BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era digital saat ini, internet adalah sebuah kebutuhan utama pada masyarakat dunia. Pencarian informasi, komunikasi, bermain game hingga berjualan tidak luput dari teknologi internet itu sendiri. Internet membantu masyarakat untuk mempercepat waktu sebuah informasi diterima oleh mereka. Dengan bantuan internet pula, kemudahan lainnya dapat dimanfaatkan. Di Indonesia, terdapat 88,1 juta pengguna aktif internet (APJII, 2015). Berdasarkan Tabel 1.1, dapat dilihat jumlah sebaran pengguna internet di wilayahwilayah kepulauan terbesar di Indonesia. Jumlah ini meningkat secara signifikan dari tahun-tahun sebelumnya. Walau demikian, infrastruktur penunjang teknologi internet ini harus terus dibangun agar seluruh masyarakat dapat menggunakan internet di Indonesia. Tabel 1.1 Penetrasi Pengguna Internet di Wilayah Indonesia Tahun 2015 Wilayah Jiwa Sumatra 18.6 Juta Jawa-Bali 52 Juta Kalimantan 4.2 Juta Sulawesi 7.3 Juta Nusa Tenggara, Papua, & Maluku 5.9 Juta (Sumber: Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia, 2015) 1
2 Bila dilihat dari wilayah domisilinya, 78,5% dari total 88,1 juta pengguna internet di Indonesia tinggal di wilayah Indonesia bagian barat (APJII, 2015). Pada wilayah Indonesia bagian barat tersebut, ibukota DKI Jakarta menjadi wilayah dengan penetrasi internet paling tinggi dengan 65% penduduknya menggunakan internet. Diikuti oleh DI Yogyakarta yang 63% penduduknya telah menggunakan internet. Tercatat ada sekitar 53 juta pengguna internet terkonsentrasi di pulau Jawa dan Bali. Sedangkan, posisi terendah di tempati oleh daerah Papua yang hanya 20% penduduknya menggunakan internet dari total jumlah populasi (APJII, 2015). Tabel 1.2 Perangkat Untuk Mengakses Internet Perangkat Presentase Telepon seluler 85% Laptop / Netbook 32% PC / Komputer 14% Tablet 13% (Sumber: Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia, 2015) Masyarakat di Indonesia paling banyak mengakses internet dengan menggunakan telepon seluler dimana persentase ini meningkat 2% dari Januari 2015 (Tabel 1.2). Hal ini juga didukung oleh data dari APJII bahwa setiap harinya masyarakat Indonesia menghabiskan 4 jam 42 menit melalui komputer atau tablet, 3 jam 33 menit melalui telpon seluler, dan 2 jam 51 menit untuk sosial media dari berbagai macam perangkat. Hal ini menunjukkan bahwa kemudahan yang ditawarkan pada telepon seluler dalam mengakses internet begitu diminati oleh masyarakat di Indonesia. Data ini juga dikeluarkan Google pada tahun 2015, dimana 62% pengguna
3 internet di Indonesia mengakses internet hanya menggunakan smartphone dan tidak ada alat lain untuk mengakses internet (Sasongko, 2015). Hal tersebut membuat Indonesia menempati posisi teratas dalam urusan akses Internet eksklusif dari smartphone, yakni yang pertama di Asia dan nomor tiga di dunia. Selain itu, tercatat juga Indonesia menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan penggunaan smartphone tercepat, dengan peningkatan dua kali lipat dari 14 persen menjadi 28 persen dalam jangka waktu satu tahun berselang. Menurut Account Strategist Google Indonesia, dengan pertumbuhan penggunaan smartphone di Indonesia menuntut perusahaan agar aktif dan dapat memastikan adanya akses bagi para konsumen maupun calon konsumen melalui smartphone (Andi, 2016). Tabel 1.3 Aktivitas Pengguna Internet di Indonesia Aktivitas Presentase Menggunakan jejaring sosial 87,4% Mencari info/searching/browsing 68,7% Instant Messaging 59,9% Mencari berita terkini 59,7% Video Streaming Download/Upload Video 27,3% Berkomunikasi menggunakan Email 25,4% Jual Beli Online 11,0% Game Online Video Call 10,1% Forum Online/Komunitas Online 4.3% Transaksi perbankan 4,2% (Sumber: Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia, 2014)
