Faktor-Faktor yang Berkaitan dengan Kelelahan Mata pada Karyawan Bagian Administrasi di PT. Indonesia Power UBP Semarang

dokumen-dokumen yang mirip
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN MATA PADA OPERATOR KOMPUTER DI KANTOR SAMSAT PALEMBANG TAHUN 2009

BAB 1 : PENDAHULUAN. kapasitas kerja fisik pekerja, serta melindungi pekerja dari efek buruk pajanan hazard di

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak menimbulkan efek berbahaya bagi manusia. Lamanya radiasi komputer

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELELAHAN MATA PADA KARYAWAN KASIR SWALAYAN DI KOTA GORONTALO. (Intan Blongkod, Rany Hiola, Ekawaty Prasetya)

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan sarana informasi sejak abad ke-dua puluh

Analisis Faktor Intensitas Penerangan Lokal Terhadap Kelelahan Mata Di Industri Pembuatan Sepatu X Kota Semarang

HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DAN LAMA PAPARAN LAYAR MONITOR KOMPUTER DENGAN KELELAHAN MATA PADA KARYAWAN BAA BAU DAN IT UMS

BAB I PENDAHULUAN. otomatis, terintegrasi dan terkoordinasi. luas dewasa ini, ditambah penggunaan internet yang semakin populer

I. PENDAHULUAN. tersebut oleh American Optometric Association (AOA) dinamakan Computer

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di masing-masing ruangan operator Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha dan dunia kerja, kesehatan kerja berkontribusi dalam

PERBEDAAN JARAK PANDANG PEKERJA CANTING BATIK PADA BEBERAPA WAKTU KERJA DI KAMPUNG BATIK SEMARANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. konflik batin serta kondisi sakit yang diderita oleh tenaga kerja. (1)

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkat dan mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, khususnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. seperti terhadap otot-otot akomodasi pada pekerjaan yang perlu pengamatan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan cross

BAB I PENDAHULUAN. pada iritasi mata bahkan kemungkinan katarak mata (Fazar, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. penglihatan atau kelainan refraksi (Depkes RI, 2009).

Kata kunci: intensitas pencahayaan, usia, kelelahan mata, lux meter, flicker fusion

BAB I PENDAHULUAN. dapat kita simpulkan bahwasanya kesehatan masyarakat sangat berguna untuk

ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. kondisi pandangan yang tidak nyaman (Pheasant, 1997). kondisi kurang sempurna untuk memperoleh ketajaman penglihatan.

PENGARUH INTENSITAS PENERANGAN TERHADAP KELELAHAN MATA PADA SISWA KELAS IV DAN V SEKOLAH DASAR NEGERI 02 KURIPAN-PURWODADI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA POSISI DUDUK DAN INTENSITAS PENGGUNAAN KOMPUTER DENGAN KELUHAN CVS (COMPUTER VISION SYNDROME)

BAB 6 HASIL PENELITIAN. Gambar 6.1 Sumber Pencahayaan di ruang Radar Controller

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN KELELAHAN MATA PADA PEKERJA PENGGUNA KOMPUTER DI BANK X KOTA BANGKO

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

Unnes Journal of Public Health

PENGARUH INTENSITAS PENERANGAN TERHADAP KELELAHAN MATA PADA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI PELINTINGAN MANUAL DI PT. DJITOE INONESIA TOBAKO

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR TERHADAP KEJADIAN COMPUTER VISION SYNDROME (CVS) PADA PEKERJA LAYOUT EDITOR DI CV. X TEMBALANG KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penurunan vitalitas dan produktivitas kerja akibat gangguan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Keluhan kelelahan mata menurut Ilmu Kedokteran adalah gejala

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan jangka panjang di bidang kesehatan, dimulai

BAB I PENDAHULUAN. terlalu dekat sehingga menyebabkan kelelahan pada mata (astenopia) dan radiasi

Jurnal CARE, Vol. 2, No. 2, 2014

November sampai dengan tanggal 20 Desember tahun untuk membuat gambaran atau deskritif tentang suatu keadaan suatu objektif.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Hubungan Faktor Individu dan Lingkungan Terhadap Keluhan Computer Vision Syndrom

ANALISIS PENGUKURAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN METODE FISIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bentuk teknologi yang beredar adalah gadget. Gadget tidak

Afrini Nurul Afifah. Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. kerja bagi masyarakat daerah dan sekitar perindustrian yang berkembang dalam

