BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

2015 ANALISIS DAYA SAING SENTRA INDUSTRI ALAS KAKI CIBADUYUT DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY

BAB I PENDAHULUAN. yang ditawarkannya pun semakin beraneka ragam. Setiap Pelaku usaha saling

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan salah satu sektor yang menjadi perhatian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA DAN DAYA SAING INDUSTRI ELEKTRONIKA DI INDONESIA JOHANNA SARI LUMBAN TOBING H

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Nilai PDRB (dalam Triliun) Sumber :Data nilai PDRB Pusdalisbang (2012)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

2016 PENGARUH KOMPETENSI PENGUSAHA, INOVASI D AN KUALITAS PROD UK TERHAD AP D AYA SAING USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) D I KOTA BAND UNG

KLASIFIKASI IKM (INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH) MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS WEB DI KOTA GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung dengan luas 167,67 km 2 ini berpenduduk jiwa

BAB I PENDAHULUAN. agar mampu berkompetisi dalam lingkaran pasar persaingan global. Tidak hanya dengan

BAB I PENDAHULUAN. dari persaingan usaha yang tidak sehat. Kriteria UKM menurut UU No. 9

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan bebas antara ASEAN CHINA atau yang lazim disebut Asean

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan dan terus berkembang di tengah krisis, karena pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. Faisal Basri (2006) mengatakan bahwa pertumbuhan sektor pertanian dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali di Indonesa. Peranan UMKM dalam perekonomian Indonesia diakui

memiliki potensi yang sekaligus menjadi identitas kota, salah satunya yang dirintis oleh beberapa warga setempat. Produk Cibaduyut tak

Statistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Kota Pekalongan, Jawa Tengah, sudah sejak lama terkenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Data Perkembangan UMKM Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan kecil menengah adalah sebuah entitas yang memiliki skala

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dilanjutkan dengan krisis global pada tahun Kementrian Koperasi

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Industri kecil dan menengah merupakan kelompok industri yang

PENDAHULUAN. Sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) memiliki kontribusi yang cukup. penting didalam pembangunan nasional. Kemampuannya untuk tetap bertahan

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini kita ketahui bahwa kemajuan di bidang industri sangat pesat, baik

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

BAB II TINJAUAN UMUM USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kunci bangsa indonesia keluar dari krisis. UKM banyak yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Neraca perdagangan komoditi perikanan menunjukkan surplus. pada tahun Sedangkan, nilai komoditi ekspor hasil perikanan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal. ekonomi kawasan ASEAN yang tercermin dalam 4 (empat) hal:

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Bab I Pendahuluan. 1 Ratih Purbasari_

BAB 1 PENDAHULUAN. berlomba-lomba menciptakan terobosan untuk meningkatkan daya saing demi

Gambar 1.1 Struktur Organisasi UMKM GZL Sumber : Wawancara

Contents

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

BAB VIII STRATEGI DAN PERENCANAAN PROGRAM

BAB I PENDAHULUAN. bagi perekonomian di Indonesia. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UKM)

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki sumber daya alam yang

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) FASILITASI PENERAPAN SISTEM SNI PADA INDUSTRI ANEKA DI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

BAB I PENDAHULUAN. tanah dan bangunan tempat usaha. Dan usaha yang berdiri sendiri. Menurut Keputusan Presiden

BAB 1 PENDAHULUAN. populasi dan pendapatan per kapita negara-negara anggota ASEAN. Dimana, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dalam peningkatan perekonomian daerah, peningkatan pendapatan devisa nasional

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak

Bab I. Pendahuluan. kategori tersebut dapat digolongkan menjadi pekerja informal. Berdasarkan data BPS

BAB I PENDAHULUAN. 1 Banyu Lanang, Sepatu Cibaduyut Dilema, Antara Meningkatkan Mutu dan Image Murah, Banyu

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur yang bertumpu pada sektor industri. Salah satunya industri kecil dan

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

BAB I PENDAHULUAN. kebangkitan kembali sektor manufaktur, seperti terlihat dari kinerja ekspor maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya

PEMERINTAH KOTA BANDUNG DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

sehingga mempunyai ciri-ciri dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat yang mencakup perubahan-perubahan penting dalam struktur sosial, sikap-sikap

Latar Belakang. Furnitur kayu Furnitur rotan dan bambu 220 Furnitur plastik 17 Furnitur logam 122 Furnitur lainnya 82 Sumber: Kemenperin 2012

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian di Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan pembangunan. Sasaran pembangunan yang ingin dicapai

BAB I PENDAHULUAN. menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar.

