STUDY GREEN LIQUID FERTILIZER PRODUCTION FROM HELIANTHUS A.L AND MUNTINGIA C.L PLANT

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN PRODUKSI DAN KINERJA PUPUK HIJAU CAIR DARI TANAMAN Muntingia C.L DAN Helianthus A.L

PEMBUATAN PUPUK CAIR DARI DAUN DAN BUAH KERSEN DENGAN PROSES EKSTRAKSI DAN FERMENTASI

PENGKAJIAN AIR LIMBAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI SEBAGAI PUPUK MULTINUTRIEN PHOSPHATE-BASED

PEMANFAATAN LIMBAH IKAN MENJADI PUPUK ORGANIK

KAJIAN PEMANFAATAN PUPUK CAIR MULTINUTRIEN DARI BUANGAN INDUSTRI GARAM PADA TANAMAN SEMUSIM

PRODUCTION PROCESS OF LIQUID FERTILIZER FROM BANANA TRUNK PROSES PEMBUATAN PUPUK CAIR DARI BATANG POHON PISANG

Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007)

LAMPIRAN-LAMPIRAN. Lampiran 1. Layout penelitian. Vermikompos + ZA ul 1. Nutrisi anorganik komersial ul 1. Nutrisi anorganik komersial ul 2

Metode Penelitian Kerangka penelitian penelitian secara bagan disajikan dalam Gambar 4. Penelitian ini dipilah menjadi tiga tahapan kerja, yaitu:

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT (SLUDGE) PABRIK PULP DAN PAPER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Imam Purwanto, Eti Suhaeti, dan Edi Sumantri Teknisi Litkaysa Penyelia Balitbangtan di Balai Penelitian Tanah

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pupuk merupakan suatu bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara bagi tanaman. Bahan tersebut dapat berasal

KAJIAN PEMANFAATAN LIMBAH NILAM UNTUK PUPUK CAIR ORGANIK DENGAN PROSES FERMENTASI

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT PISANG BARANGAN SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN PUPUK CAIR

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

PENGAMBILAN MINERAL ELEKTROLIT DARI LIMBAH GARAM (BITTERN) UNTUK SUPLEMEN MINERAL IONIC PADA AIR MINUM

PEMISAHAN LOGAM BERAT (PB DAN CD) DALAM BIOSOLID DENGAN PROSES EKSTRAKSI (LEACHING) ASAM BASA PENELITIAN OLEH :

BAB I PENDAHULUAN. sayur yang paling diminati oleh masyarakat Indonesia. Harga tanaman

4. Jenis pupuk. Out line. 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Oleh: Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Sri Rachmania Juliastuti, M. Eng. Ir. Nuniek Hendrianie, M. T.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Panjang akarnya dapat mencapai 2 m. Daun kacang tanah merupakan daun

LAMPIRAN LAMPIRAN P2.U3 P4.U2 P5.U2 P2.U2 P1.U1 P4.U3 P5.U1 P1.U2 P3.U3 P1.U3 P4.U1 P3.U1 P3.U2 P2.U1 P5.3

Kata kunci: jerami padi, kotoran ayam, pengomposan, kualitas kompos.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara yang memiliki iklim tropis. Daerah tropis

RESPON PERTUMBUHAN PADI (ORYZA SATIVA L.) PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR DAUN GAMAL

II. TINJAUAN PUSTAKA

Kajian Potensi Bionutrien CAF dengan Penambahan Ion Logam Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Padi (Oryza Sativa L.)

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR DARI LIMBAH CAIR ETANOL

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Limbah Pertanian. menjadi material baru seperti humus yang relatif stabil dan lazim disebut kompos.

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

NILAI PH, KANDUNGAN NITROGEN (N), PHOSFOR (P 2 O 5 ) DAN KALIUM (K 2 O) PUPUK ORGANIK CAIR DARI FESES DOMBA DENGAN EM4 DAN PENAMBAHAN CAIRAN RUMEN

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENAMBAHAN BERBAGAI AKTIVATOR DALAM PROSES PENGOMPOSAN SEKAM PADI (Oryza sativa)

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu tanaman sayuran yang

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kubis adalah kalori (25,0 kal), protein (2,4 g), karbohidrat (4,9 g), kalsium (22,0

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara di wilayah tropika basah yang sebagian besar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi pemakaian pestisida. Limbah padat (feses) dapat diolah. menjadi pupuk kompos dan limbah cair (urine) dapat juga diolah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab

PEMBUATAN KOMPOS DARI AMPAS TAHU DENGAN ACTIVATOR STARDEC

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat

PEMBUATAN PUPUK FOSFAT DARI BATUAN FOSFAT ALAM SECARA ACIDULASI. Faleh Setia Budi, Aprilina Purbasari *)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Hanafi Ansari*, Jamilah, Mukhlis

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. faktor penting dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Dilihat dari

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah Sawah. tanaman padi sawah, dimana padanya dilakukan penggenangan selama atau

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan komoditas hortikultura

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pertanian organik itu sendiri diantaranya untuk menghasilkan produk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk),

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hidroponik yang ada yaitu sistem air mengalir (Nutrient Film Technique). Konsep

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Kata Kunci : kompos, kotoran sapi, kotoran ayam, kualitas kompos, C/N rasio.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ternyata memiliki sebuah potensi besar yang luput terlihat. Salah satu limbah yang

KAJIAN PEMANFAATAN LIMBAH NILAM UNTUK PUPUK CAIR ORGANIK DENGAN PROSES FERMENTASI

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. dari 190 juta hektar luas daratan Indonesia. Kelemahan- kelemahan yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

NERACA HARA PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO

PEMANFAATAN TANAMAN ENCENG GONDOK SEBAGAI PUPUK CAIR PENELITIAN

PENGGUNAAN AKTIVATOR EM4, PROMI DAN STARDEC UNTUK PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI DALAM PEMBUATAN PUPUK ORGANIK. KM 34, Banjarbaru.

Jenis pengujian atau sifat-sifat yang diukur

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas tanaman

Lampiran1. Dosis. Konsentrasi Hara Makro dan Mikro dalam Larutan Pupuk Siap Pakai untuk Produksi Sayuran Daun

PEMANFAATAN LIMBAH IKAN MENJADI PUPUK ORGANIK PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. tanaman dan kelangsungan hidup mahluk hidup. Karakteristik unsur-unsur dalam

HASIL DAN PEMBAHASAN. memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap parameter tinggi tanaman, berat

Ilmu Tanah dan Tanaman

BAB I PENDAHULUAN. Unsur hara adalah nutrisi atau zat makanan yang bersama-sama dengan air

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Vol 3 No 1. Januari - Maret 2014 ISSN :

I. PENDAHULUAN. Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman sayuran buah termasuk Famili

PERBANDINGAN PERSEN VOLUME LIMBAH CAIR KELUARAN DIGESTER SEDIMENTASI DAN FERMENTASI BIOGAS UNTUK PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR

BAB I PENDAHULUAN. Ternak ruminansia seperti kerbau, sapi, kambing dan domba sebagian besar bahan

Disusun oleh : Rahmawati Sagita.W Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Niniek Fajar Puspita, M.Eng NIP

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahan-bahan organik yang dibuat menjadi pupuk cair memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan zat gizi yang lengkap dalam menu makanan yang sehat dan seimbang

Transkripsi:

Jurnal Teknik Kimia Vol.5, No.2, April 211 STUDY GREEN LIQUID FERTILIZER PRODUCTION FROM HELIANTHUS A.L AND MUNTINGIA C.L PLANT KAJIAN PRODUKSI PUPUK HIJAU CAIR DARI TANAMAN MUNTINGIA C.L DAN HELIANTHUS A.L Ketut Sumada dan Caecillia Pujiastuti Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri UPN Veteran Jawa Timur Email : ketutaditya@yahoo.com ABSTRACT Indonesia has many kinds of plants that can be utilized as an alternative raw material liquid and solid fertilizer production. several types of plants that can be used as an alternative raw material production of fertilizer is "Plants and Helianthus Muntingia CL A. L. Both types of plants on the leaves / twigs contain various types of ions such as ion Nitrogen (N), Phosphorous (P), Potassium (K), Magnesium (Mg) and calcium (Ca) so that this plant can be used as fertilizer. In this study, plant leaf composting process but do not do the extraction and fermentation processes that run simultaneously. Solvent extraction process carried out with water, acid and sodium phosphate hipophosphate with certain concentrations, whereas the process of fermentation without addition of microorganisms, known as "Self Fermentation".Extraction and fermentation process can accelerate the acquisition of fertilizers and facilitate the transport of ions in plants. The purpose of this study is to examine an alternative type of raw material production of fertilizer, type and concentration of solvent, extraction time and fermentation, and leaf weight ratio and the best solvent and the quality of manure produced. From the survey results revealed both types of plants can be utilized as raw material for fertilizer, the best type of solvent with the concentration of sodium hipophospahte.75%, extraction time and 5 days of fermentation and quality of the resulting liquid fertilizer for plants Plants Muntingia CL: ion N:, 29%, PO4:.37%, K:.55%, Mg:.11% and Ca:.25%, while for the plant Helianthus A. L ions N:.36%, PO4:.545%, K:.79%, Mg:.75% and Ca:.28% and on applications to rice plants known to both types of green liquid fertilizer can increase the production of grain that is a liquid fertilizer Plants of Helianthus AL of 41.3% and Plants Muntingia CL by 29.9% compared with the use of chemical fertilizers (urea, SP-36 and KCl), need for green manure liquid 1 liter per 1 m2 of land. Key words: Muntingia CL, Helianthus AL, Fertilizer, Extraction and Fermentation. PENDAHULUAN Pupuk merupakan suatu bahan yang mengandung berbagai jenis unsur baik unsur makro seperti Nitrogen (N), Phosphor (P), Kalium (K), Magnesium (Mg), Kalsium (Ca) dan Sulfur (S) dan unsur mikro : Besi (Fe), Mangan (Mn), dan Clorida (Cl) yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman untuk pertumbuhan dan perkem-bangan agar dapat berproduksi menghasilkan produk yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Pemberian nama pupuk hijau didasarkan atas bahan-bahan pembentuk pupuk itu sendiri yaitu tanaman atau bagian-bagian tanaman yang masih muda. Bagian-bagian tanaman ini dibenamkan dalam tanah dengan maksud agar dapat meningkatkan tersedianyan bahan-bahan organik dan unsur-unsur hara makro dan mikro bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Secara umum ciri-ciri tanaman yang dapat dipergunakan sebagai pupuk hijau antara lain : 1. Pertumbuhan tanaman sangat cepat 2.Perakarannya dangkal, bagian atas lebat dan sekulen 3.Tanaman tahan terhadap kekeringan dan mampu tumbuh baik di tanah miskin hara. 47

Jurnal Teknik Kimia Vol.5, No.2, April 211 Pengaplikasian pupuk hijau dengan cara pembenaman secara langsung harus dilakukan secara tepat agar tanah dan tanaman pokok tidak dirugikan karena banyaknya bahan yang belum mengalami pelapukan. Perkembangan selanjutnya bagian-bagian tanaman dilakukan proses komposting terlebih dahulu sebelum dimanfaatkan sebagai pupuk, pupuk ini biasa disebut pupuk daun kompos. Pada proses komposting akan membutuhkan waktu yang cukup lama kurang lebih 2-3 hari dan akan kehilangan berbagai jenis unsur hara akibat proses leaching oleh air atau air hujan. Dalam rangka mengurangi waktu proses komposting dan menghindari hilangnya berbagai jenis unsur hara akibat leaching, perlu dikembangkan proses yang lebih efisien, proses yang lebih efisien yaitu proses fermentasi dan ekstraksi. Penelitian ini bertujuan bertujuan mengkaji : kualitas daun tanaman Muntingia C.L dan Helianthus A.L, proses produksi pupuk hijau cair dengan pelarut air, asam (H 3 PO 4 ), basa (Na 2 HPO 4 ), dan kinerja pupuk hijau cair untuk tanaman padi METODOLOGI Metode penelitian kajian produksi dan kinerja pupuk hijau cair dari tanaman Muntingia C.L dan Helianthus A.L merupakan penelitian laboratorium dan lapangan. Blok diagram penelitian seperti Gambar 1.. Daun Tanaman Muntingia C.L dan Helianthus A.L SOLVEN : Air, H 3 PO 4 Na 2 HPO 4 PROSES PRODUKSI : EKSTRAKSI & FERMENTASI PRODUK PUPUK HIJAU CAIR APLIKASI UNTUK TANAMAN PADI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Gambar 1. Blok Diagram Penelitian Faktor-faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kualitas Produk Pupuk Hijau Cair dan Padat Pada produksi pupuk hijau cair dan padat dengan kombinasi proses ekstraksi dan fermentasi melibatkan dua (2) proses utama yaitu proses ekstraksi dan fermentasi. Proses ekstraksi merupakan proses pemisahan unsur-unsur makro (Nitrogen, Phosphor, Kalium, Magnesium, Calsium dan Sulfur) dalam daun/ranting tanaman dengan mempergunakan pelarut (solven), sedangkan proses fermentasi merupakan proses peruraian (pembusukan) bahan organik oleh mikroorganisme. Proses Fermentasi bertujuan untuk menurunkan ratio C/N pada pupuk hijau padat, hal ini terjadi karena pada proses fermentasi dengan mikroorganisme akan dihasilkan gas berupa gas CO 2 sehingga konsentrasi ion C akan menurun mengakibatkan ratio C/N akan turun atau kualitas produk pupuk hijau padat akan meningkat. Pada proses ini proses ekstraksi dan fermentasi berjalan bersamaan. Berdasarkan kajian proses produksi seperti terlihat dalam gambar 1, berbagai faktor yang berpengaruh terhadap kualitas produk pupuk hijau cair maupun padat seperti : Ukuran daun/ranting, jenis pelarut (solven), waktu proses ekstraksi dan fermentasi dan temperatur pengeringan produk pupuk hijaupadat. 1. Ukuran daun dan ranting Ukuran daun dan ranting berpengaruh terhadap proses ekstraksi dan fermentasi, 48