HUBUNGAN INTENSITAS PENERANGAN TERHADAP KELELAHAN MATA PADA TENAGA KERJA HOME INDUSTRI TIKAR MENDONG

*Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi Manado

PUBLICATION MANUSCRIPT NASKAH PUBLIKASI

Kata kunci : Sikap Kerja, Keluhan Muskuloskeletal Disorder

HUBUNGAN INTENSITAS PENERANGAN, MASA KERJA DAN LAMA KERJA DENGAN KETAJAMAN PENGLIHATAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yaitu cross sectional. Penelitian observasi memiliki ciri yaitu

Tingkat Pencahayaan Perpustakaan di Lingkungan Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

TINGKAT PENCAHAYAAN PADA PERPUSTAKAAN DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS INDONESIA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. bekerja secara otomatis, terintegrasi, dan terkoordinasi sehingga dengan

BAB I PENDAHULUAN. informasi. Penggunaan komputer di setiap tempat kerja sangat membantu dan

HUBUNGAN LAMA PAPARAN MONITOR KOMPUTER DENGAN KELUHAN COMPUTER VISION SYNDROME DI BPJS, SURAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN

* Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata Kunci: Intensitas Kebisingan, Kelelahan Kerja, Tenaga Kerja Ground Handling

HUBUNGAN TINGKAT PENGGUNAAN SMARTPHONE DENGAN KEJADIAN MIOPIA PADA MAHASISWA KEPERAWATAN ANGKATAN VII STIKES CITRA HUSADA MANDIRI KUPANG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA KELUHAN COMPUTER VISION SYNDROME (CVS) PADA OPERATOR KOMPUTER PT. BANK KALBAR KANTOR PUSAT TAHUN

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA

Kata Kunci: Kelelahan Kerja, Shift Kerja, PLTD.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Peneliti mencoba untuk mencari hubungan variabel paparan getaran mekanis

BAB III METODE PENELITIAN

Kata Kunci : Lama Duduk, Sindroma Piriformis, Pemain Game Online

BAB I PENDAHULUAN. Guangzhou, China, dengan pasar ekspor terbesar ke Amerika dan sebagian

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN MATA PADA PENGRAJIN BATIK DI SANGGAR BATIK MELATI PUTIH JAMBI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GEJALA KELELAHAN MATA (ASSTENOPIA) PADA KARYAWAN PENGGUNA KOMPUTER PT.GRAPARI TELKOMSEL KOTA KENDARI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA HOME INDUSTRY JKS SNACK & CATERING DI SERANG-BANTEN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Gambaran umum Universitas Negeri Gorontalo (UNG)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mata merupakan organ penting dalam tubuh kita. Sebagian besar

ABSTRAK SKRINING GEJALA COMPUTER VISION SYNDROME PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

Jurnal Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. adanya permainan audiovisual yang sering disebut dengan video game.

Analisis Faktor Individu dan Lingkungan terhadap Keluhan Syndrome pada Karyawan Bagian Central Control Room PT. X Jepara

STUDI KOMPARASI DAMPAK PENGGUNAAN AC (AIR CONDITIONING) PADA BUS TERHADAP TINGKAT KELELAHAN PENGEMUDI

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN GANGGUAN KETULIAN PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT

HUBUNGAN PENGGUNAAN LAPTOP DAN FUNGSI PENGLIHATAN MAHASISWA ANGKATAN 2011 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO

Putri AS, Saftarina F, Wintoko R Faculty of Medicine of Lampung University

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan Hiburan, (Semarang: EFFHAR, 1987), hlm.5. 1 Forrest M. MIM, III dan Marc Stern, Komputer untuk Bisnis,

Oleh : Fery Firman Santoso, Noeroel Widajati ABSTRACT

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V ANALISA DATA. 1.1 Hubungan Antara Intensitas Cahaya Dan Keluhan Subjektif Kelelahan

SUMMARY. Kata Kunci : Kelelahan Mata, Operator, Komputer

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

HANG TUAH MEDICAL JOURNAL

HUBUNGAN TINGKAT ERGONOMI KURSI DENGAN TINGKAT KONSENTRASI BELAJAR SISWA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 LENDAH KABUPATEN KULON PROGO YOGYAKARTA

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta * ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaannya dalam sehari-hari. Lingkungan kerja dapat mempengaruhi tingkat

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan

HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA MONTIR PERBENGKELAN DI DESA KIAWA KECAMATAN KAWANGKOAN UTARA KABUPATEN MINAHASA

basah, kelembaban relatif serta gerakan angin pada desain interior lama dan ergodesain

Transkripsi:

