BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
2.2. Definisi Produk Makanan dan Minuman Olahan

ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR MUTIARA INDONESIA OLEH FITRI KARLINDA H

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS POTENSI EKSPOR PRODUK MAKANAN DAN MINUMAN OLAHAN INDONESIA DI PASAR NON-TRADISIONAL ASIA OLEH MARIA ULFAH H

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN. investasi yang dilakukan oleh pihak korporasi (perusahaan).

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

III KERANGKA PEMIKIRAN

KATA PENGANTAR. Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

BAB III METODE PENELITIAN. yang mempengaruhi aliran ekspor Surakarta ke Negara tujuan utama ekspor.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Metode Pengumpulan Data

ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI ALIRAN EKSPOR NENAS INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI ALIRAN EKSPOR MANGGA INDONESIA KE NEGARA TUJUAN DESTIA HARUM

III. KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR KOPI INDONESIA KE NEGARA TUJUAN EKSPOR MELISA ANANDA SAMOSIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

III. METODELOGI PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kuantitatif.

VI ANALISIS EKSPOR KEPITING INDONESIA

BAB III METODE PENELITIAN. Association of South East Asian Nation (ASEAN), yaitu Kamboja, Indonesia,

IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR KERTAS INDONESIA: SEBELUM DAN SESUDAH ASEAN-CHINA FREE TRADE AREA (ACFTA) INDAH RIZKI ANUGRAH

BAB III METODE PENELITIAN. tahun mencakup wilayah kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Timur.

ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA TAHUN JURNAL

BAB III METODE PENELITIAN Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data. merupakan data sekunder yang bersumber dari data yang dipublikasi oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Daerah) di seluruh wilayah Kabupaten/Kota Eks-Karesidenan Pekalongan

ANALISIS KINERJA EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) INDONESIA KE AMERIKA LATIN PERIODE TAHUN 2009 SAMPAI 2013 NAUFAL ANHAR

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB III MODEL REGRESI DATA PANEL. Pada bab ini akan dikemukakan dua pendekatan dari model regresi data

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder bersifat runtun waktu (time series)

BAB III METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu pada karet remah (crumb

BAB I PENDAHULUAN. Peramalan merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam

BAB III METODE PENELITIAN. minimum sebagai variabel independen (X), dan indeks pembangunan manusia

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder bersifat runtun waktu (time series)

DAYA SAING DAN PERMINTAAN EKSPOR PRODUK BIOFARMAKA INDONESIA DI NEGARA TUJUAN UTAMA PERIODE ABSTRACT

IV METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data

III. METODE PENELITIAN. dari Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan Kementrian Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita diharapkan masalah-masalah seperti pengangguran, kemiskinan, dan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari kegiatan perdagangan antar negara. Perdagangan antar negara

POSISI DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR PAKAIAN JADI INDONESIA KE NEGARA TUJUAN UTAMA TAHUN NADILA LISTIANINGRUM

BAB V ALIRAN PERDAGANGAN, KONDISI TARIF DAN PERFORMA EKSPOR INDONESIA DI PASAR ASEAN PLUS THREE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR BAN INDONESIA KE KAWASAN AMERIKA LATIN MIA AYU WARDANI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR MUTIARA INDONESIA OLEH: AINUR SUKMAWATI H

III. METODE PENELITIAN. yang terdiri dari data time series tahunan ( ). Data sekunder diperoleh

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa

ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI ALIRAN EKSPOR PALA INDONESIA DYAH PRAMITA RAHARTI

BAB III METODE PENELITIAN. untuk menganalisis pengaruh PMDN dan Tenaga Kerja terhadap Produk

BAB I PENDAHULUAN. perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan

METODE PENELITIAN. terhadap tingkat kemiskinan kabupaten/kota di Provinsi Lampung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang lain, baik mengenai barang ataupun jasa-jasa. Adapun subyek

IV. METODE PENELITIAN

POSISI DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR OTOMOTIF INDONESIA KE NEGARA TUJUAN UTAMA TAHUN ANNISA SAFITRI

V. HASIL DAN ANALISIS

METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Sumber Data

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Nilai Tukar ( Exchange Rate

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. mengenai hasil dari uji statistik yang terdiri dari uji F, uji t, dan uji R-squared.

