BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar meruapakan suatu perubahan di dalam diri seseorang dari tudak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORI. murid setelah ia menerima pengalaman belajarnya. 1. anak setelah melakukan suatu kegiatan belajar. 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sumbangan langsung terhadap berbagai bidang kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. maupun kewajiban sebagai warga negara yang baik. Untuk mengetahui

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk

Pelaksanaan penelitian ini dimulai dari tanggal 10 September November 2007, dilakukan dalam dua siklus. Pada sikius I terdiri dari 3 kali

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran kooperatif adalah bagian dari strategi pembelajaran yang

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II KERANGKA TEORITIS. 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika. memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Slameto (2003:

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STRUKTURAL TEKNIK TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Hamalik (2009: 155) hasil belajar tampak sebagai

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan satu sistem

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Slameto (2003), mengemukan bahwa belajar adalah suatu proses atau usaha

PEMBELAJARAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL MELAUI MODEL KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY. Oleh Yuhasriati 1 Nanda Diana 2

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Matematika

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN MELALUI PEMBELAJARAN TWO STAY-TWO STRAY (TS-TS)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DENGAN MENGGUNAKAN METODE TWO STAY TWO STRAY PADA SISWA KELAS V SD WASHLIYANI MARTUBUNG

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa memahami konsep-konsep yang sulit dalam pemecahan masalah.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang memengaruhi kualitas. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE TWO STAY TWO STRAY

II. TINJAUAN PUSTAKA. lemah menjadi kuat, dari tidak bisa menjadi bisa. Seperti diakatakan oleh Slameto

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003:

BAB II KAJIAN TEORI. perubahan dan pengalaman dalam diri seseorang yang dinyatakan dengan cara

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING STAD

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMK NU GRESIK

Kata kunci: lesson study, Aktivitas belajar, Morfologi Tumbuhan

BAB II KAJIAN TEORI. emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap. baik secara fisik maupun secara mental aktif.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ini yaitu siswa kelas X-2 dengan jumlah siswa 25 orang terdiri dari 10

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Menurut UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar

II. TINJAUAN PUSTAKA. hidup manusia sebagai makhluk sosial. Pembelajaran kooperatif merupakan. semua mencapai hasil belajar yang tinggi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pelajaran kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai peranan penting bagi kehidupan

BAB V PEMBAHASAN. 1. Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Two Stay Two Stray. peserta didik 20 dengan rincian 9 perempuan dan 11 laki-laki.

II. TINJAUAN PUSTAKA. menjalankan pembelajaran di kelas. Ngalimun (2013: 28) mengatakan bahwa

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai-nilai sikap.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI BILANGAN BULAT UNTUK SISWA KELAS IV SD MELALUI KOOPERATIF TIPE STAD

BAB I PENDAHULUAN. konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan dalam kehidupan. Indonesia, khususnya generasi muda sebagai generasi penerus.

I. PENDAHULUAN. mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi

Edumatica Volume 04 Nomor 01, April 2014 ISSN:

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. yang menyulitkan untuk mencapai tujuan tertentu.menurut Polya sebagaimana

BAB II KAJIAN TEORI. Sehubungan dengan keberhasilan belajar, Slameto (1991: 62) berpendapat. bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi belajar siswa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru.

BAB II KERANGKA TEORITIS. mempunyai efek, dapat membawa hasil, berhasil guna. Efektivitas menunjukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Oleh. Sarlin K. Dai Meyko Panigoro La Ode Rasuli Pendidikan Ekonomi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di era globalisasi yang semakin berkembang menuntut adanya

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja

TINJAUAN PUSTAKA. Pemahaman berasal dari kata paham yang menurut Kamus Besar Bahasa

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SDN 1 GIMPUBIA. Oleh.

