BAB I PENDAHULUAN. manusia itu sendiri, yakni untuk membudayakan manusia. Menurut Dhiu (2012:25-27)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. didik, alat pendidikan dan lingkungan pendidikan (Dhiu, 2012: 25)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi setiap perubahan yang terjadi akibat adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. kepada siswa untuk memahami nilai-nilai, norma, dan pedoman bertingkah laku karena

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. untuk membudayakan manusia (Dhiu, 2012:24). Subjek sentral dalam dunia pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk berperan di masa yang akan datang. Menurut Slameto (Baharuddin &

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pembelajaran dengan menerapkan Pendekatan Inkuiri Terbimbing

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam menyiapkan sumber daya manusia yang produktif. Hal ini berarti bahwa berhasil

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak berbakat atau juga disebut sebagai anak dengan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan berkembangnya IPTEK di era modern ini memberikan kesadaran

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. dan kerja keras sedini mungkin. Walaupun hal tersebut telah diupayakan, namun

I. PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan syarat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut segala aspek kehidupan, baik Pendidikan, Kesehatan, Spiritual, Budaya,

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi sebagian besar orang, berarti berusaha membimbing anak untuk menyerupai orang dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bagi dirinya, masyarakat dan bangsa. (Dhiu Margareta, 2012: 24),

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan aspek penting bagi pengembangan sumber daya manusia karena merupakan

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa

BAB I LATAR BELAKANG. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam pembangunan di setiap negara.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah salah satu rumpun sains yang mempelajari tentang zat, meliputi

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami pelbagai perubahan, termasuk dalam bidang pendidikannya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan penjaminan mutu pendidikan. memperbaiki sistem pendidikan. Pemerintah memperbaiki sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu bidang studi yang ada

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

2 menguasai bidang ilmu lainnya. Abdurahman (2009:253) mengatakan bahwa ada lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan: (1) s

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Salah satu disiplin ilmu yang dipelajari pada jenjang SMA adalah ilmu kimia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Proses

II. TINJAUAN PUSTAKA. bahwa untuk menemukan pengetahuan memerlukan suatu keterampilan. mengamati, melakukan eksperimen, menafsirkan data

BAB I PENDAHULUAN. bahkan sampai ke perguruan tinggi. Belajar matematika di sekolah dasar tentunya

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam menjamin

BAB I PENADAHULUAN. Sekolah Menengah Atas (SMA) diharapkan dapat berkarya dan memiliki produkitivitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. demi peningkatan kualitas maupun kuantitas prestasi belajar peserta didik,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Soedjadi (dalam FM Fransiska, 2008:1) mengatakan bahwa: untuk

I. PENDAHULUAN. Perasaan kurang minat dan susah mengerti akan suatu mata pelajaran

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL INQUIRY PADA MATA PELAJARAN IPA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dalam berbagai situasi. 1 Secara khusus,

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Dalam situasi

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengembangan kurikulum matematika pada dasarnya digunakan. sebagai tolok ukur dalam upaya pengembangan aspek pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen penting yang tidak dapat dipisahkan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional

BAB V PENUTUP. penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pembelajaran dengan menerapkan pendekatan Discovery Learning yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ini sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada hakekatnya adalah produk,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

: FARID YULIYADI A

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang dikemukakan oleh Rusyna (2014: 3) berpikir diakibatkan

I. PENDAHULUAN. global dengan memiliki keterampilan, pengetahuan dan sikap yang terdidik yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Ilmu yang mempelajari alam semesta disebut Ilmu Pengetahuan Alam (natural

Kegiatan belajar mengajar sangat ditentukan oleh kerjasama antara guru dan. dimaksud adalah kemampuan seorang guru dalam memilih metode,

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri. 1

BAB I PENDAHULUAN. terkandung empat hal yang perlu digaris bawahi dan mendapat penjelasan lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesusastraan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mereka mampu berpikir luas untuk mendapatkan apa yang setiap orang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu

I. PENDAHULUAN. baik, namun langkah menuju perbaikan itu tidaklah mudah, banyak hal yang harus

I. PENDAHULUAN. proses. Secara definisi, IPA sebagai produk adalah hasil temuan-temuan para

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu modal awal proses menuju pembangunan bangsa, karena

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyelenggaraan pendidikan tidak lepas dari kegiatan belajar dan mengajar (KBM). Salah satunya pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini pembelajaran fisika masih didominasi dengan penggunaan

I. PENDAHULUAN. inovatif. Menyadari bagaimana cara memikirkan pemecahan permasalahan

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari IPA yang mempelajari struktur, susunan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang dinamis dan syarat perkembangan. Pendidikan harus memperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. harapan sangat bergantung pada kualitas pendidikan yang ditempuh. imbas teknologi berbasis sains (Abdullah, 2012 : 3).

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing tinggi. Adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia di dunia ini karena pendidikan akan tetap berlangsung kapan dan di mana pun. Hal ini karena, pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha manusia untuk memanusiakan manusia itu sendiri, yakni untuk membudayakan manusia. Menurut Dhiu (2012:25-27) konsep pendidikan terbagi menjadi dua bagian yaitu konsep tradisional dan konsep modern. Konsep pendidikan tradisional merupakan pendidikan yang disamakan dengan sekolah dan lebih ditekankan pada pemberian informasi atau penyampaian ilmu pengetahuan daripada pengembangan kepribadian anak. Bahkan bagian informasi yang lebih diperhatikan penekanannya adalah penguasaan bentuk fakta, bukan pengusaan keterampilan belajar. Sedangkan konsep pendidikan modern merupakan usaha yang disengaja dan sadar untuk mengembangkan kepribadian anak menjadi anggota masyarakat. Konsep pendidikan ini sudah menyatukan semua kegiatan pendidikan, baik yang terjadi di sekolah maupun yang terjadi di luar sekolah (keluarga dan masyarakat) secara terpadu dan berlangsung sepanjang hayat. Ada dua pengertian esensial yang dikandung dalam konsep modern yaitu 1) pendidikan berlangsung sepanjang hidup manusia artinya bahwa pendidikan mengembangkan potensi-potensi dan sikap subjek didik secara terus-menerus secara maksimal tanpa mengenal batas usia. Asumsi dasar konsep ini adalah bahwa belajar berlangsung sepanjang hayat 2) pendidikan merupakan kegiatan terpadu antara kegiatan di sekolah dan di luar sekolah artinya bahwa pendidikan seharusnya dapat mengintegrasikan pendidikan di masyarakat, baik pendidikan di sekolah, di masyarakat, di tempat kerja, dan dimana saja. Pendidikan yang diperoleh di

luar sekolah juga dapat menambah pengetahuan dan keterampilan dalam bidang-bidang tertentu. Keberhasilan dan kegagalan dalam pendidikan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah semua faktor yang berasal dari dalam diri individu yang sedang belajar diantaranya adalah kemapuan berpikir kritis dan kemampuan berpikir tingkat tinggi (high order thinking). Sedangkan faktor eksternal adalah semua faktor yang berasal dari luar diri individu salah satunya adalah Pendekatan Inkuiri Terbimbing. Berpikir kritis merupakan suatu sikap mau berpikir secara mendalam tentang masalah-masalah dan hal-hal yang berada dalam jangkauan pengalaman seseorang; pengetahuan tentang metode-metode pemeriksaan dan penalaran yang logis; dan semacam suatu keterampilan untuk menerapkan metode-metode tersebut. Berpikir kritis menuntut upaya keras untuk memeriksa setiap keyakinan atau pengetahuan asumtif berdasarkan bukti pendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang diakibatkannya (Glaser dalam Fisher, 2008:3). Menurut Paul, dkk dalam Fisher, (2008:4) berpikir kritis merupakan mode berpikir-mengenai hal, substansi atau masalah apa sajadimana si pemikir meningkatkan kualitas pemikirannya dengan menangani secara terampil struktur-struktur yang melekat dalam pemikiran dan menerapkan standarstandar intelektual padanya. Pada kenyataannya kondisi di lapangan, kemampuan berpikir kritis peserta didik terhadap pembelajaran Kimia terkhususnya materi pokok Hidrolisis Garam rendah. Menurut Gunawan (2006:171) Berpikir tingkat tinggi (high order thinking) merupakan proses berpikir yang mengharuskan murid untuk memanipulasi informasi dan ide-ide dalam cara tertentu yang memberi mereka pengertian dan implikasi baru. Contohnya adalah saat murid menggabungkan fakta dan ide dalam proses mensintesis,

