SISTEM PAKAR DIAGNOSIS AWAL PENYAKIT KAMBING MENGGUNAKAN FUZZY INFERENCE TSUKAMOTO

dokumen-dokumen yang mirip
Program Studi Teknik Informatika, Jurusan Teknologi Informasi, Politeknik Negeri Malang 1. Abstrak

: Sistem Pendukung Keputusan, Siswa berprestasi, Tsukamoto

REVIEW JURNAL LOGIKA FUZZY

IMPLEMENTASI FUZZY TSUKAMOTO DALAM PENENTUAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN KARET DAN KELAPA SAWIT

PENDAPATAN MASYARAKAT DENGAN ADANYA KAMPUS MENGGUNAKAN FUZZY TSUKAMOTO

BAB III METODE PENELITIAN

Penerapan FuzzyTsukamotodalam Menentukan Jumlah Produksi

Metode Tsukamoto untuk Mendiagnosa Penyakit Infeksi pada Manusia

manusia diantaranya penyakit mata konjungtivitis, keratitis, dan glaukoma.

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) REPRESENTASI EMOSI MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY PADA PERMAINAN BONNY S TOOTH BOOTH

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam kondisi yang nyata, beberapa aspek dalam dunia nyata selalu atau biasanya

Proses Pendiagnosaan Penyakit Menggunakan Logika Fuzzy Dengan Metode Mamdani

KECERDASAN BUATAN (Artificial Intelligence) Materi 8. Entin Martiana

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mengikuti sertifikasi, baik pendidikan gelar (S-1, S-2, atau S-3) maupun nongelar (D-

Pendapatan Masyarakat Disekitar Kampus dengan Adanya Mahasiswa Menggunakan Fuzzy

Jurnal Informatika SIMANTIK Vol. 2 No. 2 September 2017 ISSN:

Logika fuzzy pertama kali dikembangkan oleh Lotfi A. Zadeh melalui tulisannya pada tahun 1965 tentang teori himpunan fuzzy.

PENERAPAN METODE FUZZY TSUKAMOTO UNTUK MEMPREDIKSI HASIL PRODUKSI KELAPA SAWIT (STUDI KASUS : PT. AMAL TANI PERKEBUNAN TANJUNG PUTRI BAHOROK)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM INFERENSI FUZZY (METODE TSUKAMOTO) UNTUK PENENTUAN KEBUTUHAN KALORI HARIAN OLEH

Erwien Tjipta Wijaya, ST.,M.Kom

APLIKASI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN METODE TSUKAMOTO PADA PENENTUAN TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN (STUDI KASUS DI TOKO KENCANA KEDIRI)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENERAPAN METODE CERTAINTY FACTOR DALAM MENDETEKSI DINI PENYAKIT TROPIS PADA BALITA

Himpunan Tegas (Crisp)

BAB 2 LANDASAN TEORI

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMAAN BEASISWA BIDIK MISI DI POLITEKNIK NEGERI JEMBER MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY

ke dalam suatu ruang output. Orang yang belum pernah mengenal logika fuzzy pasti

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

FUZZY LOGIC CONTROL 1. LOGIKA FUZZY

Aplikasi Prediksi Harga Bekas Sepeda Motor Yamaha. Menggunakan Fuzzy Logic

ARTIFICIAL INTELLIGENCE MENENTUKAN KUALITAS KEHAMILAN PADA WANITA PEKERJA

BAB II. KAJIAN PUSTAKA. A. Kinerja Pegawai di Universitas Muhammadiyah Purwokerto

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT DBD DAN DEMAM TIFOID DENGAN METODE FUZZY TSUKAMOTO (STUDI KASUS PUSKESMAS PRACIMANTORO I)

Teknik Informatika, Teknologi Informasi, Polteknik Negeri Malang. Abstrak

SPK PENENTUAN TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN PADA RESTORAN XYZ

BAB II LANDASAN TEORI. papernya yang monumental Fuzzy Set (Nasution, 2012). Dengan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

Pemanfaatan Metode Tsukamoto Untuk Klasifikasi Daerah Rawan Penyakit Tuberkulosis Paru Dalam Bentuk Sistem Informasi Geografis