BAB I PENDAHULUAN. dari perekonomian negara yang sedang berkembang, meskipun UKM sering

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

BAB I PENDAHULUAN. orang yang datang ke skin care ingin melakukan perawatan agar terlihat lebih

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sebagai Kota yang telah berusia 379 tahun, Tanjungbalai memiliki struktur

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sasaran yang ingin dicapai dalam pembangunan nasional adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang seperti di Indonesia, tetapi juga di negara-negara yang sudah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai bumbu dapur atau juga diolah

BAB I PENDAHULUAN. semakin berat, tidak hanya bertujuan untuk dapat survive melainkan harus mampu

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

I. PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga permintaan susu semakin meningkat pula. Untuk memenuhi

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

BAB I PENDAHULUAN. Sejak terjadinya krisis ekonomi dan moneter yang dialami oleh bangsa

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) FASILITASI PENERAPAN SISTEM SNI PADA INDUSTRI ANEKA DI WILAYAH IHT JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Inspirasi yang mendasari dilakukannya penelitian ini adalah adanya

I. PENDAHULUAN. usaha pada tahun 2006 menjadi usaha pada tahun 2007 (Tabel 1).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Bandung menjadi kota yang memiliki daya saing paling kompetitif dibanding kota-kota lainnya

BAB I PENDAHULUAN. satu pilar kekuatan perekonomian suatu daerah. Hal ini disebabkan karena

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kecil merupakan bagian dari dunia usaha nasional yang. mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang. Salah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Elis Hanifah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. komparatif karena tersedia dalam jumlah yang besar dan beraneka ragam serta dapat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia memproduksi banyak ragam alas kaki. Tingkat produksi domestik diperkirakan mencapai lebih dari 135 juta pasang dengan jumlah pekerja manufaktur alas kaki lebih dari 450 ribu orang. Nilai ekspor nya terus bertumbuh dari USD 1.7 miliar pada 2009 menjadi USD 3.86 miliar pada 2013 lalu. Segmen utama ekspor yang adalah produk jadi juga menunjukan kemampuan produksi Indonesia. Termasuk dalam ekspor ini adalah jenis-jenis seperti sepatu kasual, sepatu resmi, sepatu olahraga dan bahkan sepatu boot. Adapun tujuan ekspor utamanya adalah Amerika Serikat, Uni Eropa dan Jepang. Industri alas kaki Indonesia telah memenuhi 3% kebutuhan alas kaki dunia. Indonesia memiliki pasokan kulit sapi Jawa yang berkualitas tinggi yang meningkatkan daya tarik industri alas kaki Indonesia. Pasar utama ekspor Indonesia adalah Amerika, Eropa, dan Jepang. Terdapat 2 jenis pembuatan ragam alas kaki/sepatu di Indonesia, yang pertama melalui pabrik atau industri, yang kedua melaui industri kecil menengah (IKM). Dimana komoditi paling dominan pembuatan sepatu asli Indonesia atau domestik adalah melalui Industri Kecil Menengah (IKM). Menurut Bank Indonesia ditinjau dari sudut jumlah pelaku usaha dan penyerapan tenaga kerja, IKM dapat dipandang sebagai tulang punggung perekonomian di Indonesia. Selain itu, IKM yang kuat, dinamis dan efisien akan mendorong pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, bagi Indonesia peran IKM merupakan sokoguru utama perekonomian. Hal ini dimungkinkan mengingat entitas usaha mikro mencakup baik sektor formal dan informal dengan karakteristik barrier to entry and exit yang rendah. Entitas skala usaha mikro ini juga yang berperan strategis sebagai jaring pengaman rakyat dalam menghadapi krisis dan turbulensi ekonomi (Aminati, 2009). I - 1