Faktor-Faktor yang Berkaitan dengan Kelelahan Mata pada Karyawan Bagian Administrasi di PT. Indonesia Power UBP Semarang Febriana Supriati * ) Mahasiswa Reguler FKM UNDIP 2008 ** ) Staf Pengajar Bagian K3 FKM UNDIP ABSTRACT The use of computer constantly in seeing monitor causes more problems related eyes. The use of it in a long time enables a risk at eyes strain or astenopia. Diffuse, hazy vision, double vision, color decreased ability, red eyes, burning, itching, tense, sleepy, the reduced ability of the accommodation accompanied by headache symptoms characterizes this diorder. In addition, other factors such as age, intensity of lighting, and visibility to the monitor contribute also to eyes strain disorder. This research aims to analyze the factors related to eye strain using a type of explanatory research along with cross-sectional approach. The measuring instrument used are questionnaires, luxmeter, meter, and reaction timer. The population of this study involves 22 respondents consisting of administration employees of PT Indonesia Power UBP Semarang using a Purposive Sampling method. The data are analyzed by using the Rank Spearman correlation. The results show that the intensity of the lighting is under the standard, 86% employees have appropriate viewing distance, the average use of the computer for 6,5 hours, and 59,1% of respondents over 40 years. As much as 77,3% of respondents experiencing eyestrain. The intensity of lighting-related eyestrain with ρ value = 0,021, r = 0,546, and = 0,05. While variable visibility, long use, and age not related to eyestrain (ρ value > 0,05). There is a relationship between the intensity of lighting with eyestrain and there is no relationship between the visibility, long use, and age with eyestrain during the administration of employees of PT Indonesia Power UBP Semarang. Keywords : computer, eye strain, administration PENDAHULUAN Penggunaan teknologi maju sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia secara luas. Namun, bila tanpa disertai pengendalian yang tepat akan dapat merugikan manusia sendiri. Penggunaan teknologi maju pada era industrialisasi yang ditandai dengan proses mekanisasi, elektrifikasi, dan modernisasi serta transformasi globalisasi tidak dapat dielakkan. Dengan demikian, penggunaan mesin-mesin akan terus meningkat sesuai kebutuhan industrialisasi. Hal tersebut disamping memberi kemudahan bagi proses produksi, tentunya akan meningkatkan efek samping yang tidak dapat dielakkan yaitu bertambahnya ragam bahaya pada pengguna teknologi itu sendiri. (1) Dibalik kemudahannya, komputer sebagai salah satu bentuk teknologi maju tentunya memberikan 1

ancaman terhadap keselamatan dan kesehatan pekerja. Penggunaan komputer yang tidak terkendali berdampak terhadap kesehatan kerja sebagai suatu unsur yang berkaitan erat dengan dengan lingkungan kerja dan pekerjaan. Hal ini secara langsung maupun tidak langsung akan menmpengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja. (1) Dampak yang dapat dilihat dari penggunaan komputer yang dapat dilihat dari penggunaan komputer yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan pekerjaan ini adalah munculnya penyakit akibat kerja. Penggunaan komputer di seluruh dunia mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Berdasarkan suatu survei di Amerika Serikat, rata-rata waktu kerja yang digunakan untuk bekerja dengan komputer adalah 5,8 jam atau 69% dari total 8 jam kerja. (2) Namun, komputer yang kini banyak digunakan sebagai alat bantu ternyata menimbulkan penyakit akibat kerja atau gangguan kesehatan layaknya penggunaan mesin di sebuah industri. Salah satu penyakit atau gangguan kesehatan yang ditimbulkan akibat penggunaan komputer adalah kelelahan pada mata. (3) Penggunaan komputer di seluruh dunia mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Berdasarkan suatu survei di Amerika Serikat, rata-rata waktu kerja yang digunakan untuk bekerja dengan komputer adalah 5,8 jam atau 69% dari total 8 jam kerja. (2) Namun, komputer yang kini banyak digunakan sebagai alat bantu ternyata menimbulkan penyakit akibat kerja atau gangguan kesehatan layaknya penggunaan mesin di sebuah industri. Salah satu penyakit atau gangguan kesehatan yang ditimbulkan akibat penggunaan komputer adalah kelelahan pada mata. (3) Sejumlah peneliti telah menunjukkan bahwa gejala penglihatan muncul pada 75-90% pengguna komputer. Bausch dan Lomb melaporkan bahwa hampir 60 juta orang menderita masalah mata atau penglihatan karena pekerjaan yang menggunakan komputer dan satu juta kasus baru dilaporkan setiap tahunnya. Banyak orang yang memiliki kelainan penglihatan yang sangat ringan tetapi tidak menimbulkan gejala apapun ketika melakukan pekerjaan yang membutuhkan kemampuan penglihatan yang lebih rendah. Penyebab dari gejala tersebut adalah kombinasi dari masalah penglihatan individual yang telah ada sebelumnya, kondisi tempat kerja yang buruk, dan kebiasaan kerja yang tidak sehat. Survei ini juga menyimpulkan bahwa dua pertiga dari keluhan yang muncul berhubungan dengan masalah penglihatan. Di lingkungan yang sama telah menunjukkan juga bahwa keluhan penglihatan lebih banyak terjadi pada pengguna monitor daripada pengguna yang tidak memakai monitor. (4) Penggunaan komputer dalam waktu lama beresiko terkena mata lelah atau astenopia. Menurut data organisasi kesehatan dunia (WHO) angka kejadian astenopia berkisar 40 persen sampai 90 persen. Astenopia merupakan gejala yang diakibatkan oleh upaya berlebih dari sistem penglihatan yang berada dalam kondisi yang kurang sempurna untuk memperoleh ketajaman penglihatan. Gangguan ini ditandai oleh penglihatan terasa buram, kabur, ganda, kemampuan melihat warna menurun, mata merah, perih, gatal, tegang, mengantuk, berkurangnya 2

