EFEKTIVITAS CATATAN TEST DAY UNTUK EVALUASI GENETIK PRODUKSI SUSU PADA SAPI PERAH

dokumen-dokumen yang mirip
PEMANFAATAN CATATAN TEST DAY (HARI UJI) PADA EVALUASI MUTU GENETIK SAPI PERAH DI PT. TAURUS DAIRY FARM. Universitas Padjadjaran

Fixed Regression Test Day Model Sebagai Solusi pada Pendugaan Nilai Pemuliaan Sapi Perah

FIXED REGRESSION TEST DAY MODEL SEBAGAI SOLUSI PADA PENDUGAAN NILAI PEMULIAAN SAPI PERAH. HENI INDRIJANI dan ASEP ANANG

Korelasi Nilai Pemuliaan Produksi Susu Sapi Perah Berdasarkan Test Day Laktasi 1, Laktasi 2, Laktasi 3, dengan Gabungannya

Nena Hilmia Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

MILK PRODUCTION CURVE MODEL ON FIRST AND SECOND LACTATION IN FRIESIAN HOLSTEIN COWS AT PT.ULTRA PETERNAKAN BANDUNG SELATAN

PENGGUNAAN CATATAN TEST DAY UNTUK MENGEVALUASI MLTTU GENETIK SAP1 PERAH OLEH : HEN1 INDRIJANI

PENDUGAAN KEMAMPUAN PRODUKSI SUSU PADA KAMBING SAANEN (KASUS DI PT TAURUS DAIRY FARM) Ine Riswanti*, Sri Bandiati Komar P.

PERBANDINGAN DUA METODE PENDUGAAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH BERDASARKAN CATATAN SEBULAN SEKALI

PERKEMBANGAN EVALUASI GENETIK SAPI PERAH BERDASARKAN PRODUKSI SUSU

E. Kurnianto, I. Sumeidiana, dan R. Yuniara Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK

ESTIMATED MILK PRODUCTION OF 305 DAYS USING TEST DAY RECORDS AT BBPTU-SP BATURRADEN. Heni Indrijani Fakultas Peternakan UNPAD ABSTRACT

PERKEMBANGAN EVALUASI GENETIK SAPI PERAH BERDASARKAN PRODUKSI SUSU. Heni Indrijani Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran ABSTRAK

I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu hasil ternak yang tidak dapat dipisahkan dari

EVALUASI PEJANTAN FRIES HOLLAND DENGAN METODE CONTEMPORARY COMPARISON DAN BEST LINEAR UNBIASED PREDICTION

Model Kurva Produksi dan korelasinya...kurniawan

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK SIFAT-SIFAT PRODUKSI TELUR ITIK ALABIO

KORELASI GENETIK DAN FENOTIPIK ANTARA BERAT LAHIR DENGAN BERAT SAPIH PADA SAPI MADURA Karnaen Fakultas peternakan Universitas padjadjaran, Bandung

Analisis Efek Tetap dalam Evaluasi Genetik Produksi Susu pada Sapi Perah Menggunakan Catatan Test Day di Indonesia

Respon Seleksi Domba Garut... Erwin Jatnika Priyadi RESPON SELEKSI BOBOT LAHIR DOMBA GARUT PADA INTENSITAS OPTIMUM DI UPTD BPPTD MARGAWATI GARUT

EVALUASI PRODUKSI SUSU BULANAN SAPI PERAH FRIES HOLLAND DAN KORELASINYA DENGAN PRODUKSI TOTAL SELAMA 305 HARI DI BBPTU-HPT BATURRADEN

Pendugaan Nilai Heritabilitas Bobot Lahir dan Bobot Sapih Domba Garut Tipe Laga

EFISIENSI RELATIF SELEKSI CATATAN BERULANG TERHADAP CATATAN TUNGGAL BOBOT BADAN PADA DOMBA PRIANGAN (Kasus di SPTD - Trijaya, Kuningan, Jawa Barat)

Hubungan Antara Umur dan Bobot Badan...Firdha Cryptana Morga

EVALUASI GENETIK PRODUKSI SUSU SAPI FRIES HOLLAND DI PT CIJANGGEL-LEMBANG

Gambar 1. Produksi Susu Nasional ( ) Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan (2011)

Penyusunan Faktor Koreksi Produksi Susu Sapi Perah

Ripitabilitas dan MPPA Sapi Perah FH di BBPTU HPT Baturraden...Deriany Novienara

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Lokasi BBPTU-SP Baturraden, Purwokerto

PERBANDINGAN PERFORMA PRODUKSI SAPI PERAH FRIES HOLLAND IMPOR DENGAN KETURUNANNYA (Studi Kasus di PT. UPBS Pangalengan)

JURNAL ILMU TERNAK, JUNI 2015, VOL. 15, NO. 1

PERFORMA PRODUKSI SUSU DAN REPRODUKSI SAPI FRIESIAN-HOLSTEIN DI BPPT-SP CIKOLE LEMBANG SKRIPSI YUNI FITRIYANI

PENDAHULUAN. kebutuhan susu nasional mengalami peningkatan setiap tahunnya.