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

METODE PENALARAN SISTEM PAKAR MENGGUNAKAN MODEL HIBRID FUZZY DEMPSTER SHAFER UNTUK IDENTIFIKASI HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN JAGUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

MENENTUKAN HARGA MOBIL BEKAS TOYOTA AVANZA MENGGUNAKAN METODE TSUKAMOTO

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB IV PEMBAHASAN. menggunakan pemrograman Microsoft Visual Basic.NET

Model Evaluasi Performa Mahasiswa Tahun Pertama Melalui Pendekatan Fuzzy Inference System dengan Metode Tsukamoto

LOGIKA FUZZY. By: Intan Cahyanti K, ST

Rima Ayuningtyas NIM Jurusan Teknik Informatika, Universitas Maritim Raja Ali Haji. Jl. Politeknik Senggarang, Tanjungpinang

Penerapan Jaringan Syaraf Tiruan Perceptron Dalam Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Pada Kambing

BAB II TEORI PENUNJANG

FUZZY MULTI-CRITERIA DECISION MAKING

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

LOGIKA FUZZY FUNGSI KEANGGOTAAN

SIMULASI SISTEM UNTUK PENGONTROLAN LAMPU DAN AIR CONDITIONER DENGAN MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY

Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Kulit dan Kelamin Dengan Metode Certainty Factor dan Fuzzy Logic

FUZZY TSUKAMOTO PADA SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSA PENYAKIT PENCERNAAN PADA BAYI USIA 0-12 BULAN ABSTRAK

Metode Fuzzy Inference System untuk Penilaian Kinerja Pegawai Perpustakaan dan Pustakawan

Aplikasi Metode ForwardChaining Untuk Mengidentifikasi Jenis Penyakit Pada Kucing Persia

Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Kambing Berbasis Web Menggunakan Metode Certainty Factor

4-5-FUZZY INFERENCE SYSTEMS

APLIKASI FUZZY INFERENCE SYSTEM (FIS) TSUKAMOTO UNTUK MENGANALISA TINGKAT RESIKO PENYAKIT DALAM

Versi Online tersedia di : JURNAL TECH-E (Online)

Penentuan Jumlah Produksi Kue Bolu pada Nella Cake Padang dengan Sistem Inferensi Fuzzy Metode Sugeno

SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA PENYAKIT SALURAN PENCERNAAN MENGGUNAKAN METODE DEMPSTER SHAFER

IMPLEMENTASI METODE FUZZY TSUKAMOTO PADA PENENTUAN HARGA JUAL BARANG DALAM KONSEP FUZZY LOGIC

Kata kunci: Sistem pendukung keputusan metode Sugeno, tingkat kepribadian siswa

JURNAL SISTEM PREDIKSI INVENTORY BARANG MENGGUNAKAN METODE FUZZY TSUKAMOTO PREDICTION INVENTORY ITEMS USING FUZZY TSUKAMOTO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

SIMULASI MENENTUKAN WAKTU MEMASAK BUAH KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN FUZZY MAMDANI

SISTEM PAKAR DIAGNOSA AWAL PENYAKIT GINJAL DENGAN METODE FUZZY LOGIC UNTUK PENENTUAN CERTAINTY FACTOR

LOGIKA FUZZY. Kelompok Rhio Bagus P Ishak Yusuf Martinus N Cendra Rossa Rahmat Adhi Chipty Zaimima

Pengantar Kecerdasan Buatan (AK045218) Logika Fuzzy

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV RANCANG BANGUN SISTEM

Pengaturan Kecepatan Putaran Motor Listrik 3 Phasa Menggunakan Logika Fuzzy Tsukamoto pada Proses Penyaringan Minyak Goreng