4 Berdasarkan Tabel 1.3, kegunaan internet di Indonesia yang paling banyak dilakukan adalah menggunakan jejaring sosial. Keuntungan utama dari jejaring sosial itu sendiri adalah dapat memberikan informasi, memperluas pertemanan, dan memberikan hiburan. Penggunaan internet juga sering dimanfaatkan masyarakat untuk mencari sebuah informasi langsung tentang sesuatu hal yang ingin mereka ketahui sebagai sumber informasi mereka. Selain itu, masyarakat menggunakan internet untuk berkomunikasi dengan menggunakan bantuan aplikasi instant messaging dengan masyarakat lainnya. Selain kebutuhan tersebut, pada tahun 2016 ini pertumbuhan kegiatan jual beli online juga terus meningkat. Hal ini dudukung oleh data kementrian komunikasi dan telekomunikasi yang mencatat adanya pertumbuhan pembelian barang secara online yang dilakukan melalui perangkat mobile sebesar 164% dari tahun 2014 hingga 2015 (Primbada, 2016). Maraknya pertumbuhan bisnis online menjadi lahan subur bagi pertumbuhan banyak aplikasi maupun situs yang membantu dan memanjakan para penggunanya. Mulai dari e-banking, online game, tiket konser, hingga jasa transportasi untuk kegiatan sehari-hari. Perkembangan aplikasi mobile juga tumbuh sangat pesat seiring dengan kemajuan smartphone seperti saat ini. Kemudahan yang ditawarkan aplikasi memudahkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya. Tidak terkecuali dalam melakukan pekerjaan atau juga bekerja dengan menggunakan aplikasi seperti jual beli produk dan jasa secara online. Pertumbuhan aplikasi ini dapat dilihat dari pemaparan Magnus Ekbom, CEO Lazada Indonesia dimana sekitar 85% pengguna smartphone di Tanah Air memiliki 10 hingga 15 konten aplikasi mobile dan hingga sekitar 10%
5 memiliki lebih dari 40 aplikasi mobile (Lannueardy, 2016). Jumlah tersebut terbilang wajar karena kebiasaan pengguna smartphone yang selalu memeriksa atau melihat smartphone yang ada di tangannya setiap lima menit sekali. Magnus Ekbom menambahkan, perkembangan penggunaan aplikasi mobile di Indonesia juga didukung oleh perkembangan teknologi yang semakin canggih dan beberapa faktor yang mendukung perkembangan teknologi aplikasi mobile. Faktor tersebut diantaranya adalah kemunculan tren-tren terbaru, pertumbuhan bisnis e- commerce serta fasilitas pendukung keamanan saat bertransaksi (Lannueardy, 2016). Hal yang sama juga ditegaskan oleh Kun Arief Cahyantoro pengamat e- commerce asal ITB dalam Lannueardy (2016), menegaskan bahwa tahun 2016 akan menjadi tahun emas bagi pertumbuhan aplikasi mobile. Diperkirakan, aplikasi mobile tumbuh mencapai 45%, dimana hal tersebut akan memberi manfaat yang besar terhadap peningkatan performa industri e-commerce di Tanah Air. Kun Arief Cahyono mengatakan bahwa nantinya dengan menggunakan aplikasi mobile, penyedia barang dan jasa akan memiliki kemampuan mendeteksi segementasi pasar. Dengan begitu, penyedia barang dan jasa dapat lebih fokus untuk meningkatkan jumlah transaksi jualbeli. Kun Arief Cahyono juga menambahkan hal terpenting pada sebuah aplikasi mobile yang dikembangkan perlu mengimplementasikan sistem keamanan yang terjamin bagi penggunanya. Fenomena perkembangan teknologi aplikasi mobile juga diikuti oleh industri otomotif. Jumlah populasi kendaraan di Jakarta saat ini mencapai 16 juta, 3,2 juta mobil