PARAMETER GENETIK: Pengantar heritabilitas dan ripitabilitas

Dugaan Produksi Susu 305 Hari pada Sapi Perah FH.Herman

ESTIMASI POTENSI GENETIK SAPI PERAH FRIESIAN HOLSTEIN DI TAURUS DAIRY FARM, CICURUG, SUKABUMI

PENDAHULUAN. dari sapi betina yang telah melahirkan. Produksi susu merupakan salah satu aspek

PENDUGAAN NILAI PEJANTAN SAPI PERAH DI BBTU SAPI PERAH BATURRADEN ( THE PREDICTION OF STUD DIARY CATTLE AT BBTU DAIRY CATTLE BATURRADEN )

Korelasi Genetik dan Fenotipik Produksi Susu Laktasi Pertama dengan Daya Produksi Susu Sapi Fries Holland

UJI PRODUKSI SUSU SAPI FRIESIEN HOLSTEIN KETURUNAN PEJANTAN IMPOR DI BBPTU-HPT BATURRADEN

PENGGUNAAN TAKSIRAN PRODUKSI SUSU DENGAN TEST INTERVAL METHOD (TIM) PADA EVALUASI MUTU GENETIK SAPI PERAH DI BBPTU SAPI PERAH BATURRADEN

PENDAHULUAN. pangan hewani. Sapi perah merupakan salah satu penghasil pangan hewani, yang

EVALUASI POTENSI GENETIK GALUR MURNI BOER

NILAI PEMULIAAN. Bapak. Induk. Anak

Gambar 1. Grafik Populasi Sapi Perah Nasional Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2011)

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. laktasi 2 sebanyak 100 ekor, laktasi 3 sebanyak 50 ekor, dan laktasi 4 sebanyak 40

EVALUASI PERFORMA PRODUKSI SUSU SAPI PERAH FRIESHOLLAND (FH) KETURUNAN SAPI IMPOR (Studi Kasus di PT. UPBS, Pangalengan, Jawa Barat)

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi perah secara umum merupakan penghasil susu yang sangat dominan

ESTIMATION OF GENETIC PARAMETERS, GENETIC AND PHENOTYPIC CORRELATION ON MADURA CATTLE. Karnaen Faculty of Animal Husbandry University of Padjadjaran

SELEKSI YANG TEPAT MEMBERIKAN HASIL YANG HEBAT

KEMAJUAN GENETIK SAPI LOKAL BERDASARKAN SELEKSI DAN PERKAWINAN TERPILIH

PENGARUH EFEK TETAP TERHADAP BOBOT BADAN PRASAPIH DOMBA PRIANGAN

SELEKSI PEJANTAN BERDASARKAN NILAI PEMULIAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DI LOKA PENELITIAN SAPI POTONG GRATI PASURUAN

AKURASI ESTIMASI PRODUKSI SUSU TEST INTERVAL METHOD SEBAGAI ALTERNATIF SELEKSI SAPI PERANAKAN FRIESIAN HOLSTEIN DI AREA TROPIKA BASAH

AKURASI ESTIMASI PRODUKSI SUSU TEST INTERVAL METHOD SEBAGAI ALTERNATIF SELEKSI SAPI PERANAKAN FRIESIAN HOLSTEIN DI AREA TROPIKA BASAH ABSTRACT

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Berasal dari Belanda dan mulai dikembangkan sejak tahun 1625 (Makin, 2011). Sapi FH memiliki karakteristik sebagai berikut :

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari

b?> EVALUASI KECUKUPAN NUTRIEN SAP1 FRIES HOLLAND PERIODE LAKTASI KE-3 DAN KE-4 DI PT. TAURUS DAIRY FARM, CICURUG, SUKABUMI

Animal Agriculture Journal 4(2): , Juli 2015 On Line at :