Jurnal Teknik Kimia Vol.5, No.2, April 211 semakin kecil ukuran daun/ranting akan mempermudah keluarnya ion-ion (unsureunsur) makro dalam daun/ranting masuk kedalam media cair, Hal ini disebabkan semakin kecil ukuran daun/ranting luas permukaan semakin besar dan mempermudah keluarnya ion atau unsur makro dari daun/ranting. Semakin kecil ukuran daun/ranting waktu proses ekstraksi dan fermentasi semakin cepat. 2. Jenis pelarut (solven) Proses ekstraksi dan fermentasi daun/ranting tanaman dipengaruhi oleh jenis pelarut, hal ini disebabkan ion/unsur makro dalam daun/ranting dapat larut dengan sempurna pada jenis pelarut tertentu, pemilihan jenis pelarut berpengaruh terhadap kualitas pupuk hijau cair mapun padat. Jenis pelarut juga dapat memberikan spesifikasi produk pupuk yang diproduksi, seperti produk pupuk hijau cair ASAM yang bermanfaat pada lahan pertanian basa atau pupuk hijau cair BASA yang bermanfaat bagi lahan pertanian asam. Pada penelitian ini jenis solven yang dipilih mengandung ion phosphate, hal ini dilakukan karena berdasarkan kajian awal diketahui kualitas produk pupuk hijau cair dan padat konsentrasi ion phosphatenya masih kurang, diharapkan dengan jenis pelarut yang mengandung ion phosphate lebih meningkatkat kualitas produk. Kualitas produk pupuk hijau cair dan padat juga ditentukan oleh rasio (perbandingan) berat bahan daun/ranting terhadap volume pelarut. Semakin besar rasio berat bahan/volume pelarut kualitas produk pupuk hijau cair semakin tinggi tetapi jika terlalu besar kualitas produk akan tetap hal ini disebabkan rasio berat bahan/volume pelarut terlalu besar dapat menghambat proses ekstraksi. Dalam mengendalikan kualitas produk perlu mengkaji rasio berat bahan/volume pelarut yang optimal. 3. Waktu Proses Ekstraksi dan Fermentasi Waktu ekstraksi dan fermentasi sangat mempengaruhi kualitas pupuk hijau cair dan padat, semakin lama waktu ekstraksi jumlah ion yang terakumulasi dalam pupuk cair semakin tinggi berarti kualitas pupuk cairnya semakin tinggi. Semakin lama ekstraksi dan fermentasi optimal. 2. Pengadukan Pengadukan diperlukan untuk mempercepat proses ekstraksi, semakin cepat pengadukan proses ekstraksi berlangsung dengan cepat dan mempercepat waktu proses produksi pupuk. 5. Temperatur pengeringan produk pupuk hijau padat Temperatur pengeringan mempengaruhi kualitas produk pupuk hijau padat, temperatur pengeringan terlalu tinggi dapat menurunkan konsentrasi ion nitrogen dalam produk dan jika temperatur terlalu rendah produk masih mengandung air dan dapat mengakibatkan timbulnya jamur pada produk. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian dengan berbagai variabel berubah jenis pelarut (solven), konsentrasi pelarut, ratio berat tanaman dan pelarut, waktu ekstraksi dan fermentasi serta aplikasinya untuk tanaman padi diperoleh hasil penelitian seperti berikut : 1. Kualitas Tanaman Muntingia C.L dan Helianthus A.L a. Tanaman Muntingia C.L Tanaman Munitingia C.L merupakan tanaman peneduh yang ketersediaannya melimpah di Indonesia, berdasarkan analisis laboratorium diketahui tanaman ini mengandung berbagai jenis ion seperti yang tercantum dalam Tabel 1. berikut. Tabel 1. Kandungan dan konsentrasi berbagai jenis ion pada tanaman Muntingia C.L Parameter Konsentrasi (gr/1 gr) Konsentrasi (%) berat Kalium (K) 16,567 16,56% Nitrogen (N) 8,735 8,74% Magnesium (Mg) 2,667 2,67% Kalsium (Ca),578,58% Phosphate (PO 4 ),979,98% Berdasarkan Tabel 1 tersebut diatas, diketahui kandungan ion terbesar pada tanaman Muntingia C.L adalah ion Kalium (K) : 16,56% berat dan Nitrogen (N) : 8,74% berat, dengan demikian jenis tanaman ini dapat dipergunakan sebagai bahan baku produksi pupuk hijau cair dan padat. b. Tanaman Helianthus A.L Tanaman Helianthus A.L merupakan tanaman liar yang banyak dijumpai pada daerah dataran rendah dan juga tinggi. Berdasarkan hasil analisis labotorium 49

