BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
Pengembangan Panduan Layanan Kesiapan Kerja Siswa SMK Menggunakan Teknik Goal Setting

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah

BAB I PENDAHULUAN. langsung terhadap perkembangan manusia, terutama perkembangan seluruh aspek

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. ketrampilannya (underemployed) dan tidak menggunakan keterampilannya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menimbulkan banyak masalah bila manusia tidak mampu mengambil

PROFESIONALISME KONSELOR : EVALUASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPREHENSIF DI SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibuktikan dari hasil penelitian Institute of Management Development (dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. siswa agar memiliki kesiapan untuk memasuki dunia kerja. Para siswa SMK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 RELEVANSI MATA PELAJARAN PAKET KEAHLIAN TEKNIK SEPED A MOTOR SMK D ENGAN KOMPETENSI KERJA YANG D IBUTUHKAN D ALAM BID ANG SERVICE SEPED A MOTOR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya. Hal tersebut dibuktikan dengan riset yang dilakukan oleh Badan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhibbu Abivian, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dapat berupa pendidikan formal dan pendidikan non formal.

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas pendidikannya. Suatu pendidikan yang berkualitas,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting sebagai kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Model Hipotetik Bimbingan dan konseling Kemandirian Remaja Tunarungu di SLB-B Oleh: Imas Diana Aprilia 1. Dasar Pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. teknologi, telah berdampak kepada munculnya bidang-bidang baru dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, telah berdampak kepada munculnya bidang-bidang

BAB I PENDAHULUAN. tempat kerja yang tersedia saat ini, sehingga banyak orang yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa

PENINGKATAN KEMATANGAN KARIER SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK. Lutiyem SMP Negeri 5 Adiwerna, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang sangat pesat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Siswa sebagai generasi penerus bangsa dituntut untuk bisa mandiri,

BAB I PENDAHULUAN. pencari kerja. Orang yang mencari kerja lebih banyak, sehingga banyak orang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era informasi saat

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas ini diupayakan melalui sektor pendidikan baik pendidikan sekolah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari hidup manusia dalam menghadapi berbagai masalah untuk pemenuhan

Kemandirian sebagai tujuan Bimbingan dan Konseling Kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan melalui pelayanan bimbingan dan konseling adalah k

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari, di seluruh dunia, jutaan orang harus bekerja atau sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Seiring dengan laju pembangunan saat ini telah banyak

2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Shandy Fauzan, 2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap orang pada umumnya memerlukan lapangan kerja untuk bertahan

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam prosesnya, PSG ini. relevansi pendidikan dengan tuntutan kebutuhan tenaga kerja.

BAB I PENDAHULUAN. 7,6%, Diploma I/II/III dengan 6,01% dan universitas sebesar 5,5%. Pada posisi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting

MASALAH-MASALAH YANG DIHADAPI PESERTA DIDIK DALAM PERENCANAAN KARIR DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PELAYANAN BIMBINGAN KARIR

2016 HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PRESTASI BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. atau anak didik sesuai dengan kebutuhan dan perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Syabibah Nurul Amalina, 2013

Oleh : Sugiyatno, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. Bab satu memaparkan latar belakang masalah pembahasan masalah,

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMAKASIH... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii BAB I PENDAHULUAN...

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dibandingkan. seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang. semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan sampai sekarang

Perspektif Historis Konseling

2015 EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK JOHARI WINDOW UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN DIRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi yang sangat cepat pada saat ini

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan, ilmu pengetahuan dan teknologi pun berdampak pada pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iding Tarsidi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang matang akan menciptakan generasi-generasi yang cerdas baik cerdas

PENGEMBANGAN MODUL INFORMASI KARIR UNTUK PESERTA DIDIK KELAS X JURUSAN TEKNIK KENDARAAN RINGAN (TKR) SMK NEGERI 26 JAKARTA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Sementara rekomendasi hasil penelitian difokuskan pada upaya sosialisasi hasil

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia menempati peringkat kedua setelah China. Ekonomi Indonesia triwulan III-2015

