE S (3.20) ΣE R = E R1 + E R2 + E R3 +. = Total energi masuk ΣE P = E P1 + E P2 + E P3 +. = Total energi yang keluar bersama produk ΣE W = E W1 +E W2 + E W3 + = Total energi yang keluar bersama limbah ΣE L = E L1 + E L2 + E L3 +.. = Total energi yang hilang ke lingkungan ΣE S = E S1 + E S2 + E S3 +.. = Total energi tersimpan Kesetimbangan energi lebih rumit untuk dihitung karena bentuk dari energi itu sendiri yang dapat dikonversikan ke bentuk lainnya seperti energi mekanik yang dikonversi menjadi energi panas. Tetapi jumlah secara keseluruhan haruslah seimbang. Dengan analisis tersebut diharapkan dapat diketahui aliran energi dari tiap sub sistem pada proses produksi pupuk urea. Sehingga dapat diketahui efisiensi penggunaan energi dan mendapatkan cara terbaik penghematan energi pada proses produksi pupuk urea.