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA di sekolah saat ini menuntut para guru harus selalu. kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan melalui

Anggraini, Gandung Sugita Kata Kunci: Tutor Sebaya, Penguasaan mahasiswa, Struktur Aljabar I

KAJIAN PUSTAKAN. yang mereka dapat dan kegiatan yang mereka lakukan. Menurut Hamalik (2001:

BAB II KAJIAN TEORI. belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Keberhasilan proses pembelajaran biologi dapat diukur dari

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Video sebenarnya berasal dari bahasa Latin, video-visual yang artinya melihat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE TWO STAY TWO STRAY PADA SISWA SMP NEGERI 10 PADANGSIDIMPUAN.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS ( TWO STAY TWO STRAY )

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan proses pendidikan di Indonesia tidak terlepas dari

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup yang lebih baik. Agar dapat memiliki kemampuan dan

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 2.1 Pengertian Belajar dan Hasil Belajar Belajar meruapakan suatu perubahan di dalam diri seseorang dari tudak tahu menjadi tahu, seperti yang diungkapkan oleh Slameto (1995) bahwa belajar merupakan suatu peoses untuk memperoleh pengethuan atau pandangan dan keterampilan yang akan menghasilkan suatu kekuatan (mampu) pemecahan sesuatu bagi seseorang, menghadapi keadaan tertentu. Perubahan tingkah laku ini tidak berdasarkan naluri tetapi perubahan yang terjadi karena ia telah belajar sesuatu yang baru. Slameto (1995) mendcfenisikan bahwa hasil belajar adalah setiap macam kegiatan yang menghasilkan perubahan khas dimana hasil belajar tampak dalam prestasi yang dicapai oleh mahasiswa.,, Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perwujudan nilai-nilai yang diperoleh mahasiswa. DEPDIKBUD (1995) menyatakan bahwa penilaian hasil belajar sebagaimana yang tercantum dalam petunjuk teknis merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari kegiatan perencanaan mengajar dan pelaksanaan belajar mengajar. Hasil penelitian turut mewamai tindakan dosen pada kegiatan belajar selanjutnya. ' Kemampuan yang dimiliki mahasiswa setelah proses belajar mengajar dapat dikatakan sebagai hasil belajar yang merupakan faktor penting dalam

6 pendidikan. Slameto (2003) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses atau usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru sebagai hasil keseluruhan pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Sudjana (2004), hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah mereka menerima pengalaman belajamya. Benyamin Bloom mengklasifikasikan hasil belajar menjadi 3 ranah yaitu 1) ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. 2) ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penelitian, organisasi lima dan intemalisasi, 3) ranah psikomotoris berkenan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bartindak. Hasil akhir dari suatu proses dapat dilihat melalui hasil belajar. Hasil belajar adalah out put yang dicapai berkat adanya proses pembelajaran. Hasil belajar merupakan penentu akhir dalam rangkaian aktivitas belajar dan keberhasilan siswa dalam belajar tercermin dari hasil evaluasi yang diperolehnya, sepeti yang dikemukan oleh Nurkencana (1983), hasil belajar adalah suatu hasil penilaian (evaluasi). Evaluasi diharapkan memberikan informasi tentang kemajuan yang telah dicapai oleh siswa yaitu pada penguasan dan kemampuan yang didapatkan setelah memperoleh pengalaman belajar. Nasution (1982) menambahkan bahwa hasil belajar adalah tingkat penguasaan bahan oleh mahasiswa, tingkat keterampilan atau skor yang diperoleh mahasiswa dari hasil test yang dilaksanakan. Tingkat penguasaan ini dapat dilihat dari skor nilai yang biasanya dilambangkan dengan angka atau huruf

