IDENTIFIKASI SIFAT KUALITATIF DAN KUANTITATIF PUYUH MALON BETINA DEWASA

dokumen-dokumen yang mirip
I PENDAHULUAN. sebagai alternatif sumber protein hewanidi masyarakat baik sebagai penghasil telur

Identifikasi Sifat-Sifat Kuantitatif Burung Puyuh...Listiana

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN. Puyuh petelur Jepang (Coturnix coturnix japonica) merupakan penyedia telur

Sifat Sifat Kualitatif Burung Puyuh Tegalan Loreng Chrisna Mardhani Anugrah

Performa Produksi Puyuh Petelur (Coturnix-coturnix Japonica) Hasil Persilangan..Wulan Azhar

Pengukuran Sifat Kuantitatif...Fachri Bachrul Ichsan.

PENDAHULUAN. cara diburu di hutan-hutan pedalaman. Puyuh liar biasanya hidup di semak-semak

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Puyuh adalah spesies atau subspecies dari genus Coturnix yang tersebar di

PERFORMANS AYAM MERAWANG BETINA DEWASA BERDASARKAN KARAKTER KUALITATIF DAN UKURAN- UKURAN TUBUH SEBAGAI BIBIT

I PENDAHULUAN. pengembangannya harus benar-benar diperhatikan dan ditingkatkan. Seiring

Performa Pertumbuhan Puyuh Petelur Betina Silangan... Henry Geofrin Lase

Identifikasi Sifat-Sifat Kuantitatf Pada Kalkun... Fauzy Eka Ferianto

PENDAHULUAN. Indonesia pada tahun 2014 telah mencapai 12,692,213 ekor atau meningkat. sebesar 1,11 persen dibandingkan dengan tahun 2012.

PENDAHULUAN. lebih murah dibandingkan dengan daging ternak lain seperti sapi dan domba.

IDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT KUALITATIF PADA KALKUN (Meleagris gallopavo sp.) JANTAN DAN BETINA DEWASA

IDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT KUANTITATIF MERPATI BALAP TINGGIAN DAN MERPATI BALAP DASAR JANTAN

Identifikasi Bobot Badan dan Ukuran-ukuran Tubuh Itik Bali...Herbert Jumli Tarigan

Karakteristik Telur Tetas Puyuh Petelur Silangan... M Billi Sugiyanto.

ANALISIS MORFOMETRIK DAN SIFAT KUALITATIF WARNA BULU PADA PUYUH LIAR

PENDAHULUAN. terutama telurnya. Telur puyuh sangat disukai karena selain bentuknya yang

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Ternak penelitian yang digunakan adalah Coturnix coturnix Japonica

Identifikasi sifat-sifat Kualitatif ayam Wareng Tangerang. Andika Mahendra

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Coturnix coturnix japonica yang mendapat perhatian dari para ahli. Menurut

HASIL DAN PEMBAHASAN. tetas dan ruang penyimpanan telur. Terdapat 4 buah mesin tetas konvensional dengan

Evaluasi Indeks Kumulatif Salako Pada Domba Lokal Betina Dewasa Di Desa Neglasari Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta

I PENDAHULUAN. tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil berkaki pendek.

PENDAHULUAN. terbang tinggi, ukuran relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar

KAJIAN KEPUSTAKAAN. tubuhnya relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar yang

IDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT KUALITATIF DAN UKURAN TUBUH PADA ITIK TEGAL, ITIK MAGELANG, DAN ITIK DAMIAKING

PERFORMANS DAN KARAKTERISTIK AYAM NUNUKAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Kamruton adalah salah satu bagian dari Kecamatan Lebak Wangi,

Hasil Tetas Puyuh Petelur Silangan Bulu Coklat dan Hitam...Sarah S.

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Populasi burung puyuh Coturnix coturnix japonica atau Japanese quail di Indonesia terus mengalami peningkatan, pada

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. yang didapatkan dari puyuh Coturnix-cotunix japonica pada umur 15 minggu yang

Karakteristik Kuantitatif Sapi Pasundan di Peternakan Rakyat... Dandy Dharma Nugraha KARAKTERISTIK KUANTITATIF SAPI PASUNDAN DI PETERNAKAN RAKYAT

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK DAN UKURAN TUBUH SAPI PERAH FRIES HOLLAND LAKTASI DI KAWASAN USAHA PETERNAKAN BOGOR

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Eropa, Asia, dan Australia. Sebagian besar puyuh tersebut hidupnya masih liar dan