DAYA SAING DAN DETERMINAN EKSPOR UDANG BEKU INDONESIA DI NEGARA TUJUAN EKSPOR ISTI RAHMADHANI GUNAWAN

BAB I PENDAHULUAN. nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Jawa Periode tahun karena di Pulau Jawa termasuk pusat pemerintahan

III. METODE PENELITIAN. berupa data panel terdiri dari dua bagian yaitu : (1) time series dan (2) cross

BAB III METODE PENELITIAN. Kab/Kota di 6 Provinsi Pulau Jawa Periode tahun , peneliti mengambil

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. mengetahui pengaruh belanja daerah, tenaga kerja, dan indeks pembangunan

III. KERANGKA PEMIKIRAN. ekonomi internasional (ekspor dan impor) yang meliputi perdagangan dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. series dan (2) cross section. Data time series yang digunakan adalah data tahunan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rajungan yang diekspor Indonesia. Penelitian daya saing komoditas perikanan

3. METODE. Kerangka Pemikiran

III. METODE PENELITIAN. Thailand, India, Vietnam, Malaysia, China, Philipines, Netherlands, USA, dan Australia 9 2 Kentang (HS )

BAB III METODE PENELITIAN. 2002). Penelitian ini dilakukan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan. Karena adanya kebutuhan ini, maka

BAB III METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan

III METODE PENELITIAN. Didalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif kuantitatif

BAB III METODELOGI PENELTIAN. Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Jawa Timur,

IV. METODE PENELITIAN

Transkripsi:

8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Dalam perdagangan domestik para pelaku ekonomi bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari aktivitas ekonomi yang dilakukannya. Demikian halnya dengan perdagangan internasional. Setiap negara yang melakukan perdagangan bertujuan mencari keuntungan dari perdagangan tersebut. Selain motif mencari keuntungan, Krugman (2003) mengungkapkan bahwa alasan utama terjadinya perdagangan internasional: 1. Negara-negara berdagang karena mereka berbeda satu sama lain. 2. Negara-negara melakukan perdagangan dengan tujuan untuk mencapai skala ekonomi (economic of scale). Suatu kegiatan perdagangan internasional terjadi ditandai dengan adanya kegiatan ekspor dan impor atau pertukaran komoditi antar dua negara atau lebih. Kegiatan ini dapat terjadi karena adanya perbedaan permintaan dan penawaran serta adanya perbedaan tingkat harga antar negara-negara tersebut. Secara grafis kegiatan perdagangan internasional dapat dijelaskan melalui gambar berikut: Sumber: Dominick Salvatore, 1997 Gambar 2.1 Proses Terjadinya Perdagangan Internasional Keterangan: Kiri Kanan : Negara A, berperan sebagai negara pengekspor : Negara B, berperan sebagai negara pengimpor Tengah : Pasar Internasional

9 Pa : Harga domestik barang di negara A tanpa perdagangan internasional O Qa : Jumlah produksi barang di negara B tanpa perdagangan internasional Pb : Harga domestik barang di negara B tanpa perdagangan internasional O Qb : Jumlah produksi domestik barang di negara B tanpa perdagangan internasional EA : Keseimbangan antara permintaan dan penawaran barang di negara A tanpa perdagangan internasional EB : Keseimbangan antara permintaan dan penawaran barang di negara B tanpa perdagangan internasional P1 : Harga barang yang terjadi di pasar internasional setelah kedua negara sepakat untuk melakukan kegiatan ekspor impor Q1 : Jumlah barang yang diproduksi atau jumlah barang yang tersedia di pasar internasional setelah kedua negara sepakat untuk melakukan kegiatan ekspor impor Berdasarkan Gambar 2.1, diumpamakan bahwa komoditi yang akan digunakan untuk perdagangan internasional adalah komoditi mutiara. Grafik diatas menjelaskan bahwa sebelum terjadi proses perdagangan internasional, harga di negara A (negara pengekspor) adalah sebesar Pa, sedangkan harga di negara B (negara pengimpor) adalah sebesar Pb. Sebelum terjadi proses perdagangan internasional jumlah produksi mutiara di negara A adalah sebesar O- Qa, sedangkan jumlah produksi mutiara di negara B adalah sebesar O Qb. Apabila harga di negara B adalah sebesar Pa maka hal ini akan menyebabkan terjadinya kondisi kelebihan permintaan (excess demand), sedangkan apabila harga di negara A adalah sebesar Pb maka hal ini akan menyebabkan terjadinya kondisi kelebihan penawaran (excess supply). Pertemuan antara kondisi excess demand dan excess supply inilah yang nantinya akan membentuk harga di pasar internasional yang disepakati oleh kedua negara tersebut. Dalam hal ini negara A akan mengekspor ke negara B, sedangkan negara B akan mengimpor dari negara A. Sehingga dengan demikian terjadilah proses perdagangan internasional. 2.2 Konsep Daya Saing Daya saing merupakan kemampuan suatu komoditi untuk memasuki pasar luar negeri dan kemampuan untuk dapat bertahan di dalam pasar tersebut, dalam