7 Pengukuran terhadap materi kuliah mengacu pada ketuntasan belajar. Ketuntasan belajar adalah pencapaian taraf penguasaan minimal yang ditetapkan bagi setiap unit bahan ajaran baik secara perorangan maupun kelompok. Menurut (Anonim, 1995) bahwa seorang mahasiswa dikatakan telah tuntas atau menguasai suatu pokok bahasan dapat ditinjau dari dua sisi yaitu individual dan klasikal. Ketuntasan individual apabila sekurang-kurangnya 65% dari suatu pokok bahasan telah dikuasai oleh siswa, sedangkan ketuntasan klasikal apabila sekurangkurangnya 85% siswa telah mencapai ketuntasan individual. Menurut Slameto (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi 2 yaitu faktor internal dan faktor ekstemal. Faktor internal meliputi aspek fisiologi dan psikologi mahasiswa, sedangkan faktor ekstemal meliputi aspek yang berasal dari lingkungan sosial mahasiswa. Berdasarka pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar mempakan hasil yang diperoleh mahasiswa setelah melalui pengalaman belajar dalam rangkaian proses belajar mengajar yang dapat dilihat dengan melakukan evaluasi. 2.2 Pembelajaran Kooperatif Menurut Slavin (1995), belajar kooperatif dapat membantu mahasiswa dalam mendcfenisikan struktur motivasi dan organisasi untuk menumbuhkan kemitraan yang bersifar kolaboratif (Collaborative partnership). Petunjuk pelaksanaan pembelajaran kooperatif pada umumnya menitikberatkan pada struktur dan manajemen pembelajaran seperti distribusi gender, jumlah mahasiswa dalam kelompok, serta strategi pembagian tugas sehingga semua mahasiswa aktif bekerja. Dalam hal ini pengelompokan mahasiswa merupakan variasi dari aktivitas pembelajaran, cara untuk

8 mengajarkan mahasiswa bekerja dalam kelompok, cara untuk mengajarkan mahasiswa bekerja dalam kelompok, cara untuk mengajarkan mahasiswa berbagi tugas dan cara untuk mengajarkan mahasiswa belajar dari temannya. Pengelompokan mahasiswa menurut konstruktivisme, merupakan salah satu strategi yang dianjurkan sebagai cara untuk mahasiswa saling berbagi pendapat, berargumentasi, dan juga mengembangkan berbagai alternatif pandangan dalam upaya konstruksi pengetahuan oleh individu mahasiswa. Belajar kooperatif dan kolaboratif yang berlandaskan konstruktivisme sesungguhnya menggunakan pengelompokkan mahasiswa sebagai cara untuk memotivasi terjadinya pertukaran ide, argumentasi, dan refleksi dari masing-masing anggota kelompok dalam upaya konstruksi pengetahuan. '< ; r> Sartika (2002) mengemukakan ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut: a. Setiap anggota memiliki peran. b. Terjadi hubungan interaksi langsung antara para mahasiswa. c. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajamya dan juga teman-teman kelompok. > - d. Para dosen membantu para mahasiswa untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok. ; e. Dosen hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan. Belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok. Suhermi (2000) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran dengan mengelompokkan mahasiswa ke dalam beberapa kelompok kecil (4-5 orang) yang bersifat heterogen (dalam kemampuan

9 akademik, jenis kelamin, suku, dan kebudayaan) untuk menyelesaikan tugas akademik. Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah tipe TSTS (Two Stay Two Stray). Two Stay Two Stray (TSTS) atau Dua Tinggal Dua Tamu. Menurut Lie (2002) belajar mengajar dua tinggal dua tamu (Two Stay Two Stray) dikembangkan oleh Kagan pada tahun 1992, TSTS ini memberikan kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain. Sehingga dapat dikatakan pembelajaran kooperatif tipe TSTS saling membantu memecahkan masalah dan saling mendorong untuk berprestasi. Dalam proses pembelajaran tipe TSTS mahasiswa di kelompokkan yang terdiri dari 4 orang dimana setelah diskusi dalam kelompok sendiri dua orang anggota kelompok bertamu kepada kelompok lain sementara dua orang tinggal bertugas membagi informasi kepada tamu mereka. Kemudian anggota kelompok memohon diri dan kembali ke kelompok untuk melaporkan kepada teman mereka dari kelompok lain serta mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka (Lie, 2002). TSTS merupakan model pembelajaran yang dapat melatih mahasiswa berflkir kritis, kreatif dan efektif serta saling memecahkan masalah dan saling mendorong untuk saling berprestasi dalam kelompoknya. TSTS menekankan bahwa mahasiswa berkemampuan akademis tinggi akan membantu yang berkemampuan akademis kurang dalam kelompoknya. Pembelajaran kooperatif tipe TSTS, evaluasi dilakukan secara individu yang mencakup semua topik yang di diskusikan, skor yang diperolah mahasiswa