HASIL DAN PEMBAHASAN. Performans Bobot Lahir dan Bobot Sapih

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

Faktor Koreksi Lama Laktasi Untuk Standarisasi Produksi Susu Sapi Perah

PENDUGAAN NILAI RIPITABILITAS DAN DAYA PRODUKSI SUSU 305 HARI SAPI PERAH FRIES HOLLAND DI PT. ULTRA PETERNAKAN BANDUNG SELATAN (UPBS)

III MATERI DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitan ini menggunakan catatan produksi susu 305 hari dari

Moch. Makin, dan Dwi Suharwanto Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

PROFIL REPRODUKSI SAP1 FRIES HOLLAND DI PT TAURUS DAIRY FARM

PARAMETER GENETIK BOBOT BADAN DAN LINGKAR DADA PADA SAPI PERAH

Evaluasi Kecukupan Nutrien pada Sapi Perah Laktasi... Refi Rinaldi

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi perah termasuk kedalam famili Bovidae dan ruminansia yang

POTENSI GENETIK PRODUKSI SUSU SAPI FRIESIAN HOLSTEIN BETINA DI BBPTU SAPI PERAH BATURRADEN, PURWOKERTO SKRIPSI ERNI SITI WAHYUNI

POLA DAN PENDUGAAN SIFAT PERTUMBUHAN SAPI FRIESIAN-HOLSTEIN BETINA BERDASARKAN UKURAN TUBUH DI KPSBU LEMBANG SKRIPSI RIVA TAZKIA

L. Istiqomah, C. Sumantri, dan T. R. Wiradarya Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor ABSTRAK

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan balai pusat pembibitan sapi perah di bawah

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DANKOMPONEN RAGAM SIFAT PERTUMBUHAN PADA BANGSA BABI YORKSHIRE

PERFORMA REPRODUKSI SAPI DARA FRIESIAN-HOLSTEIN PADAPETERNAKAN RAKYAT KPSBU DAN BPPT SP CIKOLE DI LEMBANG

Seleksi Awal Calon Pejantan Sapi Aceh Berdasarkan Berat Badan

PERTUMBUHAN SAPI FH DARA CALON BIBIT DARI UMUR HARI

Simulasi Uji Zuriat pada Sifat Pertumbuhan Sapi Aceh (Progeny Test Simulation for Growth Traits in Aceh Cattle)

PEMULIABIAKAN PADA SAPI PERAH

Sri Bandiati Komar Prajoga Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Bandung

PERFORMANS PERTUMBUHAN DAN BOBOT BADAN SAPI PERAH BETINA FRIES HOLLAND UMUR 0-18 Bulan

I. PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan salah satu penghasil protein hewani, yang dalam

ESTIMASI NILAI HERITABILITAS BERAT LAHIR, SAPIH, DAN UMUR SATU TAHUN PADA SAPI BALI DI BALAI PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL SAPI BALI

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN KOMPONEN RAGAM SIFAT PERTUMBUHAN PADA BANGSA BABI LANDRACE

KATA PENGANTAR. kelancaran kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul. Ripitabilitas dan MPPA Produksi Susu 305 Hari Sapi Perah Friesian

PENDUGAAN HERITABILITAS, KORELASI GENETIK DAN KORELASI FENOTIPIK SIFAT BOBOT BADAN PADA SAPI MADURA

Karakteristik Kuantitatif Sapi Pasundan di Peternakan Rakyat... Dandy Dharma Nugraha KARAKTERISTIK KUANTITATIF SAPI PASUNDAN DI PETERNAKAN RAKYAT

Estimasi Parameter Genetik Induk Babi Landrace Berdasarkan Sifat Litter Size dan Bobot Lahir Keturunannya

KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan. Hasil estimasi heritabilitas calving interval dengan menggunakan korelasi

MAKALAH PRODUKSI TERNAK DAN KAMBING. Seleksi dan Manfaat Untuk Meningkatkan Produktivitas Ternak. Disusun Oleh : Kelompok 3.

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN KOMPONEN RAGAM KAMBING KACANG

Dudi, Dedi Rahmat dan Tidi Dhalika Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

JURNAL ILMU TERNAK, JUNI 2006, VOL. 6 NO.1. Dudi, Dedi Rahmat dan Tidi Dhalika Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

PENDUGAAN NILAI PEMULIAAN SIFAT PRODUKSI SUSU PADA PEJANTAN SAPI FRIESIAN HOLSTEIN DI BBPTU SAPI PERAH BATURRADEN PURWOKERTO

PERFORMANS PRODUKSI SUSU KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE) BERDASARKAN PARITAS, UMUR, BOBOT BADAN, DAN STATUS KEBUNTINGAN DI MADUKARA FARM, KOTA BATU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi termasuk dalam genus Bos yaitu dalam Bos taurus dan Bos indicus.