melakukan generalisasi, menjelaskan, melakukan hipotesis dan analisis, dan akhirnya murid sampai pada suatu kesimpulan. Menurut Liyana Ida dan Aminuddin dalam Jurnal Pendidikan Hayati Vol. 1 No 1 (2014):2 kemampuan berpikir tingkat tinggi (high order thinking) merupakan suatu kemampuan berpikir yang tidak hanya membutuhkan kemampuan mengingat saja, namun membutuhkan kemampuan lain yang lebih tinggi, seperti kemampuan berpikir kreatif dan kritis (Rosnawati, 2009:1). Kemampuan berpikir tingkat tinggi (high order thinking) didefinisikan sebagai penggunaan pikiran secara luas untuk menemukan tantangan baru dan menghendaki seseorang untuk menerapkan informasi baru atau pengetahuan sebelumnya dan memanipulasi informasi uuntuk menjangkau kemungkinan jawaban dalam situasi baru (Rofiah, 2013:17). Salah satu pendekatan yang dapat mengaktifkan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan berpikir tingkat tinggi (high order thinking) atau peserta didik adalah pendekatan inkuiri terbimbing. Inkuiri sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau menemukan informasi. Gulo (Trianto, 2009: 166), menyatakan inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuann peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri adalah (1) keterlibatan peserta didik secara maksimal dalam proses kegiatan belajar; (2) keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran; dan (3) mengembangkan sikap percaya pada diri peserta didik tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri. Pembelajaran inkuiri dirancang untuk merancang peserta didik secara langsung kedalam proses ilmiah dalam waktu yang relatif singkat. Hasil penelitian Schlenker (Trianto, 2009: 167), menunjukan bahwa latihan inkuiri dapat meningkatkan pemahaman

sains, produktif dalam berpikir kreatif, dan peserta didik menjadi terampil dalam memperoleh dan menganalisis informasi. Gulo (Trianto, 2009: 168), menyatakan bahwa inkuiri tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional dan keterampilan inkuiri merupakan suatu proses yang bermula dari merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti di SMA Negeri 2 Kupang terdapat beberapa kendala dalam pembelajaran kimia khususnya pada materi Hidrolisis Garam. Materi Hidrolisis Garam, dianggap sebagai materi yang sulit dan menjadi momok bagi peserta didik. Ketidaktahuan peserta didik mengenai kegunaan ilmu kimia khususnya pada materi Hidrolisis Garam, dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari menjadi penyebab peserta didik merasa tidak tertarik pada materi tersebut. Selain itu juga dalam kegiatan pembelajaran peserta didik lebih ditekankan pada proses menghafal dan mencari tahu satu jawaban yang benar saja dalam menyelesaikan suatu permasalahan, hal ini mengakibatkan kreativitas, kemampuan berpikir kritis dan kemampuan berpikir tingkat tinggi (high order thinking) peserta didik berkembang lambat. Peserta didik kurang memiliki tingkah laku yang kritis bahkan cara berpikir untuk mengeluarkan ide dan gagasan yang sifatnya inovatif pun terkesan lambat. Akibatnya peserta didik kurang bersemangat untuk mencapai prestasi belajar yang tinggi dan berdampak negatif terhadap hasil belajar peserta didik. Permasalahan diatas dapat dirasakan langsung pada nilai akhir yang ada, dimana hasil belajar yang dicapai peserta didik tidak mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 72.

