I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai modal dasar

dokumen-dokumen yang mirip
I..PENDAHULUAN. Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) secara fisik dan mental. pembangunan. Tujuan dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik atau meningkat. Pembangunan Nasional yang berlandaskan. dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.

BAB I PENDAHULUAN. Pendekatan pembangunan manusia telah menjadi tolak ukur pembangunan. pembangunan, yaitu United Nations Development Programme (UNDP)

Bab 1 Pendahuluan. Gambar 1.1 Peta Dunia Berdasarkan Indeks Pembangunan Manusia (2004). menengah. tinggi. data ( ) rendah (

I. PENDAHULUAN. pembangunan manusiadengan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi. untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Artinya, manusia sebagai subjek dan objek pembangunan dalam

PERKEMBANGAN IPM 6.1 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA. Berdasarkan perhitungan dari keempat variabel yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perencanaan pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan milenium (Millenium Development Goals/MDG s), yang

BAB I PENDAHULUAN. fisik/fasilitas fisik (Rustiadi, 2009). Meier dan Stiglitz dalam Kuncoro (2010)

BAB I PENDAHULUAN. kultural, dengan tujuan utama meningkatkan kesejahteraan warga bangsa secara

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP ALOKASI BELANJA DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN PERIODE

POLA PEMBIAYAAN PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA PROPINSI SUMATERA SELATAN

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup

BAB I PENDAHULUAN. pada akhirnya melakukan perbaikan perbaikan untuk mencapai taraf hidup dan

BAB I PENDAHULUAN. (United Nations Development Programme) sejak tahun 1996 dalam seri laporan

Lokasi: Dermaga Desa Kota Batu, Kec.Warkuk Ranau Selatan. suatu paradigma yang menempatkan manusia sebagai titik

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. keagenan didefinisikan sebagai sebuah kontrak antara satu atau lebih (prinsipal)

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan daerah lain di pulau Jawa yang merupakan pusat dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pembangunan. Pembangunan pada dasarnya adalah suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan pada era 1950-an hanya berfokus pada bagaimana

Sumatera Selatan. Jembatan Ampera

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan yang diberikan oleh pemerintah pusat terealisasi, maka beberapa

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan reformasi sosial politik di Indonesia. Reformasi tersebut

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014

Tipologi Wilayah Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014 Sumatera Selatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V PERBANDINGAN REGIONAL

KOMPONEN IPM 5.1 INDIKATOR KESEHATAN. Keadaan kesehatan penduduk merupakan salah satu modal

ANALISIS KINERJA KEUANGAN KABUPATEN/KOTA DI SUMATERA SELATANSEBELUM DAN DI ERA DESENTRALISASI FISKAL. Kartika Rachma Sari 1 Sukmini Hartati 2.

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development)

BAB I PENDAHULUAN. Manusia (IPM), pembangunan manusia didefinisikan sebagai a process

II. TINJAUAN PUSTAKA. H.F Williamson (Todaro, 1983:4) Pembangunan ekonomi meliputi usaha suatu

BAB I PENDAHULUAN. nilai inti untuk memahami pembangunan yang paling hakiki antara lain

BAB 1 PENDAHULUAN Hal ini berdasarkan dikeluarkannya Undang Undang No. 22 tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, pembangunan merupakan syarat mutlak bagi suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu

Desentralisasi fiskal merupakan kewenangan yang diberikan pemerintah. pusat kepada daerah yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pelayanannya

I. PENDAHULUAN. ekonomi yang terjadi. Bagi daerah indikator ini penting untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di segala bidang yang dilakukan pemerintah bersama

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan daerah tentang APBD.