Karakteristik Eksterior Telur Tetas Itik... Sajidan Abdur R

STUDI KARAKTERISTIK SIFAT KUALITATIF DAN KUANTITATIF AYAM KAMPUNG DI KECAMATAN LASALIMU KABUPATEN BUTON

Kurva Produksi Telur Puyuh Padjadjaran Galur Hitam dan Coklat...Hilmi Alarsi

PENDAHULUAN. salah satunya pemenuhan gizi yang berasal dari protein hewani. Terlepas dari

Bibit induk (parent stock) itik Alabio muda

PENGARUH TINGKAT PROTEIN RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, PERSENTASE KARKAS DAN LEMAK ABDOMINAL PUYUH JANTAN

Penyimpangan Bobot Badan Dugaan Mohammad Firdaus A

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Puyuh pertama kali di domestikasi di Amerika Serikat pada tahun 1980 dan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. japanese quail (Coturnix-coturnix Japonica) mulai masuk ke Amerika. Namun,

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di Pusat Pembibitan Puyuh Fakultas Peternakan

PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya genetik

Penyimpangan Bobot Badan dengan Rumus Winter Alfi Fauziah

SEXING BERDASARKAN MORFOLOGI BURUNG PUYUH (Coturnix coturnix japonica)

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Itik atau yang lebih dikenal dimasyarakat disebut bebek (bahasa jawa),

PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010.

PENDAHULUAN. komoditas utamanya adalah telur. Jenis puyuh peteur ini mayoritas diternakan di

SIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KACANG BETINA SEBAGAI SUMBER BIBIT DI KECAMATAN LEMAHSUGIH KABUPATEN MAJALENGKA

Bibit induk (parent stock) itik Mojosari muda

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Puyuh (Coturnix-coturnix japonica)

Sifat-Sifat Kuantitatif Domba Ekor Tipis Dwicki Octarianda Audisi

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Burung puyuh yang dipelihara di Amerika disebut dengan Bob White Quail,

MATERI DAN METODE. Materi

Performa Pertumbuhan Puyuh Petelur Jantan...Rina Ratna Dewi.

Respon Seleksi Domba Garut... Erwin Jatnika Priyadi RESPON SELEKSI BOBOT LAHIR DOMBA GARUT PADA INTENSITAS OPTIMUM DI UPTD BPPTD MARGAWATI GARUT

KAJIAN KEPUSTAKAAN. pertama kali diternakkan di Amerika Serikat pada tahun 1870.

CIRI - CIRI FISIK TELUR TETAS ITIK MANDALUNG DAN RASIO JANTAN DENGAN BETINA YANG DIHASILKAN ABSTRACT ABSTAAK

TINJAUAN PUSTAKA. Burung puyuh dalam istilah asing disebut quail yang merupakan bangsa

PENDUGAAN JARAK GENETIK AYAM MERAWANG (STUDI KASUS DI BPTU SAPI DWIGUNA DAN AYAM, SEMBAWA DAN PULAU BANGKA, SUMATERA SELATAN)

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Beberapa ratus tahun yang lalu di Jepang telah diadakan penjinakan

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. selain ayam adalah itik. Itik memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan,

KARAKTERISTIK FENOTIP SIFAT KUALITATIF DAN KUANTITATIF KAMBING KACANG DI KABUPATEN MUNA BARAT. ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. potensi alam didalamnya sejak dahulu kala. Beragam sumber daya genetik hewan

MATERI DAN METODE. Materi

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut: mengukur diameter lingkar dada domba

Identifikasi Sifat Kualitatif dan Kuantitatif...Deddy Arwan Sihite

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. puyuh turunan hasil persilangan warna bulu coklat dengan hitam. Jumlah telur

STUDI KERAGAMAN FENOTIPE DAN PENDUGAAN JARAK GENETIK KERBAU SUNGAI, RAWA DAN SILANGANNYA DI SUMATERA UTARA SKRIPSI ANDRI JUWITA SITORUS

Penyimpangan Bobot Badan Kuda Lokal Sumba menggunakan Rumus Lambourne terhadap Bobot Badan Aktual

Karakteristik Morfologi Rusa Timor (Rusa timorensis) di Balai Penelitian Ternak Ciawi

HATCH PERIOD AND WEIGHT AT HATCH OF LOCAL DUCK (Anas sp.) BASED ON DIFFERENCE OF INCUBATOR HUMIDITY SETTING AT HATCHER PERIOD

SIFAT-SIFAT KUALITATIF DAN KUANTITATIF AYAM KETAWA DI KOTA KENDARI

PENANGKARAN DAN PERBIBITAN AYAM MERAWANG DI BANGKA BELITUNG

HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam jangka waktu tertentu. Tingkat konsumsi pakan dipengaruhi oleh tingkat