Berdasarkan data hasil ulangan yang ada, rata-rata nilai yang dicapai peserta didik kelas XI IPA semester genap materi Hidrolsis Garam dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 1.1. Rata-rata Nilai Ulangan Materi Hidrolisis Garam Peserta didik Kelas XI IPA SMA Negeri 2 Kupang Rata-rata Nilai Ulangan No. Tahun Ajaran KKM Hidrolisis Garam 1. 2012/2013 71,8 72 2. 2013/2014 70,5 72 3. 2014/2015 70 72 4. 2015/2016 71 72 (Sumber hasil observasi di SMA Negeri 2 Kupang) Berdasarkan tabel 1.1 di atas, dapat dilihat bahwa hasil belajar peserta didik belum mencapai KKM yang ada, terutama pada materi pokok Hidrolisis Garam. Untuk mengatasi permasalahan ini, guru harus memilih pendekatan yang tepat, dan salah satunya adalah pendekatan inkuiri terbimbing. Pendekatan inkuiri terbimbing ini menekankan pada aktivitas peserta didik secara maksimal untuk mencari dan menemukan secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga peserta didik dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti akan melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemampuan Berpikir tingkat tinggi (High Order Thinking) Terhadap Hasil Belajar Pada Materi Pokok Hidrolisis Garam Dengan Menerapkan Pendekatan Inkuiri Terbimbing Terbimbing Peserta Didik Kelas XI IPA 3 SMA Negeri 2 Kupang Tahun Ajaran 2015/ 2016. 1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana efektifitas pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan Inkuiri Terbimbing pada materi pokok Hidrolisis Garam peserta didik Kelas XI IPA 3 SMA Negeri 2 Kupang tahun ajaran 2015/2016? Secara terperinci dapat dituliskan sebagai berikut: a. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan menerapkan Pendekatan Inkuiri Terbimbing pada materi pokok Hidrolisis Garam peserta didik Kelas XI IPA 3 SMA Negeri 2 Kupang tahun ajaran 2015/2016? b. Bagaimana ketuntasan indikator dalam pembelajaran dengan menerapkan Pendekatan Inkuiri Terbimbing pada materi pokok Hidrolisis Garam peserta didik Kelas XI IPA 3 SMA Negeri 2 Kupang tahun ajaran 2015/2016? c. Bagaimana ketuntasan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran dengan menerapkan Pendekatan Inkuiri Terbimbing pada materi pokok Hidrolsis Garam peserta didik Kelas XI IPA 3 SMA Negeri 2 Kupang tahun ajaran 2015/2016? 2. Bagaimana kemampuan berpikir kritis peserta didik Kelas XI IPA 3 SMA Negeri 2 Kupang tahun ajaran 2015/2016? 3. Bagaimana kemampuan peserta didik Kelas XI IPA 3 SMA Negeri 2 Kupang tahun ajaran 2015/2016? 4. a. Adakah hubungan kemampuan berpikir kritis terhadap hasil belajar peserta didik dalam menerapkan Pendekatan Inkuiri Terbimbing pada materi pokok Hidrolisis Garam peserta didik Kelas XI IPA 3 SMA Negeri 2 Kupang tahun ajaran 2015/2016?