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dibuat dan dipopulerkan oleh United Nations

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai akuntansi sektor publik di Indonesia sampai saat ini

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan kesehatan. Dari sudut pandang politik, ini terlihat bagaimana. kesehatan yang memadai untuk seluruh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. disertai dengan pembiayaan yang besarnya sesuai dengan beban kewenangan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator kemajuan suatu negara tercermin pada kemajuan bidang

BAB I PENDAHULUAN. internasional dikenal adanya tujuan posisi manusia sebagai central dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai upaya dirancang dan dilaksanakan oleh pemerintah daerah semata-sama

PENGARUH ALOKASI BELANJA LANGSUNG TERHADAP KUALITAS PEMBANGUNAN MANUSIA

I. PENDAHULUAN. negara untuk mengembangkan outputnya (GNP per kapita). Kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan atau berkembangnya suatu daerah adalah tidak terlepas dari

BAB 1 PENDAHULUAN. (a process of enlarging the choice of people). Indeks Pembangunan Manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut

LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN TAHUN 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN MALANG

PENDAHULUAN. hidup yang layak dibutuhkan pendidikan. Pendidikan dan kesehatan secara. dan merupakan jantung dari pembangunan. Negara-negara berkembang

PERAN TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN (TKPK) DALAM PENDATAAN PROGRAM PERLINDUNGAN SOSIAL (PPLS) TAHUN 2011 BAPPEDA PROVINSI SUMATERA SELATAN

DAFTAR SAMPEL PENELITIAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan merupakan permasalahan yang dihadapi dan menjadi perhatian

KAJIAN TENTANG PENGELUARAN PEMERINTAH DI SEKTOR PENDIDIKAN DAN KESEHATAN DALAM MENINGKATKAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk melihat

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1999 yang disempurnakan dengan UU No. 12 Tahun 2008 tentang

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan

INFLASI BAHAN MAKANAN FENOMENA NASIONAL; PERLU LANGKAH DAERAH UNTUK MENANGGULANGI INFLASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang

INFLASI BAHAN MAKANAN FENOMENA NASIONAL; PERLU LANGKAH DAERAH UNTUK MENANGGULANGI INFLASI

BAB I PENDAHULUAN. UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No 25 tahun 1999

SDM. Staf Administrasi/Tata Usaha. Jumlah 170. Jumlah Pegawai berdasarkan Pendidikan No Pendidikan Jumlah 1 S S1/D IV 90 3 D III 49 4 SMA 21

BAB III METODE PENELITIAN. tentang laporan APBD tahunan. Sampel yang di ambil. dalam penelitian ini adalah kabupaten/kota provinsi Sumatera Selatan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BUKU SAKU KINERJA PEMBANGUNAN PROVINSI SUMATERA SELATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan tersendiri dalam pembangunan manusia,hal ini karena. sistem pemerintahan menjadi desentralisasi.

BAB I PENDAHULUAN. bersama yang diterjemahkan sebagai kesejahteraan hidup. Secara ekonomi

II. LANDASAN TEORI. tingkat kegiatan ekonomi yang berlaku dari tahun ketahun. Suatu

BAB I PENDAHULUAN. manfaatnya. Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan ekonomi selain

Kata Kunci: PAD, Belanja Modal, DAU, IPM

BAB I PENDAHULUAN. Competitiveness Report Seperti halnya laporan tahun-tahun sebelumnya,

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan dari pembangunan, namun pada

ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

ASRAMA MAHASISWA BIDIKMISI UNIVERSITAS SRIWIJAYA

BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN

Pembangunan dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, maka tujuan dasar dan paling essensial dari pembangunan tidak lain adalah

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai modal dasar pembangunan. Tujuan dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyat untuk menikmati hidup sehat, umur panjang dan menjalankan kehidupan yang produktif. Sesuai dengan perkembangan paradigma pembangunan ekonomi, maka telah terjadi perubahan tolok ukur keberhasilan pembangunan ekonomi dari pendekatan pertumbuhan ekonomi (growth) menjadi pendekatan pembangunan manusia (Brata, 2005). Pemikiran kontemporer mengenai pembangunan juga telah menempatkan kembali manusia sebagai subyek atau pusat dari proses pembangunan. Lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang dibentuk untuk menangani masalah pembangunan (United Nations Development Programme/UNDP) telah membuat definisi khusus mengenai pembangunan manusia sebagai suatu proses untuk memperluas pilihan-pilihan bagi manusia (a process of enlarging people s choices). Dalam konsep tersebut manusia ditempatkan sebagai tujuan akhir (the ultimate end), sedangkan upaya pembangunan dipandang sebagai sarana untuk mencapai tujuan itu. Dengan demikian, pembangunan manusia lebih dari sekedar pertumbuhan ekonomi, lebih dari sekedar peningkatan pendapatan dan lebih dari