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KETUA SENAT MAHASISWA DENGAN LOGIKA FUZZY

ANALISIS RULE INFERENSI SUGENO DALAM SISTEM PENDUKUNG PENGAMBILAN KEPUTUSAN

BAB III METODE PENELITIAN

IMPLEMENTASI FUZZY RULE BASED SYSTEM UNTUK KLASIFIKASI BUAH MANGGA

Himpunan Fuzzy. Sistem Pakar Program Studi : S1 sistem Informasi

BAB II LANDASAN TEORI

PENERAPAN METODE TSUKAMOTO DALAM PEMBERIAN KREDIT SEPEDA MOTOR BEKAS PADA PT TRI JAYA MOTOR (Studi Kasus PT TRI JAYA MOTOR MEDAN )

BAB II LANDASAN TEORI

MENDETEKSI KEBERADAAN NYAMUK AEDES AEGIPTY MENGGUNAKAN METODE FUZZY. Ikhlas Ali Syahbana

JURNAL SISTEM PENENTUAN HARGA PERCETAKAN FOTO DIGITAL MENGGUNAKAN FUZZY TSUKAMOTO DI ALIEF COMPUTER KOTA KEDIRI

Pendekatan Logika Fuzzy untuk Perhitungan Gap pada Metode Profile Matching dalam Menentukan Kelayakan Proposal Penelitian

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT KELAMIN PADA PRIA MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING DAN CERTAINTY FACTOR BERBASIS WEB

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN JURUSAN DI SMU DENGAN LOGIKA FUZZY

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN BEASISWA BERPRESTASI MENGGUNAKAN METODE FUZZY (STUDI KASUS: INSTANSI XYZ)

Transkripsi:

SISTEM PAKAR DIAGNOSIS AWAL PENYAKIT KAMBING MENGGUNAKAN FUZZY INFERENCE TSUKAMOTO Sella Dwi Ovie Dityanto 1, Ariadi Retno Tri Hayati Ririd 2, Rosa Andrie Asmara 3 1,2 Program Studi Teknik Informatika, Jurusan Teknologi Informasi, Politeknik Negeri Malang 1 oviedityanto@outlook.com, 2 faniri4education@gmail.com, 3 rosaandrie@gmail.com Abstrak Sistem pemantauan kondisi atau konsultasi ternak kambing pada Dinas Peternakan Kabupaten Trenggalek yang umum digunakan yaitu dengan pengecekan secara langsung oleh pegawai teknis terkait atau pemilik mendatangi Unit Pelaksana Teknis Daerah ( UPTD ) terdekat. Hal ini kurang efektif mengingat ada lebih dari satu jenis hewan ternak yang dikontrol oleh instansi tersebut. Dengan adanya beberapa penyakit pada kambing maka hewan ternak tersebut harus segera diberi penanganan dengan cepat dan tepat oleh pemiliknya secara dini sebelum terlambat dan tidak menular ke hewan yang lain. Oleh sebab itu diperlukan teknologi yang dapat membantu dalam pemeriksaan penyakit kambing secara dini dengan menggunakan metode Fuzzy Inference Tsukamoto agar penanganan awal penyakit dapat segera dilakukan. Pada metode Fuzzy Inference Tsukamoto, setiap konsekuen aturan penyakit If-Then direpresentasikan dengan suatu himpunan fuzzy keanggotaan monoton lalu diinferensikan. Hasil perhitungan didapatkan dengan model rata-rata terbobot. Penulis telah melakukan pengujian diagnosis penyakit dan diperoleh kecocokan hasil sistem dengan pakar dokter hewan. Hal ini menunjukkan bahwa Fuzzy Inference Tsukamoto memiliki tingkat akurasi yang tepat untuk mendiagnosis penyakit menular pada kambing. Kata kunci : Sistem Pakar, Fuzzy Tsukamoto, Gejala, Penyakit Kambing, Rule 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Salah satu jenis hewan ternak prioritas berdasarkan statistik Dinas Peternakan di Jawa Timur yaitu kambing, menjadi perihal yang diperhatikan karena mempunyai populasi tertinggi nomor 3 di Kabupaten Trenggalek dengan jumlah rata rata 249.949 ekor selama 5 tahun terakhir. Jenis kambing yang biasa dipeternakkan adalah jenis kambing kacang, karena tidak sulit dan dapat menghasilkan banyak anak kambing setiap tahunnya. Hal tersebut membuat Dinas Peternakan Kabupaten Trenggalek harus tetap aktif dalam pengawasan hewan ternak kambing. Sistem pemantauan kondisi ternak pada Dinas Peternakan Kabupaten Trenggalek yang umum digunakan yaitu dengan pengecekan secara langsung oleh pegawai teknis terkait. Untuk kelompok masyarakat yang ingin berkonsultasi dengan pihak dinas, mereka akan menghubungi instansi tersebut lalu dokter akan datang melakukan pengecekan atau pihak pelapor merujuk pada Unit Pelaksana Teknis Daerah ( UPTD ) terdekat. Hal ini kurang efektif mengingat ada lebih dari satu jenis hewan ternak yang dikontrol oleh instansi tersebut. Dengan adanya beberapa penyakit pada kambing maka hewan ternak tersebut harus segera diberi penanganan dengan cepat dan tepat oleh pemiliknya secara dini sebelum terlambat dan tidak menular ke hewan yang lain. Fakta inilah yang menjadi alasan pemilihan diagnosis awal penyakit menular pada kambing sebagai permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini agar dapat melakukan tindakan awal yang tepat dalam penanganan penyakit pada kambing. Penelitian tentang diagnosis hewan sebelumnya yaitu bagaimana mengimplementasikan sistem pakar diagnosis penyakit kambing berbasis web menggunakan metode certainty factors (Orisa, 2014). Penelitian ini mempunyai variabel input bibir, mata, telinga, lidah, gusi dan gigi, perut, tengkuk, anus, kaki, bulu, kulit, ambing dan testis. 1.2 Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengimplementasikan sistem pakar diagnosis awal penyakit menular pada hewan ternak kambing dan untuk mengetahui tingkat akurasi sistem menggunakan metode fuzzy inference tsukamoto dengan 9 penyakit dan 37 gejala.

