BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 5 PENUTUP. normal. Berdasarkan uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu ukuran untuk melihat kinerja keuangan perbankan adalah melalui

PENGARUH LDR TERHADAP NPL DENGAN MANAJEMEN ASET PERUSAHAAN SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI PADA BANK KONVENSIONAL YANG TERDAFTAR DI BEI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bank merupakan suatu bidang usaha yang bergerak pada jasa keuangan yang

BAB V PENUTUP. menggunakan data sampel awal yaitu 39 perusahaan dan dikurangi dengan kriteria

BAB I PENDAHULUAN. besar atau paling tidak sama dengan return (imbalan) yang dikehendaki

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding (Kasmir, 2008:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengaruh Risiko Usaha Terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) pada

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan pihak yang memiliki kekurangan dana. Dimana kegiatan. kepada masyarakat dalam bentuk pemberian kredit.

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sektor yang tergantung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan pihak yang membutuhkan dana. Bank akan menerima dana dari. masyarakat (DPK) dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali

AGUS MAULANA

BAB I PENDAHULUAN. Bank dalam fungsinya memiliki peranan yang sangat penting dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian terdahulu yang dirujuk dalam penelitian ini, diantaranya:

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan sangat dibutuhkan dalam suatu perekonomian. Kestabilan ini

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Sektor perbankan berfungsi sebagai perantara keuangan

BAB I PENDAHULUAN. kredit bermasalah yang terjadi dalam suatu bank. Semakin tinggi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan

PENGARUH RISIKO KREDIT, RISIKO LIKUIDITAS, DAN PERMODALAN TERHADAP PROFITABILITAS PERBANKAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan. Laporan mengenai rugi laba suatu perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perbankan syariah merupakan institusi yang memberikan pelayanan jasa

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia memiliki peranan cukup penting. Hal ini dikarenakan sektor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan sebagai bahan acuan dalam penelitian ini, yaitu :

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia perbankan saat ini banyak disorot oleh masyarakat banyak karena

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha terus-menerus memperoleh laba, ini berarti kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perbankan merupakan lembaga keuangan yang berintensitas misal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. uang. Secara umum pengertian bank adalah sebuah lembaga intermediasi

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang dan meminjamkan uang.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keterkaitan atau relevansi dengan penelitian yang sedang di teliti oleh peneliti.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh rasio keuangan Capital

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan stabilitas

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. (Nopirin, 2009:34). Kelangkaan dana yang dimiliki dunia perbankan memicu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi tahun 1997 yang kemudian berkembang menjadi krisis multi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI KESIMPULAN & SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis moneter pada tahun 1998 yang terjadi di indonesia memberikan

BAB I PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit)

BAB I PENDAHULUAN. Bagi masyarakat yang hidup di negara negara maju, seperti negara

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Nama Bank Total Asset (triliun) Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. menunjang berjalannya roda perekonomian mengingat fungsinya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bank syariah di Indonesia menunjukan arah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)

BAB I PENDAHULUAN. sebagai lembaga intermediasi antara investor atau pihak yang memiliki kelebihan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini berjudul Pengaruh LDR, IPR, APB, NPL, IRR, BOPO,

DAFTAR GRAFIK DAFTAR LAMPIRAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODE PENELITIAN. umum dari obyek penelitian. Pada penelitian ini peneliti mengambil data waktu tiga

BAB I PENDAHULUAN. Bank memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Berkembanya perbankan Indonesia dapat dilihat dari jumlah bank yang

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup andil dalam kehidupan ekonomi masyarakat. Menurut. Prasanjaya dan Ramantha (2013) bank memberikan kontribusi besar

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keuangan Bank Syariah membutuhkan kajian teori sebagai berikut :

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR GAMBAR... xi BAB I PENDAHULUAN... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V PENUTUP. penelitian serta saran untuk penelitian selanjutnya dan implikasi bagi perbankan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi

BAB I PENDAHUUAN. Indonesia, sebagai negara dengan bank sebagai basis financial intermediary,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perolehan sampel dan data tentang Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal ini adalah sebagai media perantara keuangan atau financial

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya pertumbuhan ekonomi suatu negara (Dietrich dkk, 2014). Dimana Bank

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi

yang mampu mempunyai profitabilitas yang memadai.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memberikan kredit dan jasa-jasa. Adapun pemberian kredit itu dilakukan baik

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENTABILITAS (ROA) PADA PT BPR DI KABUPATEN SEMARANG

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu 2.1.1. Lusia Estine Martin, Saryadi, dan Andi Wijayanto (2014) Lusia Estine Martin, Saryadi, dan Andi Wijayanto melakukan penelitian ini dengan tujuan untuk menganalisis pengaruh CAR, LDR, NPL, ROA, NIM, dan BOPO terhadap Pemberian Kredit pada PD. BPR BKK Pati Kota Periode 2007-2012. Analisis rasio keuangan seperti CAR, LDR, NPL, ROA, NIM dan BOPO merupakan alternatif untuk menguji apakah rasio-rasio keuangan tersebut dapat digunakan untuk melakukan prediksi terhadap pemberian kredit masa mendatang. Data yang digunakan adalah data sekunder dari Laporan Keuangan triwulan yang diterbitkan oleh PD. BPR BKK Pati Kota. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linear. Berdasarkan hasil regresi linear berganda, penelitian ini menyimpulkan bahwa CAR, LDR, dan BOPO berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemberian kredit. Sementara itu NPL dan ROA berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pemberian kredit, sedangkan NIM berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pemberian kredit. Perbedaan, penelitian sebelumnya menggunakan analisis rasio CAR, BOPO dan ROA untuk menganalisis pengaruh rasio keuangan terhadap pemberian kredit periode 2007-2012 sedangkan penelitian ini tidak menggunakan rasio tersebut dan menguji 9

10 rasio NIM, LDR, dan pemberian kredit terhadap NPL periode 2008-2013. Persamaan, kedua penelitian sama-sama menguji perusahaan perbankan dan menganalisis tentang pemberian kredit. 2.1.2. I Wayan Suwendra dan I Ketut Suwarna (2014) Penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh temuan eksplanatif yang teruji tentang pengaruh secara simultan CAR, LDR, dan bank size terhadap NPL pada lembaga perbankan yang terdaftar di BEI dari tahun 2011-2012. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini menggunakan metode dokumentasi serta analisis yang digunakan adalah analisi regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa CAR, LDR, dan bank size secara simultan berpengaruh signifikan NPL, CAR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap NPL, LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap NPL, dan Bank Size berpengaruh positif terhadap dan signifikan terhadap NPL Lembaga Perbankan yang terdaftar di BEI. Persamaan penelitian saat ini dengan penelitian tedahulu adalah menggunakan variabel yang sama yaitu Non Performing Loan sebagai variabel dependen dan Loan to Deposit Ratio sebagai variabel independen. Sedangkan perbedaan adalah penelitian sebelunya memakai Bank Size sebagai variabel independen dan kurun waktu yang singkat yakni dari tahun 2011-2012 sedangkan penelitian ini menggunakan tahun 2010-2013.