2 sekedar proses produksi komoditas serta akumulasi modal (BPS, Bappenas- UNDP, 2004). Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) secara fisik dan mental mengandung makna peningkatan kapasitas dasar penduduk yang kemudian akan memperbesar kesempatan untuk dapat berpartisipasi dalam proses pembangunan. Kapasitas dasar yang dimaksud menurut Todaro (2006), yang sekaligus merupakan tiga nilai pokok keberhasilan pembangunan ekonomi adalah kecukupan (sustenance), jati diri (selfsteem), serta kebebasan (freedom). Pembangunan manusia menjadi penting dan perlu mendapat perhatian sebab pada kenyataannya pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak selalu dapat memecahkan persoalan kesejahteraan seperti kemiskinan dan taraf hidup masyarakat secara luas, sehingga keberhasilan pembangunan dewasa ini seringkali dilihat dari pencapaian kualitas Sumber Daya Manusianya. Salah satu cara untuk mengukur keberhasilan atau kinerja suatu negara atau wilayah dalam bidang pembangunan manusia digunakan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI). Indeks ini pertama kali dikembangkan oleh pemenang nobel India Amartya Sen dan Mahbub ul Haq seorang ekonom Pakistan dibantu oleh Gustav Ranis dari Yale University dan Lord Meghnad Desai dari London School of Economics (Todaro, 2006). IPM merupakan suatu indeks komposit berdasarkan tiga indikator, yaitu: angka harapan hidup pada waktu lahir (life expectancy at birth), angka melek huruf penduduk dewasa (adult literacy rate) dan rata-rata lama sekolah (mean years of

3 schooling), dan kemampuan daya beli (purchasing power parity). Indikator angka harapan hidup mengukur kesehatan, indikator angka melek huruf penduduk dewasa dan rata-rata lama sekolah mengukur pendidikan dan terakhir indikator daya beli mengukur standar hidup (Kuncoro, 2004). Indikator-indikator di atas sering dijadikan bagi Pemerintah Daerah di Indonesia dalam menilai IPM di wilayahnya, begitu juga dengan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan, dimana nilai IPM berada pada tahap menengah antara 50-79,9. Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Sumatera Selatan dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini. Tabel 1. IPM Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013 Kabupaten/Kota Indeks Pembangunan Manusia (dalam %) Ogan Komering Ulu 72,30 Ogan Komering Ilir 71,08 Muara Enim 71,86 Lahat 73,66 Musi Rawas 70,37 Musi Banyuasin 71,70 Banyuasin 69,78 OKU Selatan 71,25 OKU Timur 71,86 Ogan Ilir 69,51 Empat Lawang 68,61 Kota Palembang 77,53 Kota Prabumulih 77,17 Pagar Alam 73,19 Lubuk Linggau 70,56 Rata-rata 72,61 Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan, 2014. Berdasarkan data pada tabel di atas, dapat dilihat perkembangan IPM dari 15 Kabupaten/Kota se Provinsi Sumatera Selatan mulai tahun 2013 secara umum mempunyai rata-rata sebesar 72,61%, IPM tertinggi yaitu Kota Prabumulih dan

4 terendah yaitu Kabupaten Empat Lawang. Rata-rata IPM se Provinsi Sumatera Selatan belum memperlihatkan nilai yang optimal, karena semakin dekat nilai IPM suatu wilayah terhadap angka 100, semakin dekat jalan yang harus ditempuh untuk mencapai sasaran yaitu angka harapan hidup 85 tahun, pendidikan dasar bagi semua lapisan masyarakat (tanpa kecuali), dan tingkat pengeluaran dan konsumsi yang telah mencapai standar hidup layak. Terdapat faktor lain yang juga dapat mempengaruhi perkembangan kualitas pembangunan manusia, yakni pengeluaran pemerintah khususnya bidang pendidikan dan bidang kesehatan. Apalagi sejak era otonomi daerah bergulir yang ditandai dengan berlakunya UU No. 22 Tahun 1999 yang kemudian direvisi dengan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, maka pemerintah daerah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas SDM di wilayahnya, baik dari aspek fisik (kesehatan), aspek intelektualitas (pendidikan), aspek kesejahteraan ekonomi (berdaya beli), serta aspek moralitas (iman dan ketaqwaan) sehingga partisipasi rakyat dalam pembangunan akan dengan sendirinya meningkat. Salah satu instrumen kebijakan pemerintah daerah yaitu dengan pengaturan distribusi serta percepatan realisasi Anggaran Penerimaan dan Belanja Daerah (APBD), yang di dalamnya selain mencakup sumber-sumber pendapatan daerah tetapi juga berbagai pengeluaran pemerintah termasuk belanja bidang pendidikan, kesehatan dan bidang-bidang lainnya, yang pada dasarnya merupakan suatu bentuk investasi. Investasi pemerintah dalam pendidikan dan kesehatan akan