PENGARUH PEMBERIAN KONSENTRAT... PERIODE LAKTASI TERHADAP BERAT JENIS, KADAR LEMAK DAN KADAR BAHAN KERING SUSU SAPI

Pendugaan Parameter Genetik Bobot Hidup Itik Alabio dan Mojosari pada Periode Starter

KANDUNGAN LEMAK, TOTAL BAHAN KERING DAN BAHAN KERING TANPA LEMAK SUSU SAPI PERAH AKIBAT INTERVAL PEMERAHAN BERBEDA

Transkripsi:

EFEKTIVITAS CATATAN TEST DAY UNTUK EVALUASI GENETIK PRODUKSI SUSU PADA SAPI PERAH (EFFECTIVITY OF TEST DAY RECORDS ON GENETIC EVALUATION OF DAIRY CATTLE) H. Indrijani 1), A.Anang 1), R.R. Noor ), dan C. Talib 3) Kata kunci : sapi perah, test day, nilai pemuliaan, model regresi tetap Key word : dairy cattle, test day, breeding value, fixed regression model Abstract A research was conducted to study the effectivity of Test Day records using a Fixed Regression model for genetic evaluation of dairy cattle. The data were collected from first and second lactations of Frisian Holstein dairy cattle from 1989 to 000 at PT Taurus Dairy Farm Sukabumi. A total of 7503 Test Day records recorded from 456 cows, 40 sires and 34 dams were collected. Variance components were estimated using the animal model with REML and Breeding Values were predicted using BLUP. The results showed that the peak of lactation was reached on day 35. Season was not clearly affecting Test Day. The genetic variance decreased along with the addition of the Test Day in nd lactation up to test 3, and then decreased gradually up to the end of test. The estimation of heritability followed the same patern as the genetic variance. Genetic evaluation based on first lactation plus the first test and second lactation was sufficient for the evaluation of animals, while bulls should be prolonged up to the first three tests. Sari Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari efektivitas catatan Test Day dengan model regresi tetap untuk evaluasi genetik produksi susu pada sapi perah berdasarkan laktasi satu dan dua. Data produksi susu berasaldari sapi perah Frisian Holstein periode laktasi satu dan dua dari tahun 1989-000 di PT. Taurus Dairy Farm Sukabumi. Catatan Test Day sebanyak 7503 buah berasal dari 456 ekor sapi betina, 40 pejantan dan 34 ekor induk. Model yang digunakan adalah Model Regresi Tetap, varian komponen diduga dengan Animal Model dengan Restricted Maximum Likelihood (REML) dan Nilai Pemuliaan dengan Best Linier Unbiased Prediction (BLUP). Hasil analisis menunjukan hasil test ke-35 (TD) merupakan puncak produksi. Pengaruh musim terhadap produksi susu Test Day mempunyai pola yang kurang jelas. Ragam genetik aditif pada laktasi dua menurun sejalan dengan penambahan catatan Test Day sampai dengan Test Day ke-3, setelah itu meningkat sampai akhir laktasi. Dugaan nilai heritabilitas mengikuti pola yang sama dengan ragam genetik. Evaluasi genetik berdasarkan laktasi satu penuh yang ditambah dengan satu catatan Test Day pada laktasi dua sudah cukup untuk mengevaluasi seluruh ternak, sedangkan untuk mengevaluasi pejantan, evaluasi harus diperpanjang sampai tiga catatan Test Day pada laktasi dua. 1) Fakultas Peternakan UNPAD, Jalan Raya Jatinangor, Sumedang ) Fakultas Peternakan IPB, Jalan Rasamala, Darmaga, Bogor 3) Balai Penelitian Ternak, P.O. Box 1, Bogor 1600 1

