IDENTIFIKASI AKTIVITAS KARAKTERISTIK METAKOGNITIF SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA MATERI KESETIMBANGAAN KIMIA

dokumen-dokumen yang mirip
IDENTIFIKASI POLA KARAKTERISTIK DAN LEVEL METAKOGNITIF SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA MATERI KESETIMBANGAN KIMIA KELAS XI SMAN 18 SURABAYA

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK DAN LEVEL METAKOGNITIF SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA MATERI ASAM BASA KELAS XI MIA 4 SMAN 1 MENGANTI GRESIK

UNESA Journal of Chemical Education Vol. 2, No. 1, pp Januari 2013 ISSN:

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK DAN LEVEL METAKOGNITIF SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH KIMIA PADA MATERI ASAM BASA KELAS XI IPA

Kata kunci: Keterampilan Metakognitif, Pemecahan Masalah, Domain Analisis, Evaluasi, dan Mencipta.

ANALISIS METAKOGNITIF SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH DIMENSI TIGA

PROFIL METAKOGNISI SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN BERDASARKAN GAYA KOGNITIF REFLEKTIF DAN IMPULSIF

PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN METAKOGNISI SISWA

Profil Metakognisi Siswa Smp Dalam Memecahkan Masalah Open-Ended (Studi Kasus Ditinjau dari Tingkat Kemampuan Siswa )

PERILAKU METAKOGNISI BERDASARKAN TINGKAT KEMAMPUAN DALAM PEMECAHAN MASALAH POLA BILANGAN PADA SISWA KELAS X SMA

KORELASI ANTARA KETERAMPILAN METAKOGNITIF DENGAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMAN 1 DAWARBLANDONG, MOJOKERTO

Riandani Sarwindah Putri et al., Analisis Keterampilan Metakognitif Siswa dalam

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH I PATUK PADA POKOK BAHASAN PELUANG JURNAL SKRIPSI

PENGETAHUAN METAKOGNISI DALAM MENYELESAIKAN MASALAH LIMIT

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol.4, No.2, pp , May 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI POKOK LARUTAN PENYANGGA UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN METAKOGNITIF SISWA KELAS XI SMA

ANALISIS METAKOGNISI TERHADAP PEMECAHAN MASALAH DALAM MATERI KAIDAH PENCACAHAN PADA SISWA KELAS XII IPS I MAN I KUBU RAYA

Metakognisi dan Usaha Mengatasi Kesulitan dalam Memecahkan Masalah Matematika Kontekstual

PELIBATAN METAKOGNISI DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA. Oleh: Mustamin Anggo (Dosen Pendidikan Matematika FKIP Unhalu Kendari)

MEMBANGUN KEMANDIRIAN BELAJAR MELALUI STRATEGI METAKOGNITIF MATEMATIKA

Norma I. M. J. et al., Analisis Pengetahuan Metakognisi Siswa...

ANALISIS KETERAMPILAN METAKOGNITIF SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL GEOMETRI DIMENSI DUA

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CORE

PEMAHAMAN KONSEP PERBANDINGAN SISWA SMP BERKEMAMPUAN MATEMATIKA RENDAH

PROFIL KEMAMPUAN PENALARAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH ARITMETIKA SOSIAL

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI METODE KERJA LABORATORIUM YANG DILENGKAPI LEMBARAN KERJA SISWA PADA KOMPETENSI DASAR KESETIMBANGAN KIMIA

ANALISIS KESALAHAN MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PROGRAM LINIER

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 5, No. 2, pp May 2016

Siti Sholichah dan Bambang Sugiarto

Linda K. et al., Identifikasi Berpikir Kritis Siswa dalam Pemecahan Masalah...

HUBUNGAN KETERAMPILAN METAKOGNISI DENGAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI REAKSI REDUKSI OKSIDASI (REDOKS) KELAS X-1 SMA NEGERI 3 SIDOARJO

PROSIDING ISSN: PM-26 ANALISIS METAKOGNISI SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH ARITMATIKA SOSIAL DITINJAU DARI PERBEDAAN GENDER

Kemampuan memecahkan masalah adalah

ANALISIS METAKOGNITIF SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH KELILING DAN LUAS SEGITIGA. Diajukan Oleh: MEI LIA SAFITRI A

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Konseptual. 1. Metakognitif. Menurut Flavell (1976) yang dikutip dari Yahaya (2005), menyatakan

PROFILE METAKOGNISI SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH RELASI DAN FUNGSI KELAS VIII SEMESTER GANJIL SMP NEGERI 3 SAWIT

Amira Yahya. Guru Matematika SMA N 1 Pamekasan. & Amira Yahya: Proses Berpikir Lateral 27

Mega Teguh Budiarto Program Studi Pendidikan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya,

ANALISIS PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MENGGUNAKAN METAKOGNISI ABSTRAK. Kata Kunci:metakognisi; pemecahan masalah; matematika 1.

BAB I PENDAHULUAN. Konsep-konsep dalam materi pelajaran kimia mempunyai keterkaitan satu

IDENTIFIKASI TINGKAT METAKOGNISI SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA BERDASARKAN PERBEDAAN SKOR MATEMATIKA

Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Ditinjau Dari Gender Di Sekolah Dasar

PENERAPAN STRATEGI METAKOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 PADANG

Bella Agustin Hariyanto Bambang Soerjono. Program Sarjana, STKIP PGRI Sidoarjo Jalan Kemiri Sidoarjo. Abstak

Lala Nailah Zamnah. Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Galuh Ciamis ABSTRAK

HASIL BELAJAR MATEMATIKA ANTARA SISWA YANG DIAJAR MENGGUNAKAN STRATEGI PEMECAHAN MASALAH MODEL POLYA DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN EKSPOSITORI

Universitas Muhammadiyah Surakarta 1) 2) Kata Kunci: memantau dan mengevaluasi; merencana; metakognitif

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan temuan penelitian ini, dapat ditarik simpulan sebagai berikut.