PENDUGAAN NILAI PEMULIAAN PUYUH PEJANTAN BERDASARKAN BOBOT BADAN KETURUNANNYA PADA PUYUH (Coturnix coturnix japonica)

HASIL DAN PEMBAHASAN. mengevaluasi performa dan produktivitas ternak. Ukuran-ukuran tubuh

ABSTRAK. Kata kunci: Morfologi, korelasi, performans reproduksi, itik Tegal, seleksi ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

Study Characteristics and Body Size between Goats Males Boerawa G1 and G2 Body in Adulthoodin the Village Distric Campang Gisting Tanggamus

PENDAHULUAN. dan dikenal sebagai ayam petarung. Ayam Bangkok mempunyai kelebihan pada

HUBUNGAN ANTARA BOBOT POTONG DENGAN YIELD GRADE DOMBA (Ovis aries) GARUT JANTAN YEARLING

PERFORMA PRODUKSI TELUR PUYUH (Coturnix coturnix japonica) YANG DI PELIHARA PADA FLOCK SIZE YANG BERBEDA

KARAKTERISASI SIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KOSTA JANTAN DI KABUPATEN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN

Korelasi Antara Nilai Frame Score Dan Muscle Type... Tri Antono Satrio Aji

BOBOT POTONG, BOBOT BAGIAN EDIBLE DAN IN EDIBLE AYAM LOKAL JIMMY S FARM CIPANAS KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 2. Komposisi Zat Makanan Ransum Penelitian Zat Makanan Jumlah (%)

BAB III METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Puyuh

PENYIMPANGAN BOBOT BADAN MENURUT RUMUS SCHOORL TERHADAP BOBOT BADAN AKTUAL PADA KUDA POLO DI NUSANTARA POLO CLUB

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Ayam

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman pada Domba Ekor Gemuk dan Domba Ekor Tipis pada Kelompok Umur I 0.

Ekspresi Gen Homosigot Resesif (c/c) pada Performans Telur Pertama Itik Mojosari

I PENDAHULUAN. dari generasi ke generasi di Indonesia sebagai unggas lokal hasil persilangan itik

Transkripsi:

IDENTIFIKASI SIFAT KUALITATIF DAN KUANTITATIF PUYUH MALON BETINA DEWASA IDENTIFICATION OF QUALITATIVE AND QUANTITATIVE TRAITS ON ADULT FEMALE MALON QUAIL Oktafan Pasadena*, Endang Sudjana**, Iwan Setiawan** FakultasPeternakanUniversitas Padjadjaran Sumedang KM 21Sumedang 45363 *Alumni Fakultas Peternakan Unpad Tahun 2012 ** Staf Pengajar Faklutas PeternakanUniversitas Padjadjaran e-mail : oktafanp@gmail.com ABSTRAK Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juni 2016 di Pusat Pembibitan Puyuh, Laboratorium Produksi Ternak Unggas,. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendapatkan deskripsi mengenai sifat kualitatif dan kuantitatif puyuh Malon betina dewasa. Objek penelitian yang digunakan yaitu puyuh Malon betina dewasa dengan jumlah sampel menggunakan rumus slovin 37 ekor. Metode yang digunakan yaitu deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data dimana rata-rata bobot badan 325,35±48,29 ; panjang kepala 2,74±0,18; lebar kepala 2,78±0,18; panjang leher 7,07 ±0,61; lingkar leher1,42± 0,22; lebar paruh 0,40 ± 0,09; lingkar dada 22,15 ±1,23; lebar dada 8,19±0,81; jarak kedua tulang pubis 3,18 ± 0,37; dan kaki 8,99 ± 0,69. Puyuh Malon betina dewasa memiliki paramater warna bulu secara keseluruhan coklat bertotol coklat tua, bulu bagian kepala kuning bertotol kehitaman, bagian paruh abu-abu dan hitam kecoklatan, bulu bagian leher putih kekuningan bertotol hitam, bulu bagian dada putih kekuningan, dan warna shank kuning lebih dominan dibanding putih kekuningan. Kata Kunci : puyuh Malon, sifat kualitatif, sifat kuantitatif ABSTRACT The research was conducted in June 2016 at Quail Breeding Center, Poultry Production Laboratory, Faculty of Animal Husbandry, Padjadjaran University. The aim of this study was to find out and get a description of qualitative and quantitative traits of adult female Malon quail. The object research used was quail Malon adult female with number of sample (37 quails) executed using the Slovin formula. The method used was descriptive approach. The results showed that average body weight was 325.35 ± 48.29; head length was 2.74 ± 0.18; head width was 2.78 ± 0.18; long neck was 7.07 ± 0.61; neck circumference was 1.42 ± 0.22; beak width was 0.40 ± 0.09; chest circumference was 22.15 ± 1.23; chest width was 8.19 ± 0.81; both the pubic bone distance was 3.18 ± 0.37; and leng of feet was 8.99 ± 0.69. Adult female Malon quail has parameters plumage overall brown mottled dark brown, fur head yellow mottled black, part of gray beak and brownish black, fur neck yellowish white spotted black, fur chest yellowish white, and color of shank was dominant yellow. Keywords: female Malon quail, qualitative traits, quantitative traits 1