BAB I PENDAHULUAN. Bimbingan dan Konseling memiliki peranan yang sangat menentukan

1. PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam pembentukan generasi muda penerus bangsa yang

Sigit Sanyata

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk paling unik di dunia. Sifat individualitas manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bimbingan dan konseling yang lebih dikenal dengan nama BK adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah di Bengkel Otomotif Roda 4

BAB I PENDAHULUAN. kembar identik pun masih dapat dibedakan melalui sifat-sifat non-fisik yang

BAB I PENDAHULUAN. Statistik Republik Indonesia (2013), menyatakan tingkat pengangguran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iis Juati, 2013

dikembangkan suatu sistem pengembangan faktor-faktor psikologis siswa.2

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kunci keberhasilan dan kesuksesan seseorang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ini, banyak usaha atau bahkan industri yang menolak para pelamar kerja karena

BAB I PENDAHULUAN. global telah menciptakan multi crisis effect yang membuat perusahaan di

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup bangsa dan negara, karena pendidikan merupakan wahana

Kata Kunci : Layanan Informasi Karir, Pemilihan Karir

BAB I PENDAHULUAN. logis, kreatif serta mampu menggunakan nalarnya untuk memperoleh,

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan kebijaksanan Link and Match. Dalam prosesnya, PSG ini

BAB I PENDAHULUAN. Guru dalam proses pembelajaran di kelas memainkan peran penting terutama

BAB I PENDAHULUAN. Latar belakang dari penelitian ini yaitu permasalahan yang dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Bab I membahas mengenai latar belakang masalah; tujuan penelitian dan pengembangan; spesifikasi produk; pentingnya penelitian dan pengembangan; asumsi dan keterbatasan penelitian dan pengembangan; definisi konseptual dan operasional dari penelitian yang berjudul Pengembangan Panduan Kesiapan Kerja Siswa SMK Menggunakan Teknik Goal setting untuk Guru BK. A. Latar Belakang Masalah Bimbingan adalah bagian integral dari proses pendidikan, sehingga perlu dikembangkan (Henderson, 2012). Gysbers dan Henderson (2012) mengemukakan bahwa program bimbingan dan konseling perkembangan disajikan secara reguler dan sistematis sehingga siswa akan memiliki kompetensi yang sesuai dengan tahap pertumbuhan dan perkembangannya. Disamping itu, Gysbers dan Henderson (2012) juga menegaskan lima presmis utama yang harus dipahami oleh guru Bimbingan dan Konseling (BK) sekolah dalam melaksanakan program bimbingan dan konseling perkembangan: (1) guidance and counseling is program; (2) guidance and counseling programs is developmental and comprehensive; (3) guidance and counseling programs feature is team approach;, (4) guidance and counseling programs are developed through a systematic process of planning, designing, implementing, evaluating, and enhancing, dan (5) guidance and counseling programs have established leadership. Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: Guidance and counseling is program adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk membantu siswa dalam mendefinisikan tujuan melalui tahapan pencapaian kompetensi secara bertahap. Guru BK harus secara kontinyu melakukan evaluasi terhadap efektivitas program. Guidance and counseling programs is developmental and comprehensive adalah guru BK harus mengatur aktivitasaktivitas program dalam sebuah layanan dasar yang terencana untuk membantu seluruh siswa menguasai kompetensi yang terangkum dalam 1