Pendahuluan Pada umumnya evaluasi genetik pada sapi perah berdasarkan produksi 305 hari. Ada beberapa hal penting yang perlu dipertimbangkan dalam sistem pencatatan tersebut, yaitu: (1) Biayanya mahal, karena produksinya harus dicatat setiap hari; () Sifat biologi ternak tidak sama sehingga dapat saja terjadi seekor sapi berproduksi kurang atau lebih dari 305 hari sehingga perlu adanya pengkoreksian berdasarkan faktor koreksi dari Dairy Herd Improvement Association (DHIA); (3) Tidak fleksibel, karena apabila ternak yang sedang laktasi dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain maka dalam perhitungan nilai pemuliaan, efek tetap harus diberi kode dengan teliti; (4) Waktu evaluasi genetik harus menunggu sampai ternak selesai berproduksi. Sistem pencatatan produksi sapi perah sekarang telah beralih ke Test Day Performance, yaitu produksi dicatat satu hari pada hari-hari tertentu, biasanya setiap bulan, mulai dari awal laktasi sampai masa kering. Dari sistem pencatatan tersebut didapatkan beberapa catatan produksi harian yang bisa digunakan untuk mengevaluasi mutu genetik ternak. Ada dua macam pemanfaatan dalam menganalisis Test Day performance, yaitu (1) catatan dianggap sebagai catatan berulang untuk sifat yang sama, dan () catatan dianggap sebagai sifat yang berbeda. Pada cara pertama, Test Day performance dianalisis dengan kurva produksi diperhitungkan sebagai kovariat sebagai pengaruh tetap (Model Regresi Tetap) (Ptak dan Schaeffer, 1993). Cara pertama dengan Model Regresi Tetap lebih disukai jika dibandingkan dengan cara ke dua karena waktu test dapat dilakukan kapan saja tanpa melihat fase laktasi dan dapat mengatasi masalah konvergen. Makalah ini akan membahas efektifitas catatan Test Day dengan model regresi tetap untuk evaluasi genetik produksi susu pada sapi perah berdasarkan laktasi satu dan dua. Dengan mempelajari efektifitas catatan Test Day maka interval generasi dapat diperpendek karena setiap catatan aktual dapat dianalisis secara simultan. Bahan dan Metode Pengambilan data produksi susu dilakukan pada bulan Pebruari Maret 001 di PT. Taurus Dairy Farm, Cicurug-Sukabumi, dan data curah hujan (mm/bulan) dari tahun 1989-001 didapatkan dari Pos Pengamatan/Stasiun Cicurug Sukabumi. Data produksi susu berasal dari sapi Fries Holland pada periode laktasi satu dan dua dari tahun 1989-000. Jumlah Test Day (TD) untuk laktasi satu dan dua adalah sebanyak 7503 buah. Data ini didapatkan dari 769 ekor sapi betina, yang berasal dari 41 ekor pejantan dan 34 ekor induk. Data yang dikumpulkan yaitu: (1) Catatan produksi susu Test Day (TD) selama periode laktasi satu dan dua (L1 dan L). TD1 adalah produksi susu yang dicatat pada hari ke-5, TD hari ke-35, TD3 hari ke-65, TD4 hari ke-95, TD5 hari ke-15, TD6 hari ke-155, TD7 hari ke-185, TD8 hari ke-15, TD9 hari ke-45, TD10 hari ke- 75, dan TD11 hari ke-305; () Data identitas ternak meliputi : nomor sapi, nomor pejantan, dan nomor induk; (3) Data curah hujan. Pada Model Test Day Regresi Tetap atau Fixed Regression Test Day Model (FRTDM), catatan dianalisis sebagai sifat yang sama dan diperlukan kurva produksi susu untuk