b. Adakah hubungan kemampuan terhadap hasil belajar peserta didik dalam menerapkan Pendekatan Inkuiri Terbimbing pada materi pokok Hidrolisis Garam peserta didik Kelas XI IPA 3 SMA Negeri 2 Kupang tahun ajaran 2015/2016? c. Adakah hubungan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan peserta didik terhadap hasil belajar kimia dalam menerapkan Pendekatan Inkuiri Terbimbing pada materi pokok Hidrolisis Garam peserta didik Kelas XI IPA 3 SMA Negeri 2 Kupang tahun ajaran 2015/2016? 5. a. Adakah pengaruh kemampuan berpikir kritis terhadap hasil belajar peserta didik dalam menerapkan Pendekatan Inkuiri Terbimbing pada materi Hidrolisis Garam peserta didik Kelas XI IPA 3 SMA Negeri 2 Kupang tahun ajaran 2015/2016? b. Adakah pengaruh kemampuan berpikir tingkat tinggi (high order thinking) terhadap hasil belajar kimia dalam menerapkan Pendekatan Inkuiri Terbimbing pada materi pokok Hidrolisis Garam peserta didik Kelas XI IPA 3 SMA Negeri 2 Kupang tahun ajaran 2015/2016? c. Adakah pengaruh kemampuan berpikir kritis dan kemampuan peserta didik terhadap hasil belajar kimia dalam menerapkan Pendekatan Inkuiri Terbimbing pada materi pokok Hidrolisis Garam peserta didik Kelas XI IPA 3 SMA Negeri 2 Kupang tahun ajaran 2015/2016? 1.3. Tujuan Penelitian Bertolak dari rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Mendeskripsikan efektifitas pembelajaran dengan mengunakan Pendekatan Inkuiri Terbimbing pada materi pokok Hidrolisis Garam peserta didik Kelas XI IPA 3 SMA Negeri 2 Kupang tahun ajaran 2015/2016 a. Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan menerapkan Pendekatan Inkuiri Terbimbing pada materi pokok Hidrolisis Garam peserta didik Kelas XI IPA 3 SMA Negeri 2 Kupang tahun ajaran 2015/2016 b. Ketuntasan indikator dalam pembelajaran dengan menerapkan Pendekatan Inkuiri Terbimbing pada materi pokok Hidrolsis garam peserta didik Kelas XI IPA 3 SMA Negeri 2 Kupang tahun ajaran 2015/2016 c. Ketuntasan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran dengan menerapkan Pendekatan Inkuiri Terbimbing pada materi pokok Hidrolsis Garam peserta didik Kelas XI IPA 3 SMA Negeri 2 Kupang tahun ajaran 2015/2016 2. Mengetahui kemampuan berpikir kritis peserta didik Kelas XI IPA 3 SMA Negeri 2 Kupang tahun ajaran 2015/2016 3. Mengetahui kemampuan berpikir tingkat tinggi (high order thinking) peserta didik Kelas XI IPA 3 SMA Negeri 2 Kupang tahun ajaran 2015/2016 4. a) Mengetahui ada tidaknya hubungan kemampuan berpikir kritis terhadap hasil belajar peserta didik dalam menerapkan Pendekatan Inkuiri Terbimbing pada materi pokok Hidrolisis Garam peserta didik Kelas XI IPA 3 SMA Negeri 2 Kupang tahun ajaran 2015/2016 b) Mengetahui ada tidaknya hubungan berpikir tingkat tinggi (high order thinking) terhadap hasil belajar kimia dalam menerapkan Pendekatan Inkuiri Terbimbing pada materi pokok Hidrolisis Garam peserta didik Kelas XI IPA 3 SMA Negeri 2 Kupang tahun ajaran 2015/2016