OLEH: NILA ANGGRENI E1M

PROSES BERPIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA DITINJAU BERDASARKAN KEMAMPUAN MATEMATIKA

PROFIL METAKOGNISI MAHASISWA PEREMPUAN DALAM MENYELESAIKAN MASALAH BANGUN DATAR DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF REFLEKTIF DAN IMPULSIF

PENGGUNAAN TEKA-TEKI SILANG SEBAGAI SEBAGAI STRATEGI PENGULANGAN DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA SMA KELAS XI IPS

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL GARIS SINGGUNG LINGKARAN BERDASARKAN ANALISIS NEWMAN PADA KELAS VIII SMP NEGERI 1 KEC.

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA PADA MATERI REGULA FALSI

ISSN: Nurcholif Diah Sri Lestari Pendidikan Matematika, Universitas Jember

Karina Siti Putrianingsih et al., Analisis Keterampilan Metakognisi Siswa... Karina Siti Putrianingsih, Hobri, Toto' Bara Setiawan

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA SPLDV BERDASARKAN LANGKAH PENYELESAIAN POLYA

Key Words: Identification Strategies, Problem solving, Surface Area and Volume Beams

PENERAPAN STRATEGI PEMECAHAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 7 PADANG

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 4, No. 2, pp , May 2015

Unesa Journal Of Chemical Education ISSN: Vol. 3, No. 3, pp , September 2014

ANALYSIS OF STUDENT REASONING ABILITY BY FLAT SHAPE FOR PROBLEM SOLVING ABILITY ON MATERIAL PLANEON STUDENTS OF PGSD SLAMET RIYADI UNIVERSITY

PERBANDINGAN KETERAMPILAN METAKOGNITIF BIOLOGI YANG DIAJARKAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DAN PENEMUAN TERBIMBING

Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo Vol.2, No.1, Maret 2014 ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. disajikan pada Seminar Nasional Pendidikan Matematika di Universitas Negeri Yogyakarta, tanggal 28 Desember 2008, hlm.

BAB 1 PENDAHULUAN. Hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat penting untuk menentukan

PENGARUH STRATEGI METAKOGNITIF TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 6 YOGYAKARTA

KEMAMPUAN PENYELESAIAN MASALAH MATEMATIS SISWA DALAM MATERI KUBUS DI KELAS IX SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Kata kunci: keterampilan metakognitif, model problem based learning (PBL), hasil belajar, motivasi belajar.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DENGAN METODE EKSPLORASI

PROFIL KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VII-A MTs MUHAMMADIYAH 6 KARANGANYAR DALAM MENYELESAIKAN SOAL BANGUN DATAR

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN, KONEKSI DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR (SD) MELALUI RECIPROCAL TEACHING

Surabaya, Pembimbing, Prof. Dr. Siti M. Amin, M.Pd NIP LEMBAR PERSETUJUAN

METAKOGNISI SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH SISTEM PERSAMAAN LINEAR TIGA VARIABEL DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

Binur Panjaitan Universitas HKBP Nommensen. Abstract. I. Pendahuluan

Proses Berpikir Siswa dalam Pemecahan Masalah dengan Pemberian Scaffolding

UNESA Journal of Chemistry Education ISSN: Vol. 6, No. 1, pp January 2017

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DALAM STRATEGI THINK TALK WRITE (TTW)

Oleh: RIDA FITRIA NIM. E1M

Desi Suryaningsih et al., Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan...

PENGARUH METODE DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS X SMAN 5 BATAM TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Proses Metakognitif Siswa SMA dalam Pengajuan Masalah Geometri YULI SUHANDONO

Physics Communication

Aktivitas Metakognisi Mahasiswa Calon Guru Matematika dalam Pemecahan Masalah Terbuka

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas dan bermoral. Untuk

TINGKAT KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL-SOAL PERHITUNGAN KIMIA SISWA KELAS XI IPA 2 DI SMA NEGERI 1 TELAGA

KEMAMPUAN METAKOGNISI SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI BANGUN DATAR DI KELAS VII SMP

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN LEMBAR KEGIATAN SISWA BERBASIS PROBLEM SOLVING

IMPLEMENTASI SCAFFOLDING UNTUK MENGATASI KESALAHAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH LINGKARAN

THE RELATIONSHIP BETWEEN STUDENTS METACOGNITION SKILL LEARNING RESULT USING DIRECT INSTRUCTION TO THE SALT HYDROLYSIS MATERIAL OF XI GRADE

BAB I PENDAHULUAN. jawab. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka

EFIKASI DIRI DAN METAKOGNISI SISWA KELAS X SMA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL GEOMETRI. Kata kunci: Efikasi, metakognisi dan penyelesaian masalah.