10 artian jika suatu produk mempunyai daya saing maka produk tersebutlah yang banyak diminati konsumen (Tambunan, 2001). Pendekatan yang sering digunakan sebagai indikator untuk mengukur daya saing suatu komoditi, yaitu keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif. 2.2.1 Teori Keunggulan Komparatif Teori keunggulan komparatif (theory of comparative advantage) merupakan teori yang dikemukakan oleh David Ricardo. Dalam teori ini, Ricardo menyatakan bahwa perdagangan internasional terjadi bila ada perbedaan keunggulan komparatif antarnegara. Keunggulan komparatif akan tercapai jika suatu negara mampu memproduksi barang dan jasa lebih banyak dengan biaya yang lebih murah daripada negara lainnya. Hukum keunggulan komparatif (law of comparative advantage) menyatakan bahwa perdagangan dapat dilakukan oleh negara yang tidak memiliki keunggulan absolut pada kedua komoditi yang diperdagangkan dengan melakukan spesialisasi produk yang kerugian absolutnya lebih kecil atau memiliki keunggulan komparatif. Keunggulan komparatif tersebut dibedakan atas cost comparative advantage (labor efficiency) dan production comparative advantage (labor productivity). Menurut teori cost comparative advantage (labor efficiency), suatu negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional jika melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang di mana negara tersebut dapat berproduksi lebih efisien serta mengimpor barang di mana negara tersebut berproduksi relatif kurang atau tidak efisien. Sementara itu, pada production comparative advantage (labor productivity) dapat dikatakan bahwa suatu negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional jika melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang di mana negara tersebut berproduksi lebih produktif serta mengimpor barang di mana negara tersebut berproduksi relatif kurang atau tidak produktif. Dengan kata lain, cost comparative menekankan bahwa keunggulan komparatif akan tercapai jika suatu negara memproduksi suatu barang yang membutuhkan sedikit jumlah jam tenaga kerja dibandingkan negara lain sehingga terjadi efisiensi produksi. Sedangkan production comparative menekankan bahwa keunggulan komparatif akan tercapai

11 jika seorang tenaga kerja di suatu negara dapat memproduksi lebih banyak suatu barang atau jasa dibandingkan negara lain sehingga tidak memerlukan tenaga kerja yang lebih banyak. Dengan demikian keuntungan perdagangan diperoleh jika negara melakukan spesialisasi pada barang yang memiliki cost comparative advantage dan production advantage atau dengan mengekspor barang yang keunggulan komparatifnya tinggi dan mengimpor barang yang keunggulan komparatifnya rendah (Firdaus, 2011). Dengan kata lain, dalam teori keunggulan komparatif, suatu bangsa dapat meningkatkan standar kehidupan dan pendapatannya jika negara tersebut melakukan spesialisasi produksi barang dan jasa yang memiliki produktivitas dan efisiensi tinggi. 2.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif Keunggulan kompetitif adalah keunggulan yang dimiliki oleh suatu negara untuk dapat bersaing di pasar internasional. Berbeda dengan konsep keunggulan komparatif yang menyatakan bahwa suatu negara tidak perlu menghasilkan suatu produk apabila produk tersebut telah dapat dihasilkan oleh negara lain dengan lebih baik, unggul, dan efisien secara alami, konsep keunggulan kompetitif adalah sebuah konsep yang menyatakan bahwa kondisi alami tidaklah perlu untuk dijadikan penghambat karena keunggulan pada dasarnya dapat diperjuangkan dan dikompetisikan dengan berbagai perjuangan atau usaha. Keunggulan suatu negara bergantung pada kemampuan perusahaan-perusahaan di dalam negara tersebut untuk berkompetisi dalam menghasilkan produk yang dapat bersaing di pasar (Porter, 1990). 2.3 Teori Revealed Comparative Advantage (RCA) Revealed Comparative Advantage (RCA) digunakan untuk menganalisis keunggulan komparatif suatu komoditi dalam suatu negara. RCA merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mengukur kinerja ekspor suatu komoditi dari suatu negara dengan mengevaluasi peranan ekspor komoditi tertentu dalam ekspor total suatu negara dibandingkan dengan pangsa komoditi tersebut dalam perdagangan dunia. Konsep RCA ini pertama kali diperkenalkan oleh Ballasa pada tahun 1965, yang menganggap bahwa keunggulan komparatif suatu negara direfleksikan atau terungkap dalam ekspornya. Pada saat itu, konsep RCA banyak digunakan dalam laporan penelitian dan studi empiris yang dijadikan sebagai