digunakan sebagai kovariat. Kurva produksi susu digunakan adalah kurva dari Ali dan Schaeffer (1987). Modelnya adalah sebagai berikut : y ijk ln TM i L j 4 m 1 b jm x m Keterangan : y ijkln adalah pencatatan Test Day, TM i adalah pengaruh tahun-musim, Lj adalah laktasi, a k adalah pengaruh aditif dari ternak, pe k adalah pengaruh lingkungan permanen, dan e ijkl adalah galat. 4 m 1 jm x m a k b = empat kovariat dari regresi menurut Ali dan Schaeffer (1987) Keterangan : x1adalah DIM/t, t adalah konstanta, dan ditetapkan pada 305 hari, x adalah (DIM/t), x3adalah ln(t/dim), x4 adalah ln (t/dim), dan DIM (Day Interval Milk) telah ditetapkan, yaitu: 5, 35, 65, 95, 15, 155, 185, 15, 45, 75, dan 305. Analisis efek tetap yang meliputi musim, tahun dan laktasi diuji perbedaan tiap rataannya dengan menggunakan general linier model dengan program SAS 6.1. Modelnya adalah sebagai berikut: y L M T e ijk i j k ijk Keterangan : yijk adalah pencatatan Test Day, L i adalah laktasi (laktasi ke-1 dan ke-), M j adalah musim (musim basah dan musim kering), T k adalah tahun (dari tahun 1989 sampai 000), dan e ijk adalah galat. Parameter genetik dan fenotipik, meliputi ragam genetik, ragam lingkungan, ragam lingkungan permanen diduga dengan Animal Model dengan Restricted Maximum Likelihood (REML) dengan menggunakan program Variance Component Estimation (VCE) 4. (Groeneveld, 1998), sedangkan pendugaan nilai pemuliaan dengan Best Linier Unbiased Prediction (BLUP) dengan menggunakan program Prediction and Estimation (PEST) (Groeneveld, 1999). Data yang dianalisis adalah data produksi susu periode laktasi satu dan dua, secara rinci dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Data yang dianalisis. Data Keterangan L1 Data dari laktasi satu mulai TD1sampai TD11 L1-LTD1 Data dari laktasi satu (L1) + TD1 pada laktasi dua L1-LTD1- Data dari laktasi satu (L1) + TD1 sampai dengan TD pada laktasi dua L1-LTD1-3 Data dari laktasi satu (L1) + TD1 sampai dengan TD3 pada laktasi dua L1-LTD1-4 Data dari laktasi satu (L1) + TD1 sampai dengan TD4 pada laktasi dua L1-LTD1-5 Data dari laktasi satu (L1) + TD1 sampai dengan TD5 pada laktasi dua L1-LTD1-6 Data dari laktasi satu (L1) + TD1 sampai dengan TD6 pada laktasi dua L1-LTD1-7 Data dari laktasi satu (L1) + TD1 sampai dengan TD7 pada laktasi dua L1-LTD1-8 Data dari laktasi satu (L1) + TD1 sampai dengan TD8 pada laktasi dua L1-LTD1-9 Data dari laktasi satu (L1) + TD1 sampai dengan TD9 pada laktasi dua L1-LTD1-10 Data dari laktasi satu (L1) + TD1 sampai dengan TD10 pada laktasi dua L1-LTD1-11 Data dari laktasi satu (L1) + TD1 sampai dengan TD11 pada laktasi dua pe k e ijkl 3

Hasil dan Pembahasan Struktur data untuk laktasi pertama dan laktasi kedua dapat dilihat pada Tabel. dan Tabel 3. Pada kedua tabel tersebut, tampak bahwa baik pada laktasi pertama ataupun kedua, TD (hari test ke-35) merupakan puncak produksi yang kemudian pada TD selanjutnya terus menurun sampai akhir masa produksinya pada TD11 (hari test ke-305). Hasil penelitian ini berbeda dengan pendapat Talib (000) yang melakukan penelitian di tiga propinsi terpadat sapi perah yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Demikian juga dengan penelitian-penelitian terdahulu yang menyebutkan umumnya produksi susu sapi perah mengikuti pola yang teratur pada setiap laktasi. Produksi susu akan naik selama 45 sampai dengan 60 hari setelah sapi beranak kemudian tetap bertahan sampai pada bulan ke empat atau hingga mencapai puncak produksi dan kemudian turun secara perlahan-lahan hingga akhir laktasi (Hamidah, 1987). Tabel. Data produksi susu laktasi pertama Sifat n Minimum Maksimum Rataan sd kv (%) (liter) (liter) (liter) TD1 454 0,50 1,00 9,79 3,54 36, TD 456 3,50 4,00 1,44 3,88 31,19 TD3 453 3,00,50 11,31 3,73 33,0 TD4 450 3,50,00 10,31 3,38 3,80 TD5 44,50 0,00 9,43 3,01 31,96 TD6 435 1,50 19,00 8,85,65 9,93 TD7 430 1,50 17,00 8,3,49 30,3 TD8 419 1,00 16,00 7.83,50 3,00 TD9 393,00 15,00 7,37,35 31,83 TD10 350 1,00 15,00 7,00,33 33,8 TD11 75 0,50 16,00 6,86,40 35,04 Keterangan: n = Jumlah catatan; sd = Standar deviasi; kv = Koefisien variasi Tabel 3. Data produksi susu laktasi kedua Sifat n Minimum Maksimum Rataan sd kv (%) (liter) (liter) (liter) TD1 313,00 6,00 1,45 4,14 33,4 TD 313,00 34,00 15,50 4,68 30,17 TD3 307,00 6,00 13,57 4, 31,09 TD4 305 1,00 4,00 1,0 3,86 3,10 TD5 99,00 1,50 10,74 3,45 3,1 TD6 94 3,00,00 9,65 3,35 34,69 TD7 79,00 17,50 8,77 3,4 36,90 TD8 63 1,00 16,00 7,96 3,07 38,60 TD9 40 1,00 16,00 7,9,88 39,45 TD10 198,00 16,00 6,80,71 39,90 TD11 141 1,00 15,00 6,36,7 4,77 Keterangan: n = Jumlah catatan; sd = Standar deviasi; kv = Koefisien variasi 4