PENDAHULUAN Puyuh merupakan salah satu jenis ternak unggas yang dikembangkan sebagai alternatif sumber protein hewani di masyarakat baik sebagai penghasil telur maupun daging. Sejak 1980 ternak puyuh mulai dikenalkan di Indonesia tetapi dalam hal budidaya belum banyak yang melakukannya, berbeda dengan ternak ayam. Puyuh yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia diantaranya adalah puyuh Jepang (Coturnix coturnix japonica), Turnix sylvatica, dan puyuh Malon. Puyuh Malon yang berasal dari singkatan manuk londo adalah puyuh hasil persilangan antara puyuh local Coturnix-coturnix japonica dengan French Quail. Persilangan ini ditujukan untuk tujuan menghindari terjadinya inbreeding dan meningkatkan performa produksi. Puyuh Malon merupakan salah satu jenis puyuh yang cukup banyak dipelihara oleh masyarakat, terutama ditujukkan sebagai puyuh pedaging karena ukuran tubuhnya yang relative lebih besar dari puyuh lokal lainnya. Meskipun sudah banyak yang membudidayakannya informasi tentang karakteristik puyuh malon masih relatif terbatas, khususnya yang berkaitan dengan sifat kualitatif dan kuantitatif. Mengingat terbatasnya informasi sifat kualitatif dan kuantitatif pada puyuh Malon dan mempertimbangkan pentingnya kedua sifat tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai sifat kualitatif dan kuantitatif puyuh Malon khususnya pada betina dewasa. Hasil penelitian diharapkan menjadi informasi ilmiah tentang sifat kualitatif dan sifat kuantitatif puyuh Malon betina dewasa. Selain itu, hasil penelitian tersebut diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan referensi untuk penelitian lebih lanjut dalam upaya mengembangkan sumberdaya genetik ternak unggas lokal Indonesia dan menjadi pengetahuan praktis bagi peternak dalam mengenal karakteristik puyuh Malon. METODE PENELITIAN 1. Objek Penelitian Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah puyuh Malon betina dewasa umur 4-5 bulan. Jumlah puyuh Malon yang dijadikan sampel sebanyak 37 ekor. 2. Alat Penelitian Peralatan yang digunakan untuk penelitian yaitu alat tulis, laptop, kamera digital, pita ukur dengan panjang 1,5 m dengan ketelitian 0,01 cm, jangka sorong dengan panjang 15 2

cm dengan ketelitian 0,01 mm dan timbangan dengan kapasitas 3 kg dengan ketelitian 20g. 3. Metode Penelitian Cara Pengambilan Sample Metode penelitian yang digunakan yaitu metode deskriptif, pengambilan sampel dilakukan menggunakan rumus slovin. Prosedur Penelitian 1. Pengambilan sampel puyuh di kandang menggunakan rumus slovin. 2. Pengamatan sifat-sifat kualitatif 3. Pengukuran bobot badan puyuh menggunakan timbangan analitik. 4. Setelah dilakukan penimbangan, puyuh diukur bagian-bagian tubuhnya menggunakan jangka sorong dan pita ukur. 5. Mencatat semua pengamatan yang telah dilakukan Analisis Statistik a. Rata-rata Rata-rata / mean yaitu bilangan yang diperoleh dari seluruh jumlah skor dibagi dengan jumlah data. Keterangan : =jumlah nilai data N = jumlah data i = 0,1,2,...N b. Simpangan baku Simpangan baku (S) yaitu digunakan untuk menjelaskan homogenitas kelompok, dihitung dengan rumus: s = Keterangan : n = = rata-rata 3

