Kebijakan Pemerataan Ekonomi Dalam Rangka Menurunkan Kemiskinan. Lukita Dinarsyah Tuwo

dokumen-dokumen yang mirip
Siaran Pers Kemenko Perekonomian: Kebijakan Pemerataan Ekonomi Untuk Atasi Ketimpangan Sabtu, 22 April 2017

BAPPEDA Planning for a better Babel

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah

PADA MUSRENBANG RKPD KABUPATEN BANGKA

Strategi UKM Indonesia

Siaran Pers Kemenko Perekonomian: Pemerintah Luncurkan Program Besar Atasi Ketimpangan Sosial Rabu, 01 Pebruari 2017

KOTA SURAKARTA KEBIJAKAN UMUM APBD (KUA) TAHUN ANGGARAN 2017 BAB I PENDAHULUAN

Pengantar Presiden - Ratas Tentang Reforma Agraria, Kantor Presiden Jakarta, 24 Agustus 2016 Rabu, 24 Agustus 2016

PEREKONOMIAN INDONESIA

Pengarahan KISI-KISI PROGRAM PEMBANGUNAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014

MEWUJUDKAN PERTUMBUHAN EKONOMI INKLUSIF DI DAERAH

I. PENDAHULUAN. sesuai dengan rencana Pembangunan Jangka Menengah sampai tahun 2009 sebesar

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 PRAKIRAAN PENCAPAIAN TAHUN 2010 RENCANA TAHUN 2010

KEYNOTE SPEECH Sosialisasi dan Pelatihan Aplikasi e-planning DAK Fisik

REFORMA AGRARIA DAN REFLEKSI HAM

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

TARGET PEMBANGUNAN 6,18 % 5,2 % 4,0-5,0 % 12,22% 10,0 % 7-8 %

PERSIAPAN RPJMN TERKAIT PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENINGKATAN PEMERATAAN

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BIDANG PERTANAHAN TAHUN

Dekade Berbagi Akses Penyediaan Lahan Untuk Kesejahteraan Petani Berkelanjutan

BAB VI LANGKAH KE DEPAN

VISI MISI PASANGAN CALON BUPATI WAKIL BUPATI KABUPATEN PEKALONGAN PERIODE TAHUN H. RISWADI DAN HJ. NURBALISTIK

VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO

Pembangunan Ekonomi Indonesia Yang Berkualitas: Langkah dan Tantangan

disampaikan oleh: Dr. H. Asli Nuryadin Kepala BAPPEDA Kota Samarinda

21 Januari 2017 PENYEDIAAN LAHAN UNTUK PERTANIAN BERKELANJUTAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN TEKNOKRATIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL (RPJMN)

PERTANAHAN KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS)

TUJUAN 1. TERWUJUDNYA KOTA BOGOR SEBAGAI KOTA YANG CERDAS, BERDAYA SAING DAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI MELALUI SMART GOVERMENT DAN SMART PEOPLE

Total Tahun

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C)

PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KOPERASI. Usaha Mikro. Kecil. Menengah. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93)

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

KERANGKA PRIORITAS NASIONAL

MEMANTAPKAN PEMBANGUNAN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM RANGKA PERCEPATAN KESEJAHTERAAN RAKYAT

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C)

PROGRAM EKONOMI PDI PERJUANGAN Oleh : Muhammad Islam

Tahun terakhir RPJMN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Isu Strategis Kota Surakarta

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pasar belum tentu dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang kemampuan

PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DALAM PEMBINAAN USAHA KERAJINAN KERIPIK TEMPE DI KABUPATEN NGAWI SKRIPSI

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas

KEBIJAKAN PROGRAM PSKL DUKUNGAN KEGIATAN LITBANG TAHUN 2017 JULI, 2016

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL TAHUN 2015

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C)