6 dan 13 juta kendaraan roda dua. Setiap tahunnya, jumlah kendaraan bertambah 11%. Tumbuhnya populasi diikuti oleh persaingan dari Agen Pemegang Merek (APM) yang berlomba menawarkan berbagai keunggulan dan kemudahan layanan produk. Contohnya, saat ini layanan app booking service milik Toyota sudah mampu melacak histori servis kendaraan pelanggan. Tidak menutup kemungkinan APM lainnya akan mengikuti hal serupa agar konsumen merasa mudah dalam mendapatkan pelayanan. Melihat peluang pertumbuhan jumlah masyarakat dalam menggunakan internet dan meningkatnya jumlah pemilik kendaraan, PT. Kompas Gramedia Majalah berinisiatif untuk terus mengembangkan bisnisnya, dan melakukan sebuah inovasi produk jasa baru diluar bisnis penyedia sumber informasi saja. Otomontir adalah sebuah pengembangan produk PT. Kompas Gramedia berbasis web aplikasi jasa yang menawarkan kemudahan untuk melakukan servis kendaraan tanpa harus ke bengkel. Otomontir berkomitmen untuk membantu penggunanya agar lebih mudah dalam melakukan servis kendaraan motor maupun mobil. Bermitra dengan para montir yang bertugas sebagai eksekutor di lapangan, Otomontir telah melakukan seleksi dan pelatihan agar masyarakat yang menggunakan jasa berbasis aplikasi ini mendapatkan pelayanan optimal serta puas dengan jasa yang ditawarkan. Selain bemitra dengan montir, Otomontir juga telah bekerjasama dengan Pertamina Lubricant dan Pertamina Retail sebagai pemasok pelumas mesin dan saringan oli. Kemitraan ini akan menjadi daya saing Otomontir untuk berkompetisi dengan jasa servis offline maupun online lainnya.
7 Pada peluncuran bulan Mei 2016, jasa ganti oli mesin menjadi layanan aplikasi Otomontir. Dengan kualitas layanan oleh para montir andal dan serta keaslian oli yang digunakan hasil kerjasama dengan pertamina, membuat Otomontir siap melayani masyarakat. Selain penggantian oli, konsumen pun akan mendapatkan pemeriksaan kendaraan secara gratis seperti pemeriksaan kondisi ban, rem, lampu-lampu kendaraan, sistem kelistrikan dan sistem pendingin mesin. Hal ini bertujuan agar konsumen mengetahui kondisi kendaraannya agar tetap aman berkendara sehari-hari. Dengan hadirnya aplikasi Otomontir, diharapkan aplikasi ini dapat membantu memudahkan pengguna kendaraan untuk melakukan perawatan pada kendaraannya serta mendukung perbaikan kinerja layanan jasa servis. Enam bulan setelah peluncuran, efektivitas penggunaan layanan Otomontir diukur dari jumlah downloader dan banyaknya transaksi. Setiap user diharuskan untuk download aplikasi Otomontir serta registrasi terlebih dahulu sebelum dapat memanfaatkan layanan dari Otomontir itu sendiri. Aktivitas seperti order layanan dan serta tanya jawab seputar kendaraan menjadi penilaian dari keefektivitasan sebuah aplikasi Otomontir. Hingga bulan September 2016, aplikasi Otomontir telah di download sebanyak 400 kali. Dari jumlah downloader yang terus bertambah, penelitian ini ingin mengetahui faktor apa yang mendorong seseorang melakukan download dan menggunakan fasilitas aplikasi Otomontir. Terlebih lagi, seberapa besar efektivitas penggunaan aplikasi Otomontir masih perlu dievaluasi. Hal ini juga disebabkan banyaknya pemilik kendaraan yang sudah terbiasa melakukan servis berkala di bengkel resmi.