2. Landasan Teori 2.1 Logika Fuzzy Logika Fuzzy merupakan bentuk logika yang memiliki banyak nilai. Logika fuzzy menggunakan istilah perkiraan daripada nilai nyata. Membandingkan dengan logika boolean atau biner yang memiliki 2 nilai yaitu benar dan salah, logika fuzzy memiliki derajat kebenaran yang bernilai benar di kisaran antara 0 hingga 1. Logika fuzzy telah diperluas dalam menangani konsep kebenaran parsial, dimana nilai kebenaran dapat berkisar antara full true hingga full false. Terlebih lagi, ketika variabel bahasa digunakan, derajat ini dapat diaplikasikan ke fungsi-fungsi fuzzy. 2.1.1 Himpunan Fuzzy Pada himpunan tegas (crisp), nilai keanggotaan suatu item x dalam suatu himpunan A, yang sering ditulis dengan µa[x], memiliki 2 kemungkinan (Kusumadewi S, Purnomo H, 2010) yaitu : a. Satu (1), yang berarti bahwa suatu item menjadi anggota dalam suatu himpunan, atau b. Nol (0), yang berarti bahwa suatu item tidak menjadi anggota dalam suatu himpunan. 2.1.2 Fungsi Keanggotaan Fungsi keanggotaan merupakan kurva yang menunjukkan pemetaan input data ke dalam nilai anggotanya (derajat keanggotaan). Fungsi keanggotaan memiliki nilai dengan interval antara 0 sampai 1. Salah satu cara untuk memperoleh nilai keanggotaan adalah dengan melalui pendekatan fungsi. Ada beberapa fungsi yang dapat digunakan pada fungsi keanggotaan antara lain: 1. Representasi Linear Pada representasi linear menggambarkan pemetaan input ke derajat keanggotaan sebagai suatu garis lurus. Representasi linier adalah bentuk yang paling sederhana dan menjadi pilihan yang baik. Gambar 2.1 Representasi Linier Naik Persamaan fungsi keanggotaan representasi liniear naik : b. Representasi Linier Turun Representasi linier adalah garis lurus yang dimulai dari nilai domain dengan derajat keanggotaan tertinggi pada sisi kiri, kemudian bergerak menurun ke nilai domain yang memiliki derajat keanggotaan yang lebih rendah. Gambar 2.2 Representasi Linier Turun Persamaan fungsi keanggotaan Representasi Liniear : c. Representasi Kurva Segitiga (2.1) (2.2) Representasi kurva segitiga merupakan gabungan antara dua garis linear. a. Representasi Linear Naik Representasi linear naik adalah garis lurus yang dimulai dari nilai domain yang memiliki derajat keanggotaan nol, dan bergerak ke kanan menuju ke nilai domain yang memiliki derajat keanggotaan lebih tinggi. Gambar 2.3 Representasi Linier Segitiga Persamaan fungsi keanggotaan representasi liniear segitiga : (2.3)