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

5.1. VISI MEWUJUDKAN KARAKTERISTIK KABUPATEN ENDE DENGAN MEMBANGUN DARI DESA DAN KELURAHAN MENUJU MASYARAKAT YANG MANDIRI, SEJAHTERA DAN BERKEADILAN

RPJM PROVINSI JAWA TIMUR (1) Visi Terwujudnya Jawa Timur yang Makmur dan Berakhlak dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia saat ini masih menghadapi persoalan-persoalan

PEMERATAAN DAN KEWILAYAHAN

VISI, MISI DAN PORGRAM VISI

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,

Oleh: Bernatal Saragih. Samarinda, 8 Maret 2016, Hotel Mesra R. Mancong BAPPEDA KALIMANTAN TIMUR

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 Bidang: Lintas Bidang Penanggulangan Kemiskinan II.1.M.B-1. (dalam miliar rupiah)

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013

KEBIJAKAN NASIONAL PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

VIII. KESIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN SARAN. produktivitas tenaga kerja di semua sektor.

II. VISI, MISI, DAN TUJUAN PEMBANGUNAN PERTANAHAN. B. Misi Yang Akan Dilaksanakan. A. Visi Pembangunan Pertanahan

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

Pemerintah Daerah Provinsi Bali BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH

Agenda dan Prioritas Pembangunan Jawa Timur

KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI

Kebijakan Pengembangan SDM, Iptek dan Budaya Maritim dalam Mendukung Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 2010: PEMELIHARAAN KESEJAHTERAAN RAKYAT

BAB VIII TIGA BUTIR SIMPULAN. Pada bagian penutup, saya sampaikan tiga simpulan terkait kebijakan

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Assalamu 'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua. Omswastiastu (untuk Provinsi Bali)

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT: SEKTOR PERTANIAN-PERDESAAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB 6 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERNYATAAN PENETAPAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

REALISASI BELANJA S.D. AGUSTUS 2014 (BRUTO)

SINERGI PUSAT DAERAH DALAM UU 23/2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

POINTER SAMBUTAN/ARAHAN GUBENUR KALIMANTAN TENGAH

ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN INOVASI DAN DAYA SAING DAERAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH DAERAH

Transkripsi:

Kebijakan Pemerataan Ekonomi Dalam Rangka Menurunkan Kemiskinan Lukita Dinarsyah Tuwo Solo, 26 Agustus 2017

DAFTAR ISI 1. LATAR BELAKANG 2. KEBIJAKAN PEMERATAAN EKONOMI 3. PRIORITAS QUICK WIN

Arah Kebijakan Pembangunan Ekonomi Untuk mencapai pembangunan ekonomi yang berkelanjutan sehingga dapat mengatasi MIT (Middle Income Trap), maka pertumbuhan, pemerataan dan stabilitas ekonomi harus tumbuh seiring dan saling memperkuat Pertumbuhan mencapai pertumbuhan +/- 6% Infrastruktur Paket Kebijakan Ekonomi Penguatan Industrialisasi Pengembangan KEK dan KI Stabilitas Inflasi +/- 3% Koordinasi Fiskal dan Moneter Penguatan TPID Pengendalian harga pangan Pemerataan Penurunan Tingkat Kemiskinan, Pengangguran dan Koefisien Gini KEBIJAKAN PEMERATAAN EKONOMI Peningkatan KUR Perbaikan Bantuan sosial dan Subsidi Peningkatan Dana Desa 3