Jurnal Teknik Kimia Vol.5, No.2, April 211 diketahui tanaman Helianthus A.L mengandung berbagai jenis ion seperti tercantum dalam Tabel 2. Tabel 2. Kandungan dan konsentrasi berbagai jenis ion pada tanaman Helianthus A.L Parameter Konsentrasi (gr/1 gr) Konsentrasi (%) berat Kalium (K) 21,435 21,44% Nitrogen (N) 1,482 1,48% Magnesium 2,134 2,13% (Mg) Kalsium (Ca),845,85% Phosphate (PO 4 ) 1,62 1,6% Berdasarkan Tabel 2 tersebut diatas, diketahui kandungan ion terbesar pada tanaman Helianthus A.L adalah ion Kalium (K) : 21,44% berat dan Nitrogen (N) : 1,48% berat, dengan demikian jenis tanaman ini dapat dipergunakan sebagai bahan baku produksi pupuk hijau cair dan padat. 2. Kualitas Produk Pupuk Hijau Cair. Dalam penelitian ini jenis pelarut yang dipergunakan adalah air, asam phosphate dan natrium hiphophosphate dengan konsentrasi yang berbeda-beda. Hasil penelitian terbaik seperti ditunjukan dalam gambar berikut. a.pengaruh Jenis Pelarut Air Terhadap Kualitas Pupuk Cair dari Tanaman Muntingia C.L,8,7,6,5,4,3,2,1 5 2 5 7 Gambar 2. Berat Tanaman 5 gram,3,25,2,15,1,5,6,5,4,3,2,1 5 2 5 7 Gambar 4. Berat Tanaman 35 gram,7,6,5,4,3,2,1 5 2 5 7 Gambar 5. Berat Tanaman 5 gram b. Pengaruh Jenis Pelarut Asam Phosphate Terhadap Kualitas Pupuk Cair dari Tanaman Muntingia C.L PELARUT ASAM PHOSPHATE,1%,1,9,8,7,6,5,4,3,2,1 5 2 5 7 Gambar 6. Berat Tanaman 5 gram PELARUT ASAM PHOSPHATE,1%,3,25,2,15,1,5 5 2 5 7 5 2 5 7 Gambar 7. Berat Tanaman 15 gram Gambar 3. Berat Tanaman 15 gram 41