5 menyebabkan peningkatan kualitas modal manusia, hal ini juga akan memacu investasi ekonomi (Jhingan, 2000). Mardiasmo (2002), menyatakan bahwa dalam era otonomi, pemerintah daerah harus semakin mendekatkan diri pada berbagai pelayanan dasar masyarakat. Oleh karena itu, alokasi belanja modal memegang peranan penting guna peningkatan pelayanan ini. Sejalan dengan peningkatan pelayanan ini (yang ditunjukkan dengan peningkatan belanja modal) diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembangunan manusia yang diharapkan. Namun seiring dengan peningkatan pengeluaran pemerintah pada APBD serta pelaksanaan otonomi daerah selama beberapa tahun, ternyata belum tampak perubahan yang signifikan terhadap kesejahteraan rakyat. Ini terlihat jelas pada pengeluaran pemerintah yang menjadi instrumen induk untuk menjalankan fungsi alokasi dan distribusi, dimana alokasi dan realisasi anggaran lebih sering didominasi oleh kepentingan belanja rutin birokrasi, terutama untuk membayar gaji pegawai pemerintah daerah, biaya kantor dan biaya perjalanan dinas. Selain itu sebagian besar anggaran tersebut juga digunakan untuk pembangunan atau pengembangan yang lebih bersifat fisik (pembangunan gedung). Sehingga pengalokasian anggaran yang berhubungan dengan peningkatan mutu dan kualitas pembangunan manusia menjadi kurang efektif (Mardiasmo, 2002). Maka dalam kenyataannya, pemerintah pusat tidak dapat lepas tangan begitu saja terhadap kebijakan otonomi transfer dana dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah berupa dana perimbangan, masih perlu dilakukan guna membantu

6 menopang daerah-daerah yang belum mampu untuk memenuhi kebutuhan daerahnya sendiri. Khusus untuk kegiatan atau program yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional (seperti pendidikan dan kesehatan), maka pemerintah pusat mengalokasikan dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang disebut sebagai Dana Alokasi Khusus (DAK). Pengeluaran pemerintah sektor pendidikan kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini. Tabel 2. Realisasi Anggaran Sektor Pendidikan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010-2013 Kabupaten/Kota Pendidikan 2010 2011 2012 2013 Kab. Lahat 246.759,18 290.501,64 379.477,91 446.440,09 Kab. Musi Banyuasin 430.109,90 530.656,17 565.038,32 637.797,33 Kab. Musi Rawas 252.455,34 303.353,66 301.044,23 379.422,93 Kab. Muara Enim 339.064,58 460.399,31 491.544,57 560.860,92 Kab. Ogan Komering Ilir 284.287,53 416.777,90 462.205,89 517.620,56 Kab. Ogan Komering Ulu 162.871,83 202.575,00 245.003,38 331.631,35 Kota Palembang 591.033,10 809.678,58 1.058.143,81 1.222.085,55 Kota Prabumulih 97.566,57 122.040,28 138.563,31 161.879,58 Kota Pagar Alam 61.869,39 110.015,55 101.488,83 128.219,34 Kota Lubuk Linggau 129.268,81 154.261,91 180.469,20 203.602,84 Kab. Banyuasin 290.230,17 406.448,24 473.569,51 574.524,47 Kab. Ogan Ilir 223.945,61 280.079,33 286.299,29 408.100,95 Kab. OKU Timur 242.547,25 338.368,58 315.731,88 382.136,26 Kab. OKU Selatan 92.137,53 181.407,42 175.903,07 220.607,65 Kab. Empat Lawang 87.819,44 128.791,66 119.267,97 153.028,14 Sumber : DJPK, 2014. Tabel di atas menunjukkan bahwa alokasi dana pendidikan pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan setiap tahunnya cenderung mengalami peningkatan, walaupun masih ada beberapa kabupaten yang berfluktuasi antara lain Musi Banyuasin, Musi Rawas, Kota Pagar Alam, OKU Timur, OKU Selatan dan Empat

