PENGARUH PEMBERIAN BIO URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK DAUN GROW MORE DAN WAKTU PEMANGKASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merill)

PENGARUH DOSIS PUPUK MAJEMUK NPK DAN PUPUK PELENGKAP PLANT CATALYST TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max (L.

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

BAB VI PEMBAHASAN. lambat dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman kacang tanah, penghanyutan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung manis (Zea mays sacharata Sturt.) dapat diklasifikasikan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk),

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

PENGARUH KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR KULIT PISANG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merril) MASAYU NPM.

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

BAB I PENDAHULUAN. diolah menjadi makanan seperti kue, camilan, dan minyak goreng. kacang tanah dari Negara lain (BPS, 2012).

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman tumbuhtumbuhan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetatif dan generatif. Stadia pertumbuhan vegetatif dihitung sejak tanaman

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

PUPUK ORGANIK CAIR DAN PUPUK KANDANG AYAM BERPENGARUH KEPADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI ( Glycine max L. )

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PUPUK ORGANIK FERMENTASI PADAT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L) Merrill) ARTIKEL ILMIAH NURUL HIDAYAH

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan komoditas pangan penghasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Volume 11 Nomor 2 September 2014

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

RESPON TANAMAN JAGUNG MANIS AKIBAT PEMBERIAN TIENS GOLDEN HARVEST. Oleh : Seprita Lidar dan Surtinah

PENDAHULUAN. pangan nasional. Komoditas ini memiliki keragaman yang luas dan berperan

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG TANAH PADA APLIKASI DOSIS PUPUK ORGANIK PADAT DAN CAIR

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang sangat

I. PENDAHULUAN. Keinginan untuk berswasembada kedelai telah beberapa kali dicanangkan, namun

Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merril) Varietas Tidar Berdasarkan Dosis Pupuk Organik Padat

PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG AYAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL MENTIMUN

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

I. PENDAHULUAN. Sorgum merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang memiliki potensi besar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KANDANG AYAM DAN PUPUK N (ZA) TERHADAP PERTUMBUHAN SERTA PRODUKSI TANAMAN SAWI (Brassica juncea L)

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses mempengaruhi peserta didik agar dapat. menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya serta

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) merupakan salah satu komoditas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut :

TINJAUAN PUSTAKA. Perakaran kedelai akar tunggangnya bercabang-cabang, panjangnya

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR (POC) LIMBAH TERNAK DAN LIMBAH RUMAH TANGGA PADA TANAMAN KANGKUNG (Ipomoea reptans Poir) Oleh : Sayani dan Hasmari Noer *)

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas

Jurnal Cendekia Vol 12 No 1 Januari 2014 ISSN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata

PENDAHULUAN. Buah melon (Cucumis melo L.) adalah tanaman buah yang mempunyai nilai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

AGROVIGOR VOLUME 1 NO. 1 SEPTEMBER 2008 ISSN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

BAHAN METODE PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAB I PENDAHULUAN. adanya kandungan karotin, Vitamin A, Vitamin B dan Vitamin C. Oleh karena itu,

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai

PENGARUH PENGGUNAAN MIKRO ORGANISME LOKAL LIMBAH RUMAH TANGGA DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata L)

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PUPUK NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI(Glycine max (L.)Merill) ARTIKEL ILMIAH RITA SARI

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK NPK PELANGI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN TERUNG (Solanum Melongena L)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang hijau termasuk suku (famili) leguminoseae yang banyak

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENGGUNAAN PUPUK KANDANG DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merill) merupakan salah satu tanaman pangan penting

BAB I PENDAHULUAN. hewan atau manusia, seperti pupuk kandang, pupuk hijau, dan kompos,

PENGARUH DOSIS PUPUK ANORGANIK NPK MUTIARA DAN CARA APLIKASI PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN MENTIMUN

PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) INDOLEBUTYRIC ACID (IBA) TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN JERUK

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2009 sekitar ton dan tahun 2010 sekitar ton (BPS, 2011).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Hasil Hasil yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman, umur berbunga, jumlah buah, dan berat buah.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KARYA ILMIAH TENTANG. Oleh SUSI SUKMAWATI NPM

Transkripsi:

PENGARUH PEMBERIAN BIO URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill). SISCHA ALFENDARI KARYA ILMIAH PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI 2017

PENGARUH PEMBERIAN BIO URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merril). SISCHA ALFENDARI KARYA ILMIAH Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana pertanian pada Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jambi PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI 2017