11 2.1.3. Anin Diyanti (2012) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi Non Performing Loan dan faktor-faktor yang digunakan sebagai variabel independen adalah Bank Size, Loan Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, GDP, dan Inflasi. Penelitian ini menggunakan purposive sampling, yang dimana sampel yang digunakan adalah 28 bank umum konvensional di Indonesia. Tahun yang digunakan dalam penelititan ini adalah 2008-2011. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda. Kesimpulan dari penelitian ini, bahwa Bank Size, Capital Adequacy Ratio, GDP, dan inflasi memilki pengaruh yang signifikan terhadap Non Performing Loan, sedangkan Loan to Deposit Ratio tidak berpengaruh terhadap Non performing Loan. Persamaan penelitian yang dilakukan peneliti sebelumnya dengan peneliti sekarang adalah menggunakan variabel yang sama yaitu variabel Non Performing Loan sebagai variabel dependen dan Loan to Deposit Ratio sebagai variabel independen. Perbedaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu yaitu penelitian sekarang tidak menggunakan Bank size, GDP, dan Inflasi sebagai variabel independen. 2.1.4. Shahbaz Haneef, Tabassum Riaz, etc (2012) Shahbaz Haneef, Tabassum Riaz, dkk melakukan penelitian ini dengan tujuan untuk mengetahui dampak dari manajemen resiko pada Non Performing Loan dan profitabilitas sektor perbankan di Pakistan. Data diambil dari lima bank dan penelitian ini menggunakan penelitian sekunder. Pada penelitian ini, manajemen

12 resiko mencakup Market Risk, Credit Risk, Liquidity Risk, and Operational Risk. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada mekanisme yang tepat untuk manajemen resiko pada sektor perbankan di Pakistan. Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa Non Performing Loans meningkat karena kurangnya manajemen resiko yang mengancam profitabilitas bank. Persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian sekarang adalah menggunakan Non Performing Loans sebagai variabel dependen, sedangkan perbedaan nya adalah pada penelitian sebelumnya menganalisis faktor-faktor manajemen resiko yang dapat mempengaruhi Non Performing Loans. 2.1.5. Dhian Andanarini Minar Savitri (2011) Dhian Andarini Minar Savitri melakukan penelitian ini dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh NPL, NIM, dan LDR terhadap Perubahan Laba pada Bank devisa dan Bank Non Devisa di Indonesia tahun 2006-2010. Sampel penelitian ini diambil dari 42 bank yang terbagi dalam 26 bank devisa asing dan 16 bank devisa non asing dengan metode purposive sampling. Data dianalisis oleh beberapa tes regresi yang sebelumnya dilakukan uji normalitas, asumsi klasik (multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas), pengujian hipotesis (uji T dan uji F) dan uji penentuan koefisien. Hasil yang diperoleh adalah NPL dan LDR tidak menunjukkan efek negatif yang signifikan dan perubahan pada pendapatan valuta asing di sistem perbankan dan bursa non-asing. Sedangkan NIM tidak menampilkan efek positif

13 yang signifikan terhadap pendapatan perubahan devisa dan non-bank asing. Perbedaan, penelitian sebelumnya menggunakan NPL, NIM, dan LDR sebagai variabel independen dan menggunakan bank non devisa asing sebagai sampel penelitian. Persamaan, kedua penelitian sama-sama menguji pengaruh LDR dan menguji perusahaan perbankan. 2.2. Landasan Teori 2.2.1. Teori Basel II menurut Basel Committee on Banking Supervision Dalam rangka memahami pengaruh Loan to Deposit Ratio terhadap Non Performing Loan (NPL) dengan Manajemen Aset Perusahaan sebagai variabel pemoderasi, maka penulis menggunakan konsep Teori Basel II. Menurut Teori Basel II, risiko kredit merupakan risiko kerugian yang berhubungan dengan kemungkinan suatu pihak lawan transaksi akan gagal untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya ketika jatuh tempo. Kredit adalah penyediaan uang yang berdasarkan atas kesepakatan antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi setelah jangka waktu yang telah ditentukan dengan pemberian bunga. Kegiatan utama dari bank sendiri yaitu menyalurkan dana berupa kredit kepada debitur, karena itu bank sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya kredit yang disalurkan untuk memenuhi kebutuhan operasional dan memperoleh keuntungan. Bank sebagai lembaga intermediasi keuangan dalam menyalurkan kredit wajib memperhatikan kualitas

14 kredit seperti persyaratan pembayaran bunga agar kualitas kredit yang disalurkan semakin layak. Alangkah baiknya untuk selalu diingat bahwa perubahan penggolongan kredit dari kredit lancar menjadi kredit bermasalah (NPL) adalah secara bertahap melalui proses penurunan kualitas kredit. Perubahan status menjadi kredit bermasalah berdasarkan pada ketepatan waktu atas pembayaran bunga untuk pihak penabung dan pengembalian pokok pinjaman dari pihak peminjam. Tanggung jawab pihak bank untuk perubahan status tersebut adalah mengambil kebijakan-kebijakan kredit yang tertera pada poin prinsip Basel II tersebut. Kebijakan yang dapat diambil oleh pihak bank yaitu : 1. Penetapan suku bunga kredit, 2. Jangka waktu pembayaran/pelunasan, 3. Jenis-jenis kredit yang disediakan agar dapat dikelola dengan baik. Jangka waktu yang diberikan dalam hal ini bisa dikategorikan untuk perputaran dana yang dilakukan oleh bank untuk mendapatkan keuntungan. Dimana Basel II bertujuan meningkatkan ketahanan dan kesehatan sistem keuangan dengan menitikberatkan pada perhitungan permodalan berbasis risiko, supervisory review process, dan market disicpline.. Secara umum kerangka basel II terdiri dari tiga pilar, yaitu Pilar 1: Kecukupan modal minimum (minimum Capital requirements); Pilar 2 : proses review oleh pengawas (supervisory review process); dan Pilar 3 : disiplin pasar (market discipline).

15 Pilar 1. Kebutuhan Modal Minimum (Minimum Capital Requirements) menetapkan persyaratan modal minimum yang dikaitkan dengan risiko kredit (credit risk), risiko pasar (market risk) dan risiko operasional (operational risk). Pilar 2. Proses Review Pengawasan (Supervisory Review process) mensyaratkan adanya proses review yang dilakukan oleh pengawas untuk memastikan bahwa modal bank telah memadai untuk menutup risiko bank secara utuh. Pilar 3 Displin Pasar (Market Disclipine) berfungsi untuk melengkapi dua pilar yang dijelaskan sebelumnya, pilar 3 Basel II menetapkan persyaratan pengungkapan yang memungkinkan pelaku pasar untuk menilai informasi-informasi utama mengenai eksposur risiko, proses pengukuran risiko dan kecukupan modal bank. 2.2.2. Pengertian Non Performing Loan (NPL) Salah satu fungsi bank adalah menyalurkan dana pihak ketiga ke dalam bentuk kredit. Dalam menjalankan fungsi tersebut melekat suatu resiko yang biasa disebut dengan istilah resiko kredit, resiko kredit dapat diartikan sebagai resiko kegagalan counterparty dalam memenuhi kewajibannya. Kredit bermasalah (non performing loan) adalah suatu keadaan dimana nasabah sudah tidak sanggup membayar sebagian atau seluruh kewajibannya kepada bank seperti yang telah diperjanjikannya, Non Performing Loan juga merupakan rasio untuk mengukur kemampuan suatu bank dalam menjaga resiko kegagalan pengembalian suatu kredit oleh debitur. Kredit bermasalah menurut ketentuan Bank Indonesia merupakan kredit yang digolongkan ke dalam kolektibilitas Kurang Lancar (KL), Diragukan (D), dan

16 Macet (M). Non Performing Loan mencerminkan resiko kredit, semakin kecil Non Performing Loan maka akan semakin pula resiko kredit yang akan ditanggung oleh pihak bank. Agar nilai bank terhadap rasio ini baik, maka sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia nomor 15/ 2/ PBI/ 2013 pasal 4 ayat 2 yang berbunyi rasio kredit bermasalah (non performing loan) secara neto harus kurang dari dari 5% dari total kredit menetapkan kriteria ukuran rasio Non Performing Loan net harus dibawah 5%. Hal tersebut sesuai dengan SE No.6/ 23/ DPNP pada tanggal 31 Mei 2004 dimana besaran rasio Non Performing Loan dapat dihitung dengan rumus: 2.2.3. Pengertian Loan to Deposit Ratio (LDR) Loan to Deposit Ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur dan mengetahui sejauh mana kemampuan suatu bank dalam membiayai kembali penarikan dana yang dilakukan debitur dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Seperti halnya dengan perusahaan secara umum, bank juga mengukur rasio likuiditasnya, hanya saja bank tidak menggunakan acid test ratio ataupun current ratio tetapi menggunakan rasio Loan to Deposit Ratio. Rasio Loan to Deposit Ratio menunjukan penilaian likuiditas bank dan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

17 Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar. 2.2.4. Pengertian Manajemen Aset Perusahaan Manajemen aktiva dilakukan untuk memenuhi keinginan bank dalam meminimalkan biaya dananya, memenuhi likuiditas, memenuhi komitmen loannya dan menyikapi regulasi perbankan. Manajemen aset diukur dengan menggunakan nilai total loan terhadap total asset atau disebut Asset Management Companies (AMC). Rasio AMC di Indonesia dikenal dengan nama rasio Loan Asset Ratio. Loan to Assets Ratio digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi permintaan kredit melalui jaminan sejumlah assets yang dimiliki. Rumus yang digunakan adalah :

18 2.3. Pengaruh Variabel Independen terhadap Variabel Dependen 2.3.1. Pengaruh Loan to Deposit Ratio terhadap Non Performing Loan Rasio LDR ini menyatakan seberapa jauh kemampuan suatu bank dalam membayar kembali penarikan yang dilakukan peminjam dana dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio ini semakin rendah pula kemampuan likuiditas bank. Rasio LDR yang tinggi menunjukkan bahwa suatu bank meminjamkan seluruh dananya (loan-up) atau reatif tidak likuid (illiquid). Sebaliknya rasio LDR yang rendah menunjukkan bank yang likuid dengan kelebihan kapasitas dana yang siap dipinjamkan. Semakin besar dana yang diberikan untuk kredit maka bank tersebut berpotensi mengalami kenaikan rasio Non Performing Loan. Dari kesimpulan diatas, maka dapat diambil hipotesis sebagai berikut : Hipotesis 1 : Loan to Deposit Ratio mempunyai pengaruh positif terhadap Non Performing Loan 2.3.2. Hubungan Manajemen Aset Ratio Memoderasi Loan to Deposit Ratio terhadap Non Perfoming Loan Manajemen aktiva dilakukan untuk memenuhi keinginan bank dalam meminimalkan biaya dananya, memenuhi likuiditas, memenuhi komitmen loannya dan menyikapi regulasi perbankan. Kredit yang diberikan oleh bank dengan jaminan agunan berupa aktiva tetap atau aktiva tidak bergerak seperti tanah dan gedung atau aktiva bergerak seperti barang dagangan dan sejenisnya akan memberikan jaminan lancarnya pengembalian dari peminjam karena peminjam akan terikat untuk

19 mengangsur atau melunasi pinjamannya, jika dibandingkan dengan kredit tanpa agunan. Semakin tinggi loan to asset ratio maka tingkat likuiditasnya rendah karena jumlah aset yang diperlukan untuk membiayai kreditnya makin besar. Besarnya jumlah kredit yang disalurkan akan menentukan keuntungan bank. Jika bank tidak mampu menyalurkan kredit sementara dana yang terhimpun banyak maka akan menyebabkan bank tersebut rugi. Dari kesimpulan diatas, maka dapat diambil hipotesis sebagai berikut : Hipotesis 2: Manajemen Aset Perusahaan memoderasi pengaruh Loan to Deposit Ratio terhadap Non Performing Loan 2.4. Kerangka Pikir Manajemen Aset Perusahaan Loan to Deposit Ratio Non Performing Loan

20 2.5. Hipotesis Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian dan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka penulis mengemukakan hipotesis sebagai berikut : H1 : Loan to Deposit Ratio berpengaruh terhadap Non Performing Loan H2 : Loan to Deposit Ratio mempengaruhi Non Performing Loan dengan dimoderasi oleh Manajemen Aset Perusahaan