7 Lawang. Pengeluaran pemerintah sektor pendidikan tersebut dimaksudkan agar mampu memaksimalkan tingkat angka melek huruf pada masyarakat. Walaupun demikian, kondisi sektor pendidikan tersebut harus ditunjang dengan sektor kesehatan agar mampu meningkatkan kualitas pembangunan manusia. Tabel 3. Realisasi Anggaran Sektor Kesehatan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010-2013 Kabupaten/Kota Kesehatan 2010 2011 2012 2013 Kab. Lahat 79.882,05 89.621,44 108.518,31 124.004,10 Kab. Musi Banyuasin 183.800,76 181.528,58 200.378,60 245.052,03 Kab. Musi Rawas 87.809,55 92.615,88 107.580,25 135.887,68 Kab. Muara Enim 120.301,22 140.680,22 224.485,22 178.106,94 Kab. Ogan Komering Ilir 87.775,08 102.278,81 109.901,87 127.528,67 Kab. Ogan Komering Ulu 71.209,42 73.073,66 76.599,13 105.529,73 Kota Palembang 110.275,03 130.130,59 161.166,41 167.826,70 Kota Prabumulih 49.023,53 52.969,14 65.642,29 77.257,56 Kota Pagar Alam 40.470,13 36.683,01 52.053,64 64.925,21 Kota Lubuk Linggau 43.616,10 38.504,68 55.314,79 67.931,34 Kab. Banyuasin 64.125,14 76.977,53 84.619,30 118.304,43 Kab. Ogan Ilir 41.445,51 40.606,34 52.600,88 68.204,44 Kab. OKU Timur 48.019,61 60.251,02 97.560,75 103.309,05 Kab. OKU Selatan 31.919,18 37.620,25 38.822,33 58.527,65 Kab. Empat Lawang 24.700,84 26.126,66 33.587,59 48.745,01 Sumber : DJPK, 2014. Pada realisasi APBD sektor kesehatan mayoritas mengalami peningkatan yang cukup signifikan, dan hanya 4 kabupaten yang berfluktuasi yaitu Musi Banyuasin, Muara Enim, Lubuk Linggau dan Ogan Ilir. Penelitian yang dilakukan oleh Brata (2005), mengenai pengaruh pengeluaran pemerintah daerah khususnya bidang pendidikan dan kesehatan terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dalam konteks regional (antar provinsi) di

8 Indonesia, memperlihatkan bahwa pengeluaran pemerintah bidang pendidikan dan kesehatan memberikan pengaruh yang positif terhadap pembangunan manusia. Semakin besar alokasi pengeluaran bidang pendidikan dan kesehatan semakin baik pula IPM yang dicapai. Dalam Laporan Pembangunan Manusia Indonesia (LPMI) tahun 2004 dikatakan bahwa dalam jangka pendek, walaupun tidak ada pertumbuhan ekonomi yang memuaskan, sebuah negara dapat meningkatkan pembangunan manusia yang cukup signifikan melalui pengeluaran publik yang direalisasikan dengan baik. Untuk itu, tidak dapat dipungkiri bahwa kebijakan realisasi belanja pembangunan terutama di sektor pendidikan dan sektor kesehatan akan memberi pengaruh yang positif bagi perkembangan pembanguan manusia. Penulis mencoba mengangkat Provinsi Sumatera Selatan sebagai obyek penelitian dengan alasan bahwa Provinsi Sumatera Selatan merupakan kota tertua di Indonesia yaitu sejak jaman Kerajaan Sriwijaya, selain itu berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan (2013) bahwa selama 3 (tiga) tahun terakhir terlihat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sumatera Selatan pada tahun 2013 sebesar 72,61% menempati peringkat ke-10 dari seluruh provinsi di Indonesia. Kondisi ini lebih baik dibandingkan peringkat tahun sebelumnya dimana IPM Sumatera Selatan tercatat sebesar 72,05% dan menempati peringkat ke-12 nasional. Peringkat IPM tertinggi masih dimiliki oleh DKI Jakarta dengan IPM sebesar 77,36%, sedangkan IPM terendah adalah Provinsi Papua dengan IPM sebesar 64,53%. Peningkatan perkembangan IPM