c) Mengetahui ada tidaknya hubungan kemampuan berpikir kritis dan berpikir tingkat tinggi (high order thinking) peserta didik terhadap hasil belajar kimia dalam menerapkan Pendekatan Inkuiri Terbimbing pada materi pokok Hidrolisis Garam peserta didik Kelas XI IPA 3 SMA Negeri 2 Kupang tahun ajaran 2015/2016 5. a) Mengetahui ada tidaknya pengaruh kemampuan berpikir kritis terhadap hasil belajar peserta didik dalam menerapkan Pendekatan Inkuiri Terbimbing pada materi pokok Hidrolisis Garam peserta didik Kelas XI IPA 3 SMA Negeri 2 Kupang tahun ajaran 2015/2016 b) Mengetahui ada tidaknya pengaruh berpikir tingkat tinggi (high order thinking) terhadap hasil belajar kimia dalam menerapkan Pendekatan Inkuiri Terbimbing pada materi pokok Hidrolisis Garam peserta didik Kelas XI IPA 3 SMA Negeri 2 Kupang tahun ajaran 2015/2016 c) Mengetahui ada tidaknya pengaruh kemampuan berpikir kritis dan berpikir tingkat tinggi (high order thinking) peserta didik terhadap hasil belajar kimia dalam menerapkan Pendekatan Inkuiri Terbimbing pada materi pokok Hidrolisis Garam peserta didik Kelas XI IPA 3 SMA Negeri 2 Kupang tahun ajaran 2015/2016 1.4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah: 1. Bagi Universitas Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagi bahan referensi bagi peneliti lain dengan materi yang sama, serta memberikan sumbangan bagi perbendaharaan karya tulis ilmiah di perpustakaan. 2. Bagi Sekolah

a) Sebagai bahan masukan bagi guru dalam mengelola pembelajaran dengan menerapkan pendekatan pembelajaran inkuiri sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran kimia peserta didik. b) Memberikan informasi bagi peserta didik untuk memperbaiki cara belajar agar dapat menumbuhkan atau mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan high order thinking sehingga meningkatkan kualitas pembelajaran. 3. Bagi Peneliti Agar peneliti juga memiliki pengetahuan yang luas tentang pendekatan pembelajaran inkuiri dan memiliki keterampilan untuk menerapkan pendekatan pembelajaran tersebut, khususnya dalam pelajaran kimia. 1.5. Batasan Penelitian Batasan penelitian dalam penelitian ini adalah : 1) Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2 Kupang 2) Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XI IPA 3 Tahun ajaran 2015/2016. 3) Hasil belajar peserta didik dilihat dari aspek sikap spiritual untuk KI 1, aspek sikap sosial untuk KI 2, aspek pengetahuan untuk KI 3 dan aspek keterampilan untuk KI 4. 4) Pembelajaran menggunakan Pendekatan Inkuiri Terbimbing. 5) Variabel X yang digunakan pada penelitian ini adalah kemampuan berpikir kritis (X1) dan kemampuan berpikir tingkat tinggi (high order thinking) (X2). 6) Materi pokok yang digunakan adalah Hidrolisis Garam. 1.6. Batasan Istilah Yang menjadi batasan istilah dalam penelitian ini adalah: 1) Pengaruh

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga menjelaskan bahwa Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang. 2) Pendekatan pembelajaran merupakan suatau himpunan asumsi yang saling berhubungan dan terkait dengan sifat pembelajaran. Suatu pendekatan bersifat bersifat aksiomatik dan menggambarkan sifat sifat dan ciri khas suatu pokok bahasan yang diajarkan ( Suyono & Hariyanto 2012:18 ). 3) Pendekatan Inkuiri Terbimbing merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuann peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri (Gulo dalam Trianto, 2009:166). 4) Berpikir kritis adalah interpretasi dan evaluasi yang terampil dan aktif terhadap observasi dan komunikasi, informasi dan argumentasi (Fisher 2007). 5) Kemampuan berpikir tingkat tinggi (high order thinking) adalah kemampuan menghubungkan, memanipulasi dan mentransformasi pengetahuan serta pengelaman yang sudah dimiliki untuk berpikir kritis dan kreatif dalam upaya menentukan keputusan dan memecahkan masalah pada situasi baru (Ropiah, et.al, (2013:18). 6) Hasil belajar adalah semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan strategi pembelajaran di bawah kondisi yang berbeda ( Degeng dalam Wena,2008:6).