PENGARUH PEMBERIAN BIO URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merril). Sischa Alfendari 1, Ardiyaningsih Puji Lestari 2, Miranti Sari Fitriani 3 Fakultas Pertanian Universitas Jambi ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh bio urin sapi terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai (Glycine max (L.) Merril). Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) satu faktor yaitu perbandingan bio urin sapi dengan air menggunakan 5 taraf perlakuan yaitu A 0 (Tanpa pemberian bio urin sapi), A 1 (Pemberian bio urin sapi : air = 1 : 4), A 2 (Pemberian bio urin sapi : air = 1 : 3), A 3 ( Pemberian bio urin sapi : air = 1 : 2), A 4 (Pemberian bio urin sapi : air = 1 : 1). Kesimpulan penelitian ini adalah 1). Pemberian bio urin sapi berpengaruh terhadap, jumlah polong per tanaman dan Jumlah polong berisi, namun berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah cabang primer, umur berbunga, bobot 100 biji, dan hasil per plot dan 2). Hasil terbaik jumlah polong per tanaman dan jumlah biji per tanaman didapat dari tanaman kedelai yang diberi bio urin sapi dengan perbandingan bio urin : air = 1:2. Kata Kunci :Tanaman Kedelai, Bio Urin Sapi PENDAHULUAN Provinsi Jambi merupakan salah satu daerah yang potensial untuk pengembangan kedelai, hal ini dapat dilihat dari kondisi iklim dan lahan yang tersedia. Produktivitas kedelai di Provinsi Jambi tergolong masih sangat rendah bila dibandingkan dengan potensi hasil. Berikut ini dapat dilihat Luas panen, produksi dan produktivitas kedelai di ProvinsiJambi. Tabel 1.Luas panen, produksi dan produktifitas kedelai di Provinsi Jambi Tahun Luas Panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (ton ha -1 ) 2009 7238 9132 1,26 2010 4243 5320 1,25 2011 4563 5668 1,24 2012 2809 3516 1,25 2013 1877 2372 1,26 Sumber : (Badan Pusat Statistik, 2014).

Besarnya produktivitas kedelai diprovinsi jambi dari tahun 2009-2013 tidak mengalami perubahan yaitu berkisar 1,24-1,26 ton ha -1. Produktivitas kedelai di provinsi jambi tergolong masih sangat rendah bila dibandingkan dengan potensi hasil varietas kedelai unggul yaitu 2,00-2,25 ton ha -1 (Adisarwanto, 2014). Pemupukan merupakan upaya yang dilakukan untuk memenuhi unsur hara tanah yang dibutuhkan tanaman. Marsono dan Sigit (2000), menyebutkan bahwa pemupukan bermanfaat untuk menambahkan unsur hara yang kurang di dalam tanah selama pertumbuhan tanaman. Pupuk organik adalah pupuk yang terdiri dari bahan organik dimana berasal dari tanaman atau hewan yang telah melalui proses penguraian. Berdasarkan keadaan fisiknya pupuk organik biasa dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pupuk organik padat dan pupuk organik cair. Pupuk organik padat adalah jenis pupuk yang berbentuk berupa padatan seperti pupuk kandang, pupuk hijauan, kompos dan humus. Sementara itu pupuk organik cair adalah pupuk yang berbentuk cairan, contoh urin sapi, urin kambing, urin kuda, urin kerbau, urin domba, urin ayam dan urin babi (Parnata, 2010). Urin sapi merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan ketersediaan, kecukupan, dan efisiensi serapan hara bagi tanaman yang mengandung mikroorganisme sehingga dapat mengurangi penggunaan pupukan organik (NPK) dan meningkatkan hasil tanaman secara maksimal. Adanya bahan organik dalam Bio urin mampu merangsang pertumbuhan akar dan menghalau hama (Sucipto, 2013). Pemberian pupuk organik cair seperti Bio urin merupakan salah satu cara untuk mendapatkan tanaman yang sehat dengan kandungan hara yang cukup dan tidak membutuhkan waktu yang lama dalam pembuatan. Pemberian bio urin sapi yang diaplikasikan kedaun juga mengandung zat pengatur tumbuh auksin yang merupakan senyawa organik yang bekerja aktif, ditransformasikan keseluruh bagian tanaman sehingga dapat mempengaruhi pengendoran atau pelenturan dinding sel. Auksin memacu protein tertentu yang ada di membran plasma sel tumbuhan untuk memompa ion H + ke dinding sel. Selain hormon yang dikandung bio urin sapi yang dapat memacu pertumbuhan tanaman, unsur hara yang dikandungnya juga mempercepat pertumbuhan generatif tanaman (Foth, 1994). Pemanfaatan urin sapi yang masih segar sebagai sumber hara tanaman jarang dilakukan karena baunya yang tidak sedap dan menimbulkan polusi sehingga harus terlebih dahulu dilakukan fermentasi selama tiga minggu. Ternyata hasil fermentasi selain mengurangi bau menyengat