I-2 Salah satu yang masuk kedalam IKM adalah sentra Industri Kecil dan Mikro (IKM) alas kaki. Menurut Badan Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia (BPIPI) ada beberapa provinsi yang memiliki sebaran IKM alas kaki yang berpotensi mampu memberikan kontribusi bagi perekonomian, provinsiprovinsi tersebut masih didominasi berada di wilayah Pulau Jawa, hal ini dikarenakan Pulau Jawa memiliki letak geografis dan infrastruktur yang lebih baik dibanding pulau lainnya. Gambar 1.2 Sebaran Usaha Alas Kaki di Indonesia Tahun 2010 Sumber: Peta Potensi dan Profil IKM Alas Kaki Nasional (BPIPI 2012) Berdasarkan gambar 1.2 Provinsi Jawa Barat menjadi provinsi yang memiliki sebaran IKM alas kaki terbanyak di Indonesia, dengan sebaran usaha sebanyak 49,62 persen unit usaha menjadikan provinsi Jawa Barat kawasan paling potensial untuk pengembangan IKM alas kaki. Kawasan IKM alas kaki di Provinsi Jawa Barat juga memberikan andil dalam penyediaan lapangan pekerjaan, dengan sebaran tenaga kerja sebanyak 58,86 persen. Hal ini berbeda dengan provinsi lainnya yang memiliki sebaran tenaga kerja tidak jauh berbeda dari sebaran usahanya bahkan lebih sedikit dari sebaran usahanya. Seperti Provinsi Jawa Timur yang hanya memiliki sebaran tenaga kerja sebanyak 20,19 persen dibawah sebaran usahanya sebanyak 32,3 persen unit usaha.

I-3 Di Provinsi Jawa Barat sudah dibentuk beberapa sentra pengembangan IKM di beberapa tempat, khususnya yang terbesar adalah sentra Industri Kecil Menengah (IKM) alas kaki/sepatu Cibaduyut di Kota Bandung, yang bertanggung jawab kepada Dinas Koperasi, UKM dan Perindag Kota Bandung. Unit pengembangan ini memiliki tugas pokok melaksanakan sebagian tugas pokok dinas Perindag dibidang pengembangan dan pembinaan IKM di Kota Bandung. Namun, disaat sekarang industri alas kaki Cibaduyut mengalami berbagai permasalahan, mulai dari pengurangan tenaga kerja, penurunan hasil produksi, berkurangnya produsen dan struktur pasar yang kurang kondusif. Sebelumnya kawasan Cibaduyut, Kec. Bojongloa Kidul merupakan kawasan industri alas kakiyang cukup potensial untuk menambah daya tarik wisatawan domestik maupun mancanegara. Keberadaan kawasan sentera alas kaki ini tentu saja menjadi kebanggan warga Kecamatan Bojongloa Kidul, Kota Bandung karena kawasan ini merupakan satu-satunya sentra perajin alas kaki di Kota Bandung. Disana pengunjung dapat membeli beraneka ragam sandal dan sepatu yang harganya jauh lebih murah dari tempat-tempat lain. Semakin lama kawasan industri alas kaki Cibaduyut berdiri, semakin banyak mengembangkan produk yang dijual, produk-produk lainnya yang kini dijual diantaranya adalah dompet, tas, topi, jaket dan ikat pinggang yang diproduksi dan dijual di kawasan sentra alas kaki Cibaduyut ini (Febrianto, 2014). Industri alas kaki Cibaduyut kini diprediksi akan kalah bersaing dengan industri alas kaki lainnya, terutama Negara China dan negara-negara ASEAN. Permasalahan tersebut tentu akan berdampak pada kondisi perekonomian secara mikro maupun makro. Secara mikro, bila hasil produk Industri alas kaki Cibaduyut kalah bersaing dengan produksi impor baik secara kuantitas maupun kualitas, maka industri alas kaki Cibaduyut hanya akan menjadi penonton saja, artinya hanya akan dijadikan pangsa pasar yang empuk bagi industri alas kaki dari negara lainnya, tentunya hal ini bila tidak segera diantisipasi akan berdampak pada skala makro.