16 14 Laktasi Laktasi 1 1 P roduksi (liter) 10 8 6 4 0 5 35 65 95 15 15 5 185 1 5 45 75 305 Grafik 1.Kurva laktasi pertama dan kedua W aktu Test (hari) Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan untuk mengoptimalkan kapasitas genetik ternak belum dilakukan dengan baik, sehingga kapasitas produksi yang diperoleh belum mencerminkan kemampuan ternak yang sesungguhnya. Pada perusahaan ini faktor yang diduga dapat menyebabkan tidak optimumnya produksi susu adalah kurang tepatnya tata laksana dalam pemberian pakan pada awal laktasi, yang mengakibatkan ternak tidak dapat meningkatkan produksi susu pada bulan-bulan selanjutnya. Pada perusahaan ini pemberian pakan untuk induk laktasi disesuaikan dengan jumlah produksi susu yang dihasilkan di awal laktasinya dan jumlah pemberiannya cenderung menurun selama masa laktasi. Menurut Gavert (1987) seharusnya jumlah pemberian pakan pada sapi selama laktasi meningkat disesuaikan dengan bulan laktasi sehingga memberikan kesempatan kepada sapi untuk dapat meningkatkan produksinya. Pengaruh musim terhadap produksi susu Test Day mempunyai pola yang kurang jelas, periode laktasi satu dan laktasi dua tidak berbeda. Hal ini sejalan dengan pernyataan Subandriyo (1994) yang mengatakan bahwa di daerah yang beriklim tropis pengaruh periode laktasi pada produksi susu tidak begitu besar jika dibandingkan dengan di daerah yang beriklim sedang (Tabel 4). Tabel 4. Pengaruh musim terhadap produksi Test Day Musim TD1 TD TD3 TD4 TD5 TD6 TD7 TD8 TD9 TD10 TD11 basah 10,75 13,80 1,54 10,91 10,11 9,37 8,66 8,4 7,06 6,64 6,57 kering 10,83 14,19 1,45 11,45 10,91 9,91 8,51 8,5 7,08 6,84 6,46 0,3 0,004* 0,09 0,05* 0,00* 0,050* 0,489 0,855 0,53 0,498 0,193 Keterangan : * = berbeda nyata pada taraf 5% 5

Komponen ragam meliputi ragam genetik aditif ( ), ragam lingkungan temporer ( ), ragam lingkungan permanen ( ), dan nilai heritabilitas (h ) dapat dilihat pada Tabel 5. pe Tabel 5. Komponen ragam dan heritabilitas Data a e pe h L1 1.964 4.179 4.045 0.193 ± 0.053 L1-LTD1 1.683 4.750 4.688 0.151 ± 0.046 L1-LTD1-1.099 5.355 5.44 0.094 ± 0.041 L1-LTD1-3 0.9 5.661 5.513 0.076 ± 0.038 L1-LTD1-4 1.013 5.835 5.419 0.083 ± 0.040 L1-LTD1-5 1.071 5.884 5.88 0.087 ± 0.040 L1-LTD1-6 1.63 5.889 5.073 0.103 ± 0.04 L1-LTD1-7 1.410 5.99 4.843 0.116 ± 0.043 L1-LTD1-8 1.641 5.966 4.553 0.135 ± 0.043 L1-LTD1-9 1.793 5.963 4.356 0.148 ± 0.044 L1-LTD1-10 1.89 5.950 4.65 0.15 ± 0.044 L1-LTD1-11 1.865 5.964 4.16 0.156 ± 0.044 Ragam genetik aditif berkisar antara 0.9-1.964. Ragam genetik aditif menurun sejalan dengan penambahan catatan Test Day sampai dengan Test Day ke-3, setelah itu meningkat secara perlahan sampai akhir laktasi. Dugaan nilai heritabilitas mengikuti pola yang sama dengan ragam genetik dan berkisar antara 0.076-0.193. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa lingkungan tampaknya semakin berperan pada laktasi dua. Keadaan ini ditunjukkan dengan nilai e yang terus mengalami peningkatan dengan ditambahnya catatan Test Day pada laktasi dua. Nilai heritabilitas sangat tergantung pada ragam genetik suatu populasi. Hal ini menyebabkan nilai heritabilitas pada suatu sifat yang sama akan bervariasi dalam suatu populasi tertentu (Falconer, 1981). Dugaan nilai heritabilitas dengan Model Regresi Tetap yang dihasilkan pada penelitian ini tidak jauh berbeda dengan yang dikemukakan oleh Kathenbrink dan Swalve (1993), Swalve 1995) dan Gengler et al. (001). Korelasi Spearman nilai pemuliaan antara Test Day gabungan penuh dari laktasi satu dan dua (L1-LTD1-11) dengan laktasi satu penuh yang ditambah catatan Test Day pada laktasi dua secara simultan dapat dilihat pada Tabel 6. Korelasi nilai pemuliaan meningkat untuk setiap penambahan catatan Test Day. Evaluasi genetik berdasarkan laktasi satu penuh yang ditambah dengan satu catatan Test Day pada laktasi dua tampaknya dipandang dari segi praktis sudah cukup untuk mengevaluasi setiap ekor ternak, sedangkan untuk mengevaluasi pejantan, tampaknya evaluasi harus diperpanjang sampai tiga catatan Test Day pada laktasi dua. a e 6