9 setiap tahunnya pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan ternyata tidak sesuai dengan besarnya perkembangan realisasi dari kebijakan ABPD pada sektor pendidikan dan kesehatan. Untuk mengetahui seberapa besar kebijakan realisasi APBD khususnya untuk sektor pendidikan dan sektor kesehatan berpengaruh terhadap perkembangan pembangunan manusia, penulis tertarik menganalisis masalah ini dengan melakukan penelitian ilmiah dengan judul Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Daerah Pada Sektor Pendidikan dan Kesehatan Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Sumatera Selatan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah pengeluaran pemerintah sektor pendidikan berpengaruh terhadap Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Sumatera Selatan? 2. Apakah pengeluaran pemerintah sektor kesehatan berpengaruh terhadap Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Sumatera Selatan? 3. Apakah pengeluaran pemerintah sektor pendidikan dan kesehatan secara bersama-sama berpengaruh terhadap Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Sumatera Selatan? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk menganalisis pengaruh pengeluaran pemerintah sektor pendidikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Sumatera Selatan.

10 2. Untuk menganalisis pengaruh pengeluaran pemerintah sektor kesehatan terhadap Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Sumatera Selatan. 3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pengeluaran pemerintah sektor pendidikan dan kesehatan secara bersama-sama terhadap Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Sumatera Selatan. D. Kegunaan Penelitian Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memberikan kegunaan sebagai berikut: 1. Bagi penulis Penelitian ini dapat menambah pengetahuan ekonomi publik dan fiskal yang berkaitan dengan pengeluaran pemerintah pada sektor pendidikan dan kesehatan serta Indeks Pembangunan Manusia. 2. Bagi Akademis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berarti dalam pengembangan ilmu ekonomi secara umum, khususnya pada bidang ilmu ekonomi publik dan fiskal. 3. Bagi Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan Sebagai masukan bagi kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan dalam melaksanakan kebijakan yang berhubungan dalam hal perealisasian belanja Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah serta Dana Alokasi Khusus pada sektor pendidikan dan kesehatan.

11 E. Kerangka Berfikir Kebijakan pengeluaran pemerintah yang dituangkan dalam Anggaran Belanja dan Pendapatan Daerah (APBD) untuk subsektor sosial yang terangkum dalam belanja modal. Besarnya pengeluaran tersebut mengindikasikan besarnya peran pemerintah terhadap pembangunan manusia. Dalam alokasi belanja modal dan anggaran pendidikan dan kesehatan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan hal ini dapat meningkatkan laju indeks pembangunan manusia, namun dalam perkembangannya peningkatan alokasi dana untuk investasi pembangunan sering kali tidak sejalan dengan tingkat besarnya laju pertumbuhan pembangunan manusia. Pengeluaran pemerintah sektor pendidikan dimaksudkan untuk mengatasi masalah angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Dengan peningkatan angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah pada masyarakat maka diharapkan akan mampu meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Selanjutnya, pengeluaran pemerintah sektor kesehatan sendiri mempunyai tujuan yang khusus dalam pembangunan manusia yaitu dalam kaitannya dengan angka harapan hidup manusia. Peningkatan angka harapan hidup pada masyarakat pada dasarnya akan mampu meningkatkan kualitas Indeks Pembangunan Manusia. Berdasarkan uraian diatas maka dapat digambarkan skema penelitian :

12 Pengeluaran pemerintah Sektor Pendidikan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Pengeluaran pemerintah Sektor Kesehatan F. Hipotesis Gambar 1. Kerangka Berfikir Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka berfikir diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Diduga pengeluaran pemerintah sektor pendidikan berpengaruh positif terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Sumatera Selatan. 2. Diduga pengeluaran pemerintah sektor kesehatan berpengaruh positif terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Sumatera Selatan. 3. Diduga pengeluaran pemerintah sektor pendidikan dan kebijakan APBD sektor kesehatan secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Sumatera Selatan.