2.1.3 Fuzzy Inference Tsukamoto Pada Metode Tsukamoto, setiap konsekuen pada aturan yang berbentuk IF-Then harus direpresentasikan dengan suatu himpunan fuzzy dengan fungsi keanggotaan yang monoton. Sebagai hasilnya, output hasil inferensi dari tiap-tiap aturan diberikan secara tegas (crisp) berdasarkan α- predikat (fire strength). Hasil akhirnya diperoleh dengan menggunakan rata-rata terbobot (Kusumadewi, 2004). Berikut gambar inferensi dengan menggunakan Metode Tsukamoto. Gambar 2.4 Inference Tsukamoto Rata Rata Terbobot 3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Basis Pengetahuan Terdapat 37 jenis gejala yang menyebabkan 9 penyakit. Sumber pengetahuan tersebut dikumpulkan dan kemudian direpresentasikan ke dalam basis pengetahuan menggunakan kaidah JIKA MAKA (IF THEN) rule. Hasil akhir tingkat resiko penyakit dihitung dengan menggunakan ratarata terbobot dari setiap aturan yang bersesuaian dengan penyakit tersebut. Detail rule dan bobot dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 3.1 Rule Penyakit NO ATURAN PENYAKIT BOBOT 1 IF Nafsu THEN Caplak 3 2 IF Bintik THEN Caplak 16 semu kuning 3 IF Gatal THEN Caplak 16 4 IF Lesu THEN Caplak 14 5 IF Bintik 6 IF Bulu rontok 7 IF Bintik 8 IF Bulu rontok THEN Caplak 15 THEN Caplak 15 THEN Kutu 16 THEN Kutu 16 9 IF Bulu THEN Kutu 16 lengket dan menyatu 10 IF Lesu THEN Kutu 14 11 IF Gatal THEN Kutu 15 12 IF Nafsu THEN Kutu 3 13 IF Kaki / THEN PMK 16 mulut melepuh dengan cairan bening 14 IF Kaki THEN PMK 14 pincang 15 IF Nafsu THEN PMK 3 16 IF Berliur THEN PMK 14 17 IF Pangkal THEN PMK 15 telinga panas 18 IF Lesu THEN PMK 12 19 IF Lesi bernanah 20 IF Nafsu 21 IF Kulit menebal 22 IF Lesi atau keropeng pada moncong 23 IF Lesi sakit jika ditekan 24 IF Kelopak mata bengkak 25 IF Mata berair 26 IF Mata 27 IF Mata juling terkena sinar matahari 28 IF Kornea berwarna keruh 29 IF Kelopak mata 30 IF Nafsu 31 IF Kulit berkerak 32 IF Bulu rontok 33 IF Bulu lengket dan menyatu 34 IF Nafsu THEN Orf 16 THEN Orf 3 THEN Orf 13 THEN Orf 15 THEN Orf 16 THEN Pink Eye 12 THEN Pink Eye 14 THEN Pink Eye 11 THEN Pink Eye 16 THEN Pink Eye 16 THEN Pink Eye 12 THEN Pink Eye 3 THEN Scabies 16 THEN Scabies 14 THEN Scabies 12 THEN Scabies 3