I-4 Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap daya saing adalah jumlah tenaga kerja dan besaran nilai investasi sentra industri alas kaki Cibaduyut. Tenaga kerja merupakan faktor yang penting dalam proses produksi, dengan adanya tenaga kerja yang banyak dan juga kompetitif maka akan menciptakan hasil yang lebih baik. Tetapi, berbeda dengan keadaan jumlah tenaga kerja yang ada di industri alas kaki Cibaduyut yang setiap tahunnya semakin berkurang. Selain tenaga kerja, modal juga merupakan faktor yang penting dengan tersedianya modal yang lebih besar akan menciptakan hasil produksi yang lebih banyak pula, sehingga dapat memenuhi permintaan konsumen lebih banyak yang akan dikonversi menjadi hasil penjualan/ laba yang lebih besar. Sumber modal di industri alas kaki Cibaduyut setiap tahunnya juga mengalami penurunan berikut: Tabel 1.1 Jumlah Tenaga Kerja dan Nilai Investasi Industri Alas Kaki Cibaduyut Tahun Pekerja Nilai Investasi 2007-23.720.657 2008 6045 23.720.675 2009 6045 20.064.448 2010 2851 19.004.956 2011 3468 5.109.900 2012 2719 - Sumber: Dinas Koperasi, UKM dan Perindag Kota Bandung Pada Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa sejak tahun 2009 tenaga kerja yang ada di industri alas kakicibaduyut semakin berkurang, meskipun ada kenaikan pada tahun 2011 dengan jumlah 3468 orang, tetapi sangat jauh penurunannya dari tahun 2009 sebanyak 6045 orang menjadi 2719 orang pada tahun 2012. Sedangkan mulai tahun 2007 sampai tahun 2011 nilai investasi modal di sentra industri alas kaki Cibaduyut mengalami penurunan, para investor semakin enggan untuk menanampakan modalnya di industri alas kaki Cibaduyut. Tentunya data tersebut menunjukkan adanya permasalahan, dengan semakin berkurangnya nilai investasi akan berimbas dengan hasil produksi, seperti pada tabel berikut:

I-5 Tabel 1.2 Jumlah Produk Per Tahun yang Dihasilkan di Sentra Alas Kaki Cibaduyut Tahun Produksi Per Tahun 2007 4.046.700 2008 4.092.300 2009 3.425.424 2010 3.114.022 2011 1.860.000.Sumber: Dinas Koperasi, UKM dan Perindag Kota Bandung Pada Tabel 1.2 menggambarkan bahwa sejak tahun 2008 hasil produksi industri alas kaki Cibaduyut mengalami penurunan, hal ini sesuai dengan jumlah modal/ investasi yang setiap tahunnya sejak tahun 2007 mengalami penurunan. Seiring dengan menurunnya jumah produksi per tahun yang dihasilkan di sentra alas kaki Cibaduyut, pertumbuhan penjualan sepatu di sentra alas kaki Cibaduyut pun semakin menurun seperti pada tabel berikut:

I-6 Tabel 1.3 Data Pertumbuhan Penjualan Sepatu di Sentra Alas Kaki Cibaduyut Tahun Rata-rata Penjualan (Juta Rp) 2002 446 2003 473 2004 501 2005 282 2006 341 2007 290 2008 378 2009 413 2010 281 Sumber: Dinas Koperasi, UKM dan Perindag Kota Bandung, Instansi Pengembangan Persepatuan Cibaduyut. Dari tabel 1.3 terlihat dengan jelas pada tahun 2010 produk sepatu Cibaduyut mengalami penurunan. Dimana penjualan pada tahun 2009 Rp 413.736.608 dan menurun pada tahun 2010 Rp 281.494.643 penurunannya sekitar 30%. Melihat berbagai permasalahan tersebut, Dinas Koperasi, UKM dan Perindag Kota Bandung seharusnya lebih berbenah. Melihat data yang sudah disampaikan diatas mengenai daya saing industri alas kaki Cibaduyut di kota Bandung, pada penelitian ini akan diteliti dengan Tugas Akhir yang berjudul Analisis Peningkatan Daya Saing Sentra Industri Kecil Menengah (IKM) Alas Kaki Cibaduyut di Kota Bandung dengan Menggunakan Pendekatan Porter dan Analisis SWOT.