Aktivitas Metakognitif Siswa SMP dalam Pemecahan Masalah Matematika Berdasarkan Kemampuan Matematika

AKTIVITAS METAKOGNISI DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA KELAS V SD N 03 SINGOSARI TAHUN AJARAN 2016/2017

DAFTAR PUSTAKA. Abdul Majid. (2007). Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya

QUANTUM, Jurnal Inovasi Pendidikan Sains, Vol.5, No.2, Oktober 2014, hlm

PROFIL PEMAHAMAN RELASIONAL SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI KEMAMPUAN MATEMATIKA

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 05 No. 01, Pebruari 2016, ISSN:

KETERAMPILAN METAKOGNITIF SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATERI ASAM BASA DI SMAN 1 PACET KELAS XI

Transkripsi:

IDENTIFIKASI AKTIVITAS KARAKTERISTIK METAKOGNITIF SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA MATERI KESETIMBANGAAN KIMIA IDENTIFICATION OF THE STUDENT S METACOGNITIVE CHARACTERISTIC TO SOLVE THE PROBLEM IN CHEMICAL EQUILIBRIUM Lilis Zuniati dan Bambang Sugiarto Jurusan Kimia. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Surabaya Hp : 085748067690, Email : zuniatililis@gmail.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik metakognitif siswa dalam memecahkan masalah pada materi kesetimbangan kimia di kelas XI SMAN 1 Menganti. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang menggunakan data hasil ulangan harian dan hasil wawancara. Dari kedua data tersebut kemudian dianalisis dan diuji keabsahannya dengan menggunakan triangulasi metode. Subjek pada penelitian ini adalah 3 siswa pada kelompok tinggi (A 1, A 2, dan A 3 ), 3 siswa pada kelompok sedang (B 1, B 2, dan B 3 ), dan 3 siswa pada kelompok rendah (C 1, C 2, dan C 3 ) dari kelas XI MIA 4. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini: 1) aktivitas karakteristik metakognitif pada kelompok tinggi yang meliputi berpikir/membaca/menulis apa yang diketahui dan tidak diketahui (P-1), menetapkan tujuan (P-2), menetapkan strategi penyelesaian masalah (P-3), merencanakan representasi rumus (P-5), menggunaka aturan rumus dan persamaan reaksi (M-2), memantau sesuatu yang yang dianggap kesalahan (M-3), memantau dengan berargumentasi (M-5), dan mengevaluasi konsep/tujuan apakah telah tercapai (E-1). 2) aktivitas karakteristik metakognitif pada kelompok sedang meliputi (P-1), (P-2), (P-3), (M-2), (M-3), (M-5), memantau kekurangan perencanaan (M-7), dan (E-1), dan 3) aktivitas metakognitif pada kelompok rendah meliputi (P-2), (P-3), (M-2), (M-3), dan (M-5). Kata Kunci: Karakteristik metakognitif, Perencanaan, Pemantauan, Evaluasi, Kesetimbangan Kimia Abstract The aim of this research is to identify the students s metacognitive characteristic to solve the problem in chemical equilibrium problem at class XI SMAN 1 Menganti. This research is qualitative study that using data from the daily tests and interviews. These data were analyzed and tested its validity using the triangulation method. The subject of this research are 3 students in high groups (A 1, A 2, and A 3 ), 3 students in the middle group (B 1, B 2, and B 3 ), and 3 students in the low group (C 1, C 2, and C 3 ) in class XI MIA 4. The results of this study: 1) The metacognitive characteristics activity at high group, that include think/read/write, what the student known and unknown (P-1), set a goal (P-2), define problem-solving strategies (P 3), planning a formula representation to support understanding (P-5), using the rule formula and equation (M-2), monitoring something that is considered an error (M-3), monitoring by arguing (M-5), and evaluation of the concept/purpose whether has been reached (E-1). 2) The metacognitive characteristics activity at middle group, include (P-1), (P- 2), (P-3), (M-2), (M-3), (M-5), monitoring the shortcomings of planning (M-7), and (E-1). 3) The metacognitive characteristics activity at low group, include (P-1), (P-2), (P-3), (M-2), and (M-3). 288

Keywords: The characteristic metacognitive, Planning, Monitoring, Evaluation, Chemical Equilibrium PENDAHULUAN Berdasarkan beberapa fungsi dan tujuan pendidikan nasional, salah satu tujuan dan fungsi utamanya adalah untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia anak bangsa, maka salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan pengembangan kurikulum yang berlandaskan budaya bangsa, kehidupan bangsa saat ini, dan kehidupan bangsa yang akan datang. Kurikulum yang berlaku saat ini adalah kurikulum 2013 dengan kompetensi inti yang disusun dalam kelompok-kelompok yang saling berkaitan, yaitu: kompetensi inti 1 yang membahas tentang keagamaan, kompetensi inti 2 tentang sikap sosial, kompetensi inti 3 tentang pengetahuan, dan kompetensi inti 4 tentang penerapan pengetahuan. Dengan adanya perkembangan pendidikan dan kurikulum yang semakin signifikan, siswa dituntut untuk memiliki pengetahuan pemahaman yang bersifat faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan dan teknologi[1]. Metakognisi mempunyai potensi untuk meningkatkan kebermaknaan dalam belajar siswa dan menciptakan perkembangan metakognisi yang terbaik. Terkait dengan hal tersebut, metakognisi dapat memantau tahap berpikir siswa agar dapat merefleksi cara berpikir dan hasil berpikirnya. Metakognisi memiliki penalaran penting dalam proses pembelajaran khususnya adalah pemecahan masalah[2]. Metakognisi berhubungan dengan cara berpikir siswa tentang bagaimana siswa itu berpikir dan menggunakan kemampuannya untuk memilih strategi-strategi belajar yang tepat. Dihubungkan dengan pemecahan masalah, maka metakognisi juga berhubungan dengan cara berpikir siswa tentang bagaimana proses berpikir sendiri dan memilih strategi yang tepat untuk memecahkan masalah. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan dalam menggunakan pola berpikir ketika melakukan aktivitas kognisi dan metakognisi. Setiap siswa memiliki strategi pemecahan masalah yang berbeda-beda tergantung dari tingkat pemahaman yang dimiliki oleh siswa, sehingga aktivitas karakteristik metakognitif siswa ketika menyelesaikan masalah juga berbedabeda[3]. Untuk mengetahui dimensi aktivitas keterampilan metakognitif siswa dalam memecahkan masalah digunakan pedoman sebagai dasar dalam menganalisis pemecahan masalah sesuai dengan fokus penelitian. Pedoman identifikasi tahaptahap pemecahan masalah sesuai dengan tahapan, yaitu: (1) analisis masalah (PM-1) pada tahap ini siswa mengawali penyelesaian dengan membaca kemudian menuliskan soal atau masalah. Aktivitas ini sesuai dengan pendapat Schoenfield, yang menyatakan bahwa ketika seseorang membaca suatu masalah, secara tidak langsung ia dapat merasakan bahwa ia mengerti atau tidak mengerti apa yang dibacanya. (2) perencanaan (PM-2), dalam tahap ini siswa tahu apa yang pertama kali harus dilakukan, siswa juga tahu ke mana arah pikirannya akan dibawa, (3) penyelesaian masalah (PM-3), pada tahap ini siswa yang berada di kelompok atas melakukan pemantauan menggunakan pengetahuannya lebih banyak dan lebih rinci dibandingkan dengan kelompok tengah dan bawah, hal ini menunjukkan bahwa siswa pada kelompok atas lebih memahami masalah yang dihadapi khususnya pada dimensi aktivitas keterampilan metakognitif. (4) penilaian (PM-4), pada tahap ini siswa pada kelompok atas lebih tajam dan mendasar dalam menilai jawabannya, ini menunjukkan bahwa dalam merefleksi siswa harus menggali pengetahuan yang telah dimilikinya untuk mengecek kebenaran jawaban[4]. Dalam proses pemecahan masalah, siswa perlu diajarkan bagaimana langkahlangkah memecahkan masalah yang melatihkan keterampilan berpikir. Langkah 289

yang digunakan siswa dalam proses pemecahan masalah meliputi kegiatan perencanaan, pemantauan, dan evaluasi. Selain dengan menggunakan langkah langkah tersebut, siswa juga menggunakan keterampilan metakognitif untuk membantu mengatasi kesalahan dan kekurangan yang biasanya dilakukan oleh siswa karena metakognitif merupakan pengatur dan pengontrol proses-proses kognitif dalam belajar dan berpikir. Dengan demikian proses belajar dan berpikir yang dilakukan oleh siswa akan lebih efektif dan efisien[7]. Pedoman identifikasi aktivitas keterampilan metakognitif meliputi: merencanakan (planning), memantau (monitoring), dan evaluasi (evaluation)[6]. Indikator-indikator aktivitas metakognitif yang meliputi aktivitas merencanakan, memantau, dan mengevaluasi. Untuk aktivitas memantau meliputi; Berpikir/ membaca/ menulis apa yang diketahui dan yang tidak diketahui (P- 1), menetapkan tujuan (P-2), menetapkan strategi pemecahan masalah (P-3), menetapkan hasil sementara yang dapat dicapai (P-4), Merencanakan suatu representasi (rumus,persamaan reaksi,teks, gambar,dsb.) untuk mendukung pemahaman (P-5). Untuk aktivitas memantau meliputi; Membaca ulang materi hingga benar-benar dipahami (M-1), Menggunakan aturan seperti: rumus, persamaan reaksi, dll (M-2), Memantau sesuatu yang dianggap kesalahan: tulisan, gambar,persamaan reaksi, rumus, dll (M- 3), Memantau dengan cermat dalam pemecahan masalah (M-4), Memantau dengan berargumentasi (M-5), Mengungkapkan kekurang-pengertian (M- 6), Memantau kekurangan perencanaan (M- 7), Memantau kesesuaian antara fakta dan tujuan (M-8). Untuk aktivitas evaluasi meliputi; Mengevaluasi pada konsepkonsep/ tujuan apakah telah tercapai (E-1), Mengevaluasi penerapan/penggunaan strategi yang lebih efisien (E-2), Analisis terhadap teks, rumus, persamaan reaksi, dll (E-3), Analisis terhadap cara atau struktur pengambilan keputusan (E-4), Pilihan yang disengaja dalam bentuk representasi (rumus, teks, gambar, persamaan reaksi, dll) (E-5), Mengenali interaksi antara representasi dan gagasan yang salah sebagai suatu tema yang kontrol (E-6)[7]. Dalam suatu pemecahan masalah dapat dilihat aktivitas karakteristik metakognitif yang dilakukan oleh siswa dengan melihat lembar kerja siswa dan membandingkan setiap langkah yang dilakukan oleh siswa dengan indikator aktivitas metakognitif. Pemecahan masalah adalah usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan, mencapai suatu tujuan yang tidak dapat dicapai. Karena itu pemecahan masalah merupakan suatu tingkat aktivitas intelektual yang tinggi. Jenis belajar ini merupakan suatu proses psikologis yang melibatkan tidak hanya sekedar aplikasi dalil-dalil atau hukum-hukum atau teorema-teorema yang dipelajari, melainkan juga harus didasarkan atas struktur kognitif siswa agar masalah yang bermakna dapat dipecahakan[8]. Berdasarkan uraian di atas dapat ditentukan suatu rumusan masalah yaitu: Bagaimana aktivitas karakteristik metakognitif siswa dalam memecahkan masalah pada materi kesetimbangan kimia kelas XI SMAN 1 Menganti? Berdasarkan rumusan masalah di atas maka didapatkan tujuan penelitian yaitu: Untuk mengidentifikasi aktivitas karakteristik metakognitif siswa dalam memecahkan masalah pada materi kesetimbangan kimia kelas XI SMAN 1 Menganti. METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan tujuan untuk mengidentifikasi karakteristik metakognitif siswa dalam memecahkan masalah pada materi kesetimbangan kimia. Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1 Menganti dengan subjek 9 siswa dari kelas XI MIA 4. Pemilihan subjek dilakukan oleh peneliti dengan melihat kemampuan komunikasi siswa selama dikelas dan berdasarkan informasi dari guru. Dari 9 subjek yang diperoleh telah dikelompokkan ke dalam tiga kelompok berdasarkan hasil nilai ulangan harian yaitu kelompok tinggi, kelompok sedang, dan kelompok rendah. Kemudian kesembilan subjek ini akan dilakukan proses wawancara, dari hasil ulangan harian dan 290

wawancara akan dianalisis aktivitas karakteristik metakognitif yang dimiliki oleh siswa dalam menyelesaikan masalah dan diuji keabsahannya dengan menggunakan triangulasi metode. Setelah didapatkan data yang absah kemudian menyimpulkan karakteristik metakognitif dari masing-masing kelompok. Identifikasi karakteristik metakognitif mengacu pada indikator aktivitas metakognitif menurut Sugiarto (2011). HASIL DAN PEMBAHASAN Data yang digunakan untuk proses analisis adalah data hasil ulangan harian dan hasil wawancara. Dari data tersebut dapat diidentifikasi karakteristik metakognitif siswa dalam memecahkan masalah, identifikasi data didasarkan pada indikator karakteristik metakognitif. Kelompok Tinggi Subjek A 1 ulangan harian pada subjek A 1 yang terlihat pada Gambar 1. representasi rumus untuk mendukung pemahamannya (P-5). Subjek A 1 telah melakukan aktivitas memantau dengan adanya penggunaan aturan rumus untuk memecahkan masalah (M-2), memantau sesuatu yang dianggap salah pada jawaban dan menggantinya dengan jawaban yang benar (M-3), dan memantau dengan berargumentasi (M-5). Subjek A 1 juga telah melakukan subjek memberikan tanda garis bawah pada jawaban akhir yang diperoleh (E-1). Subjek A 2 ulangan harian pada subjek A 2 yang terlihat pada Gambar 2. Gambar 2. Hasil Ulangan Harian Subjek A 2 Gambar 1. Hasil Ulangan Harian Subjek A 1 metakognitif, subjek A 1 telah melakukan merencanakan sebelum menyelesaikan permasalahan yaitu berpikir atau membaca kembali soal kemudian menuliskan apa yang diketahui dan tidak diketahui dalam soal (P-1), menetapkan tujuan dari soal (P- 2), menetapkan strategi untuk memecahkan masalah (P-3), dan merencanakan metakognitif, subjek A 2 telah melakukan subjek A 2 dalam memecahkan permasalahan subjek A 2 melihat kembali soal dan menuliskan apa yang diketahui dan tidak diketahui dalam soal (P-1), kemudian menetapkan tujuan dari soal tersebut (P-2), menetapkan strategi untuk menyelesaikan permasalahan (P-3) dan membuat representasi rumus untuk mendukung pemahamannya dalam menyelesaikan permasalahan (P-5). 291

Subjek A 2 telah melakukan aktivitas metakognitif yang berupa memantau yang bisa dilihat dengan adanya penggunaan aturan rumus dan persamaan reaksi untuk menyelesaikan masalah (M-2), memantau sesuatu yang dianggap kesalahan (M-3) yaitu dengan mencoret jawaban salah. Memantau dengan berargumentasi yaitu memberikan alasan tentang jawaban yang diperoleh (M-5) dan memantau kekurangan perencanaan (M-7) yaitu dengan memberikan tanda silang pada persamaan reaksi awal yang dianggap salah dan menggantinya. Subjek A 2 juga telah melakukan subjek memberikan tanda garis bawah pada jawaban akhir yang diperoleh (E-1). Subjek A 3 ulangan harian pada subjek A 3 yang terlihat pada Gambar 3. rumus untuk mendukung pemahamannya dalam menyelesaikan permasalahan (P-5). Subjek A 3 telah melakukan aktivitas metakognitif yang berupa memantau yang bisa dilihat dengan adanya penggunaan aturan rumus dan persamaan reaksi untuk menyelesaikan masalah (M-2), memantau sesuatu yang dianggap kesalahan (M-3) yaitu dengan mencoret atau mengganti jawaban salah dengan yang dianggap benar. Memantau dengan berargumentasi yaitu memberikan alasan tentang jawaban yang diperoleh (M-5). Subjek A 3 juga telah melakukan subjek memberikan tanda garis bawah pada jawaban akhir yang diperoleh (E-1). Kelompok Sedang Subjek B 1 ulangan harian pada subjek B 1 yang terlihat pada Gambar 4. Gambar 4. Hasil Ulangan Harian Subjek B 1 Gambar 3. Hasil Ulangan Harian Subjek A 3 metakognitif, subjek A 3 telah melakukan subjek A 3 dalam memecahkan permasalahan melihat kembali soal dan menuliskan apa yang diketahui dan tidak diketahui dalam soal (P-1), kemudian menetapkan tujuan dari soal (P-2), menetapkan strategi untuk menyelesaikan masalah (P-3) dan membuat representasi metakognitif, subjek B 1 telah melakukan merencanakan yaitu berpikir atau membaca kembali soal kemudian menuliskan apa yang diketahui dan tidak diketahui dalam soal (P-1), menetapkan tujuan dari soal (P-2), dan menetapkan strategi untuk memecahkan masalah (P-3). Subjek B 1 telah melakukan aktivitas metakognitif yang berupa memantau yaitu dengan adanya penggunaan aturan rumus untuk memecahkan masalah (M-2), memantau sesuatu yang dianggap salah 292