kemampuan akomodasi serta disertai dengan gejala sakit kepala. (5) Timbulnya kelelahan mata dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari faktor pekerja maupun faktor lingkungan. Faktor pekerja dapat berupa kelainan refraksi, usia, perilaku yang beresiko, faktor keturunan, dan lama kerja. Sedangkan faktor lingkungan yang mempengaruhi adalah intensitas pencahayaan, kualitas iluminasi, atau ukuran objek. Faktor pekerja dan faktor lingkungan sebagai faktor risiko kelelahan mata dapat berdampak buruk terhadap pekerja. Lingkungan memiliki pengaruh yang dramatis bagi produktivitas kerja. Kenyamanan fisik dan fisiologi tenaga kerja yang baik akan meningkatkan efisiensi pekerjaan dan peningkatan produk yang berdampak juga pada produktivitas kerja. (6) Sebanyak 89,5% pekerja pengguna komputer bekerja menggunakan komputer selama lebih dari 4 jam. Sebanyak 52,4% pekerja yang menggunakan komputer mengalami keluhankeluhan pada penglihatan pada akhir jam kerja. Keluhan terbesar yang dirasakan adalah pegal/kekakuan pada mata sebanyak 57,9%. Keluhan lain secara berturut-turut adalah sakit kepala/pusing 47,4%, penglihatan kabur/gelap 42,1%, mata terasa panas 34,2%, mata berair/merah 28,9%, mata terasa gatal 21%, dan penglihatan ganda 15,8%. Berdasarkan data sekunder pengukuran intensitas pencahayaan oleh Balai Hiperkes pada Bulan November 2011, penerangan umum dalam ruangan kerja tidak merata. Hal ini bisa dilihat dari kisaran hasil dengan rentang yang pada umumnya cukup jauh. Intensitas penerangan umum pada sebagian besar ruangan yang diukur belum memenuhi standar minimal yang disyaratkan untuk pekerjaan kantor/administrasi yaitu 300 lux, kecuali lokasi yang berdekatan dengan jendela. Beberapa ruangan tersebut adalah ruang perencanaan dan evaluasi (122,2 lux); ruang akuntansi, keuangan, dan anggaran (161,6 lux); ruang engineering (249,3 lux), logistik (129,5 lux); ruang sistem informasi (194,6 lux); ruang SPS kepegawaian (198,8 lux); dan ruang SDM (131,4 lux). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berkaitan dengan kelelahan mata pada karyawan bagian administrasi di PT. Indonesia Power UBP Semarang. MATERI DAN METODE Jenis penelitian ini adalah explanatory research, yaitu ingin menjelaskan hubungan antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesa yang telah dirumuskan dengan rancangan peneliitian besifat cross sectional. Penelitian dilakukan di PT. Indonesia Power UBP Semarang. Populasi penelitian adalah karyawan bagian administrasi yang berjumlah 70 orang. Sampel penelitian berjumlah 22 orang yang memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut : menggunakan komputer secara rutin setiap hari selama 4 jam, tidak menderita sakit mata, tidak memiliki riwayat penyakit diabetes melitus, katarak, dan hipertensi, tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan, tidak mengalami kelainan refraksi, dan bersedia dijadikan responden penelitian. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah intensitas pencahayaan, jarak monitor, lama penggunaan monitor, dan usia. Intensitas pencahayaan diukur dengan luxmeter dan jarak monitor 3

dengan mata diukur menggunakan meteran. Sedangkan data lama penggunaan dan usia didapatkan melalui wawancara menggunakan kuesioner. Sedangkan variabel terikat adalah kelelahan mata yang diukur berdasarkan kecepatan waktu reaksi terhadap rangsang cahaya menggunakan reaction timer L-77. Sebagai variabel pengganggu adalah riwayat penyakit, kelainan refraksi, beban kerja, dan status gizi. Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji korelasi Rank Spearman. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan kriteria inklusi yang telah ditentukan, didapatkan 22 sampel yang terdiri dari laki-laki berjumlah 12 orang (54,5%) dan perempuan 10 orang (45,5%). Hasil uji normalitas data pada masing-masing variabel didapatkan bahwa variabel intensitas pencahayaan, lama penggunaan, usia, dan kelelahan mata yang diukur berdasarkan waktu reaksi rangsang cahaya tidak berdistribusi normal (ρ>0,05). Sedangkan variabel jarak pandang berdistribusi normal. JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, 4

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Usia, Jenis Kelamin, Lama Penggunaan, dan Jarak pandang Karyawan Bagian Administrasi di PT. Indonesia Power UBP Semarang Kategori Responden Usia Subyek Penelitian Jumlah (orang) Persentas e (%) <40 tahun 9 40,9 40 tahun 13 59,1 Jumlah 22 100 Jenis kelamin Laki-laki 12 54,5 Perempuan 10 45,5 Jumlah 22 100 Lama penggunaan 4 jam 2 9,1 5 jam 1 4,5 6 jam 9 40,9 7 jam 4 18,2 8 jam 6 27,3 Jumlah 22 100 Jarak pandang <50,8 cm 3 14 50,8-71,1 cm 15 68 >71,1 cm 4 18 Jumlah 22 100 Tabel 2. Distribusi Frekuensi Tingkat Kelelahan Mata Responden Kecepatan Waktu Persentase Tingkat No Jumlah Reaksi (mili detik) (%) Kelelahan 1. 150,0-240,0 5 22,7 Normal 2. >240,0-<410,0 14 63,6 3. 410,0-580,0 2 9,1 4. >580,0 1 4,5 Total 22 100 Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa kelelahan mata yang paling banyak dialami dari kecepatan waktu reaksi rangsang cahaya adalah kelelahan ringan yaitu sebanyak 14 karyawan (63,6%) dan kelelahan berat hanya 1 karyawan (4,5%) sedangkan 5 karyawan dinyatakan normal. Rata-rata kecepatan reaksi rangsang cahaya adalah sebesar 303,6 mili detik. Tabel 3 menunjukkan keluhan subyektif kelelahan mata yang dirasakan oleh responden terkait Kelelahan ringan Kelelahan sedang Kelelahan berat penggunaan monitor. Dari 22 responden sebanyak 19 karyawan (86,4%) merasakan keluhan subyektif atau gejala terkait kelelahan mata. Sedangkan sebanyak 3 karyawan (13,6%) sama sekali tidak mengalami gejala terkait penggunaan komputer. Masingmasing responden merasakan keluhan yang bervariasi terkait dengan kelelahan mata. Keluhan terbesar yang dirasakan responden adalah mata terasa mengantuk setelah menggunakan monitor 5

sebanyak 11 karyawan (50%), sedangkan keluhan yang paling sedikit dirasakan adalah mata merah dan sakit kepala yang masingmasing dirasakan sebanyak 2 karyawan (9,1%). Tabel 3. Distribusi Frekuensi Keluhan Subyektif Kelelahan Mata Keluhan/Gejala Frekuensi Gejala Kelelahan Mata Ya % Tidak % Jumlah 1. Mata merah 2 9,1 20 90,9 22 2. Mata berair 3 13,6 19 86,4 22 3. Mata terasa perih 5 22,7 17 77,3 22 4. Mata terasa gatal atau kering 4 18,2 18 81,8 22 5. Mata mengantuk 11 50 11 50 22 6. Mata terasa tegang 8 36,4 14 63,6 22 7. Penglihatan kabur 7 31,8 15 68,2 22 8. Penglihatan rangkap 3 13,6 19 86,4 22 9. Kesulitan memfokuskan pandangan 4 18,2 18 81,8 22 10. Sakit kepala 2 9,1 20 90,9 22 Intensitas pencahayaan Tabel 4. Intensitas Pencahayaan Umum Ruang Administrasi Rerata No Ruangan Intensitas Pencahyaan (lux) 1. Humas 49,8 2. SDM 86 3. Sistem informasi 72,1 4. Keuangan 119,3 5. Logistik 97 6. Kepegawaian 155,7 7. Pengembangan aset 103,6 8. Engineering 223,3 Rata-rata intensitas pencahayaan umum pada masingmasing ruang bervariasi. Rata-rata intensitas pencahayaan ruangan masih dibawah standar dari yang disyaratkan untuk perkantoran yaitu kurang dari 300 lux. Rata-rata intensitas pencahayaan terendah sebesar 49,8 lux dan tertinggi sebesar 223,3 lux. Kondisi pencahayaan yang redup maupun yang menimbulkan silau akan dapat menyebabkan terjadinya keluhan seperti mata selalu terasa mengantuk sebagai gejala umum adanya kelelahan mata 6