10 dalam evaluasi selanjutnya diproses untuk menentukan nilai perkembangan individu yang akan di sumbangkan untuk skor kelompok. Untuk jelasnya dapat dilihat fase-fase pembelajaran kooperatif (Ibrahim, dkk, 2000), tahap pembelajaran teknik TSTS dapat dimodifikasi sebagai berikut: Tabel 1. Fase-fase Pembelajaran Kooperatif tipe TSTS No Kegiatan Dosen Kegiatan Mahasiswa 1. Dosen menyampaikan tujuan dan Mahasiswa mendengarkan tujuan motivasi dan motivasi dari dosen 2. Dosen menyampaikan informasi Mahasiswa mendengarkan informasi dari dosen dosen. 3. Dosen mengorganisasi mahasiswa Mahasiswa menempati kelompok dalam kelompok belajar yang terdiri dari 4 orang 4. Dosen memberikan LKM pada Mahasiswa mengerjakan LKM masing-masing kelompok. dalam kelompok masing-masing. 5. Dosen meminta dua orang dari Dua orang dari masing-masing masing-masing kelompok untuk kelompok berkunjung ke kelompok berkunjung kekelompok lain dan dua lain dengan tujuan mencari, orang tinggal bertugas sebagai membandingkan, mencatat dan penerima tamu. memberikan informasi penyclesaian soal, sementara dua orang yang tinggal bertugas memberikan hasil kerja/jawaban dan informasi kepada tamu mereka. 6. I3osen meminta mahasiswa yang bertugas sebagai tamu kembali ke kelompok sendiri 7. Dosen menyuruh setiap kelompok berfikir kembali dan membandingkan jawaban serta membahas hasil kerja mereka. 8. Dosen menyuruh mahasiswa mempresentasikan hasil kerjanya mengumpulkan LKM untuk dinilai. 9. Dosen memberikan penghargaan kepada kelompok. Evaluasi Mahasiswa kembali ke kelompok sendiri dan melaporkan informasi penyelesaian soal yang mereka peroleh dari kelompok lain. Kelompok berfikir kembali dan mengembangkan jawaban serta membahas hasil kerja mereka. Mahasiswa mempresentasikan hasil kerjanya dan mengumpulkan LKM untuk dinilai. Kelompok mendapatkan penghargaan berupa nilai