Jurnal Teknik Kimia Vol.5, No.2, April 211,6,5,4,3,2,1 PELARUT ASAM PHOSPHATE,1%,6,5,4,3,2,1 PELARUT ASAM PHOSPHATE,2% 5 2 5 7 Gambar 8. Berat Tanaman 35 gram 5 2 5 7 Gambar 12. Berat Tanaman 35 gram,7 PELARUT ASAM PHOSPHATE,1%,7,6 PELARUT ASAM PHOSPHATE,2%,6,5,4,3,2,1 5 2 5 7 Gambar 9. Berat Tanaman 5 gram PELARUT ASAM PHOSPHATE,2%,14,12,1,8,6,4,2 5 2 5 7 Gambar 1. Berat Tanaman 5 gram PELARUT ASAM PHOSPHATE,2%,3,25,2,15,1,5 5 2 5 7 Gambar 11. Berat Tanaman 15 gram,5,4,3,2,1 5 2 5 7 Gambar 13. Berat Tanaman 5 gram c. Pengaruh Jenis Pelarut Natrium Hipophosphate Terhadap Kualitas Pupuk Cair dari Tanaman Muntingia C.L,18,16,14,12,1,8,6,4,2 PELARUT NATRIUM HIPOPHOSPHATE,25% 5 2 5 7 Gambar 14. Berat Tanaman 5 gram,3,25,2,15,1,5 PELARUT NATRIUM HIPOPHOSPHATE,25% 5 2 5 7 Gambar 15. Berat Tanaman 15 gram 411

Jurnal Teknik Kimia Vol.5, No.2, April 211,6 PELARUT NATRIUM HIPOPHOSPHATE,25%,6 PELARUT NATRIUM HIPOPHOSPHATE,75%,5,5,4,3,2,1,4,3,2,1 5 2 5 7 Gambar 15. Berat Tanaman 35 gram 5 2 5 7 Gambar 19. Berat Tanaman 35 gram,6 PELARUT NATRIUM HIPOPHOSPHATE,25%,6,5 PELARUT NATRIUM HIPOPHOSPHATE,75%,5,4,3,2,1,4,3,2,1 5 2 5 7 5 2 5 7 Gambar 16. Berat Tanaman 5 gram,4,35,3,25,2,15,1,5 PELARUT NATRIUM HIPOPHOSPHATE,75% 5 2 5 7 Gambar 17. Berat Tanaman 5 gram Gambar 2. Berat Tanaman 5 gram d. Pengaruh Jenis Pelarut Air Terhadap Kualitas Pupuk Cair dari Tanaman Helianthus A.L,12,1,8,6,4,2 5 2 5 7,4,35,3,25,2,15,1,5 PELARUT NATRIUM HIPOPHOSPHATE,75% 5 2 5 7 Gambar 18. Berat Tanaman 15 gram Gambar 21. Berat Tanaman 5 gram,35,3,25,2,15,1,5 5 2 5 7 Gambar 22. Berat Tanaman 15 gram 412

Jurnal Teknik Kimia Vol.5, No.2, April 211,8,7,6,5,4,3,2,1 5 2 5 7 Gambar 23. Berat Tanaman 35 gram,8,7,6,5,4,3,2,1 PELARUT ASAM PHOSPHATE,1% 5 2 5 7 Gambar 27. Berat Tanaman 35 gram,9,8,7,6,5,4,3,2,1 5 2 5 7 Gambar 24. Berat Tanaman 5 gram e. Pengaruh Jenis Pelarut Asam Phosphate Terhadap Kualitas Pupuk Cair dari Tanaman Helianthus A.L,9,8,7,6,5,4,3,2,1 PELARUT ASAM PHOSPHATE,1% 5 2 5 7 Gambar 28. Berat Tanaman 5 gram,14 PELARUT ASAM PHOSPHATE,2%,12,12,1,8,6,4,2 PELARUT ASAM PHOSPHATE,1%,1,8,6,4,2 5 2 5 7 5 2 5 7 Gambar 25. Berat Tanaman 5 gram Gambar 29. Berat Tanaman 5 gram,35 PELARUT ASAM PHOSPHATE,2%,35,3,25,2,15,1,5 PELARUT ASAM PHOSPHATE,1% 5 2 5 7,3,25,2,15,1,5 5 2 5 7 Gambar 26. Berat Tanaman 15 gram Gambar 3. Berat Tanaman 15 gram 413