(eye fatigue). Sedangkan keluhan terasa tegang pada bagian leher dan bahu merupakan dampak akomodasi mata yang berlebihan untuk menyesuaikan dengan kondisi pencahayaan yang ada. Akomodasi mata yang maksimal bahkan cenderung berlebihan dapat disebabkan oleh tingkat pencahayaan yang rendah maupun tinggi atau menyilaukan. (17) Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa nilai ρ value = 0,021 (ρ value <0,05) yang berarti bahwa ada hubungan antara intensitas pencahayaan dengan kelelahan mata. Sedangkan nilai koefisien korelasi r menunjukkan hubungan yang negatif yang berarti bahwa jika intensitas pencahayaan semakin tinggi maka waktu reaksi rangsang cahaya akan semakin rendah. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Herry Koesyanto (2006) dengan judul pengaruh penerangan dan jarak pandang pada komputer terhadap kelelahan mata yang menunjukkan bahwa penerangan berhubungan dengan kelelahan mata. Hasil ini jika dibandingkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan No.1405 tahun 2002 nilai tersebut masih dibawah standar bahwa untuk jenis pekerjaan rutin yang salah satunya ruang administrasi dibutuhkan tingkat pencahayaan minimal 300 lux. (14) Sedangkan Grandjean menyusun rekomendasi tingkat penerangan pada tempat-tempat kerja dengan komputer berkisar antara 300-700 lux. (9) United Nations Environment Programme (UNEP) dalam pedoman efisiensi energi untuk industri di Asia mengklasifikasikan kebutuhan tingkat pencahayaan ruang tergantung area kerjanya, yaitu pencahayaan umum untuk interior dalam kegiatan membaca dan membuat arsip dibutuhkan intensitas pencahayaan sebesar 300 lux. (15) Kondisi pencahayaan yang redup maupun yang menimbulkan silau akan dapat menyebabkan terjadinya keluhan seperti mata selalu terasa mengantuk sebagai gejala umum adanya kelelahan mata (eye fatigue). Sedangkan keluhan terasa tegang pada bagian leher dan bahu merupakan dampak akomodasi mata yang berlebihan untuk menyesuaikan dengan kondisi pencahayaan yang ada. Akomodasi mata yang maksimal bahkan cenderung berlebihan dapat disebabkan oleh tingkat pencahayaan yang rendah maupun tinggi atau menyilaukan. (17) Jarak pandang Berdasarkan uji statistik korelasi Rank Spearman diketahui bahwa nilai ρ value sebesar 0,310 (ρ> 0,05) dan r sebesar 0,227 yang berarti tidak ada hubungan antara jarak pandang dengan kelelahan mata. Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian Herry Koesyanto (2006) dengan judul pengaruh penerangan dan jarak pandang pada komputer terhadap kelelahan mata yang menunjukkan terdapat korelasi yang sangat nyata antara jarak pandang dengan kelelahan mata (ρ = 0,000). Hasil pengamatan terhadap 22 responden, didapatkan bahwa sebanyak 73% responden cenderung bekerja dengan sikap duduk tegak dalam menggunakan monitor, sehingga hal ini membuat jarak pandang responden terhadap monitor masih sesuai dengan standar. Para pengguna komputer dilihat dari aspek kesehatan mata diharapkan mampu melihat dengan jelas dan nyaman pada monitor dengan jarak 40-70 cm tergantung kenyamanan masing-masing. Jarak pandang antara mata dengan 7