12 indikator keunggulan komparatif suatu produk dan dipergunakan sebagai acuan spesialisasi perdagangan internasional. Dari nilai RCA dapat diketahui bagaimana daya saing suatu produk apakah daya saingnya rendah atau tinggi. Jika semakin tinggi nilai RCA, berarti daya saingnya semakin tinggi, dan sebaliknya. Batasan nilai daya saing, yaitu: RCA > 1 = daya saing tinggi RCA< 1 = daya saing rendah 2.4 Teori Export Product Dynamics (EPD) Untuk mengetahui posisi pangsa pasar dapat dilakukan menggunakan alat analisis Export Product Dynamics (EPD) berdasarkan dua indikator utama, yaitu peningkatan pangsa pasar ekspor negara dan peningkatan pangsa pasar produk. Melalui analisis ini diperoleh empat posisi pangsa pasar yang berbeda, yaitu: - Rising Star: terjadi peningkatan pangsa pasar ekspor negara dan pangsa pasar produk tertentu di perdagangan dunia. - Lost Opportunity: terjadi penurunan pangsa pasar ekspor negara, tapi terjadi peningkatan pangsa pasar produk tertentu di perdagangan dunia. - Falling Star: terjadi peningkatan pangsa pasar ekspor negara, tapi terjadi penurunan pangsa produk tertentu di perdagangan dunia. - Retreat: terjadi penurunan pangsa pasar ekspor negara dan pangsa pasar produk tertentu di perdagangan dunia. 2.5 Konsep Gravity Model Gravity Model adalah model yang digunakan untuk menganalisis faktorfaktor ekonomi yang memengaruhi perdagangan antara dua negara. Model yang dibentuk berdasarkan hukum gravitasi Newton ini diaplikasikan untuk menganalisis terjadinya aliran perdagangan antar negara. Selain aplikasi dalam aliran perdagangan, model ini juga diaplikasikan dalam ilmu sosial lainnya seperti transportasi dan perpindahan penduduk antar kota bahkan benua. Model ini telah sukses secara empiris dalam menjelaskan terjadinya arus perdagangan antar negara, tetapi alasan yang diterima secara teoritis masih diperdebatkan. Menurut model ini, barang ekspor dari negara i ke negara j diterangkan oleh ukuran ekonomi masing-masing negara (GDP), populasi masing-masing negara, dan jarak antar negara (Bergstrand, 1985 dalam Setyo, 2009).