2 kurikulum bimbingan. Fokus pertama adalah program bimbingan dan konseling harus mampu menyelenggarakan berbagai kegiatan dan layanan untuk membantu seluruh siswa untuk tumbuh dan berkembang. Fokus kedua adalah layanan untuk siswa siswa yang memiliki permasalahan yang khusus. Guru BK seharusnya melakukan analisis kebutuhan siswa terlebih dahulu sebelum memberikan layanan, agar layanan yang diberikan sesuai dengan apa yang dibutuhkan siswa. Guidance and counseling programs feature is team approach adalah secara keseluruhan sistem manajemen dan fasilitas yang ada dalam layanan bimbingan dan konseling harus mampu melibatkan berbagai komponen sekolah untuk melakukan konsultasi dan berkolaborasi. Sebagai contoh, dalam mendistribusikan materi layanan dapat diintegrasikan dengan beberapa mata pelajaran yang terkait dengan materi layanan bimbingan dan konseling. Disamping itu, komponen penting yang harus dilibatkan dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling adalah pihak orang tua serta pihak-pihak yang terkait seperti komunitas orang tua (dewan sekolah), dan lembaga-lembaga yang bisa bekerjasama. Guidance and counseling programs are developed through a systematic process of planning, designing, implementing, evaluating, and enhancing adalah bimbingan dan konseling merupakan proses pengembangan yang sistematik meliputi perencanaan, perancangan, implementasi, evaluasi, dan peningkatan program bimbingan dan konseling itu sendiri. (5) Guidance and counseling programs have established leadership adalah bimbingan dan konseling harus memiliki ukuran tingkat akuntabilitas program bimbingan dan konseling dan unjuk kerja kepemimpinan oleh para staff. Peran guru BK sangat diperlukan dalam membantu siswa mempersiapkan diri dalam memasuki dunia kerja. Yusuf (2006) mengemukakan tugas guru BK yaitu: (1) memahami konsep-konsep bimbingan dan konseling, serta ilmu bantu lainnya; (2) memahami karakteristik pribadi siswa, khususnya tugas-tugas perkembangan siswa dan faktor-faktor yang mempengaruhinya; (3) mensosialisasikan program layanan bimbingan dan konseling; (4) merumuskan perencanaan program layanan bimbingan dan konseling; (5) melaksanakan program layanan bimbingan dan konseling, yaitu: layanan dasar bimbingan, layanan responsif,

3 layanan perencanaan individual, dan layanan dukungan sistem; (6) mengevaluasi program hasil (perubahan sikap dan perilaku siswa, baik dalam aspek pribadi, sosial, belajar maupun karier); (7) menindaklanjuti (follow up) hasil evaluasi, (8) menjadi guru dan konsultan bagi guru dan orang tua siswa; (9) bekerjasama dengan pihak-pihak lain yang terkait; (10) mengadministrasian program layanan bimbingan,(11) menampilkan pribadi secara matang, baik menyangkut aspek emosional, sosial, maupun moral spiritual; (12) memiliki kemauan dan kemampuan untuk senantiasa mengembangkan model layanan bimbingan seiring dengan kebutuhan dan masalah siswa; (13) mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatan kepada kepala sekolah. Pelaksanaan bimbingan dan konseling komprehensif belum dilaksanakan secara maksimal oleh guru BK. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru BK mengatakan bahwa: Guru BK masih kesulitan dalam mencari panduan yang digunakan dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling sehingga acuannya kurang jelas. Disamping itu, guru BK juga jarang melakukan need assessment kepada siswa bahkan tidak pernah. Hal ini karena keterbatasan waktu dan wawasan guru BK sehingga layanan yang diberikan oleh guru BK bersifat monoton dan kurang mengikuti perkembangan kebutuhan siswa. (16 April 2016) Keberadaan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dalam mempersiapkan tenaga kerja tingkat menengah yang terampil masih perlu ditingkatkan. Belum semua lulusan SMK dapat memenuhi tuntutan lapangan kerja sesuai dengan spesialisasinya. Hal ini karena adanya kesenjangan antara keterampilan yang dimiliki oleh lulusan SMK dengan keterampilan yang dibutuhkan di dunia kerja. Selain keterampilan, siswa SMK belum sepenuhnya memiliki kesiapan kerja karena masih banyak lulusan SMK yang masih menganggur seperti yang tertera dalam data Badan Pusat Statistik (BPS). Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Februari 2016 mencapai 128,3 juta orang, sedangkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Agustus 2015 mencapai 7,56 juta orang. Tingkat Pengangguran Terbuka untuk lulusan pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan menempati posisi tertinggi, yaitu 12,65% dari total tingkat pengangguran terbuka dibanding dengan lulusan pendidikan lulusan SMA