I-7 1.2. Perumusan Masalah Perumusan masalah yang menjadi pokok permasalahan adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana identifikasi profil sentra Industri Kecil Menengah (IKM) alas kaki Cibaduyut di Kota Bandung? 2. Apa saja faktor-faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan daya saing sentra Industri Kecil Menengah (IKM) alas kaki Cibaduyut di Kota Bandung menurut model Porter s Diamond of Advantage dan Porter s Five Forces? 3. Bagaimana strategi yang tepat untuk dapat meningkatkan daya saing pada sentra IKM alas kaki Cibaduyut di Kota Bandung didasarkan dengan menggunakan analisis SWOT? 1.3. Tujuan dan Manfaat Pemecahan Masalah Tujuan diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengidentifikasi profil sentra Industri Kecil Menengah (IKM) alas kaki Cibaduyut di Kota Bandung. 2. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang yang berpengaruh terhadap peningkatan daya saing sentra Industri Kecil Menengah (IKM) alas kaki Cibaduyut di Kota Bandung menggunakan model Porter s Diamond of Advantage dan Porter s Five Forces. 3. Untuk mengetahui bagaimana strategi yang tepat untuk dapat digunakan pada peningkatkan daya saing pada sentra IKM alas kaki Cibaduyut di Kota Bandung dengan menggunakan analisis SWOT. Adapun manfaat dalam penelitian Tugas Akhir ini yaitu: 1. Bagi akademik, dapat memberikan referensi informasi dan keilmuan khususnya mengenai pengelolaan sentra industri alas kaki Cibaduyut di Bandung.

I-8 2. Bagi sentra Industri Kecil Menengah (IKM) alas kaki Cibaduyut di Bandung, peneliti berharap hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan informasi atau data untuk menentukan kebijakan-kebijakan yang strategis. 1.4. Pembatasan Masalah Agar pemecahan masalah yang diperoleh lebih terarah, tidak terlalu luas dan menyimpang dar pokok permasalahan maka diperlukan adanya pembatasan masalah dalam penelitian kali ini, diantaranya: 1. Penelitian tugas akhir ini hanya mengenai analisis peningkatan daya saing sentra industri alas kaki Cibaduyut di kota Bandung. 2. Data yang diambil pada penelitian ini merupakan data terbaru yang akurat. 3. Dalam melakukan analisis peningkatan daya saing, teknik penentuan faktor-faktor berpengaruh yang dilakukan menggunakan analisis model Porter s Diamond of Advantages dan Porter s Five Forces. 4. Dalam menentukan strategi yang tepat terhadap peningkatan daya saing sentra Industri Kecil Mengah (IKM) alas kaki CIbaduyut di Bandung, menggunakan analisis SWOT. 1.5. Lokasi Lokasi penelitian dilakukan untuk survey di Sentra Industri Kecil Menengah (IKM) alas kaki Cibaduyut, Jln. Cibaduyut Raya no.150, Bandung.

I-9 1.6. Sistematika Penulisan Laporan Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dengan penulisan laporan ini, penulis membuat sistematika penulisan laporan tugas akhir ini, meliputi : BAB I PENDAHULUAN Memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan kegunaan pemecahan masalah, ruang lingkup pembahasan dan sistematika pembahasan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Bab ini memuat penjelasan tentang teori dan model yang digunakan dalam pemecahan masalah dan diperoleh dari informasiinformasi yang tersedia dengan maksud agar dapat mempermudah dalam melakukan pembahasan dan analisa terhadap masalah yang dijadikan objek penelitian BAB III USULAN PEMECAHAN MASALAH Pada bab ini berisikan antara lain penjelasan tentang kondisi perusahaan dan langkah- langkah pemecahan masalah yang digunakan. BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Bab ini berisikan penjelasan tentang pengumpulan data pengolahan data yang ditujukan untuk memecahkan masalah yang telah ditetapkan pada bab III. BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN Berisi uraian dan pembahasan dari hasil pengumpulan dan pengolahan data yang ada pada bab IV.

I-10 BAB VI KESIMPULAN Berisi kesimpulan jawaban atas permasalahan yang telah dirumuskan dari hasil analisis yang ada pada bab V. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN