PERENCANAAN BIAYA SEWA DAN BIAYA OPERASIONAL RUSUN SEDERHANA UNLAM. Retna Hapsari Kartadipura. Abstrak

dokumen-dokumen yang mirip
PERHITUNGAN HARGA SEWA DAN SEWA-BELI RUMAH SUSUN SEDERHANA SERTA DAYA BELI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH DI DKI JAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 4 BIAYA PRODUKSI, OPERASIONAL, SERTA PEMELIHARAAN DALAM PERHITUNGAN HARGA SEWA DAN SEWA-BELI RUMAH SUSUN SEDERHANA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Penetepan Harga Sewa Ruang Rusunawa Sumur Welut Surabaya Dengan Metode Permenpera No.18 Tahun 2007

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 18 /PERMEN/M/2007

BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

ANALISA KEBUTUHAN RUMAH SUSUN UNTUK DOSEN DAN PEGAWAI DI ITS SURABAYA

EVALUASI HARGA SEWA RUSUN PENJARINGANSARI DAN SIWALANKERTO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan berasal dari kata laksana yang berarti kegiatan 5. Pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENENTUAN HARGA SEWA RUMAH SUSUN BERDASARKAN ANALISA WTP (WILLINGNESS TO PAY) DI KECAMATAN SIDOARJO

EVALUASI HARGA SEWA RUSUN PENJARINGANSARI DAN SIWALANKERTO

Kata kunci: gedung perkantoran, analisa teknis dan finansial, Kabupaten Kapuas

PENGEMBANGAN POLA INSENTIF DAN DISINSENTIF RUSUNA DI KAWASAN PERKOTAAN

BAB III METODE PERANCANGAN. dilakukan berbagai metode perancangan yang bersifat analisa yang

PEMBANGUNAN PERUMAHAN TANTANGAN, VISI, DAN ARAHAN PROGRAM

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PRT/M/2015 TENTANG

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 201

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 02 /PERMEN/M/2009 TENTANG

Gambar 5.2 Skema Pembiayaan Rumah Susun Studi dengan Menggunakan Pola Swasta

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Eksistensi Proyek. kota besar di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan jumlah

Abstrak. Keyword : Hulu hilir, aspek perpajakan, real estat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERUMAHAN

BAB I PENDAHULUAN. mengenai penyesuaian tarif sewa Rusunawa Tambak. Berdasarkan latar belakang

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN SEDERHANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAKA ESA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2000 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah peran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti perangkat

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR : 47 TAHUN 2011.

KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

GAMBARAN BEBAN PAJAK DI RS. ISLAM DAN PROSPEK KEDEPANNYA SERTA KONSESI PAJAK

2 Menteri Perumahan Rakyat tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 04 Tahun 2013 tentang Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Prasaran

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 1999 TENTANG KAWASAN SIAP BANGUN DAN LINGKUNGAN SIAP BANGUN YANG BERDIRI SENDIRI

ANALISIS OKUPANSI RUANG KULIAH PADA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Penetapan Harga Sewa Ruang Rusunawa Sumur Welut dengan Metode Permepera No.18 Tahun 2007

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 040 TAHUN 2017

KERANGKA ACUAN KERJA ( KAK ) PEKERJAAN : SURVEY DAN IDENTIFIKASI RUMAH TIDAK LAYAK HUNI (LANJUTAN)

GOLONGAN TARIF DASAR LISTRIK

ANALISA PREDIKSI BIAYA SEWA PADA RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) URIP SUMOHARJO SURABAYA TUGAS AKHIR

DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama. Dinas. Pasal 73

PEMERINTAH KOTA PASURUAN

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 31/PERMEN/M/2006 TENTANG

ANALISA PERBAIKAN FAKTOR DAYA UNTUK PENGHEMATAN BIAYA LISTRIK DI KUD TANI MULYO LAMONGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENYERAHAN ASET BANGUNAN DAN LINGKUNGAN DARI PENGEMBANG KEPADA PEMERINTAH DAERAH

PENENTUAN HARGA SEWA RUSUNAWA GUNUNGSARI DENGAN METODE TITIK IMPAS (BREAK EVEN POINT) BAB 1 PENDAHULUAN

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR... TAHUN... TENTANG

ANALISA PENETAPAN HARGA SEWA DENGAN METODE FRONT DOOR APPROACH DAN ASPEK FINANSIAL PADA RUSUNAWA NGELOM TAHAP II KABUPATEN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang melaksanakan

Evaluasi Kelayakan Investasi The Safin Hotel di Kabupaten Pati, Jawa Tengah

ANALISA PENENTUAN HARGA SEWA RUANG GRAND CITY SURABAYA. Oleh: Rudy Arbai

BAB. I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Analisa Manfaat Dan Biaya Rusunawa Jemundo, Sidoarjo

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 32 TAHUN 1999 (32/1999) Tanggal: 23 AGUSTUS 1999 (JAKARTA)

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG RUMAH SUSUN

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

UU 3/1996, PERUBAHAN ATAS ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1995/96

TANYA JAWAB Pelaksanaan Kebijakan Subsidi Listrik Tepat Sasaran

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI PELITA BANGSA Jln. Inspeksi Kalimalang Tegal Danas Cikarang Kab. Bekasi

Evaluasi Kelayakan Investasi The Safin Hotel di Kabupaten Pati, Jawa Tengah

KEBIJAKAN dan STRATEGI PENYEDIAAN PERUMAHAN TA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 10 /PERMEN/M/2007

PERHITUNGAN HARGA SEWA DAN SEWA-BELI RUMAH SUSUN SEDERHANA SERTA DAYA BELI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH DI DKI JAKARTA

2018, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan

KERANGKA ACUAN KERJA KEGIATAN

PROFIL DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA PEKANBARU TA.2017 BIDANG PRASARANA SARANA DAN UTILITAS UMUM (PSU)

PROFIL DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA PEKANBARU TA.2017 BIDANG PRASARANA SARANA DAN UTILITAS UMUM (PSU)

PENJELASAN A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Bab IV Analisis Kelayakan Investasi

PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI BIDANG PENGEMBANGAN KAWASAN

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman kumuh di kota yang padat penduduk atau dikenal dengan istilah urban

UU 11/1997, PERUBAHAN ATAS ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1996/1997

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 1 PENDAHULUAN

1 BAB I PENDAHULUAN. diiringi dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat. Beriringan pula dengan

OPTIMASI DAN EVALUASI PEMBANGUNAN PERUMAHAN PURI KARANG MULYO RESIDENCE DENGAN MENGGUNAKAN METODE SYMPLEKS DAN QM FOR WINDOWS VERSI 2.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 15 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG RUMAH SUSUN (RUSUN)

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan pemerintah yang menaikkan tarif dasar listrik dan tarif dasar

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 43 TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Directorat Data Center UBiNus)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG PERHITUNGAN ANGGARAN NEGARA TAHUN ANGGARAN 2002 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TUGAS AKHIR KARAKTERISTIK MAHASISWA PENGHUNI HUNIAN SEWA BERDASARKAN FAKTOR BERMUKIM DI SEKITAR KAMPUS KENTINGAN UNS

BAB III PENGOLAHAN DATA PENELITIA N

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proyek

G. BIDANG PERUMAHAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN. 1. Pembiayaan 1. Pembangunan Baru

PROSPEK PENGEMBANGAN BISNIS PROPERTI MENYONGSONG GLOBALISASI

Transkripsi:

PERENCANAAN BIAYA SEWA DAN BIAYA OPERASIONAL RUSUN SEDERHANA UNLAM Retna Hapsari Kartadipura Abstrak Rumah susun sederhana sewa Unlam Banjarbaru dibangun di Jalan Unlam 1 yang berdekatan dengan Kampus Unlam, di Kota Banjarbaru. Untuk mengoperasionalkan rumah susun sederhana sewa, perlu dana yang tidaklah kecil. Agar aset dan investasi tetap terjaga, diharapkan pendapatan dari biaya sewa rumah susun sederhana sewa dapat menutup biaya operasi dan pemeliharaan (OP). Dari perhitungan yang dilakuan didapat besarnya biaya sewa yang didasari dari 5 biaya dasar yaitu biaya iuran, biaya pajak, biaya pemeliharaan, biaya upah pengelola dan biaya asuransi yang kemudian semua biaya ditotalkan dan dibagi dengan jumlah kamar yang ada di rumah susun sederhana sewa banjarbaru. Dari Perhitungan didapat kesimpulan bahwa biaya yang dibebankan kepada penghuni rumah susun sederhana sewa adalah sebesar Rp. 433.000/bulannya Kata Kunci: rusunawa, biaya sewa, biaya operasional, rusun mahasiswa PENDAHULUAN Latar Belakang Dengan terus bertambahnya jumlah mahasiswa dari luar kota yang ada di Kota Banjarbaru pertahunnya maka kapasitas daya tampung kota semakin lama semakin berkurang. Hal ini salah satunya dapat dilihat dari masih banyaknya mahasiswa terutama dari golongan masyarakat berpendapatan rendah di Kota Banjarbaru yang belum memiliki tempat tinggal sehat sebagai salah satu kebutuhan dasar. Dalam mengantisipasi ketidak mampuan masyarakat berpendapatan rendah dalam memiliki hunian dekat dengan tempat perkuliahan di kota Banjarbaru maka Kementrian Perumahan Rakyat (Menpera) mencanangkan program pembangunan rumah susun sederhana sewa (rusunawa) yang mempunyai 71 kamar sebagai tempat tinggal/kost untuk mahasiswa dari luar kota Banjarbaru. Biaya tinggal yang harus ditanggung oleh penghuni di rumah susun pada dasarnya terdiri dari biaya sewa beserta surcharge. Besarnya harga sewa di rumah susun sederhana dipengaruhi oleh besarnya biaya produksi pada 1

tahap pembangunannya. Di samping biaya produksi terdapat juga biaya operasional dan pemeliharaan (operasional and maintainance cost) yang turut mempengaruhi besarnya surcharge di rumah susun sederhana. Oleh karena itu, studi ini dilakukan untuk megetahui berapa besar biaya minimum yang dibebankan kepada penyewa, dimana biaya tersebut yang akan menutupi dari biaya operasional rumah susun itu sendiri. Tujuan Dari perumusan masalah yang telah diiuraikan diatas maka Tujuan studi ini adalah menunjukkan perhitungan harga sewa yang ditetapkan untuk rumah susun sederhana sewa dikota Banjarbaru. Untuk mencapai tujuan tersebut maka sasaran dalam studi ini yaitu Menghitung besarnya harga sewa berdasarkan komponen biaya produksi, operasional, dan pemeliharaan secara keseluruhan. TINJAUAN PUSTAKA Kategori Rumah Susun Berdasarkan kelompok sasarannya pembangunan rumah susun sederhana dikategorikan dalam dua jenis, yaitu: rumah susun sederhana untuk dimiliki (rusunami) dan rumah susun sederhana sewa (rusunawa). Selanjutnya rumah susun sederhana sewa juga dibagi dalam dua kategori yaitu rusunawa tanpa subsidi dan rusunawa dengan subsidi. Dalam Lampiran Keputusan Menteri Negara Perumahan dan permukiman No.10/KPTS/M/1999 disebutkan bahwa sasaran prioritas bagi masing-masing kategori rumah susun tersebut berbeda satu sama lain dengan penjelasan sebagai berikut: 1) Rumah susun sederhana milik Rumah susun sederhana ini diprioritaskan bagi kelompok masyarakat yang secara ekonomi mampu untuk membeli (tunai atau dengan KPR) unit rumah susun. Intervensi Pemerintah dalam batas memberi insentif kemudahan perijinan dan petunjuk teknis, karena pembangunannya menunjang kebijakan Pemerintah. 2) Rumah susun sederhana sewa tanpa subsidi Rumah susun sederhana ini diprioritaskan bagi kelompok masyarakat yang secara ekonomi mampu, tetapi memilih untuk tinggal dirumah sewa (karena tinggal sementara atau alasan lain). Intervensi Pemerintah dalam batas memberi 2

insentif kemudahan perijinan dan petunjuk teknis, karena pembangunannya menunjang kebijakan Pemerintah. 3) Rumah susun sewa bersubsidi ini secara umumdibagi menjadi 2 yaitu: a) Subsidi terbatas: diprioritaskan bagi kelompok masyarakat dengan kemampuan ekonomi menengah ke bawah yang mampu membayar meskipun terbatas. Intervensi Pemerintah dapat dilakukan dalam penyediaan tanah, pembiayaan, pembangunan, maupun pengelolaannya, namun tetap diperhitungkan pengembalian dananya, agar dapat bergulir untuk proyek selanjutnya. b) Subsidi penuh: diprioritaskan bagi kelompok yang kemampuan ekonominya sangat terbatas, hanya mampu membayar sewa untuk menutup ongkos operasi dan pemeliharaan rutin saja. Intervensi Pemerintah dilakukan dengan memberi subsidi pembangunan (tanah, bangunan, prasarana dan sarana dasar lingkungan) sepenuhnya (social housing). Komponen Biaya Komponen Biaya Produksi Dalam membangun segala jenis bangunan rumah susun yang akan dikembangkan total biaya produksi yang harus dikeluarkan akan terdiri dari beberapa input biaya yang terbagi dalam dua tahapan yaitu tahapan perencanaan dan pembangunan dengan rincian biaya sebagai berikut: Biaya Tahap Perencanaan Biaya pada tahap perencanaan merupakan segala jenis biaya yang berhubungan dengan lahan mulai dari perijinan, pengadaan hingga jasa pembuatan siteplan (perencanaan tapak). Secara lebih rinci biaya-biaya dalam tahapan perencanaan rumah susun ini adalah sebagai berikut: 1) Biaya Lahan (Land Cost) Biaya pengadaan lahan merupakan biaya yang diperlukan dalam memperoleh lahan sebagai tempat dibangunnya rumah susun sederhana nantinya. Proses perolehan lahan tersebut dapat dilakukan dengan pembebasan melalui mekanisme beli, sewa, ganti rugi, dan dapat juga dengan konsolidasi lahan (Arifin, 2004). Biaya atas pengadaan lahan biasa dihitung per m2.biaya lahan yang diperoleh pengembang dari penjual tanah dapat mencapai 6-8% dari harga jual suatu rumah (Hummel, 2001). 2) Biaya Pengukuran Lahan 3

Informasi tersebut diperlukan dalam proses perijinan pembangunan rumah susun. 3) Biaya Investigasi Tanah Proses investigasi tanah diperlukan dalam melihat kelayakan tanah yang akan digunakan dalam pembangunan rumah susun sederhana. Proses ini dilakukan dalam analisis tapak sebelum proses pembuatan siteplanning dilakukan. 4) Biaya Pembuatan SitePlanning Pembuatan siteplanning (perencanaan tapak) merupakan proses pengaturan/penyesuaian antara kondisi fisik ruang dari tapak dengan programprogram yang telah direncanakan sebelumnya pada tapak dengan memperhatikan kaidah seni yang terkait dengan prinsip-prinsip dalam bidang arsitektur, sipil, Arsitektur Lansekap, dan perencanaan kota (Lynch,1983). Besar biaya yang dikeluarkan untuk biaya professional ini berkisar antara 7 dan 15% dari total biaya proyek keseluruhan (Hummel, 2001). 5) Biaya Pematangan lahan Pematangan lahan diperlukan untuk menyesuaikan kondisi fisik topografi tanah dengan proses pembangunan rumah susun sederhana. Proses pematangan lahan dapat dilakukan dengan jalan memotong bagian lahan yang terjal (cut) dan menutup bagian yang landai (fill) agar lahan yang akan digunakan siap untuk digunakan untuk proses pembangunan rumah susun sederhana. 6) Biaya Administrasi Lahan Proses administrasi lahan merupakan bagian dari proses legalisasi segala sesuatu yang berhubungan dengan proses pembangunan rumah susuns ederhana. Dalam beberapa proyek, ijin dari pemerintah daerah/pusat harus diperoleh sebelum proses konstruksi dilaksanakan dan biaya yang dikeluarkan dalam proses ini berkisar antara 20-25% dari biaya fisik proyek pembangunan rumah (Hummel, 2001). Administrasi lahan dalam proses pembangunan rumah susun terdiri dari proses perijinan, pengurusan Hak Guna Bangunan, pengalihan hak milik atas lahan. Biaya-biaya perijinan yang harus ditempuh dalam pembangunan rumah susun antara lain: 1. Ijin Prinsip 2. Ijin Lokasi 3. Ijin PerencanaanTapak (Site Plan) 4. Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) 4

Biaya Tahap Pembangunan Biaya tahap pembangunan akan terdiri dari biaya tahap pembangunan bangunan rumah susun sederhana dan pembangunan system Prasarana, Sarana, dan Utilitas (PSU). Sub komponen biaya secara rinciakan dijelaskan sebagai berikut: 1) Biaya Bangunan Rumah Susun Menurut Poerbo (1993) biaya dalam tahapan pembangunan dapat dikelompokkan ke dalambiaya langsung dan biaya tidak langsung. a) Biaya Langsung Biaya ini pada dasarnya mengikuti standar yang telah dikeluarkan oleh pemerintah. b) Biaya Tidak Langsung Biaya tidak langsung yang dimaksud disini adalah segala jenis biaya yang terkait dengan jasa pembuatan desain konstruksi bangunan yang melibatkan pihak konsultan arsitek dengan memperhatikan aturan-aturan teknis sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan dalam peraturan-peraturan terkait rumah susuns ederhana. 2) Biaya Prasarana, Sarana, dan Utilitas (PSU) Dasar Prasarana, sarana dan utilitas dasar merupakan komponen penting dalam menunjang pembangunan rumah susun sederhana. Pembangunan PSU dilakukan dengan pertimbangan akan standar jumlah penduduk yang akan menjadi calon penghuni rumah susun nantinya. Komponen Biaya Pengelolaan Biaya pengelolaan merupakan segala jenis biaya yang harus dikeluarkan ketika proses produksi rumah susun sederhana telah dilakukan. Komponen biaya ini terdiri dari beberapa sub komponen seperti: 1) Biaya Operasional Biaya operasional merupakan segala jenis biaya yang dibutuhkan dalam menjalankan fungsi pengelolaan rumah susun sederhana yang umumnya akan terdiri dari biaya-biaya seperti biaya administrasi termasuk biaya upah personil, biaya iuran atas pemakaian listrik, air, telepon dari pengelola dan kebersihan sampah, biaya pajak baik terdiri atas PBB (Pajak Bumi dan Bangunan), Pajak perseroan dan PPn (Pajak Pertambahan Nilai). Beban biaya pajak PPn akan lebih lanjut dijelaskan dalam tinjauan kebijakan Peraturan Menteri Keuangan RI No.36/PMK 03/2007 tentang batasan rusuna yang dibebaskan atas PPn. 5

2) Biaya Pemeliharaan Biaya pemeliharaan merupakan jenis biaya yang dikeluarkan untuk melakukan perawatan atas bangunan gedung rumah susun sederhana dan prasarana, sarana dan utilitas (PSU) yang digunakan. Besarnya biaya pemeliharaan ini dikeluarkan secara periodic bulanan, tahunan maupun sewaktu-waktu (Arifin,2004). Total biaya operasional dan pemeliharaan besarnya sekitar 5% dari harga sewa rumah susun (Poerbo, 1993). 3) Pajak Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, jenis pajak yang dibebankan kedalam proses pengelolaan rumah susun sederhana yaitu Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). 4) Asuransi Asuransi digunakan dalam proses pengelolaan rumah susun dimaksudkan sebagai jaminan dalam resiko keselamatan penghuni yang dapat disebabkan oleh adanya kebakaran ataupun gempa pada bangunan rumah susun. Pembayaran polis pada rumah susun yang dikelola pemerintah tidak dibebankan kepada penghuni namun untuk rumah susun yang dikelola oleh swasta dibebankan kepada pemerintah. Pendekatan Perhitungan Harga Sewa Dalam subbab ini akan dijelaskan mengenai dasar perhitungan penentuan harga sewa-beli (jual) dan sewa dengan mengadaptasi pendekatan studi yang dilakukan oleh Poerbo (1993) tentang harga sewa minimum dan disesuaikan dengan perhitungan yang dilakukan oleh pengembang pada umumnya berdasarkan biaya produksi dan pengelolaannya. Perhitungan harga sewa yang digunakan untuk rumah susun sederhana sewa diperoleh dengan pendekatan perhitungan sebagai berikut: Dimana: HSM = BPn Unit HSM = Harga Sewa Murni BPn = Biaya Operasional Unit = Jumlah unit hunian yang terbangun dalam rumah susun Harga sewa yang dihasilkan dalam formulasi diatas selanjutnya akan dikombinasikan dengan besarnya biaya tambahan yang dibebankan kepada tiap penghuni rumah susun (surcharge) 6

sehingga diperoleh hargasewa total sebagai berikut: HST = HSM + Dimana: HST BT Unit = Harga Sewa Total BT = Biaya Tambahan (Surcharge) Unit= Jumlah unit hunian yang terbangun dalam rumah susun METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam studi ini tergolong kedalam metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan analisis dari sisi supply dan demand. Dalam pendekatan analisis dari sisi supply akan dilihat besarnya harga sewa atau sewa yang diperoleh melalui biaya produksi, operasional dan pemeliharaan rumah susun sederhana. Adapun dari sisi demand akan dilihat seberapa pantaskah biaya sewa yang dibebankan kepada mahasiswa untuk dapa ttinggal dirumah susun berdasarkan harga sewa yang akan berdasarkan hasil perhitungan melalui biaya produksi, operasional dan pemeliharaan tersebut. Pada studi ini mula-mula diidentifikasi besarnya biaya produksi padatahap perencanaan dan pada tahap konstruksi bangunan rumah susun beserta infrastruktur penunjangnya. Metode pengambilan data dalam studi ini menggunakan survey data primer dan survey data sekunder. Dalam mengetahui besarnya biaya produksi maka dibutuhkan informasi yang diperoleh dari data-data primer melalui wawancara kepada para pengembang atau pelaksana pembangunan rumah susun sederhana. Informasi mengenai besarnya biaya operasional dan pemeliharan diperoleh juga melalui data primer melalui wawancara kepada pihak pengelola rumah susun sederhana. Sedangkan data-data primer yang dibutuhkan didapat melalui pengumpulan data dari berbagai tempat, dan data sekunder didapat dari buku-buku dan berbagai literature. 7

Gambar 1. Bagan Analisis Perhitungan Harga Sewa Rumah Susun Sederhana PEMBAHASAN Biaya operasional rusunawa adalah ; 1. Biaya Iuran 2. Biaya Pajak 3. Biaya Pemeliharaan 4. Biaya Upah Pengelola 5. Biaya Asuransi 6. Biaya Kekosongan a. Perhitungan Biaya Iuran Perhitungan Iuran Listrik Total pemakaian listrik perkamar adalah 3,6 kwh/hari, total kamar yang ada di Rusunawa Unlam Banjarbaru adalah 71 kamar sehingga total pemakaian listrik untuk seluruh kamar adalah 255,6 kwh. 8

Jika diasumsikan Rusunawanya sendiri memiliki barang elektronik sebagai berikut : 1. 50 Lampu hemat energi 20 watt, 6 jam/hari: 6 kwh/hari 2. 2 Pompa air 150 watt, 3 jam/hari 0,9 kwh/hari 3. 2 Kulkas sedang 100 watt, 24 jam/hari : 4,8 kwh/hari Total 11,7 kwh Sehingga Total pemakaian listrik untuk keseluruhan Rusunawa adalah 267,3 kwh/hari. Karena pembayaran iuran listrik adalah tiap bulan, maka pemakaian listrik Rusunawa Unlam dalam 1 bulan adalah 8019 kwh. Dari Lampiran III Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 104 Tahun 2003, Golongan Tarif R-3/TR Biaya Pemakaian Listrik adalah Rp. 621/kWh, sehingga Iuran listrik yang dibayar dalam 1 bulan adalah 8019 x 621 = Rp. 4.979.799 Jika Diasumsikan Rusunawa menggunakan batas daya sebesar 6.600 VA = 6,6 kva maka biaya beban yang dikenakan adalah 6,6 x 34.260 = Rp.226.116/bulan. Total Iuran Listrik yang dibayar adalah : Rp. 4.979.799 + Rp.226.116 = Rp. 5.205.915/bulan Perhitungan Iuran PDAM Jika diasumsikan pemakaian air di Rusunawa perorangnya adalah 0,5 m 3 perhari, maka apabila rusunawa dalam kondidi terisi penuh dengan asumsi 1 orang perkamar, dapat dihitung pemakaian air dalam satu hari adalah 35,5 m 3, dan perbulannya berkisar 1000 m 3, maka perhitungannya adalah 5 x 2.775 = Rp. 13.875, 15 x 4.250 = Rp. 63.750, 35 x 5.750 = Rp. 201.250, 945 x 6.500 = Rp. 6.142.500 Sehingga jumlah tagihan PDAM adalah Rp. 6.421.375/bulan. Perhitungan Iuran Telepon Diasumsikan Pemakaian telepon untuk satu harinya adalah 30 menit dan tariff telepon yang berlau adalah Rp. 50/menit. Maka Biaya telepon yang harus dibayar dalam 1 bulan adalah 30 x 30 x 50 = Rp 45.000/bulan. Rata-rata biaya abonemen yang berlaku adalah Rp. 15.000. Maka Total iuran telepon yang harus dibayar adalah Rp. 60.000/bulan. Perhitungan Pajak Bumi Bangunan Dasar perhitungan pajak adalah Nilai Jual Kena Pajak. Nilai Jual Kena Pajak adalah nilai jual yang dipergunakan sebagai dasar penghitungan pajak, yaitu suatu persentase tertentu dari nilai jual 9

sebenamya. Pajak Bumi Bangunan yang dibebankan (Rp.000) PBB = Tarif Pajak x NJKP = Persentase Pajak x (Persentase NJKP x (NJOP - NJOPTKP)) = 0.5% x (20% x (379.601,66 12.000)) = Rp 3.676,02) Besar PBB adalah Rp 3.676.020/tahun Perhitungan Biaya Pengelolaan Rusunawa Jika dalam satu rusunawa terdapat rincian jumlah pengelola sebagai berikut: - 3 Orang sebagai administrator - 4 Orang Sebagai Keuangan - 4 Orang Sebagai Manager Staff Dari data yang diperoleh, upah minimum pekerja diatas adalah (dalam Rp. 000/bulan) Tabel 1. Jenis Pekerjaan Pengelola Jenis Pekerjaan Upah Administrator Keuangan Manager Staff 500 450 450 Maka dapat dihitung total biaya pengelola sebagi berikut 3 x 500 = 1.500, 4 x 450 = 1.800, 4 x 450 = 1.800, Jumlah 5.100 Jadi Total Biaya Upah Pengelola Adalah Rp. 5.100.000/bulan Perhitungan Biaya Asuransi Diasumsikan Jika Uang pertanggungan yang dibayar pertahun adalah Rp. 7.562.000 pertahun, maka jika terjadi kebakaran, perusahaan asuransi akan membayar premi sebesar 0.2 dari total pembayaran uang pertanggungan. Perhitungan Biaya Kekosongan Dikarenakan Rusunawa Unlam Banjarbaru tidak setiap waktu terisi penuh, maka biaya kekosongan bangunan dimasukkan dalam perhitungan biaya sewa. Bisa saja saat seseorang keluar dari rusunawa terdapat jenjang waktu dimana tempat yang awalnya didiami oleh orang yang keluar tadi tidak langsung didiami oleh orang yang lain. Oleh karena itulah, menurut perarturan yang berlaku biaya kekosongan berkisar kurang lebih 10%, jadi diambil saja yaiutu 10%. HASIL PERHITUNGAN Dari Perhitungan diperoleh bahwa Iuran Listrik Rp. 5.205.915/bulan = Rp. 62.470.980/tahun Iuran Air Rp. 6.421.375/bulan = Rp. 77.056.500/tahun Iuran Telpon Rp. 60.000/bulan = 10