8 Berdasarkan studi eksplorasi pendahuluan yang dilakukan melalui wawancara langsung terhadap downloader aplikasi Otomontir, ditemukan alasan mengapa mereka download aplikasi Otomontir. Alasan tersebut adalah mereka tertarik dengan layanan yang memudahkan mereka dalam melakukan jasa servis kendaraan, kemudahan install aplikasi terkait fasilitas yang mereka punya dan mereka merasa terbantu dengan layanan yang diberikan Otomontir. Dari wawancara tersebut, pihak Otomontir ingin mencari tahu faktor lain apa yang mendasari seseorang dapat menerima sebuah sistem aplikasi dan menggunakannya dalam menyelesaikan masalah servis kendaraan. Berdasarkan uraian latar beakang diatas, penelitian ini bertujuan untuk menganalisa faktor-faktor yang mendorong pengguna untuk menggunakan aplikasi Otomontir dengan menggunakan model Unified Theory of Acceptance and Use Technology (UTAUT) yang dikembangkan oleh Vekantesh et al. (2003). Penggunaan model UTAUT dikarenakan model ini merupakan salah satu model penerimaan teknologi yang telah menggabungkan delapan model penelitian penerimaan teknologi yang pernah ada sebelumnya. Penelitian ini akan menginvestigasi keterkaitan antara variabel expectancy performance, effort expectancy, social influence, facilitating condition, dan behavior intention. 1.2 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat diajukan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:
9 1) Apakah terdapat pengaruh performance expectancy terhadap behavior intention aplikasi Otomontir? 2) Apakah terdapat pengaruh effort expectancy terhadap behavior intention aplikasi Otomontir? 3) Apakah terdapat pengaruh social influence terhadap behavior intention aplikasi Otomontir? 4) Apakah terdapat pengaruh facilitating condition terhadap behavior intention aplikasi Otomontir? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan pada pertanyaan penelitian yang telah disebutkan di atas, adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1) Mengetahui apakah terdapat pengaruh performance expectancy terhadap behavior intention aplikasi Otomontir. 2) Mengetahui apakah terdapat pengaruh effort expectancy terhadap behavior intention aplikasi Otomontir. 3) Mengetahui apakah terdapat pengaruh social influence terhadap behavior intention aplikasi Otomontir. 4) Mengetahui apakah terdapat pengaruh facilitating condition terhadap behavior intention aplikasi Otomontir.
10 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak, antara lain: 1) Bagi Praktisi Penelitian ini dapat memberikan masukan kepada PT. Kompas Gramedia Majalah selaku pengembang aplikasi Otomontir agar dapat mengetahui faktorfaktor yang mendorong seseorang untuk menggunakan aplikasi Otomontir. Hasil penelitian ini juga bermenfaat bagi para pengembang teknologi aplikasi lainnya untuk memperhatikan faktor-faktor apa saja yang diperlukan agar seseorang ingin menggunakan sebuah aplikasi. 2) Bagi Akademisi Penelitian ini dapat memberikan informasi dan menambah wawasan kepada para akademisi yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai topik penggunaan teknologi aplikasi. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Dari model UTAUT yang dikembangkan oleh Vekantesh et al. (2003), penelitian ini hanya menggunakan variabel expectancy performance, effort expectancy, social influence, facilitating conditions dan behavioral intention. Responden dalam penelitian ini adalah para pengguna yang telah melakukan download aplikasi Otomontir namun belum melakukan transaksi.
11 1.6 Sistematika Penelitian Penelitian ini terdiri dari lima bab, dimana struktur pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Bab 1: Pendahuluan Bab ini mencakup latar belakang penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian dan sistematika penelitian. Bab 2: Landasan Teori Bab ini mencakup literature mngenai teori The Unified Theory of Acceptance and Use Of Technology (UTAUT), perumusan hipotesis penelitian dan model penelitian. Bab 3: Metode Penelitian Bab ini mencakup jenis penelitian, waktu penelitian, populasi dan sampel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, teknik pengambilan sample, dan metode analisis data. Bab 4: Analisis Data dan Pembahasan Bab ini mencakup hasil penelitian berupa, karakteristik responden, statistic deskriptif, uji validitas dan reliabilitas, hasil uji hipotesis, dan pembahasan hasil uji hipotesis. Bab 5: Kesimpulan Bab ini mencakup kesimpulan dari hasil penelitian, implikasi manajerial, keterbatasan penelitian, dan saran untuk penelitian selanjutnya.