4 sebesar 10,32%, lulusan SD sebesar 2,74%, lulusan SMP sebesar 6,22%, Diploma I/II/III sebesar 7,54%, dan lulusan Perguruan tinggi sebesar 6,40% dari total tingkat pengangguran terbuka (www.bps.go.id). Gejala kesenjangan ini disebabkan oleh berbagai hal, antara lain pendidikan kejuruan yang sepenuhnya diselenggarakan oleh sekolah kurang mampu menyesuaikan diri dengan perubahan dan perkembangan dunia kerja, sehingga kesiapan kerja siswa menjadi kurang. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan salah satu guru Bimbingan dan Konseling (BK) mengatakan bahwa: Banyak lulusan SMK yang memang masih belum terserap maksimal. Beberapa faktor yang mempengaruhi hal tersebut yaitu ketidakcocokan minat dengan lowongan pekerjaan yang ada, ketidaksiapan dalam memasuki dunia kerja, dan faktor tuntutan orang tua yang tidak sesuai dengan kemampuan siswa. Ketidakcocokan minat dengan lowongan pekerjaan yang ada sering ditimbulkan karena kurangnya wawasan yang dimiliki oleh siswa sehingga siswa merasa belum mampu untuk melakukan pekerjaan tersebut. Ketidak-siapan dalam memasuki dunia kerja juga menjadi penyebab banyaknya lu-lusan SMK yang belum terserap maksimal. Hal ini disebabkan karena belum maksimalnya bimbingan karier yang dilakukan oleh guru Bimbingan dan Konseling (BK) di sekolah. Selanjutnya, faktor tuntutan orang tua yang ti-dak sesuai dengan kemampuan siswa sangat berpengaruh terhadap pengam-bilan keputusan karier siswa. Orang tua menginginkan anaknya bekerja de-ngan penghasilan tinggi, akan tetapi pekerjaan yang ada di lapangan belum bisa memenuhi sehingga anak kesulitan untuk menyesuaikan dengan kondisi tersebut. (16 April 2016) Holland (Gani, 1986) juga menjelaskan bahwa suatu pemilihan pekerjaan atau jabatan merupakan hasil dari interaksi antara faktor hereditas (keturunan) dengan segala pengaruh budaya, teman bergaul, orang tua, orang dewasa yang dianggap memiliki peranan penting. Disamping itu, Holland juga merumuskan tipe-tipe (golongan) kepribadian dalam pemilihan pekerjaan berdasarkan inventori kepribadian yang disusun atas dasar minat. Peneliti telah melakukan studi pendahuluan kepada 3183 responden tentang tingkat kebutuhan dan kepentingan layanan pengembangan BK bidang akademik, karier, pribadi, sosial, dan spiritual kepada siswa SMK di tingkat Karesidenan Surakarta menurut siswa, orang tua, dan guru BK. Hasil survei menunjukkan bahwa 63,83% sangat membutuhkan dan 63,84% sangat merasa penting terhadap pengembangan keterampilan kesiapan kerja. Hasil ini memang tinggi karena lebih dari 50%. Hal ini bisa dijelaskan