dan menggantinya dengan jawaban yang benar (M-3), memantau dengan berargumentasi (M-5), dan memantau kekurangan perencanaan (M-7). Subjek B 1 juga telah melakukan subjek memberikan tanda garis bawah pada jawaban akhir (E-1). subjek memberikan tanda garis bawah pada jawaban akhir yang diperoleh (E-1). Subjek B 3 ulangan harian pada subjek B 3 yang terlihat pada Gambar 6. Subjek B 2 ulangan harian pada subjek B 2 yang terlihat pada Gambar 5. Gambar 6. Hasil Ulangan Harian Subjek B 3 Gambar 5. Hasil Ulangan Harian Subjek B 2 metakognitif, subjek B 2 telah melakukan subjek B 2 dalam memecahkan permasalahan subjek B 2 melihat kembali soal dan menuliskan apa yang diketahui dan tidak diketahui dalam soal (P-1), kemudian menetapkan tujuan dari soal tersebut (P-2), dan menetapkan strategi untuk menyelesaikan permasalahan (P-3). Subjek B 2 telah melakukan aktivitas metakognitif yang berupa memantau yaitu penggunaan aturan rumus dan persamaan reaksi untuk menyelesaikan masalah (M- 2), memantau sesuatu yang dianggap kesalahan (M-3) yaitu dengan mencoret atau mengganti jawaban. Memantau dengan berargumentasi (M-5), dan memantau kekurangan perencanaan (M-7). Subjek B 2 juga telah melakukan metakognitif, subjek B 3 telah melakukan subjek B 3 dalam memecahkan permasalahan melihat kembali soal dan menuliskan apa yang diketahui dan tidak diketahui dalam soal (P-1), kemudian menetapkan tujuan dari soal (P-2), dan menetapkan strategi untuk menyelesaikan masalah (P-3). Subjek B 3 telah melakukan aktivitas metakognitif yang berupa memantau yang bisa dilihat dengan adanya penggunaan aturan rumus dan persamaan reaksi untuk menyelesaikan masalah (M-2) dan memantau dengan berargumentasi (M-5). Subjek B 3 juga telah melakukan subjek memberikan tanda garis bawah pada jawaban akhir yang diperoleh (E-1). Kelompok Rendah Subjek C 1 ulangan harian pada subjek C 1 yang terlihat pada Gambar 7. 293

Gambar 7. Hasil Ulangan Harian Subjek C 1 metakognitif, subjek C 1 telah melakukan merencanakan sebelum menyelesaikan permasalahan yaitu dengan menetapkan tujuan dari soal (P-2) dan menetapkan strategi untuk memecahkan masalah (P-3). Subjek C 1 telah melakukan aktivitas metakognitif yang berupa memantau yaitu dengan adanya penggunaan aturan rumus untuk memecahkan masalah (M-2), memantau sesuatu yang dianggap salah pada jawaban dengan cara mencoret, menghapus, atau menebalkan tulisan (M- 3) dan memantau dengan berargumentasi (M-5). Subjek C 1 tidak melakukan aktivitas metakognitif yang berupa mengevaluasi. subjek C 2 dalam memecahkan permasalahan yaitu denagn menetapkan tujuan dari soal tersebut (P-2). Subjek C 2 telah melakukan aktivitas metakognitif yang berupa memantau yang bisa dilihat dengan adanya penggunaan aturan rumus dan persamaan reaksi untuk menyelesaikan masalah (M-2), dan memantau sesuatu yang dianggap kesalahan (M-3) yaitu dengan adanya penebalan angka atau coretan. Subjek C 2 tidak melakukan aktivitas metakognitif yang berupa mengevaluasi. Subjek C 3 ulangan harian pada subjek C 3 yang terlihat pada Gambar 9. Subjek C 2 ulangan harian pada subjek C 2 yang terlihat pada Gambar 8. Gambar 9. Hasil Ulangan Harian Subjek C 3 Gambar 8. Hasil Ulangan Harian Subjek C 2 metakognitif, subjek C 2 telah melakukan metakognitif, subjek C 3 telah melakukan subjek C 3 dalam memecahkan permasalahan yaitu dengan menetapkan tujuan dari soal (P-2) dan menetapkan strategi untuk menyelesaikan masalah (P- 3). Subjek C 3 telah melakukan aktivitas metakognitif yang berupa memantau yang bisa dilihat dengan adanya penggunaan aturan rumus dan persamaan reaksi untuk 294