yang tak sedap juga kualitasnya lebih baik dari urin sapi segar (Murdowo, 2004). Keunggulan bio urin sapi sebagai sumber hara bagi tanaman telah dibuktikan dalam beberapa percobaan lapang. Mardalena (2007), menunjukkan bahwa pemberian bio urin sapi dengan konsentrasi 25 ml /liter air, memberikan hasil terbaik pada tinggi tanaman, diameter batang, umur berbunga, umur panen dan bobot buah per plot tanaman mentimun. METODE PENELITIAN Tempat dan waktu Penelitian ini dilaksanakan di Teaching and Research Farm Fakultas pertanian universitas jambi. Penelitian ini dilaksanakan selama ±3 bulan dari bulan Februari sampai dengan Mei 2016. Rancangan penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) satu faktor yaitu pemberian bio urin sapi dengan berbagai perbandingan. perbandingan bio urin sapi dan air menggunakan 5 taraf perlakuan sebagai berikut: A 0 = Tanpa pemberian bio urin sapi A 1 = 1 ; 4 A 2 = 1 ; 3 A 3 = 1 ; 2 A 4 = 1 ; 1 Variabel yang diamati meliputi tinggi tanaman, jumlah cabang primer, umur berbunga, jumlah polong per tanam, jumlah biji per tanaman, bobot 100 biji dan hasil per plot. data yang peroleh dianalisis secara statistik menggunakan analisis ragam, dan untuk melihat perbedaan antar perlakuan digunakan uji DNMRT. HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi tanaman Hasil anaslisis ragam terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa pemberian bio urin sapi dengan perbandingan yang berbeda memberikan pengaruh tidak nyata. Rata-rata tinggi tanaman yang telah diuji menggunakan DNMRT pada setiap perlakuan dapat dilihat Tabel 5. Tabel 5. Tinggi tanaman kedelai pada beberapa perlakuan perbandingan bio urin sapi dan air Tinggi tanaman (cm) 0 68.0 a 1;4 69.0 a 1;3 70.1 a 67.6a 1;1 68.3 a Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji lanjut Duncan dengan taraf 5%.

Tabel 5 menunjukkan bahwa pemberian bio urin sapi dengan perbandingan 1;4, 1;3,, 1;1 dan tanpa pemberian bio urin sapi menghasilkan tinggi tanaman dengan perbedaan yang tidak nyata. Jumlah Cabang Primer Hasil analisis ragam terhadap jumlah cabang primer menunjukkan bahwa perlakuan bio urin sapi dengan perbandingan yang berbeda memberikan pengaruh tidak nyata. Rata-rata jumlah cabang primer yangtelah diuji menggunakan DNMRT pada setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Jumlah cabang primer tanaman kedelai pada beberapa perlakuan perbandingan bio urin sapi dan air. 0 1;4 1;3 Jumlah cabang primer 3.7 a 4.3 a 4.6 a 5.1 a 1;1 4.0 a Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji lanjut Duncan dengan taraf 5 %. Tabel 6 menunjukkan bahwa jumlah cabang primer tanaman kedelai yang tidak di berikan bio urin sapi menghasilkan jumlah cabang yang paling sedikit. Pemberian bio urin sapi dan air dengan perbandingan 1;4, 1;3, dan 1;1 tidak mampu meningkatkan jumlah cabang primer. Umur Berbunga Hasil analisis ragam terhadap umur berbunga tanaman kedelai menunjukkan bahwa pemberian bio urin sapi dengan perbandingan yang berbeda memberikan pengaruh tidak nyata. Rata-rata umur berbunga yang telah diuji menggunakan DNMRT pada setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Umur berbunga tanaman kedelai pada beberapa perlakuan perbandingan bio urin sapi dan air. Umur berbunga 0 1;4 1;3 32.9 a 33.0 a 32.6 a 33.0 a 1;1 33.0 a Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji lanjut Duncan dengan taraf 5%. Tabel 7 diatas menunjukkan bahwa tanaman kedelai yang diberikan bio urin sapi dan air dengan perbandingan 1;4, 1;3,, 1;1 dan tanpa pemberian bio urin sapi menghasilkan umur berbunga dengan perbedaan yang tidak nyata. Jumlah Polong per Tanaman Hasil analisis ragam terhadap jumlah polong per tanaman kedelai menunjukkan bahwa pemberian bio urin sapi dengan perbandingan yang berbeda menunjukkan pengaruh berbeda nyata. Rata-rata jumlah polong per tanaman yang telah diuji menggunakan DNMRT pada setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Jumlah polong per tanaman kedelai pada beberapa perlakuan perbandingan bio urin sapi dan air. Jumlah polong per tanaman 0 1;4 1;3 1;1 134.5 a 152.2 ab 161.6 ab 182.1 b 149.3 ab Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji lanjut Duncan dengan taraf 5 %. Tabel 8 di atas menunjukkan bahwa jumlah polong per tanaman kedelai yang tidak diberikan bio urin sapi dan air menghasilkan jumlah polong tanaman paling sedikit. Jumlah polong tidak akan bertambah walaupun ditambah bio urin sapi dan air dengan perbandingan 1;4 dan 1;3, jumlah polong akan meningkat 35 % apabila kita berikan bio urin sapi dan air