13 Gravity Model pertama kali digunakan oleh Tinberger pada tahun 1962 dan Ponyohen pada tahun 1963 untuk menganalisis aliran perdagangan antara negara-negara Eropa. Kemudian model ini dikembangkan oleh Bergstrand pada tahun 1985 yang menerapkan bahwa model gravitasi ini tidak hanya digunakan untuk menganalisis perdagangan secara agregat, tetapi dapat diterapkan terhadap aliran perdagangan suatu komoditas. Perumusan gravity model ini diadopsi dari persamaan umum Gravitasi Newton dalam bidang ilmu fisika yang menyatakan bahwa Interaksi antara dua objek adalah sebanding dengan massanya dan berbanding terbalik dengan jarak masing-masing. Pernyataan tersebut teraplikasi dalam rumus sebagai berikut: F ij = G x M i x M j D ij Di mana: F = Volume interaksi antardua negara (aliran perdagangan bilateral) M = Ukuran ekonomi untuk kedua negara D = Jarak ekonomi kedua negara G = Konstanta Kemudian dengan menggunakan persamaan logaritma, persamaan tersebut diubah kedalam bentuk linear untuk analisis ekonometrik yang selanjutnya menjadi bentuk umum dari gravity model. Dalam hal ini, konstanta G diubah menjadi bagian dari β 0 dan digunakan GDP sebagai ukuran ekonomi untuk kedua negara. Log (Aliran perdagangan bilateral) = β 0 + β 1 log (GDP negara 1) + β 2 log (GDP negara 2) + β 3 log (Jarak) + ε Dengan demikian, rumus umum dari gravity model menurut Bergstrand (1985), Koo, et al (1994) dalam Oktaviani (2000) sebagai berikut: T ij = f (Y i, Y j, F ij ) Keterangan: T ij Y i Y j = Nilai aliran perdagangan dari negara i ke negara j = Gross Domestic Product negara i = Gross Domestic Product negara j

14 F ij = Faktor-faktor lain yang mempengarhi perdagangan antara negara i dengan negara j Pada dasarnya, model gravitasi ini menjelaskan perdagangan berdasarkan jarak antar negara dan interaksi antara besarnya ukuran perekonomian (GDP dan populasi) antar negara. Aliran perdagangan antar negara ditentukan oleh: 1. Variabel-variabel yang mewakili total permintaan potensi negara pengimpor. 2. Variabel-variabel indikator total penawaran potensial negara pengekspor. 3. Variabel-variabel pendukung atau penghambat aliran perdagangan antara negara pengimpor dan negara pengekspor. Pada penerapan konsep gravity model ini, variabel yang mewakili total permintaan potensial negara pengimpor dapat digambarkan dengan GDP negara importir sedangkan variabel indikator total penawaran potensial negara pengekspor dapat digambarkan dengan GDP negara pengekspor. Akan tetapi, dapat pula digunakan GDP per kapita sebagai pengganti variabel GDP. Sementara itu, variabel pendukung atau penghambat aliran perdagangan antara negara pengimpor dan negara pengekspor adalah adanya variabel jarak, harga ekspor komoditi dan nilai tukar (exchange rate) antar dua negara. 1. GDP Per Kapita GDP per kapita merupakan ukuran berapa banyak perolehan pendapatan setiap individu dalam perekonomian. Untuk mengetahui kemampuan daya beli negara tujuan ekspor terhadap produk yang diekspor digunakan variabel GDP per kapita riil sebab pada GDP per kapita riil memperhatikan adanya pengaruh dari harga, sedangkan GDP per kapita nominal merupakan nilai GDP yang tidak memperhatikan adanya pengaruh dari harga. Dengan demikian, tingkat konsumsi atau kemampuan daya beli suatu negara atas suatu komoditi dapat diukur dari pendapatan per kapita riil suatu negara. Jika pendapatan per kapita suatu negara dinilai cukup tinggi, maka dapat dikatakan suatu negara tersebut merupakan pasar potensial bagi pemasaran suatu komoditi ataupun produk tertentu. 2. Nilai Tukar Nilai tukar (exchange rate) atau kurs diantara dua negara adalah harga di mana penduduk kedua negara saling melakukan perdagangan. Nilai tukar yang