5 bahwa keterampilan kesiapan kerja bagi siswa sangat dibutuhkan dan penting untuk diberikan oleh guru BK dalam mempersiapkan siswa memasuki dunia kerja. Orang tua siswa juga membutuhkan dan merasa penting bahwa keterampilan kesiapan kerja memang harus diberikan untuk mempersiapkan siswa memasuki dunia kerja. Oleh karena itu, panduan kesiapan kerja siswa SMK sangat dibutuhkan dan penting untuk dibuat sehingga dapat dijadikan acuan atau pedoman guru BK dalam memberikan layanan. Permasalahan karier merupakan permasalahan masa depan siswa. Kegiatan masa sekarang akan mewarnai masa depan seseorang. Upaya yang dilakukan agar siswa SMK dapat menyiapkan masa depannya dengan baik yaitu siswa harus dibekali dengan sejumlah informasi karier yang akan dipilihnya. Informasi yang cukup dan tepat tentang setiap individu, merupakan aset bagi individu yang bersangkutan untuk memahami faktor-faktor yang ada pada dirinya, faktor kekuatan maupun faktor kelemahan-kelemahannya sehingga siswa siap untuk memasuki dunia kerja. Dalam bidang pendidikan kejuruan, bimbingan karier merupakan salah satu jenis layanan dari program bimbingan dan konseling. Secara kelembagaan, bimbingan dan konseling itu adalah bagian dari keseluruhan program pendidikan di sekolah, yang ditujukan untuk membantu atau memfasilitasi siswa agar tercapai perkembangan diri yang optimal. SMK merupakan lembaga pendidikan yang mencetak tenaga terampil untuk mempersiapkan diri dalam memasuki dunia kerja dengan pemenuhan kompetensi diberbagai pengembangan. Proses membentuk sikap serta mewujudkan tujuan tersebut perlu dikembangkan melalui bimbingan dan konseling yang didalamnya ada bidang bimbingan karier. Secara khusus, tujuan bimbingan karier di SMK adalah untuk membantu atau memfasilitasi perkem-bangan siswa agar memiliki kemampuan dirinya, terutama potensi dasar (bakat, minat, sikap, kecakapan, dan cita-cita) yang terkait dengan dunia kerja yang akan dimasukinya kelak. Menurut John Hayes dan Barrie Hopson (Winkel, 2007: 51), informasi karier adalah informasi yang mendukung perkembangan bidang pekerjaan, dan berdasarkan informasi itu memungkinkan seseorang mengadakan pengujian akan

6 kesesuaian dengan konsep dirinya. Selanjutnya, bisa dikatakan informasi karier tidak hanya sekedar merupakan objek faktual, tetapi sebagai kemampuan proses psikologis untuk mentransformasikan informasi itu dikaitkan dengan pilihan dan tujuan hidup masa depan. Oleh karena itu, setiap siswa perlu dibantu untuk mengenal potensi dasar dirinya, sehingga menentukan pilihan atau mengambil keputusan yang sesuai dengan dunia kerja pilihannya itu. Pada SMK, siswa dituntut untuk menguasai berbagai kemampuan atau kompetensi, baik yang berhubungan dengan mata pelajaran, maupun yang berhubungan dengan pengembangan diri pribadi, sosial, dan karier kehidupannya. Berdasarkan penjelasan tersebut kesiapan kerja bagi siswa SMK sangatlah penting, karena salah satu permasalahan yang dialami siswa SMK setelah menyelesaikan studinya adalah menyangkut pemilihan karier dan pekerjaan. Goal setting adalah keterampilan berharga yang memfasilitasi perkembangan remaja sehat. Penelitian tentang penetapan tujuan pada masa remaja telah menemukan bahwa memiliki tujuan yang positif berkaitan dengan prestasi akademis dan lebih khusus untuk kinerja pekerjaan dan akurasi (Gaa, Miller &Trammel,1979). Hal ini berarti bahwa goal setting sangat berpengaruh terhadap perilaku dalam mencapai tujuan khususnya dalam hal kinerja pekerjaan dan ketelitian. Goal setting sangat dibutuhkan dalam membantu siswa SMK dalam menyiapkan diri untuk memasuki dunia kerja. Teori Goal setting juga dijelaskan oleh Locke telah mulai menarik minat dalam berbagai masalah dan isu organisasi. Locke (1968) telah menunjukkan adanya pengaruh signifikan dalam perumusan tujuan. Spesifik dan sulit merupakan atribut dari teknik goal setting. Umumnya semakin sulit dan spesifik tujuan yang ditetapkan, semakin tinggi tingkat prestasi yang akan dihasilkan. Teknik goal setting dapat digunakan untuk membantu kesiapan kerja siswa SMK. Hal ini karena didalam teknik ini akan ada beberapa hal mengenai perumusan tujuan agar siswa benar-benar mampu untuk mempersiapkan diri memasuki pekerjaan yang diinginkan. Goal setting theory (Locke & Latham, 1990) juga mengatakan bahwa dengan teknik goal setting ini klien akan terbangun motivasi diri, self efficacy, dan ego envolment untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Berdasarkan uraian di