Tabel 6. KorelasiSpearman nilai pemuliaan Data Seluruh Ternak Pejantan L1 0.84 0.80 L1-LTD1 0.91 0.89 L1-LTD1-0.93 0.89 L1-LTD1-3 0.94 0.91 L1-LTD1-4 0.96 0.93 L1-LTD1-5 0.97 0.96 L1-LTD1-6 0.98 0.97 L1-LTD1-7 0.99 0.99 L1-LTD1-8 1.00 0.99 L1-LTD1-9 1.00 1.00 L1-LTD1-10 1.00 1.00 Kesimpulan Hari test ke-35 (TD) merupakan puncak produksi yang kemudian pada TD selanjutnya terus menurun sampai akhir masa produksinya (TD11). Pengaruh musim terhadap produksi susu Test Day mempunyai pola yang kurang jelas. Ragam genetik aditif pada laktasi dua menurun sejalan dengan penambahan catatan Test Day sampai dengan Test Day ke-3,setelah itu meningkat secara perlahan sampai akhir laktasi. Dugaan nilai heritabilitas mengikuti pola yang sama dengan ragam ragam genetik. Evaluasi genetik berdasarkan laktasi satu penuh yang ditambah dengan satu catatan Test Day pada laktasi dua sudah cukup untukmengevaluasi seluruh ternak, sedangkan untuk evaluasi pejantan, evaluasi harus diperpanjang sampai tiga catatan Test Day pada laktasi dua. Daftar Pustaka Ali, T.E. and L.R. Schaeffer. 1987. Accounting for covariances among test day milk yield in dairy cows. Can. J. Anim. Sci., 67:637-644. Falconer, D.S. 1981. Introduction to Quantitative Genetics. Second Ed., Longman Inc., London, New York. Gavert, H.O. 1987. World Animal Science. Elsevier Science Publishers B.V. New York. Gengler, N., A. Tijani, G.R. Wiggans and J.C. Phipot. 001. Estimation of (Co)variance function for test day yield during first and second laction in the united states. Abstract. J. Dairy Sci. 84:54. Groeneveld, E. 1998. VCE4 User s Guide and Reference Manual Version 4.. Institute of Animal Husbandry and Animal Behaviour, Federal Agricultural Research Centre, Germany. Groeneveld, E. 1999. PEST User s Manual. Institute of Animal Husbandry and Animal Behaviour, Federal Agricultural Research Centre, Germany. 7

Hamidah, I. 1987. Pendugaan Parameter Genetik Produksi Susu dari Sebagian Laktasi pada Sapi Perah Fries Holland. Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana IPB, Bogor. Kathenbrink, S. and Swalve, H.H. 1993. Untersuchungen zur erblichkeit von leistungsvarieblen der ersten laktation von milkkühen. Züchtungskunde. Stuttgart 65, 54-66. Ptak, E. and L. R. Schaeffer. 1993. Use of test day yields for genetic evaluation of dairy sires and cows. Livest. Prod. Sci., 34:3-34. Subandriyo. 1994. Seleksi pada induk sapi perah berdasarkan nilai pemuliaan. Wartazoa, 3(-4 Maret 1994): 9-1. Swalve, H. H. 1995a. The effect of test day model on the estimation of genetic parameters and breeding values for dairy yield traits. J. Dairy Sci., 78:99-938. Talib, C., A. Anggraeni, dan K. Dwiyanto. 000. Evaluasi potensi genetik sapi perah Fries Holland sebagai ternak penghasil bibit 1. Evaluasi pejantan. J. Ilmiah Pertanian. Vol VI, No :149-155. 8