Rp. 720.000/tahun Pajak Bumi dan Bangunan Rp 3.676.020/tahun Iuaran pemeliharaan Rp. 121.454.500/tahun Iuran Pengelola Rp. 5.100.000/bln = Rp. 61.200.000/tahun Biaya Asuransi Rp. 7.562.000/tahun Total Biaya Iuran adalah Rp. 334.140.000/tahun Kemudian dapat dihitung biaya perbulannya adalah sebagai berikut Rp. 334.140.000 : 12 = Rp. 27.845.000/bulan Karena pada Rusunawa Unlam terdapat 71 kamar maka Biaya yang dibebankan perkamar perbulannya adalah Rp. 27.845.000 : 71 = Rp. 392.183/bulan ~ Rp. 393.000/bulan Dikarenakan adanya biaya kekosongan sebesar 10%, maka jumlah diatas dikalikan dengan 110% sehingga biaya sewa menjadi: 110% x Rp. 393.000 = Rp. 432.300 ~ Rp. 433.000 KESIMPULAN Dari perhitungan yang dilakukan didapat Biaya-biaya yang berlaku pada Rusunawa Unlam didapatkan bahwa biaya sewa yang berlau pada rusunawa adalah Rp. 433.000/bulan. Pada perencanaannya, dalam 1 kamar bias dihuni maksimal hingga 2 orang, sehingga biaya menjadi Rp. 216.500/bulan. Ditekankan kembali bahwa hasil perhitungan biaya sewa perbulan diatas hanyalah biaya untuk menutupi biaya operasional dan pemeliharaan rusunawa saja. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis menghaturkan terimakasih kepada sdr. Riza Rahman yang telah membantu dalam penulisan artikel ini. DAFTAR PUSTAKA Hummel, John. 1996. Cost Estimates for Land Development. dalam Land Development Hand Book: Planning, Engineering and Surveying, ed. Dewberry dan Davis, 741-761. New York: McGraw-Hill Mardiasmo. 2009. Perpajakan Edisi Revisi 2009 Yogyakarta: Penerbit Andi Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2002 Tentang Penetapan Besarnya Nilai Jual Kena Pajak Untuk Penghitungan Pajak Bumi Dan Bangunan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2002 Tentang Penetapan Besarnya Nilai Jual Kena Pajak Untuk Penghitungan Pajak Bumi Dan Bangunan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 24/prt/m/2008 30 Desember 11

2008 Tentang Pedoman Pemeliharaan Dan Perawatan Bangunan Gedung Poerbo, Hartono. 1993. Tekno Ekonomi Bangunan Bertingkat Banyak. Jakarta: Penerbit Djambatan. Rahardjo, Satjipto. 1998. Rumah Susun dan Persoalan-Persoalan Hukumnya: Suatu Orientasi dalam Eko Budihardjo, Sejumlah Masalah Pemukiman Kota. Bandung: Alumni. Uu. Nomor 16 Tahun 1985 Tentang Rumah Susun. Peraturan Menteri Keuangan RI NO.36/PMK 03 12