KPE MEMBERIKAN KEADILAN (FAIRNESS) KEPADA SEMUA PENDUDUK UNTUK MENDAPATKAN APA YANG DIBUTUHKAN BAGI PERBAIKAN KUALITAS HIDUPNYA Kebijakan Pemerataan Ekonomi (KPE) diperlukan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi nasional yang berazaskan demokrasi dan berbasis ekonomi pasar yang adil. LANDASAN HUKUM PENYUSUNAN KPE Pancasila sebagai dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia khususnya pada sila ke (3) Persatuan Indonesia dan sila ke (5) Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia menjadi salah satu landasan hukum dari KPE. Selanjutnya UUD 45 Bab 14 tentang Perekonomian dan Kesejahteraan Nasional pada pasal 33 dimana Perekonomian Nasional diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. Equality: Kesamaan perlakuan. Equity : Keadilan (fairness) untuk mendapatkan apa yang dibutuhkan agar memperoleh kesempatan untuk memperbaiki kualitas hidup. Yang Kecil/Lemah: Individu (petani, nelayan, pedagang, miskin perkotaan, dsb.) Kelompok usaha (mikro/kecil) Daerah/Kawasan (tertinggal, terluar, terpencil, kumuh, dsb) Hal ini terjadi karena: Situasi kepemilikan aset terbatas atau nol, keterbatasan kemampuan, keterbatasan akses (teknologi, pembiayaan, pasar, sarana/prasarana), serta diskriminasi Diatasi dengan Kebijakan Pemihakan antara lain melalui redistribusi, hibah, subsidi dan fasilitasi serta mengurangi hambatan untuk berpartisipasi. 4

Kerangka Kebijakan Ekonomi untuk Mewujudkan Kesejahteraan Sosial Sesuai UUD 1945 4 Kebijakan Ekonomi Melaksanakan reforma agraria dan hutan sosial melalui pendekatan klaster, berbasis komoditi unggulan di KBI maupun KTI Redistribusi lahan sebagai modal masyarakat menengah ke bawah Sertifikasi dalam rangka legalisasi aset Implementasi kebijakan LP2B Menyediakan hunian penduduk miskin perkotaan. Mentransformasi skema subsidi secara bertahap menjadi bantuan tepat sasaran, tepat waktu, dan tepat jumlah, serta menyatukannya dengan semua bentuk Bantuan Sosial. Bantuan Sosial Reformulasi dan penajaman kebijakan pengembangan industri manufaktur, pariwisata, perdagangan dan perikanan Akses terhadap lahan Kesempatan Bekerja/ Berusaha Kualitas Sumber Daya Manusia Reformasi pendidikan dan pelatihan tenaga kerja menjadi pendidikan dan pelatihan vokasi berbasis pekerjaan. Dimulai dari sektor industri, diikuti sektor jasa dan pertanian, melalui kerjasama Pemerintah, BUMN dan Swasta. Kewirausahaan untuk mendorong terciptanya pengusaha-pengusaha baru yang mempunyai daya saing. Mendorong pelaku usaha mikro dan kecil berkembang menjadi pelaku usaha menengah dan besar. 5

Mempercepat Implementasi Kebijakan Pemerataan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi di atas 6% diperlukan dalam rangka menyerap tenaga kerja yang lebih besar. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi perlu diikuti dengan perbaikan kualitas pertumbuhan dengan menerapkan kebijakan pemerataan ekonomi untuk mempercepat penurunan tingkat kemiskinan, pengangguran dan rasio gini. MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI DI ATAS 6% Mendorong Aktivitas Ekonomi dan Perluasan Kesempatan Kerja Pembangunan infrastruktur Pembangunan kawasan industri Pengembangan Destinasi pariwisata Kawasan Ekonomi Khusus Perbaikan iklim investasi Memperluas Akses Pasar bagi UMKM Penguatan usaha mikrokecil Peningkatan akses kredit Permodalan dan layanan kredit investasi Kemudahan, kepastian, dan perlindungan usaha Meningkatkan kapasitas SDM dan Pelaku Usaha Pendidikan dan pelatihan Kemitraan dengan perusahaan Penguatan lembaga Pendidikan Penerapan standarisasi mutu UMKM Mengurangi Beban Pengeluaran Penduduk Kurang Mampu Penataan bantuan kepada keluarga miskin bersyarat Reformasi subsidi energi Perluasan Jaminan Sosial pekerja informal Meningkatkan Efektivitas Pelayanan Dasar Pemenuhan dokumen kependudukan Pembangunan/perbaika n infrastruktur perdesaan Perbaikan lingkungan, sanitasi, sarana air bersih Meningkatkan Peran Daerah dalam Mendorong Aktivitas Ekonomi Perdesaan Efektivitas kebijakan fiskal Meningkatkan fungsi pelayanan Pemanfaatan Dana Desa, DAK, dan Transfer ke daerah Mempercepat Implementasi Kebijakan Pemerataan Ekonomi Lahan Kesempatan Berusaha Kapasitas SDM TARGET : Petani dan Nelayan Miskin Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dan UMKM Ritel Perkotaan Pencari Kerja dan Pengusaha UMKM 6