15 digunakan pada pemodelan gravity model ini adalah nilai tukar riil yang merupakan nilai tukar nominal yang sudah dikoreksi dengan harga relatif, yaitu harga-harga di dalam negeri dibandingkan dengan harga-harga di luar negeri. IHK AS Nilai Tukar Riil = Nilai Tukar Nominal x IHK negara tujuan ekspor Kondisi nilai tukar seperti terapresiasinya mata uang domestik negara tujuan ekspor terhadap Dollar Amerika membuat harga suatu produk relatif lebih murah. Hal ini mendorong terjadinya peningkatan nilai impor dari negara tujuan karena negara tujuan membutuhkan sedikit uang untuk membeli barang impor. 3. Populasi Jumlah penduduk menjadi salah satu faktor penentu dalam permintaan ekspor. Semakin banyaknya jumlah penduduk suatu negara, maka semakin banyak juga permintaan negara tersebut terhadap suatu barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya (cateris paribus). Kenaikan jumlah penduduk akan menggeser kurva permintaan ke kanan atas dan memperlihatkan bahwa dengan naiknya jumlah penduduk maka jumlah komoditi yang diminta pada setiap tingkat harga akan lebih banyak (Lipsey, 1995). 4. Jarak Ekonomi Jarak adalah faktor geografi yang menjadi variabel utama dalam gravity model untuk analisis aliran perdagangan bilateral. Variabel jarak ini merupakan indikasi dari biaya transportasi yang dihadapi oleh suatu negara dalam melakukan ekspor. Semakin jauh jarak, semakin besar biaya transportasi dan semakin rendah nilai ekspornya. Jika biaya transportasi terlalu mahal maka nilai perdagangan akan menurun bersamaan dengan penurunan keuntungan. Adapun jarak yang digunakan adalah jarak ekonomi dengan perhitungan sebagai berikut: n Jarak geografis antar negara X 1 GDP negara j Jarak Ekonomi = GDP negara j 2.6 Teori Model Data Panel Metode data panel merupakan model ekonometrika yang menggabungkan informasi yang diperoleh dari data time series dan data cross section. Penggunaan data panel ini memiliki dua keuntungan (Firdaus, 2011), diantaranya:

16 1. Jumlah observasi menjadi lebih besar. Marginal effect dari peubah penjelas dilihat dari dua dimensi (individu dan waktu) sehingga parameter yang diestimasi akan lebih akurat dibandingkan dengan model lain. Secara teknis menurut Hsiao (2004), data panel dapat memberikan data yang informatif, mengurangi kolinearitas antarpeubah serta meningkatkan derajat kebebasan yang artinya meningkatkan efisiensi. 2. Keuntungan yang lebih penting dari penggunaan data panel adalah mengurangi masalah identifikasi. Data panel lebih baik dalam mengidentifikasi dan mengukur efek yang secara sederhana tidak dapat diatasi dalam data cross section saja atau time series saja. Data panel mampu mengontrol heterogenitas individu. Dengan metode ini estimasi yang dilakukan dapat secara eksplisit memasukkan unsur heterogenitas individu. Data panel juga lebih baik untuk studi dynamics of adjustment. Hal ini berkaitan dengan observasi pada cross section yang sama secara berulang, sehingga data panel lebih baik dalam mempelajari perubahan dinamis. Dalam analisis data panel, terdapat tiga pendekatan yang terdiri dari pendekatan kuadrat terkecil (pooled least squre), model efek tetap (fixed effects model), dan model efek acak (random effects model). Pada pendekatan Fixed Effects Model (FEM) dan Random Effects Model (REM) dibedakan berdasarkan ada atau tidaknya korelasi antara komponen error dengan peubah bebas (regresor). Misalkan: y it = α i + X it β + ε it Pada one way error components model, komponen error dispesifikasikan dalam bentuk: ε it = λ i + u it Untuk two way error components model, komponen error dispesifikasikan dalam bentuk: ε it = λ i +µ t + u it Pada pendekatan one way, error term hanya memasukkan komponen error yang merupakan efek dari individu (λ i ). Pada two way, dimasukkan efek dari waktu (µ t ) ke dalam komponen error. Jadi perbedaan antara FEM dan REM terletak pada ada atau tidaknya korelasi antara λ i dan µ t dengan X it.