monitor juga dipengaruhi oleh ukuran monitor dan kondisi penglihatan individu. (7),(16) Berdasarkan hasil observasi di lingkungan kerja diketahui bahwa semua karyawan telah menggunakan kursi dan meja yang sesuai untuk pengguna komputer. Kursi yang digunakan sudah ergonomis yang dapat diatur ketinggiannya sesuai dengan penggunanya dan terdapat sandaran punggung sehingga memberikan kenyamanan bagi pengguna. Dengan demikian telah dilakukan upaya mengurangi kelelahan mata melalui desain tempat kerja yang ergonomis sehingga jarak pandang dengan monitor dapat optimal. Lama penggunaan Berdasarkan hasil uji statistik dengan Rank Spearman didapatkan nilai ρ value sebesar 0,231 (ρ>0,05) dan nilai r sebesar -0,266 yang berarti tidak ada hubungan antara lama penggunaan monitor dengan kelelahan mata. Seorang pekerja yang bekerja menggunakan komputer (VDT) tentunya akan mengalami suatu risiko karena mata operator komputer selalu berinteraksi dengan peralatan tersebut untuk melihat dokumen yang dimasukkan ke dalam komputer. Pekerjaan mata yang selalu berulang (repetition) menyebabkan mata selalu berupaya untuk memfokuskan pada layar monitor. (12) Pada penelitian tersebut, jenis monitor yang digunakan Samsat Palembang adalah jenis CRT yang menghasilkan tingkat radiasi yang tinggi. Jumlah radiasi yang diserap mata berbanding lurus dengan lamanya interaksi dengan layar monitor. Semakin lama berinteraksi dengan layar monitor, kemampuan fisiologis otot-otot di sekitar mata akan mengalami penurunan sehingga berakibat mata mengalami kelelahan. (13) Jenis monitor yang digunakan di bagian administrasi adalah LCD. Berbeda dengan monitor jenis CRT yang menghasilkan tingkat radiasi yang tinggi sehingga kelelahan mata akibat penggunaan monitor yang lama dapat diabaikan karena semua karyawan telah menggunakan jenis monitor LCD yang memiliki tingkat radiasi lebih rendah dari monitor CRT. Selain itu, sebanyak 81,8% responden telah melakukan istirahat setelah menggunakan monitor selama 2 jam. Namun, dari 81,8% responden yang melakukan istirahat sebanyak 38,9% responden melakukan istirahat sesuai dengan rekomendasi dari NIOSH yaitu selama 10 menit setelah menggunakan monitor selama 2 jam. Usia Dari hasil uji statistik dengan Rank Spearman diketahui bahwa nilai ρ value sebesar 0,131 (ρ > 0,05) dan koefisien korelasi r sebesar 0,332. Karena nilai ρ value > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara usia dengan kelelahan mata. Penelitian ini tidak sejalan dengan teori bahwa bertambahnya usia akan mengakibatkan kemampuan fisik menurun. Pekerja yang berusia lebih dari 40 tahun akan lebih rentan terhadap penglihatan, sejalan dengan proses perubahan fisiologis dan penuaan pada mata. (11) Bertambahnya usia menyebabkan elastisitas mata semakin berkurang dan pada usia lanjut elastisitasnya akan hilang sehingga menyebabkan menurunnya kemampuan lensa mata untuk memfokuskan obyek pada retina sehingga timbul rasa tidak nyaman 8

pada mata dan mempercepat terjadinya kelelahan mata. (10) Kelelahan mata relatif lebih dipengaruhi dari faktor pekerjaan dibandingkan usia. Kelelahan mata menggambarkan seluruh gejalagejala yang terjadi sesudah stres yang berlebihan terhadap fungsi mata, diantaranya adalah tegangnya otot siliaris yang berakomodasi saat memandang objek yang kecil dalam jarak sangat dekat. (8) Kelelahan mata bersifat reversible yang berarti jika mata mengalami kelelahan maka dengan melakukan istirahat yang cukup kondisi mata akan kembali pulih. Berbeda dengan ketajaman penglihatan yang lebih dipengaruhi oleh usia. Bertambahnya usia secara fisiologis mengakibatkan penurunan fungsi organ mata sehingga terjadi penurunan kemampuan penglihatan yang dapat dilihat melalui uji visus. Uji visus ini menggambarkan kemampuan penglihatan seseorang dibandingkan dengan penglihatan orang normal. Tabel 5. Ringkasan Hasil Uji Statistik Beberapa Faktor yang Berkaitan dengan Kelelahan Mata No Variabel bebas α ρ value Kesimpulan 1. Intensitas pencahayaan 0,05 0,021 Ada hubungan 2. Jarak pandang 0,05 0,310 Tidak ada hubungan 3. Lama penggunaan 0,05 0,231 Tidak ada hubungan 4. Usia 0,05 0,131 Tidak ada hubungan SIMPULAN memaksimalkan pencahayaan Penelitian ini memperlihatkan alami sehingga dapat hubungan yang negatif antara mengurangi kelelahan mata. variabel intensitas pencahayaan 2. Bagi karyawan dengan kelelahan mata. Makin tinggi Karyawan yang telah intensitas pencahayaan maka waktu bekerja dengan jarak pandang reaksi rangsang cahaya akan yang optimal diharapkan mampu semakin rendah. Sedangkan variabel mempertahankan sikap kerjanya lama penggunaan monitor, jarak untuk mengurangi kelelahan pandang, dan usia tidak terdapat hubungan dengan kelelahan mata karyawan bagian administrasi PT. Indonesia Power UBP Semarang. mata serta melakukan istirahat singkat secara teratur minimal 10 menit setelah menggunakan monitor selama 2 jam dengan cara memandang sejauh 20 SARAN meter. 1. Bagi perusahaan 3. Bagi peneliti selanjutnya Hasil pengukuran intensitas pencahayaan ruangan masih dibawah standar sehingga perusahaan perlu melakukan perbaikan terhadap kondisi lingkungan kerja dengan melakukan perawatan terhadap kebersihan instalasi pencahayaan tempat kerja dan Melakukan penelitian terhdap variabel lain yaitu status gizi atau desain tempat kerja dan melakukan pemeriksaan kelelahan mata dengan metode lain seperti Metode Push Up untuk mengukur amplitudo akomodasi mata. 9