dengan perbandingan. Apabila kita tingkatkan lagi jumlah bio urin sapi dan air dengan perbandingan 1;1 ternyata jumlah polong menunjukkan perbedaan yang tidak nyata apabila dibandingkan dengan jumlah polong tanaman kedelai yang diberikan bio urin sapi dan air dengan perbandingan. Jumlah biji per tanaman Hasil analisis ragam terhadap jumlah biji per tanaman kedelai menunjukkan bahwa pemberian bio urin sapi dengan perbandingan yang berbeda memberikan pengaruh berbeda nyata. Rata-rata jumlah biji per tanaman yang telah diuji menggunakan DNMRT pada setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Jumlah biji per tanaman kedelai pada beberapa perlakuan perbandingan bio urin sapi dan air. Jumlah biji per tanaman 0 1;4 1;3 1;1 247.9 ab 238.4 a 253.7 ab 315.3 b 218.7 a Keterangan : Angka yang di ikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji lanjut Duncan dengan taraf 5 %. Tabel 9 menunjukkan bahwa tanaman kedelai yang diberi bio urin sapi dan air dengan perbandingan menghasilkan jumlah biji per tanaman yang paling banyak, dan biji yang dihasilkan memiliki perbedaan yang tidak nyata bila dibandingkan dengan tanaman yang diberikan bio urin sapi dan air dengan perbandingan 1;3 dan tanaman yang tidak diberi bio urin sapi. Jumlah biji per tanaman akan menurun bila diberi bio urin sapi dan air dengan perbandingan 1;1 dan 1;4. Bobot 100 Biji Hasil analisis ragam terhadap bobot 100 biji tanaman kedelai menunjukkan bahwa pemberian bio urin sapi dengan perbandingan yang berbeda memberikan pengaruh tidak nyata. Rata-rata bobot 100 biji tanaman kedelai berisi yang telah diuji menggunakan DNMRT pada setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Bobot 100 biji tanaman pada beberapa perlakuan perbandingan bio urin sapi dan air 0 1;4 1;3 Bobot 100 Biji (g) 16.2 a 14.9 a 14.7 a 15.5 a 1;1 14.6 a Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji lanjut Duncan dengan taraf 5 %. Tabel 10 di atas menunjukkan bahwa.pemberian bio urin sapi dengan perbandingan 1;4, 1;3,, 1;1 dan tanpa pemberian bio urin sapi menghasilkan bobot 100 biji dengan perbedaan yang tidak nyata. Hasil per Plot bahwa pemberian bio urin sapi dengan perbandingan yang berbeda memberikan pengaruh tidak nyata. Rata-rata hasil per plot tanaman kedelaiberisiyangtelah diuji menggunakan DNMRT pada setiap perlakuan dapat dilihat pada tabel 11. Tabel 11. Hasil per plot tanaman kedelai pada beberapa perlakuan perbandingan bio urin sapi dan air. 0 1;4 1;3 Hasil per Plot (g) 121.8 a 114.6 a 112.0 a 123.4 a 1;1 105.8 a Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji lanjut Duncan dengan taraf 5 %. Tabel 11 diatas menunjukkan bahwa pemberian bio urin sapi dengan perbandingan 1;4, 1;3,, 1;1 dan tanpa pemberian bio urin sapi menghasilkan hasil per plot dengan perbedaan yang tidak nyata. Pembahasan Pertumbuhan tanaman dipengaruhi banyak faktor untuk berproduksi secara optimal begitu pula dengan tanaman kedelai untuk mendapatkan hasil tanaman yang baik. Perlu adanya upaya kultur teknis untuk menciptakan