= bilangan dari suatu peubah i = 1,2,3...N c. Koefisien variasi (KV) Koefisien variasi (KV), digunakan untuk menjelaskan keragaman kelompok. Keterangan: S = Simpangan baku = Rata-rata d. Pendugaan parameter KV = Pendugaan parameter adalah melakukan estimasi terhadap nilai dugaan atau taksiran suatu parameter tertentu, karena pada umumnya nilai parameter suatu distribusi tidak diketahui, rumusnya adalah: Keterangan : = rata rata hitung = nilai t didapat dari daftar distribusi s = simpangan baku n = jumlah sampel HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Warna Bulu Warna bulu puyuh Malon betina dewasa hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Warna Bulu Puyuh Malon Betina Dewasa Warna Bulu Jumlah Frekuensi Relatif Ekor (%) Keseluruhan: Coklat bercak coklat tua 37 100 Bagian kepala: Kuning bertotol kehitaman 37 100 Bagian leher: Putih kekuningan bertotol hitam 37 100 Bagian dada: Putih Kekuningan 37 100 Berdasarkan Tabel 1, puyuh Malon betina dewasa memiliki warna bulu keseluruhan coklat bercak coklat tua dengan frekuensi relatif 100%. Hal ini menunjukan bahwa warna bulu keseluruhan puyuh Malon betina dewasa dominan berwarna coklat bercak coklat tua. 4

Secara umum puyuh memiliki warna bulu bercak-bercak coklat (Sunarno, 2004). Pola dan warna bulu sangat menentukan kemurnian suatu bangsa unggas. Variasi warna dan corak bulu disebabkan oleh peran aktif berbagai gen (Campo, 1997). Warna bulu bagian kepala puyuh Malon betina dewasa berwarna kuning bertotol kehitaman dengan frekuensi relatif 100%. Hal ini menunjukkan bahwa warna bulu bagian kepala puyuh Malon betina dewasa seragam berwarna kuning bertotol kehitaman. Pheomelanin merupakan pigmen dasar suatu makhluk hidup yang memberikan warna merahcokelat, salmon, dan buff (kekuning-kuningan) pada bulu unggas, dan bagian yang tak terpisahkan dari melanin sebagai unsur pembangun pigmen tubuh (Smyth, 1993) dikutip oleh Suparyanto dkk., (2005). Warna bulu bagian leher pada puyuh Malon betina dewasa berwarna putih kekuningan bertotol hitam dengan frekuensi relatif 100%. Hal ini menunjukan bahwa warna bulu bagian leher puyuh Malon betina dewasa dominan berwarna putih kekuningan bertotol hitam. Pernyataan ini hampir mirip dengan tetuanya Coturnix-coturnix japonica yang memiliki warna leher coklat muda sampai cokelat kehitaman (Wheindrata, 2014). Warna bulu bagian dada yang ditemukan pada puyuh Malon betina dewasa hanya yang berwarna putih kekuningan (frekuensi relatif 100%). Hal ini menunjukan bahwa warna bagian dada puyuh Malon betina dewasa seluruhnya berwarna putih kekuningan. Menurut pendapat Brumbaugh dan Moore ( 1968) yang dikutip oleh Tarigan (2010) bahwa warna hitam dan warna kuning pada bulu di pengaruhi oleh pigmen eumelanin. Warna bulu leher dapat dijadikan perbedaan karakteristik antara jantan dan betina pada burung puyuh malon. 2. Warna Bagian Paruh Warna bagian paruh puyuh Malon betina dewasa hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Warna Bagian Paruh Puyuh Malon Betina Dewasa Jumlah Frekuensi Relatif Warna Paruh Ekor (%) Abu- abu 30 81,1 Hitam kecoklatan 7 18,9 Berdasarkan Tabel 2, warna bagian paruh yang ditemukan pada puyuh Malon betina dewasa adalah abu-abu dan hitam kecoklatan dengan frekuensi relatif masing-masing 81,1% dan 18,9%. Hal ini menunjukan bahwa warna bagian paruh puyuh Malon betina dewasa 5

dominan berwarna abu-abu. Warna paruh hitam kecoklatan yang terdapat pada puyuh Malon merupakan turunan tetuanya Coturnix-cotunix japonica (Winda Tumbilung, 2014). 3. Warna Bagian Shank Warna bagian shank puyuh Malon betina dewasa hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Warna bagian shank Puyuh Malon Betina Dewasa Warna Shank Jumlah Frekuensi Relatif Ekor (%) Kuning 34 91,90 Putih kekuningan 3 8,10 Berdasarkan Tabel 3, warna bagian shank yang ditemukan pada puyuh Malon betina dewasa hanya berwarna kuning dengan frekuensi relatif 91,9% dan berwarna putih kekuningan dengan frekuensi relative 8,10%. Hal ini menunjukan bahwa warna bagian shank puyuh Malon betina dewasa tidak seluruhnya berwarna kuning. Munculnya perbedaan warna shank dipengaruhi oleh tiga faktor di antaranya struktur shank, pigmen utama yang terkandung dalam shank dan faktor genetik (Lanam, 2013). Adanya pigmen lipokrom pada epidermis dan pigmen melanin pada dermis menyebabkan shank berwarna kuning (Saputra, 2010 ). 4. Ukuran Tubuh Puyuh Malon Betina Dewasa 4.1. Bobot Badan Bobot badan puyuh Malon betina dewasa hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Bobot Badan Puyuh Malon Betina Dewasa No. Analisis Data Nilai 1. Rataan bobot badan (gr) 325,35 2. Maksimal (cm) 398,00 3. Minimal (cm) 212,00 4. Simpangan Baku (cm) 48,29 5. Koefisien Variasi (%) 14,84 6. Pendugaan Parameter (cm) 309,78< <340,92 Berdasarkan data pada Tabel 4, bobot badan puyuh Malon betina dewasa berkisar antara 212,00-398,00 gram, dengan rataan 325,35 ± 48,29 gram. Pernyataan ini sesuai dengan tetuanya yang berasal dari tetua betina yaitu Coturnix-coturnix japonica, karena pada tetua 6

betina yaitu Coturnix coturnix japonica bobot badan yang dihasilkan pada saat dewasa antara 255,65±35,12 gram (Alkan,2010). Secara genetis puyuh domestikasi memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dibandingkan puyuh liar (Nugroho dkk., 1982). Puyuh domestikasi telah mengalami perlakuan dan campur tangan manusia secara langsung di dalam budidayanya sedangkan puyuh liar sebagian besar masih hidup sendiri di alam bebas (Listyowati dan Roospitasari, 1992). Bobot badan puyuh Malon memiliki koefesien variasi di bawah 15% yaitu 14,84%, hal ini menunjukan bahwa bobot puyuh tersebut relatif seragam. Populasi dianggap seragam apabila memiliki koefesien variasi tidak lebih dari 15% (Nasoetion, 1992). Pendugaan parameter interval rata-rata dengan kepercayaan 95% menunjukkan bahwa bobot badan puyuh Malon memiliki rentangan 309,78 340,92 yang diperoleh dari data sampel. Hal ini menunjukkan bahwa dengan tingkat kepercayaan 95% jarak intervalnya tergolong besar, maka rata-rata bobot badan seluruh populasi puyuh Malon tidak jauh berbeda dengan karakteristik sampel. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudjana (2005) yang menyatakan bahwa makin besar jarak interval maka makin percaya tentang kebenaran penaksiran yang dilakukan. 4.2. Ukuran Bagian-Bagian Kepala Bagian kepala yang diteliti yaitu panjang kepala, lebar kepala, panjang leher, lingkar leher,dan lebar paruh. Ukuran bagian-bagian kepala puyuh Malon betina dewasa dapat dilihat padatabel 5. Tabel 5. Ukuran Bagian-Bagian Kepala Puyuh Malon Betina Dewasa Variabel Analisis Statistik Pendugaan Parameter Rataan Min Max SB KV B. Bawah Batas Atas Panjang Kepala 2,74 2,50 3,24 0,18 6,58 2,68 2,80 Lebar Kepala 2,78 2,22 3,05 0,18 6,64 2,72 2,84 Panjang Leher 1,42 1,03 1,91 0,22 15,59 1,35 1,49 Lingkar Leher 7,07 6,00 8,00 0,61 8,69 6,87 7,27 Lebar Paruh 0,40 0,24 0,66 0,09 22,13 0,38 0,43 Berdasarkan Tabel 5, ukuran panjang kepala puyuh Malon betina dewasa tergolong seragam dengan koefesien variasi di bawah 15%, ukurannya berkisar 2,50-3,24 cm dengan rataan 2,74 ± 0,18 cm. Pendugaan parameter interval rata-rata dengan kepercayaan 95% menunjukkan bahwa panjang kepala puyuh Malon memiliki rentangan 2,68 2,80 yang diperoleh dari data sampel. Demikian pula lebar kepalanya seragam dengan koefesien variasi 7

6,64 %, ukurannya berkisar 2,22-3,05 cm dengan rataan 2,78 ± 0,18 cm. Pendugaan parameter interval rata-rata dengan kepercayaan 95% menunjukkan bahwa lebar kepala puyuh Malon memiliki rentangan 2,72 2,84 yang diperolehdari data sampel. Puyuh Malon betina dewasa memiliki panjang leher yang tergolong seragam juga dengan koefesien variasi 15,59 %, ukurannya berkisar 1,03-1,91 cm dengan rataan 1,42 ± 0,22 cm. Pendugaan parameter interval rata-rata dengan kepercayaan 95% menunjukkan bahwa panjang leher puyuh Malon memiliki rentangan 1,35 1,49 yang diperoleh dari data sampel. Demikian pula lingkar leher juga tergolong seragam dengan koefesien variasi 8,69 %, ukurannya berkisar 6,00-8,00 cm dengan rataan 7,07 ± 0,61 cm. Pendugaan parameter interval rata-rata dengan kepercayaan 95% menunjukkan bahwa lingkar leher puyuh Malon memiliki rentangan 6,87 7,27 yang diperoleh dari data sampel. Puyuh Malon betina dewasa memiliki lebar paruh yang bervariasi dengan koefesien variasi 22,13 %, ukurannya berkisar 0,24-0,66 cm dengan rataan 0,40 ± 0,09 cm. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa puyuh memiliki paruh yang berbeda, dimana setiap bentuk paruh dan warna paruh burung disesuaikan dengan jenis makanan (Lambey dkk., 2013). Pendugaan parameter interval rata-rata dengan kepercayaan 95% menunjukkan bahwa lebar paruh puyuh Malon betina memiliki rentangan 0,38 0,43 yang diperoleh dari data sampel. 4.3. Ukuran Bagian-Bagian Tubuh Bagian-bagian tubuh yang diteliti meliputi lingkar dan lebar dada. Ukuran bagianbagian tubuh puyuh Malon betina dewasa hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Ukuran Bagian-Bagian Tubuh Puyuh Malon Betina Dewasa Analisis Statistik Pendugaan Parameter Variabel KV Rataan Min Max SB (%) Batas Bawah Batas Atas Lingkar dada (cm) 22,15 20,00 24,00 1,23 5,56 21,76 22,55 Lebar dada (cm) 8,19 7,00 9,00 0,81 9,90 7,93 8,45 Berdasarkan Tabel 6, ukuran lingkar dada puyuh Malon betina dewasa tergolong seragam dengan koefesien variasi di bawah 15% yaitu 5,56 %, ukurannya berkisar 20,00-24,00 cm dengan rataan 22,15 ± 1,23 cm. Lingkar dada merupakan lingkar tubuh yang diukur dari belakang sayap, dan biasanya dapat menentukan besar kecilnya tubuh unggas atau bobot badan (Kusuma, 2002). Sifat morfologi yang terbesar korelasinya dengan bobot badan adalah 8

lingkar dada, baik jantan maupun betina (Tanudimadja dkk., 1983). Pendugaan parameter interval rata-rata dengan kepercayaan 95% menunjukkan bahwa lingkar dada puyuh Malon memiliki rentangan 21,76 22,55 yang diperoleh dari data sampel. Ukuran lebar dadanya relatif bervariasi dengan koefesien variasi 9,90%, ukurannya berkisar 7,00-9,00 cm dengan rataan 8,19 ± 0,81 cm. Pendugaan parameter interval rata-rata dengan kepercayaan 95% menunjukkan bahwa lebar dada puyuh Malon memiliki rentangan 7,93 8,45 yang diperoleh dari data sampel. 4.4. Ukuran Bagian Kaki Ukuran bagian kaki puyuh Malon betina dewasa hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Ukuran Bagian Kaki Puyuh Malon Betina Dewasa No. Analisis Data Nilai 1. Rataan Panjang Kaki (cm) 8,99 2. Maksimal (cm) 10,00 3. Minimal (cm) 8,00 4. Simpangan Baku (cm) 0,69 5. Koefisien Variasi (%) 7,70 6. Pendugaan Parameter (cm) 8,76< <9,21 Berdasarkan Tabel 7, ukuran panjang kaki puyuh Malon betina dewasa tergolong seragam dengan koefesien variasi di bawah 15% yaitu 7,70%, ukurannya berkisar 8,00-10,00 cm dengan rataan 8,99 ± 0,69 cm. Pendugaan parameter interval rata-rata dengan kepercayaan 95% menunjukkan bahwa panjang kaki puyuh Malon betina dewasa memiliki rentangan 8,76 9,21 yang diperoleh dari data sampel. Menurut Mansjoer (1981) Panjang shank dapat dijadikan penduga untuk mengukur pertumbuhan, sebab bentuk tulang yang besar menunjukkan pertumbuhan yang besar. 4.5. Ukuran Jarak Kedua Tulang Pubis Ukuran jarak kedua tulang pubis puyuh Malon betina dewasa hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 8. 9

Tabel 8. Ukuran Jarak Kedua Tulang Pubis Puyuh Malon Betina Dewasa No. Analisis Data Nilai 1. Rataan (cm) 3,18 2. Maksimal (cm) 3,89 3. Minimal (cm) 2,32 4. Simpangan Baku (cm) 0,37 5. Koefisien Variasi (%) 11,74 6. Pendugaan Parameter (cm) 3,06< <3,30 Berdasarkan Tabel 8, ukuran jarak kedua tulang pubis Malon betina dewasa tergolong seragam dengan koefesien variasi di bawah 15% yaitu 11,74%, ukurannya berkisar 2,32-3,89 cm dengan rataan 3,18 ± 0,37 cm. Pendugaan parameter interval rata-rata dengan kepercayaan 95% menunjukkan bahwajarak kedua tulang pubis puyuh Malon betina dewasa memiliki rentangan 3,06 3,30 yang diperoleh dari data sampel. Menurut Hardjosworo (2001) dan Samosir (1983) bahwa jarak tulang pubis yang lebar menunjukkan terjadinya masak kelamin (mulai bertelur) dan ditunjukkan dengan perut yang besar dan jarak tulang pubis yang lebar. KESIMPULAN Puyuh Malon betina dewasa memiliki rata-rata bobot badan 325,35±48,29 ; panjang kepala 2,74±0,18; lebar kepala 2,78±0,18 panjang leher 1,42± 0,22; lingkar leher 7,07 ±0,61; lebar paruh 0,40 ± 0,09; lingkar dada 22,15 ±1,23; lebar dada 8,19±0,81; jarak kedua tulang pubis 3,18 ± 0,37; dan panjangkaki 8,99 ± 0,69. Puyuh Malon betina dewasa memiliki parameter warna bulu secara keseluruhan coklat bertotol coklat tua, bulu bagian kepala kuning bertotol kehitaman, bagian paruh abu-abu dan hitam kecoklatan, bulu bagian leher putih kekuningan bertotol hitam, bulu bagian dada putih kekuningan, dan warna shank kuning lebih dominan dibanding putih kekuningan. SARAN Puyuh ini merupakan salah satu puyuh yang cukup besar dibandingkan dengan puyuhpuyuh lainnya. Maka dari itu puyuh ini dapat dikembangkan lebih lanjut untuk keragaman puyuh pedaging. 10

UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada tenaga operasional kandang yang telah membantu dalam persiapan dan pelaksanaan penelitian. Tak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada kedua orang tua dan pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Campo, J.L. 1997. The Hypostatic Genotype of the Recessive White Prat of Chicken. Poult. Sci. 76: 432-436. H.S. Wheindrata. 2014. Panduan Lengkap Beternak Burung Puyuh Petelur. Surakarta: Andi Hutt F. B. 1949. Genetics of the fowl. Mcgraw Hill, Newyork. Kusuma, A. S. 2002. Karakteristik Sifat Kuantitatif dan Kualititatif Ayam Merawang dan Ayam Kampung Umur 5-12 Minggu. Skripsi. Fakultas Peternakan IPB, Bogor. 17-19. Listiyowati, E. dan Roospitasari, K., 1992. Puyuh : Tata Laksana Budi Daya. Secara Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta Lanam, A. 2013. Identifikasi Karakteristik Kualitatif Persilangan Itik Padjajaran Betina dan Itik Peking Jantan Kasus Kelompok Peternak Famili Di Desa Paguyuban Kecamatan Batujajar Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat. Skripsi. Fakultas Peternakan, Universitas Padjajaran. Sumedang. Lambey L. J., RR. Noor, M. Wasmen, D. Duryadi.2013. Karakteristik morfologi perbedaan jenis kelamin, dan pendugaan umur burung weris (Gallirallus philippensis) di Minahasa Sulawesi Utara, Veteriner 14:228-2238. Nugroho dan Mayun, I.G. 1986. Beternak Burung Puyuh. Eka Offset. Semarang. Saputra, J. 2010. Karakteristik Genetik Eksternal Ayam Arab, Pelung dan Kampung. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sezai Alkan. 2010. Determination Of Body Weight and Some Carcass Traits In Japanese Quails (Coturnix Coturnix Japonica) Of Different Lines. Kafkas vol 16(2):277-280. Tanudimadja, K., Sigit, R.I.R. Manggung, N. Sujono, dan L.H. Buntaran. 1983. Model-model Matematik dari Data Pertumbuhan Ayam Kampung Jantan dan Betina. Laporan Penelitian Bagian Anatomi Departemen Zoologi, Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Tarigan. 2010. Karakteristik Sifat Kualitatif dan Kuantitatif Ayam Walik di Sumedang dan Bogor. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tumbilung W., L. Lambey, E.Pudjihastuti, E. Tangkere. 2014. Sexing Berdasarkan Morfologi Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica). Jurnal zootek Vol 34 No 2: 170 184. 11