DAFTAR PUSTAKA 1. Tarwaka, Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Manajemen dan Implementasi K3 di Tempat Kerja, Surakarta : Harapan Press, 2008 2. Wasisto, S.W. Komputer Secara Ergonomis dan Sehat. 2005, Dari: http://www.wahana.com [11 Mei 2009] 3. Fauzi, A. Penyakit Akibat Kerja Karena Penggunaan Komputer. Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Komunitas, Program Studi Pendidikan Dokter, Universitas Lampung. 2007. http://repository.unila.ac.id:8180/ dspace/bitstream/123456789/10 47/1/laptunilapp-gdl-jou-2007- afauzi-617-penyakit-r.pdf (Diakses pada tanggal 26 Desember 2011 ) 4. Affandi, Edi.S. Sindrom Penglihatan Komputer (Computer Vision Syndrome). (Online), Majalah Kedokteran Indonesia, Vol.55, No.3, Maret 2005, (http://masrip.sarumpaet.net/wpc ontent/uploads/2010/03/sindrom PenglihatanKomputerComputerV isionsyndrome.pdf, diakses pada tanggal 15 Desember 2011) 5. Affandi. 2002. Kesehatan Mata Pengguna Komputer. (http: www, elektroindonesia.com/elektro/ko mput 6.html) 6. M, Soeripto. Higiene Industri. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesia, 2008. 7. Mangunkusumo, V. Penggunaan Komputer dan Kesehatan Mata, Seminar Sehari Komputer dan Kesehatan Mata, Jakarta, 2002 8. Ilyas, Sidarta. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003. 9. Grandjean, E. Fitting the Task To the Man. A Texbook of Occupational Ergonomics. London: Taylor & Francis. ; 1997. 10. Depkes. Pencahayaan Salah Perburuk Penglihatan. 2008. 11. Tarwaka. Ergonomi Industri. Surakarta : Harapan Offset, 2011 12. Ergo Web. (Online), (http://www.ergoweb.com/resour ces/faq/glossary.cfm, diakses tanggal 4 Juli 2012 ) 13. Aprisupriati. Hubungan Penggunaan Visual Display Terminal dan Intensitas Penerangan Terhadap Kelelahan Mata Pengguna Komputer di PT.Sriwijaya Perdana Palembang, Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas kedokteran Universitas Sriwijaya, 2007. 14. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri, Jakarta : 2002 15. United Nations Environment Programme. Energy Efficiency Guide for Industry in Asia. 2007. (Online).(http://www.energyeffici encyasia.org, diakses 7 Mei 2012) 16. American Optometric Association. Healthy Vision at the Computer. 2008. (Online), (http://www.aoa.org/documents/ Vision-Lifestyle-Fact-Sheet.pdf, diakses tanggal 3 Juli 2012) 10

17. Hendra STANP, Amah Majidah V.D. Tingkat Pencahayaan pada Perpustakaan di Lingkungan Universitas Indonesia. 2010. (Online),(http://staff.ui.ac.id/inter nal/132255817/publikasi/pencah ayaanperpustakaandiuniversitas Indonesia.pdf, diakses tanggal 27 Juni 2012) JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, 11