17 1. Pooled Least Square (PLS) Pada prinsipnya, pendekatan ini menggunakan gabungan dari seluruh data (pooled), sehingga terdapat N x T observasi, di mana N menunjukkan jumlah unit cross section dan T menunjukkan jumlah time series yang digunakan. Model yang digunakan yaitu : y it = α i + X it β + u it Dengan mengumpulkan semua data cross section dan time series, dapat meningkatkan derajat kebebasan sehingga dapat memberikan hasil estimasi yang lebih efisien. Akan tetapi, pendekatan ini memiliki kelemahan yaitu dugaan parameter β akan bias. Hal ini ditunjukkan dari arah kemiringan PLS yang tidak sejajar dengan garis regresi dari masing-masing individu. Parameter yang bias ini disebabkan karena PLS tidak dapat membedakan observasi yang berbeda pada periode yang sama, atau tidak dapat membedakan observasi yang sama pada periode yang berbeda. 2. Fixed Effects Model (FEM) FEM muncul ketika antara efek individu dan peubah penjelas memiliki korelasi dengan X it atau memiliki pola yang sifatnya tidak acak. Asumsi ini membuat komponen error dari efek individu dan waktu dapat menjadi bagian dari intersep, yaitu: Untuk one way komponen error : y it = α i + λ i + X it β + u it Untuk two way komponen error : y it = α i + λ i + µ t + X it β + u it Penduga pada FEM dapat dihitung dengan teknik : Pooled Least Square (PLS), Within Group (WG), Least Square Dummy Variable (LSDV), Two Way Error Components Fixed Effect Model. 3. Random Effects Model (REM) REM muncul ketika antara efek individu dan regresor tidak ada korelasi. Asumsi ini membuat komponen error dari efek individu dan waktu dimasukkan ke dalam error. Untuk one way error component : y it = α i + X it β + u it + λ i Untuk two way error component : y it = α i + X it β + u it + λ i + μ t Terdapat dua jenis pendekatan yang digunakan untuk menghitung estimator REM, yaitu between estimator dan Generalized Least Square (GLS).

18 2.7 Tinjauan Penelitian Terdahulu 2.7.1 Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai mutiara Indonesia sudah pernah dilakukan sebelumnya. Pada penelitian mengenai analisis faktor-faktor yang memengaruhi permintaan ekspor mutiara Indonesia (Sukmawati, 2011) menggunakan dua analisis yaitu analisis deskriptif dan kuantitatif. Analisis deskriptif untuk menggambarkan kondisi perkembangan permintaan ekspor mutiara Indonesia dan metode kuantitatif digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi ekspor mutiara Indonesia. Model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan model regresi berganda dengan metode estimasi Pooled Least Square (PLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada taraf nyata sepuluh persen GDP per kapita negara importir, nilai tukar negara importir, harga ekspor mutiara ke negara tujuan secara signifikan berpengaruh terhadap permintaan ekspor mutiara Indonesia, sedangkan populasi negara importir tidak berpengaruh signifikan pada taraf nyata sepuluh persen terhadap permintaan ekspor mutiara Indonesia. Penelitian yang dilakukan oleh Saptanto (2011) mengenai Daya Saing Ekspor Produk Perikanan Indonesia di Lingkup ASEAN dan ASEAN-China menggunakan metode analisis Revealed Comparatif Advantage (RCA). Data yang digunakan adalah data dari tahun 2000 hingga 2008. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat ASEAN maupun ASEAN-China, produk Indonesia yang memiliki daya saing adalah produk dengan kode HS 03 (ikan, udangudangan, hewan lunak, invertebrata perairan), HS 710110 (mutiara dari alam yang belum diolah), HS 710121 (mutiara budidaya yang belum diolah), dan HS 121220 (rumput laut dan alga lainnya). Dari hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa Indonesia masih lemah dalam hal ekspor produk yang memiliki nilai tambah. Penelitian yang dilakukan oleh Hafni (2011) mengenai Analisis Daya Saing dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aliran Ekspor Pisang Indonesia menggunakan metode Revealed Comparatif Advantage (RCA), Export Product Dynamic (EPD), dan Intra-Industry Trade (IIT) untuk menganalisis daya saing komoditi selama periode 2005-2009 dan pendekatan gravity model untuk