QUICK WIN KEBIJAKAN PEMERATAAN EKONOMI (KPE) Kebijakan Pemerataan Ekonomi yang memiliki dampak besar namun dapat segera diimplementasikan (quick win) yaitu yang menyangkut kebijakan reforma agraria termasuk legalisasi lahan transmigrasi, pertanian& perkebunan, pendidikan dan vokasi, perumbahan untuk masyarakat miskin perkotaan serta ritel modern dan pasar tradisional REFORMA AGRARIA TERMASUK LEGALISASI LAHAN TRANSMIGRASI ALOKASI LAHAN PERTANIAN & PEREMAJAAN PERKEBUNAN RAKYAT PENDIDIKAN DAN VOKASI PERUMAHAN UNTUK MASYARAKAT MISKIN PERKOTAAN RITEL MODERN DAN PASAR TRADISIONAL 7

Kebijakan: Definisi dan Tujuan Reforma Agraria Reforma Agraria adalah proses alokasi dan konsolidasi kepemilikan, penguasaan/akses, dan penggunaan lahan. Kebijakan Reforma Agraria dilaksanakan melalui dua jalur, yaitu TORA dan Perhutanan Sosial. Dasar Hukum UUD 1945 Pasal 33 ayat 3 Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Tujuan Reforma Agraria Mengurangi ketimpangan penguasaan dan pemilikan tanah. Menciptakan sumber-sumber kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat yang berbasis agrarian. Menciptakan lapangan kerja untuk mengurangi kemiskinan. Memperbaiki akses masyarakat kepada sumber ekonomi. Meningkatkan ketahanan dan kedaulatan pangan. Memperbaiki dan menjaga kualitas lingkungan hidup serta menangani dan menyelesaikan konflik agrarian. 8

Kebijakan: Cakupan Reforma Agraria SINKRONISASI TORA DAN PERHUTANAN SOSIAL Melalui program reforma agraria pemerintah melakukan alokasi kepemilikan lahan TORA dan pemberian legalitas akses Perhutanan Sosial kepada masyarakat bawah Reforma Agraria TORA Perhutanan Sosial LEGALISASI ASET (4,5 Juta Ha) REDISTRIBUSI TANAH (4,5 Juta Ha) 1 2 3 LEGALITAS AKSES 1 A SKEMA 1 Sertifikasi Tanah Rakyat (PRONA) (3.9 Juta Ha) 1 B SKEMA 2 Tanah Transmigrasi Belum Bersertipikat (0,6 Juta Ha) Lahan Transmigrasi Lama 342.344 bidang (220.000 Ha) Lahan Transmigrasi Baru 567.124 bidang (380.000 Ha) 2 A SKEMA 4 SKEMA 5 HGU Terlantar dan Tanah Terlantar (0,4 Juta Ha) 2 B Pelepasan Kawasan Hutan (4,1 Juta Ha) 3 A SKEMA 6 Pemberian Akses Pengusahaan Hutan dalam periode tertentu (12,7 Juta Ha) Lahan dari KLHK 3 B Lahan Perhutani dan Inhutani 9

TERIMA KASIH