keadaan yang mendukung pertumbuhannya, dengan harapan dapat memberikan keuntungan baik secara teknis maupun ekonomis. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil tanaman kedelai yaitu melalui pengelolaan lingkungan tumbuh dan pemeliharaan tanaman seperti pemupukan. Salah satunya dengan memberikan pupuk organik bio urin sapi yang mendukung unsur hara makro maupun mikro. Bio urin sapi memiliki keunggulan tersendiri yaitu harga murah, pembuatannya mudah, bahannya mudah didapat, tidak membutuhkan waktu yang lama, penghalau hama, zat perangsang tumbuh. Urin sapi memiliki kandungan unsur Fosfor tinggi dibandingkan urin ternak yang lain seperti kuda, kerbau, domba, kambing, ayam dan babi (Lingga, 2013). Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian bio urin sapi dan air dengan berbagai perbandingan berpengaruh nyata terhadap jumlah polong per tanaman dan jumlah biji per tanaman. Hal ini disebabkan adanya pemberian bio urin sapi dan air dengan berbagai perbandingan mampu menambahkan ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Pemberian bio urin sapi pada tanaman kedelai diaplikasikan ke daun juga mengandung zat pengatur tumbuh auksin yang merupakan senyawa organik tanaman yang bekerja aktif, ditransformasikan keseluruh bagian tanaman sehingga dapat mempengaruhi pengendoran atau pelenturan dinding sel. Auksin memacu protein tertentu yang ada dimembran plasma sel tumbuhan untuk memompa ion H + ke dinding sel. Selain hormon yang dikandung bio urin sapi yang dapat memacu pertumbuhan tanaman, unsur hara juga mempercepat pertumbuhan generatif tanaman (Abidin, 1992). Hasil analisis ragam pada variabel tinggi tanaman, jumlah cabang primer, umur berbunga, bobot 100 biji dan hasil per plot menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata. Keadaan ini diduga kemungkinan unsur hara yang berasal dari bio urin sapi tidak sepenuhnya dimanfaatkan oleh tanaman. Unsur N kemungkinan menguap ke udara. Artinya unsur hara yang dibutuhkan tanaman tidak tercukupi sehingga proses fisioligis tanaman terganggu dan akibatnya akan berpengaruh terhadap jumlah cabang primer, umur berbunga, bobot 100 biji dan hasil per plot. Berdasarkan hasil data penunjang penelitian iklim dari bulan Februari hingga Mei 2016, menunjukkan suhu udara rata-rata 27.3-28.0 0 C, kelembaban udara rata-rata selama penelitian 85-87%. Curah hujan ratarata pada fase vegetatif mencapai 237 mm /bulan, memasuki fase generatif curah hujan mencapai 138 mm /bulan, dan pada fase pemasakan polong curah hujan 173 mm /bulan. Iklim rata-rata curah hujan pada saat penelitian tergolong ber intensitas tinggi, pada