7 atas, maka perlunya produk mengenai kesiapan kerja untuk dikembangkan secara ilmiah. Atas pertimbangan tersebut, maka dibuatlah penelitian dengan judul Pengembangan Panduan Layanan Kesiapan Kerja Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Menggunakan Teknik Goal setting untuk Guru Bimbingan dan Konseling (BK). B. Tujuan Penelitian dan Pengembangan Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan di atas, dirumuskan bahwa tujuan penelitian dan pengembangan ini ialah: 1. Untuk mendeskripsikan kebutuhan dan kepentingan siswa terhadap pengembangan keterampilan kesiapan kerja. 2. Untuk menghasilkan prototipe satu Buku Panduan Layanan Kesiapan Kerja Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Menggunakan Teknik Goal Setting untuk Guru Bimbingan dan Konseling (BK). C. Spesifikasi Produk Spesifikasi produk yang dikembangkan dalam penelitian dan pengembangan ini berwujud Buku Panduan Layanan Kesiapan Kerja Siswa SMK Menggunakan Teknik Goal setting (PLK2S2-TGS) untuk Guru BK. Produk ini dirancang berdasarkan hasil kajian teoritik dan kajian empirik. Buku panduan yang dikembangkan hanya akan membahas mengenai keterampilan komunikasi dalam bekerja. Buku panduan terdiri dari 5 bagian yaitu bagian I (pendahuluan), bagian II (pentingnya menetapkan tujuan dalam kesiapan kerja), bagian III (kurikulum), bagian IV (satuan layanan bimbingan dan konseling dan materi), dan bagian V (penutup, daftar pustaka, dan lampiran). Buku panduan akan digunakan oleh guru BK di sekolah dalam mempersiapkan kerja siswa SMK. Buku panduan kesiapan kerja memiliki sistematika produk sebagai berikut : 1. Cover 2. Kata Pengantar 3. Daftar isi 4. Bagian I Pendahuluan

8 5. Bagian II Pentingnya Menetapkan Tujuan Kesiapan Kerja 6. Bagian III Kurikulum 7. Bagian IV Satuan Layanan dan Materi a. Satuan layanan bimbingan dan konseling b. Materi 8. Bagian V a. Penutup b. Daftar Pustaka c. Lampiran D. Pentingnya Penelitian dan Pengembangan Penelitian dan pengembangan sangat penting dalam skripsi kami. Hal ini karena berdasarkan hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan pada siswa SMK, orang tua, dan guru BK menunjukkan bahwa pengembangan keterampilan kesiapan kerja sangat dibutuhkan dan sangat penting bagi siswa SMK. Melalui data yang peneliti peroleh ini sehingga perlunya dibuat panduan mengenai kesiapan kerja yang dapat membantu guru BK dalam mempersiapkan siswa SMK sebelum memasuki dunia kerja. Diharapkan melalui penelitian dan pengembangan ini pan-duan yang dihasilkan pun benar-benar bisa membantu guru BK dalam memberi-kan keterampilan kesiapan kerja kepada siswa SMK. Disamping itu, melalui panduan kesiapan kerja ini dapat memberikan sumbangan dan wawasan kepada guru BK dalam mempersiapkan diri siswa memasuki dunia kerja sehingga dapat mengambil langkah tepat dalam pemberian layanan bimbingan dan usaha me-ningkatkan kesiapan kerja siswa. Selanjutnya bagi orang tua siswa, melalui panduan kesiapan kerja ini mampu memberikan masukan mengenai pentingnya kesiapan kerja siswa sebelum memasuki dunia kerja. Dengan demikian, orang tua dapat lebih termotivasi dalam mengupayakan yang terbaik dan sungguh-sungguh untuk masa depan anakanaknya. Disamping itu, orang tua dapat memberikan pemahaman kepada anaknya agar bisa menerima keadaan yang ada dan memotivasi agar lebih percaya diri dalam rangka mencapai kesuksesan masa depan yang diharapkan.