menyelesaikan masalah (M-2), memantau sesuatu yang dianggap kesalahan (M-3) dan memantau dengan berargumentasi yaitu memberikan alasan tentang jawaban yang diperoleh (M-5). Subjek C 3 tidak melakukan aktivitas metakognitif yang berupa mengevaluasi. Dari hasil identifikasi aktivitas karakteristik metakognitif siswa pada kelompok tinggi, kelompok sedang, dan kelompok rendah maka didapatkan hasil sebagai berikut: Tabel 1. Karakteristik Metakognitif pada Kelompok Tinggi, Sedang, dan Rendah dalam Memecahkan Masalah Kesetimbangan Kimia Kelompok Karakteristik Metakognitif Siswa Perencanaan Pemantauan Evaluasi (Planning ) Monitoring) (Evaluation) Tinggi P-1 P-2 P-3 P-5 M-2 M-3 M-5 E-1 Sedang P-1 P-2 P-3 Rendah P-2 P-3 M-2 M-3 M-5 M-7 M-2 M-3 M-5 E-1 Keterangan: P-1 :Berpikir/membaca/menulis apa yang diketahui dan yang tidak diketahui P-2 :Menetapkan tujuan P-3 :Menetapkan strategi pemecahan masalah P-5 :Merencanakan suatu representasi rumus untuk mendukung pemahaman M-2 :Menggunakan aturan seperti rumus, dan persamaan reaksi M-3 :Memantau sesuatu yang dianggap kesalahan M-5 :Memantau dengan berargumentasi M-7 :Memantau kekurangan perencanaan E-1 :Mengevaluasi pada konsepkonsep/tujuan apakah telah tercapai Pembahasan dari hasil karakteristik metakognitif pada kelompok tinggi, sedang, dan rendah: - Karakteristik Metakognitif pada Kelompok Tinggi Subjek A 1, A 2, dan A 3 mengawali pemecahan masalah dengan berpikir/ membaca/ menulis apa yang diketahui dan tidak diketahui dalam soal (P-1) yaitu dengan menuliskan reaksi dan mol-mol yang diketahui atau tekanan yang diketahui dalam soal serta menuliskan tujuan dalam soal (P-2) yaitu apa yang dicari dalam soal dengan menuliskan Kc, α, dan Kp dalam jawaban. ketika seseorang membaca suatu masalah secara tidak langsung dapat mengerti atau tidak mengerti apa yang dibacanya termasuk aktivitas pada dimensi perencanaan dalam memecahkan masalah[5]. Subjek juga menetapkan strategi untuk menyelesaikan masalah (P-3) yaitu dengan meggunakan persamaan reaksi atau dengan adanya rumus K c, K p, dan α serta subjek juga merencanakan suatu representasi rumus untuk mendukung pemahaman (P-5) yaitu dengan menuliskan rumus K c, α, dan K p untuk menyelesaikan masalah. Aktivitas memantau yang dilakukan oleh subjek pada kelompok tinggi yaitu menggunakan aturan rumus seperti persamaan reaksi dan rumus (M-2) yaitu dengan menggunakan rumus K c, α, K p untuk menyelesaikan masalah. Metakognitif berhubungan dengan cara berpikir siswa dengan kemampuan mereka sendiri dalam menggunakan strategistrategi belajar yang tepat. Subjek memantau sesuatu yang dianggap kesalahan (M-3) yaitu dengan mencoret kata atau angka pada jawaban yang salah, adanya penggantian jawaban yang dibuktikan dengan adanya bekas hapusan dan bekas tipe X pada jawaban, serta adanya penebalan pada angka-angka pada jawaban. Subjek memantau dengan berargumentasi (M-5) yaitu memberikan alasan atas jawaban yang diperoleh. Dengan tes esai yang bersifat membutuhkan pembahasan dan uraian kata-kata menjadikan siswa mampu mengekspresikan banyak gagasan atau ideide dalam bentuk jawaban[6]. Aktivitas mengevaluasi yang terlihat pada kelompok tinggi yaitu mengevaluasi 295