Jurnal Teknik Kimia Vol.5, No.2, April 211,8,7 PELARUT ASAM PHOSPHATE,2%,35,3 PELARUT NATRIUM HIPOPHOSPHATE,25%,6,5,4,3,2,1 5 2 5 7,25,2,15,1,5 5 2 5 7 Gambar 31. Berat Tanaman 35 gram,9,8,7,6,5,4,3,2,1 PELARUT ASAM PHOSPHATE,2% 5 2 5 7 Gambar 32. Berat Tanaman 5 gram f. Pengaruh Jenis Pelarut Natrium Hipophosphate Terhadap Kualitas Pupuk Cair dari Tanaman Helianthus A.L,2,18,16,14,12,1,8,6,4,2 PELARUT NATRIUM HIPOPHOSPHATE,25% 5 2 5 7 Gambar 33. Berat Tanaman 5 gram Gambar 34. Berat Tanaman 15 gram,9,8,7,6,5,4,3,2,1 PELARUT NATRIUM HIPOPHOSPHATE,25% 5 2 5 7 Gambar 35. Berat Tanaman 35 gram,9,8,7,6,5,4,3,2,1 PELARUT NATRIUM HIPOPHOSPHATE,25% 5 2 5 7 Gambar 36. Berat Tanaman 5 gram,6,5,4,3,2,1 PELARUT NATRIUM HIPOPHOSPHATE,75% 5 2 5 7 Gambar 37. Berat Tanaman 5 gram 414

Jurnal Teknik Kimia Vol.5, No.2, April 211,6 PELARUT NATRIUM HIPOPHOSPHATE,75% memberikan kualitas produk pupuk hijau cair terbaik adalah 5 jam,5,4,3,2,1 5 2 5 7 Gambar 38. Berat Tanaman 15 gram,9,8,7,6,5,4,3,2,1 PELARUT NATRIUM HIPOPHOSPHATE,75% 5 2 5 7 Gambar 39. Berat Tanaman 35 gram,9,8,7,6,5,4,3,2,1 PELARUT NATRIUM HIPOPHOSPHATE,75% 5 2 5 7 Gambar 4. Berat Tanaman 5 gram Berdasarkan hasil penelitian produksi pupuk hijau cair dari tanaman muntingia C.L dan Helianthus A.L diketahui bahwa : 1. Semakin lama waktu ekstraksi dan fermentasi, konsentrasi ion-ion seperti ion K, PO 4, N, Mg dan Ca dalam produk pupuk cair semakin tinggi dan pada waktu tertentu akan stabil hal ini disebabkan semakin lama waktu ekstraksi dan fermentasi memberikan kesempatan ion bergerak kearah cairan tetapi pada waktu tertentu akan stabil hal ini disebabkan sebagian besar ion-ion dalam daun sudah terekstrak kedalam cairan. Waktu ekstraksi yang 2. Semakin besar jumlah daun tanaman yang diekstraksi dan difermentasi kualitas produk pupuk hijau cair semakin tinggi, tetapi jika jumlah daun tanaman terlalu besar akan menghambat proses ekstraksi sehingga kualitas pupuk hijau mengalami peningkatan tetapi tidak terlalu signifikan. Perbandingan jumlah daun dan jumlah pelarut mempengaruhi kualitas produk pupuk hijau cair. Perbandingan yang terbaik adalah 35 gram daun dengan pelarut 1 liter air. 3. Jenis pelarut air yang dipergunakan sebagai bahan pengekstraksi menghasilkan produk pupuk cair dengan kualitas terendah terutama masalah konsentrasi ion phosphatenya, hal ini disebabkan karena konsentrasi ion phosphate dalam daun tanaman yang kecil. 4. Pemakaian asam phosphate dapat meningkatkan kualitas pupuk hijau cair terutama konsentrasi ion phosphatenya, hal ini disebabkan penambahan asam phosphate akan meningkatkan jumlah ion phosphate dalam produk pupuk hijau cair. Penambahan konsentrasi asam phospahte juga meningkatkan jumlah ion phosphate dalam produk pupuk hijau cair, tetapi jika penambahan asam phosphate terlalu tinggi dapat menurunkan derajat keasaman (ph) produk pupuk hijau cair yang dapat mengakibatkan kematian tanaman. 5. Pemakaian natrium hipophosphate dapat meningkatkan kualitas pupuk hijau cair terutama konsentrasi ion phosphatenya, hal ini disebabkan penambahan natrium hipophosphate akan meningkatkan jumlah ion phosphate dalam produk pupuk hijau cair. Penambahan konsentrasi natrium hipophos-phate juga meningkatkan jumlah ion phosphate dalam produk pupuk hijau cair, tetapi jika penambahan natrium hipophosphate terlalu tinggi (ph mengakibatkan kematian tanaman. 415