9 E. Asumsi dan Keterbatasan Penelitian dan Pengembangan 1. Asumsi Pengembangan Dalam penelitian ini, panduan kesiapan kerja menggunakan teknik goal setting dikembangkan berlandaskan asumsi sebagai berikut: a. Kesiapan kerja sangat penting dimiliki oleh siswa SMK untuk memasuki dunia kerja dan menjadi salah satu layanan bimbingan karier. b. Penetapan tujuan akan merealisasi energi, memberikan arah hidup, memberikan fokus, dan mengarahkan perilaku seseorang. 2. Keterbatasan Pengembangan Dalam pengembangan prototipe panduan kesiapan kerja terdapat beberapa keterbatasan, antara lain: a. Pengembangan hanya dilakukan sampai tahap pembuatan prototipe satu yaitu Buku Panduan mengenai Kesiapan Kerja Siswa SMK menggunakan Teknik Goal setting untuk Guru BK yang disusun berdasarkan kajian empirik melalui studi pendahuluan kebutuhan dan kepentingan siswa serta kajian teoritik mengenai kesiapan kerja. b. Keterampilan kesiapan kerja memiliki 4 keterampilan yaitu keterampilan profesional, komunikasi, bekerja sama dalam tim, dan memecahkan masalah. Oleh karena itu, dalam skripsi ini peneliti membatasi hanya pada aspek keterampilan komunikasi saja. F. Definisi Konseptual dan Definisi Operasional 1. Definisi Konseptual a. Panduan Panduan adalah pedoman yang dijadikan acuan bagi pembaca untuk melakukan tahapan atau kegiatan tertentu. b. Kesiapan Kerja Kesiapan kerja adalah kondisi seseorang dalam mempersiapkan diri sebelum memasuki dunia kerja yang meliputi keterampilan profesional,

10 keterampilan bekerja sama, keterampilan komunikasi, dan keterampilan memecahkan masalah. c. Teknik Goal setting Teknik goal setting adalah teknik yang terdiri dari tahapan menentukan tujuan yang ingin dan bisa dicapai, menentukan langkah-langkah mencapai tujuan, menentukan ukuran tujuan tercapai dan tidaknya serta, membagi tujuan kedalam tujuan-tujuan jangka pendek agar mudah pelaksanaannya. d. Siswa Sekolah Menengah Kejuruan Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah individu yang berada pada masa usia sekolah menengah pada umumnya yang berada pada usia remaja akhir (12 18 tahun) yang diberikan berbagai keterampilan sebelum memasuki dunia kerja. 2. Definisi Operasional e. Panduan Kesiapan Kerja Panduan kesiapan kerja adalah pedoman yang berisi pentingnya menetapkan tujuan dalam kesiapan kerja, kurikulum, satuan layanan bimbingan dan konseling dan materi yang diberikan siswa oleh guru BK dalam mempersiapkan diri memasuki dunia kerja. f. Keterampilan Komunikasi Keterampilan komunikasi adalah keterampilan yang dimiliki seseorang dalam hal menulis, mendengarkan pendapat orang lain, dan menyampaikan pendapat kepada orang lain. g. Teknik Goal setting Teknik goal setting adalah kegiatan penetapan tujuan yang terdiri dari 2 (dua) tahap yaitu tahap menumbuhkan motivasi dan menanamkan nilainilai serta tahap mengembangkan keterampilan komunikasi. Berdasarkan tahapan goal setting tersebut dapat dijabarkan dengan langkah langkah se-bagai berikut : (1) menumbuhkan motivasi, (2) menanamkan nilai nilai, (3) perkenalan awal mengenai tujuan jangka panjang, (4) mengidentifikasi tujuan jangka pendek, (5) menentukan prioritas, (6) menentukan target waktu capaian, (7) menentukan langkah-langkah

11 mencapai tujuan jangka pendek, (8) menentukan indikator ketercapaian tujuan, (9) menuliskan hambatan hambatan dalam mencapai tujuan, (10) menentukan solusi mau-pun alternatif pemecahan masalah dari setiap tujuan, (11) mengevaluasi hasil dan perbaikan sasaran tujuan.