pada konsep/tujuan apakah telah tercapai (E-1) dengan memeriksa kembali jawaban dan meyakini jawaban yang diperoleh. Merefleksi adalah aktivitas menangkap kembali pengalamannya, memikirkan kembalai, mempertimbangkan dan mengevaluasinya kembali. Sehingga aktivitas karakteristik metakognitif yang dimiliki oleh kelompok tinggi meliputi merencanakan, memantau, dan mengevaluasi[3]. Karakteristik Metakognitif pada Kelompok Sedang Subjek B 1, B 2, dan B 3 mengawali pemecahan masalah dengan berpikir/ membaca/ menulis apa yang diketahui dan tidak diketahui dalam soal (P-1) yaitu dengan menuliskan reaksi dan mol-mol yang diketahui atau tekanan yang diketahui dalam soal serta menuliskan tujuan dalam soal (P-2) yaitu apa yang dicari dalam soal dengan menuliskan Kc, α, dan Kp dalam jawaban. Subjek juga menetapkan strategi untuk menyelesaikan masalah (P-3) yaitu dengan menahbahkan keterangan pada reaksi atau menuliskan rumus untuk mencari nilai K c, K p, dan α. Aktivitas memantau yang dilakukan oleh subjek pada kelompok sedang yaitu menggunakan aturan rumus seperti persamaan reaksi dan rumus (M-2) yaitu digunakan untuk menhitung nilai K c, α, K p, memantau sesuatu yang dianggap kesalahan (M-3) yaitu dengan mencoret kata atau angka pada jawaban yang salah, adanya penggantian jawaban yang dibuktikan dengan adanya bekas hapusan dan bekas tipe X pada jawaban, serta adanya penebalan pada angka-angka pada jawaban. Cara berpikir secara matematis yang efektif dalam memecahkan masalah tidak hanya menyajikan dan menyelesaikan tugas serta menerapkan strategi, tetapi juga meliputi pengamatan yang digunakan[3]. Subjek juga memantau dengan berargumentasi (M-5) yaitu memberikan alasan atas jawaban yang diperoleh dan menjabarkan semua pemikiran yang diperoleh selama proses penyelesaian. Subjek juga memantau kekurangan perencanaan (M-7) yaitu dengan mengganti jawaban yang diperoleh sebelumnya dengan cara dicoret sebagai tanda jawabannya salah karena adanya kekurangan dalam proses perencanaan dan menggantinya dengan jawaban baru yang dianggap benar. memecahkan msalah[3]. Aktivitas mengevaluasi yang terlihat pada kelompok sedang yaitu mengevaluasi pada konsep/tujuan apakah telah tercapai (E-1) dengan memeriksa kembali jawaban dan meyakini jawaban yang diperoleh. Karakteristik Metakognitif pada Kelompok Rendah Subjek C 1, C 2, dan C 3 mewakili pemecahan masalah dengan menuliskan tujuan dalam soal (P-2) yaitu apa yang dicari dalam soal. Subjek menetapkan strategi untuk menyelesaikan masalah (P-3) yaitu dengan adanya rumus K c, K p, dan α. Manfaat metakognitif adalah menekankan pemantauan diri sendiri dan tanggungjawab, siswa yang memiliki strategi metakognitif akan lebih cepat menjadi pelajar yang mandiri[10]. Aktivitas memantau yang dilakukan oleh subjek pada kelompok rendah yaitu menggunakan aturan rumus seperti persamaan reaksi dan rumus (M-2) yaitu digunakan untuk menhitung nilai K c, α, K p. Metakognitif berhubungan dengan kognitif dalam menyusun dan memilih strategi untuk memperbaiki kinerja positif. Subjek juga memantau sesuatu yang dianggap kesalahan (M-3) yaitu dengan mencoret kata atau angka pada jawaban yang salah, adanya penggantian jawaban yang dibuktikan dengan adanya bekas hapusan dan bekas tipe X pada jawaban, serta adanya penebalan pada angka-angka pada jawaban dan subjek juga memantau dengan berargumentasi (M-5) yaitu dengan memberikan alasan atas jawaban yang diperoleh. Hal-hal yang diperhatikan dalam memecahkan masalah, seperti apa yang akan dicari, apa syarat-syaratnya, apa yang sedang dipikirkan sehingga subjek tahu kemana arah pikirannya akan dibawa[8]. Karakteristik metakognitif untuk aktivitas mengevaluasi pada kelompok rendah tidak terlihat. 296

PENUTUP Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah dijelaskan di atas maka kesimpulan dari penelitian ini adalah pada kelompok tinggi memiliki karakteristik metakognitif dengan indikator (P-1), (P-2), (P-3), (P-5), (M-2), (M-3), (M-5), (M-7), dan (E-1). Kelompok sedang memiliki karakteristik metakognitif dengan indikator (P-1), (P-2), (P-3), (M-2), (M-3), (M-5), (M-7), dan (E-1). kelompok rendah memiliki karakteristik metakognitif dengan indikator (P-2), (P-3), (M-2), (M- 3), dan (M-5) Saran Saran yang dapat peneliti berikan untuk penelitian selanjutnya adalah: 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengapa pada kelompok rendah tidak melakukan aktivitas mengevaluasi. 2. Sehubungan dengan karakteristik metakognitif pada kelompok tinggi dan kelompok sedang yang telah lengkap yaitu meliputi perencanaan, pemantauan, dan evaluasi, perlu dilatihkan model pembelajaran yang dapat menunjang kemampuan metakognitif siswa. DAFTAR PUSTAKA 1. Departemen Pendidikan Nasional dan Kebudayaan. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Stadar Kompetensi Lulusan untuk Tingkat Satuan Dasar dan Menengah. Jakarta. 2. Gama, Claudia Amado. 2004. Integrating Metacognition Instruction In Interactive Learning Environment. Thesis Tidak Dipublikasikan. University of Sussex. 3. Goos, M., & Galbraith, P. (1996). Do it this way! Metacognitive strategies in collaborative mathematical problem solving. Educational Studies in Mathematics, 30, 229-260. 4. Nur, Mohamad. 2000. Strategi- Strategi Belajar. Surabaya: Unesa University Press. 5. Polya, 1973. How To Solve It. Second Edition. New Jersey: Princeton University Press, Princeton 6. Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar- Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. 7. Schraw, G & Moshman, D. 1995. Metacognitive Theories. Educational Psychological review 7: 351-371. 8. Sugiarto, Bambang. 2012. Keterampilan Metakognitif Mahasiswa dalam Menerapkan Teori VSEPR pada Penyelesaian Masalah Bentuk Molekul dan Sudut Ikatan. Jurnal penelitian Pendidikan dan Sains, Vol. 19, No. 1, 14-25. 9. Suherman, Eman dkk. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA- Universitas Pendidikan Indonesia. 10. Suratno. (2010). Implemetasi Reciprocal Teaching dengan Penguatan Eksperimen dalam Memberdayakan Keterampilan Metakognisi Siswa. Prosiding Seminar Nasional MIPA dengan Tema Peran MIPA dalam Pengembangan Teknologi dan Pendidikan Berkarakter Menuju Bangsa Mandiri di Universitas Negeri Malang, 13 Nopember 2010. 297