35 IF Gatal THEN Scabies 16 36 IF Bintik THEN Scabies 16 37 IF Bulu THEN Cacingan 12 kasar 38 IF Bulu THEN Cacingan 14 leher berdiri 39 IF Perut THEN Cacingan 16 membesa r 40 IF Susah THEN Cacingan 14 BAB 41 IF Nafsu THEN Cacingan 3 42 IF Feses THEN Cacingan 16 cair 43 IF Bulu THEN Cacingan 16 dekat anus kotor 44 IF Lesu THEN Cacingan 12 45 IF Puting THEN Mastitis 15 susu bengkak 46 IF Ambing THEN Mastitis 15 sakit disentuh 47 IF Nafsu THEN Mastitis 3 48 IF Pangkal THEN Mastitis 12 telinga panas 49 IF Ambing THEN Mastitis 14 bersuhu dingin 50 IF Susu THEN Mastitis 16 berwarna 51 IF Ambing THEN Mastitis 16 atau hitam 52 IF Susah THEN Antraks 12 bernafas 53 IF Bengkak THEN Antraks 12 54 IF Keluar THEN Antraks 16 darah 55 IF Pangkal THEN Antraks 14 telinga panas 56 IF Nafsu THEN Antraks 3 57 IF Lesu THEN Antraks 15 58 IF Berliur THEN Antraks 13 59 IF Menggigi l THEN Antraks 16 * Sumber : drh. Ari Roseno Tabel 3.2 Daftar Bobot User No Uncertain Term Bobot 1 Tidak 0 2 Iya 0.8 3 Sangat 1 * Sumber : drh. Ari Roseno Pada tahap fuzzyfikasi jawaban dari pertanyaan per gejala akan dilakukan pengecekan dari rule di database dan dikali dengan nilai ketidakpastian pengguna agar diketahui nilai bobot. Hasil perkalian selanjutnya dimasukkan dalam fuzzyfikasi yeng terdapat 5 jenis model variabel Gambar 4.1 Grafik Fungsi Keanggotaan Setiap variabel mempunyai model perhitungan yang berbeda tergantung jenis himpunan naik, segitiga atau. Nilai membership function dalam sistem ini diimplementasikan dalam source code untuk proses perhitungan selanjutnya. Himpunan SANGATRENDAH : Himpunan RENDAH : Himpunan SEDANG : Himpunan TINGGI : (3.1) (3.2) (3.3) (3.4) Pakar juga memberi nilai masukkan untuk pengguna. Bobot ini sebagai ketidakpastian nilai dalam pemilihan diagnosis gejala.

Himpunan SANGATTINGGI : (3.5) Nilai dari setiap α-predikat (fire strength) per penyakit selanjutnya dikalikan (5.5) dengan bobot dari pakar dengan nama variabel z (Fadli, 2015:75). 3.2 Kasus Seorang pengguna melakukan diagnosis dengan daftar gejala yang dipilih sebagai berikut : Nafsu (Iya), Lesu (Iya), Gatal (Sangat), Bintik (Sangat), Bulu rontok (Iya), Kulit berkerak (Sangat). Dari masukkan gejala selanjutnya dilakukan proses pencocokan dengan rule penyakit. Contoh erhitungan untuk rule penyakit pada Caplak adalah sebagai berikut. Tabel 3.3 Contoh Perhitungan Penyakit Scabies No Gejala yang Dipilih Input User Nilai 1 Nafsu Iya 0.8 2 Lesu Iya 0.8 3 Gatal Sangat 1 4 Bintik Sangat 1 5 Bulu rontok Iya 0.8 6 Kulit berkerak Sangat 1 Untuk rumus perhitungan nilai CF, sistem ini menggunakan rumus kombinasi dua buah rule dengan evidence berbeda, tetapi hipotesis sama (Palguna dkk. 2014). Dari masukkan gejala selanjutnya nilai dikali dengan bobot yang ada pada rule penyakit scabies. 1. Nafsu = 0.8 x 3 = 2.4 2. Gatal = 1 x 16 = 16 3. Bintik = 1 x 16 = 16 4. Bulu rontok = 0.8 x 14 = 11.2 5. Kulit berkerak = 1 x 16 = 16 Nilai ini selanjutnya dimasukkan dalam perhitungan fuzzyfikasi dan dicari nilai terendah. Fuzzyfikasi mempunyai 5 model membership function yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. 1. Nafsu = α1 = min( 0.4, 0.6, 0, 0, 0 ) = 0.4 2. Gatal = α2 = min( 0, 0, 0, 0, 1 ) = 1 3. Bintik = α3 = min( 0, 0, 0, 0, 1 ) = 1 4. Bulu rontok = α4 = min( 0, 0, 0.2, 0.8, 0) = 0.2 5. Kulit berkerak = α5 = min( 0, 0, 0, 0, 1 ) = 1 Tabel 3.4 Perhitungan Inferensi Penyakit Scabies No Gejala α z α*z 1 Nafsu 0.4 3 1.2 2 Gatal 1 16 16 3 Bintik 1 16 16 4 Bulu rontok 0.2 14 2.8 5 Kulit berkerak 1 16 16 Selanjutnya dilakukan perhitungan rata - rata terbobot (weight average) sebagai nilai akhir (Kusumadewi dkk, 2010:31). z = 14.444 Nilai z selanjutnya dibandingkan dengan bobot tertinggi untuk diperoleh persentase nilai awal (Fadli, 2015:75). Agar diperoleh nilai persentase akhir yang tepat, dicari jumlah masukkan yang cocok dari gejala user dibandingkan dengan gejala yang ada di penyakit scabies. Kode gejala scabies : g001, g006, g007, g008, g023, g024 Kode gejala masukkan user : g001, g004, g007, g008, g023, g024 Jumlah gejala penyakit : 6 Jumlah gejala sama : 5 (3.6) (3.7)