19 menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi aliran ekspor pisang Indonesia ke negara tujuan dengan data panel berupa time series tahun 2001-2009 dan cross section enam negara tujuan ekspor: Jepang, Hongkong, Singapura, Malaysia, Arab Saudi, dan Amerika Serikat serta menggunakan analisis fixed effect. 2.7.2 Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan mengenai Analisis Daya Saing dan Faktor- Faktor yang Memengaruhi Permintaan Ekspor Mutiara Indonesia ini mempunyai beberapa perbedaan dengan penelitian-penelitian terdahulu. HS yang digunakan sama sampai dengan level enam digit, perbedaannya dalam penelitian ini HS yang digunakan tidak dibedakan, yaitu gabungan antara HS710110 (natural pearls) dan HS710121 (cultured pearls, unworked) dari tahun 1999 hingga 2011. Negara yang diteliti adalah negara Australia, Hongkong, dan Jepang di mana ketiga negara tersebut merupakan negara utama tujuan ekspor mutiara Indonesia. Untuk menganalisis faktor-faktor yang signifikan memengaruhi permintaan ekspor mutiara Indonesia digunakan analisis gravity model, yaitu dengan memasukkan jarak ekonomi ke dalam model. Selain itu, untuk menganalisis daya saingnya digunakan analisis RCA untuk mengukur keunggulan komparatif, sedangkan analisis EPD digunakan untuk menganalisis keunggulan kompetitifnya. 2.8 Kerangka Pemikiran Daya saing ekspor mutiara mengalami tren yang berfluktuatif setiap tahunnya. Selain itu, kualitas ekspor mutiara Indonesia yang diekspor masih bisa dikatakan rendah. Dibalik kelemahan ini, ternyata mutiara Indonesia sudah dikenal dan diminati oleh masyarakat luar negeri yang dikenal dengan nama South Sea Pearl (mutiara laut selatan) dan mutiara ini dijuluki The Queen of Pearls. Besarnya tingkat daya saing komoditi mutiara Indonesia diukur menggunakan Revealed Comparative Advantage (RCA) untuk mengukur keunggulan komparatifnya. Dapat dilihat apakah daya saing komoditi mutiara Indonesia memiliki daya saing yang rendah atau tinggi. Apabila daya saingnya rendah, maka pemerintah harus membuat kebijakan agar meningkatkan daya saingnya. Tidak hanya itu, selain melihat bagaimana keunggulan komparatif dengan menggunakan analisis RCA, juga dilakukan analisis untuk melihat

20 keunggulan kompetitif dengan analisis Export Product Dynamis (EPD). Lalu Gravity Model untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi permintaan ekspor mutiara Indonesia di pasar Internasional. Hal ini perlu dilakukan melihat beragamnya karakteristik dari masing-masing negara sehingga dapat berpengaruh pada perdagangan internasional. Dari hasil analisis ini diharapkan diperoleh implikasi kebijakan yang cocok dan bermanfaat bagi pengembangan ekspor komoditi mutiara Indonesia di pasar internasional. Untuk memperjelas rangkaian analisis yang dilakukan, maka disajikan dalam bentuk kerangka pemikiran penelitian seperti pada Gambar 2.2. Indonesia sebagai negara bahari dan kepulauan dengan luas wilayah perairaannya adalah dua pertiga dari total wilayah Indonesia Mutiara sebagai salah satu komoditi potensial sektor kelautan dan Perikanan Daya saing mutiara Indonesia Faktor-faktor yang memengaruhi permintaan ekspor mutiara Indonesia - Export Product Dynamic ( EPD) - Revealed Comparative Advantage (RCA) 1. GDP riil negara tujuan ekspor 2. Nilai tukar rii negara tujuan ekspor 3. Nilai ekspor mutiara tahun sebelumnya 4. Jumlah penduduk pengimpor 5. Jarak Ekonomi Rekomendasi kebijakan Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran

21 2.10 Hipotesis Hipotesis yang digunakan pada penelitian ini adalah: 1. GDP per kapita riil negara importir memiliki pengaruh yang positif terhadap permintaan ekspor mutiara Indonesia. Hal ini mengindikasikan bahwa apabila GDP per kapita negara tujuan ekspor meningkat maka akan semakin meningkatkan daya beli masyarakat. 2. Nilai tukar riil negara importir memiliki pengaruh positif terhadap permintaan ekspor mutiara Indonesia. Apabila nilai tukar riil negara importir terapresiasi (nilai tukar riil tinggi) akan menyebabkan volume permintaan ekspor mutiara Indonesia meningkat. 3. Nilai ekspor mutiara Indonesia ke negara tujuan ekspor tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap permintaan ekspor mutiara Indonesia. 4. Populasi negara importir memilki pengaruh positif terhadap volume ekpsor mutiara Indonesia. Semakin besar jumlah populasi negara importir tersebut akan menyebabkan semakin besar pula volume permintaan ekspor mutiara Indonesia. 5. Jarak ekonomi berpengaruh negatif terhadap permintaan ekspor produk mutiara Indonesia.