11 2.3 Hubungan Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS Dengan Hasil Belajar Pembelajaran kooperatif tipe TSTS memiliki keunggulan yaitu mahasiswa dituntut untuk saling berbagi dalam hal memecahkan masalah, berbagi informasi kepada kelompok lain dan interaksi antara siswa baik dalam kelompok sendiri maupun dengan kelompok lain. Hubungan pembelajaran kooperatif dengan aktivitas belajar dapat ditinjau dari setiap tahap pelaksanaannya, pada tahap awal pelaksanaan pembelajaran kooperatif TSTS, setiap kelompok berdiskusi untuk mengerjakan soal-soal yang terdapat dalam LKM, pada tahap ini peran semua anggota kelompok sangat diharapkan sehingga semua anggota kelompok akan terlibat aktif Hal ini akan memotivasi mahasiswa untuk mempelajari materi. Pada tahap Two Stay Two Stray, setiap anggota kelompok terlibat interaksi langsung, baik yang bertugas sebagai tamu untuk membandingkan jawaban dengan kelompok lain maupun yang bertugas sebagai penerima tamu untuk membagikan informasi kepada tamu dari kelompok lain, sehingga mahasiswa dapat mengembangkan potensi diri dan rasa percaya diri, yang akan memotivasi mahasiswa untuk lebih giat belajar dan aktivitas'dalam belajar akan tampak. Pada tahap berflkir ulang, setiap anggota kelompok berdiskusi kembali untuk membahas informasi yang ditemukan dari kelompok lain dan menentukan jawaban yang tepat. Pembelajaran kooperatif tipe TSTS mempunyai pengaruh besar terhadap aktivitas belajar mahasiswa, karena kelompok dihargai berdasarkan kelompok dan individual dari anggotanya, yang akan membangkitkan motivasi terhadap bahan yang diajarkan akan muncul selanjutnya diharapkan mahasiswa mempunyai minat yang tinggi sehingga muncul rasa ingin tahu dalam mengikuti materi perkuliahan dengan baik yang berorientasi pada keinginan berprestasi, sehingga mendapatkan

12 hasil belajar yang baik. Maksud pembelajaran kooperatif tipe TSTS untuk meningkatkan minat dan aktivitas mahasiswa yang berani dan membantu teman dalam belajar, saling bertukar informasi dan membandingkan sehingga kelompok mereka mendapatkan penghargaan yang baik, maka akan tumbuh dalam diri mereka bahwa kebiasaan belajar itu sangat penting dan menyenangkan. Model pembelajaran kooperatif tipe TSTS menuntut mahasiswa yang aktif, dengan itu hasil belajar yang diinginkan tercapai. Menurut Burner dalam Dahar (1991) belajar makna hanya dapat terjadi melalui belajar penemuan. Dimana belajar penemuan membangkitkan keingintahuan mahasiswa, member! motivasi untuk bekerja terus sampai jawabanjawaban, memecahkan masalah, bertukar pendapat, menganalisis informasi, tidak hanya menerima saja. Hal ini akan mendorong mahasiswa untuk aktif dalam perkuliahan, mahasiswa akan berusaha mencari jawaban dari masalah yang dihadapinya dengan bertanya kepada dosen atau berdiskusi dengan temannya. Menanggapi pertanyaan yang disampaikan dosen serta mampu menyimpulkan materi yang telah dipelajarinya. Berdasarkan uraian tersebut maka pembelajaran kooperatif tipe TSTS dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap konsep-konsep biologi dasar yang akhimya akan meningkatkan hasil belajar mahasiswa. 2.4 Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah : Dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe TSTS (Two Stay Two Stray) atau dua tinggal dua tamu dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar mahasiswa.

13 B. Temuan Hasil Penelitian Yang Relevan Menurut penelitian Arsyad, M (2005) dengan judul " Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Sikap dan Minat Belajar Biologi Dasar Mahasiswa Semester I Di Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNRI T.A. 2004/20005. Didapatkan hasil bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan sikap dan minat belajar belajar mahasiswa semester 1. Penelitian Arfitriana, R (2005) " Peningkatan Hasil Belajar Biologi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray Siswa Kelas III M.A. Darul Hikmah Pekanbaru T.A. 2004/2005 Bahwa Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Biologi". ; : ;. " C. Kerangka Pikir Mahasiswa Baru Latar Belakang T= 1. Sosial Ekonomi 2. Sosial Budaya 3. Tingkatan Akademik yang Berbeda 4. Jenis Kelamin 1. Strategi 2. Pendekatan 3. Model pembelajaran V Kooperatif Tipe TSTS 1. Hasil Belajar i- Daya Serap A- Ketuntasan A- Penghargaan 2. Aktivitas Belajar Mahasiswa 3. Aktivitas Dosen