umumnya kondisi iklim paling cocok untuk kedelai adalah daerah-daerah yang mempunyai kelembapan udara berkisar antara 75-90 % (Adisarwanto, 2014). Curah hujan paling optimal 1.000-2.500 mm /tahun atau 100-200 mm /bulan (Rukmana dan Yudirachman, 2014). Hujan dengan intensitas tinggi membuat beberapa tanaman yang sudah besar menjadi roboh/tumbang dan membuat tanaman yang sudah disemprotkan dengan bio urin sapi ikut tercuci dibawa air sehingga tanaman tidak dapat menyerap unsur hara yang terdapat di pupuk cair bio urin sapi. Suhu juga merupakan salah satu faktor abiotik yang mempengaruhi pertumbuhan kedelai. Suhu yang optimum akan meningkatkan proses metabolisme tanaman kedelai dan sebaliknya suhu yang tidak optimum akan menghambat pertumbuhan tanaman kedelai. Tanaman kedelai menginginkan suhu antara 21-34 0 C, akan tetapi suhu optimum bagi pertumbuhan kedelai 23-27 0 C. Pada proses perkecambahan benih kedelai memerlukan suhu yang cocok sekitar 30 0 C (Irwan, 2006). Menurut Adisarwanto (2007), mengatakan bahwa banyaknya cabang pada kedelai tergantung pada Varietasnya, tetapi umumnya cabang pada tanaman kedelai berjumlah antara 1-5 cabang. Ada banyak faktor yang mempengaruhi percabangan pada tanaman kedelai dari genotifnya, fotoperiode dan temperatur, air dan mineral, sedangkan untuk jumlah polong pertanaman semakin banyak percabangan maka jumlah polong yang dihasilkan juga semakin banyak. Jumlah polong pertanaman yang terbentuk beragam. Jumlah polong pertanaman dikendalikan oleh faktor lingkungan, antara lain yaitu kelembaban udara, suhu udara, curah hujan dan penyinaran matahari. Setiap tanaman yang diberikan perlakuan berbeda akan mempengaruhi besar kecilnya kandungan hara dalam tanaman tersebut, tetapi belum dapat dijamin bahwa semakin besar konsentrasi yang diberikan akan semakin meningkatkan pertumbuhan tanaman. Sebab tanaman juga memiliki batas dalam penyerapan hara untuk kebutuhan hidupnya. Pemberian pupuk konsentrasi tinggi sampai batas tertentu akan menyebabkan hasil semakin meningkat, dan pada konsentrasi yang melebihi batas tertentu pula akan menyebabkan hasil menjadi menurun dan juga tanaman akan tumbuh dengan baik apabila unsur hara yang diberikan berada dalam jumlah yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan tanaman (Mappanganro et al., 2011). Menurut Parnata (2010) penggunaan pupuk cair dari hewan berupa urin sapi cukup baik untuk digunakan, namun, fungsinya hanya sebagai pupuk pelengkap bukan untuk pupuk utama. Hal ini disebabkan kandungan senyawa organik yang terdapat pada pupuk cair sangat tidak

stabil atau mudah menguap saat musim pada dan tercuci saat musim hujan. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tentang Pengaruh Pemberian Bio urin sapi terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai (Glycine max (L.)Merril) maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pemberian bio urin sapi berpengaruh nyata terhadap, jumlah polong per tanaman dan jumlah biji per tanaman, namun berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah cabang primer, umur berbunga, bobot 100 biji, dan hasil per plot. 2. Hasil terbaik jumlah polong per tanaman dan jumlah biji per tanaman didapat dari tanaman kedelai yang diberikan bio urin sapi dengan perbandingan bio urin; air =. DAFTAR PUSTAKA Abidin, Z. 1992. Dasar-dasar Pengetahuan tentang Zat Pengatur Tumbuh. Bandung ; Angkasa Adiswaranto, T. 2007. Kedelai : Budidaya dengan Pemupukan yang Efektif dan pengoptimalan Bintil Akar. Penebar Swadaya. Jakarta. 107 hal Adiswaranto, T. 2014. Kedelai Tropika. Penebar Swadaya, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS).2014. Jambi Dalam Angka 2014.BPS. Jambi. Foth, H. D.1994. Dasar-dasar Ilmu Tanah, Edisi 6, Erlangga, Jakarta. Irwan WA. 2006. Budidaya Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merill). Universitas Padjajaran, Jatinangor. Lingga. 2013. Nutrisi organik dari hasil fermentasi. Yogyakarta : Pupuk Buatan Mengandung Nutrisi Tinggi. Mappanganro N., Sengin E L., dan Baharuddin. 2011., Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Stroberi Pada Berbagai Jenis Dan Konsentrasi Pupuk Organik Cair Dan Urin Sapi Dengan Sistem Hidroponik Irigasi Tetes. Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin. Mardalena, 2007. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Terhadap Urin Sapi Yang Telah Mengalami Perbedaan Lama Fermentasi. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Marsono dan P Sigit. 2000. Pupuk dan Cara Pemupukan. Bathara Karya Aksara, Jakarta.

Murdowo, J. 2004. Urin sapi sebelum dan sesudah difermentasi.diunduh dari http;//www.suaramerdeka.com/ barisan/0408/19/slo Parnata, A.S.2010. Meningkatkan Hasil Panen Dengan Pupuk Organik. Agromedia Pustaka. Jakarta. Rukmana, R dan H Yudirachman. 2014. Budi Daya Pengolahan Hasil Kacang Kedelai Unggul. Nuansa Aulia, Bandung. Sucipto, R. 2013. Pengaruh Urin Sapi Terhadap Pertumbuhan Dan HasilBebearapa Varietas Bawang Merah (Alium Ascalonicum L.)Pada Lahan Berpasir