Daftar Pustaka Hasil perhitungan per penyakit akan dibandingkan dan diurut dari yang terbesar agar diketahui penyakit yang paling mungkin diderita. Tabel 3.5 Urutan Hasil Penilaian No Penyakit Nilai 1 Scabies 75.3 % 2 Caplak 70.8 % 3 Kutu 68.5 % 4 Antraks 18.1 % 5 Penyakit Mulut dan Kuku 15.6 % 6 Cacingan 11.7 % 7 Orf 3.8 % 8 Pink Eye 2.7 % 9 Mastitis 2.7 % (3.8) Asyhari & Satriyadi (2013) : Rancang Bangun Sistem Pakar untuk Diagnosa Penyakit Hewan Ternak Kambing Berbasis Logika Fuzzy. Fadli, Alfian. (2015) : Sistem Pakar Diagnosis 33 Macam Penyakit Kulit Menggunakan Metode Fuzzy Inference Tsukamoto. Program studi teknik informatika : Laporan Akhir Tidak Diterbitkan Kusumadewi, Purnomo. (2004) : Aplikasi Logika Fuzzy untuk Pendukung Keputusan, Graha Ilmu : Jakarta. Orisa & Oris (2014) : Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Kambing Berbasis Web Menggunakan Metode Certainty Factors, Jurnal EECCIS Vol. 8, No. 2 Sari, Nur (2013) : Sistem Pakar Mendiagnosa Penyakit Demam Berdarah Menggunakan Metode Fuzzy Inference Tsukamoto, Pelita Informatika Budi Darma, Volume : IV, Nomor: 3. Susanto, A. & Sitanggang, M. (2015) : Mengatasi Permasalahan Praktis Beternak Kambing, Jakarta : Agromedia Pustaka Berdasarkan hasil pengujian maka diperoleh data keluaran penyakit dari sistem dibandingkan dengan pakar. Hasil pengujian menunjukkan bahwa sistem mengeluarkan hasil persentase yang tepat untuk dicocokkan dengan pakar. 4. Kesimpulan dan Saran 4.1 Kesimpulan Sistem dapat mendiagnosis penyakit dengan akurasi yang tepat setelah dilakukan pengujian oleh user lalu dicocokkan dengan hasil diagnosis oleh pakar dokter hewan drh. Ari Roseno. 4.2 Saran Saran yang diberikan untuk pengembangan sistem ini ke depannya adalah perlunya pengembangan data gejala penyakit diharapkan bisa lebih banyak dan detail untuk keterangan rule agar lebih lengkap dan pemilihan pertanyaan pada gejala diharapkan bisa lebih bervariasi.