Jurnal Teknik Kimia Vol.5, No.2, April 211 Tabel 3. Rata-rata produksi Gabah Perlakuan Lahan Rata Produksi Rata Produksi Produksi Gabah per rumpun (Gram) Gabah per rumpun Gabah per Hektar Lahan 1 Lahan 2 Lahan 3 (Gram) (ton) Pupuk Urea, KCl dan 21, 24,67 22,84 4.567 SP-36 Urea dan Helianthus 3,67 3,67 6.134 A.L Urea dan Muntingia 29,67 29,67 5.934 C.L Helianthus A.L 32,33 31,33 33,17 32,27 6.454 Muntingia C.L 29,67 27,67 31,66 29,67 5.934 3. Kinerja Pupuk Hijau Cair Untuk Tanaman Padi Berdasarkan analsis tersebut pada Tabel 3, dapat diketahui produksi gabah pemakaian pupuk kimia (urea, SP-36 dan KCl) menghasilkan gabah sebesar 4.567 ton/hektar, aplikasi kombinasi urea dengan pupuk hijau cair helianthus A.L menghasilkan gabah sebesar 6.134 mengalami kenaikan sebesar 34,3 %, Aplikasi kombinasi urea dan muntingia C.L menghasilkan gabah sebesar rata-rata 5.934 ton/hektar mengalami kenaikan sebesar 29,9% dan aplikasi pupuk cair hijau helianthus A.L menghasilkan gabah sebesar 6,454 ton/hektar mengalami kenaikan sebesar 41,3% dan aplikasi pupuk muntingia C.L menghasilkan gabah sebesar rata-rata 5,934 ton/hektar atau terjadi kenaikan produksi gabah sebesar 29,9 %. Kebutuhan pupuk hijau cair 1 liter per 1 m 2. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan beberapa hal diantaranya : waktu ektstraksi dan fermentasi produksi pupuk hijau cair adalah 5 jam, jenis pelarut terbaik adalah pelarut natrium hipophosphate dengan konsentrasi,75% berat, ratio jumlah daun tanaman Muntingi C.L maupun Helianthus terbaik 35 :1 liter pelarut atau 35 gram daun untuk produksi 1 liter pupuk hijau cair, kualitas pupuk hijau cair yang dihasilkan dari tanaman Muntingia C.L : konsentrasi ion N,29 %, konsentrasi ion PO 4,37 %, konsentrasi ion K :,55 %, konsentrasi ion Mg:,11 %, konsentrasi ion Ca :,25. Kualitas pupuk hijau cair yang dihasilkan dari tanaman Helianthus A.L, konsentrasi ion N :,36 %, konsentrasi ion PO 4 :,545 %, konsentrasi ion K :,79 %, konsentrasi ion Mg:,75%, konsentrasi ion Ca :,28%. Aplikasi pupuk hijau cair dari tanaman Helianthus A.L dapat meningkatkan produksi gabah sebesar 41,3% dan tanaman Muntingia sebesar 29,9%. Kebutuhan pupuk hijau cair helianthus A.L dan Muntingia C.L : 1 L/1 m 2 DAFTAR PUSTAKA Effi Ismawati M, (25), Pupuk Organik Padat, Penebar Swadaya, Jakarta Fernando Lozano J A and Lerida Sanvicente (25) Multinutrient Phosphate- Base Fertilizer From Seawater Bitterns Journal Of Intercience. Fernando Lozano J A, (1996) Fabrication of Multinutrient Phosphate-Base Fertilizer From Seawater and Monocalcium phosphate Proc. I ChemE Research Event, University of Leeds, UK. Vol 2, 85-859 Fernando Lozano J A and Manili A, (2) A Fertilizer from Bittern, Phophoric Acid and Amonia, Word SALT Symposium. The Netherlands, Vol 1, 589-593 J.M. Coulson and J.F. Richardson, 1968, Chemical Engineering, Pergamon Press Ltd, USA. Ketut Sumada, Susilawati, Mohamad Iskak (27), Pembuatan pupuk cair dari daun dan buah kersen, Laporan Hasil Penelitian Ketut Sumada, Niinik K, Yudi Prasetya (28), Kajian produksi pupuk cair dari batang pohon pisang, laporan Hasil Penelitian 416