PERKEMBANGAN KARET ALAM DI MYANMAR

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. GAMBARAN UMUM INDUSTRI KARET REMAH (CRUMB RUBBER) INDONESIA. Karet merupakan polimer hidrokarbon yang bersifat elastis dan terbentuk

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara produsen karet alam terbesar dunia.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman karet (Hevea brasiliensis) merupakan salah satu komoditi pertanian

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya prakoagulasi perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Produksi Karet Indonesia Berdasarkan Kepemilikan Lahan pada Tahun Produksi (Ton)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan pengekspor karet spesifikasi teknis terbesar ke

VI. PERKEMBANGAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA Perkembangan Nilai dan Volume Ekspor Karet Alam Indonesia

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG

IV. GAMBARAN UMUM KARET INDONESIA. Di tengah masih berlangsungnya ketidakpastian perekonomian dunia dan

Aplikasi Energi Surya Dalam Pengolahan Ribbed Smoke Sit (RSS) Dengan Menggunakan Asap Cair Sebagai Pengumpulan dan Pengawet Karet SIT di Palembang

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki potensi pertanian yang dapat dikembangkan. Kinerja ekspor

I. PENDAHULUAN. Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi hasil pertanian yang

I. PENDAHULUAN. Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi penting dan terbesar

1.1. Latar Belakang. dengan laju pertumbuhan sektor lainnya. Dengan menggunakan harga konstan 1973, dalam periode

I. PENDAHULUAN. pada 2009 (BPS Indonesia, 2009). Volume produksi karet pada 2009 sebesar 2,8

I. PENDAHULUAN. menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik khususnya pada hasil perkebunan.

I. PENDAHULUAN. 2010), tetapi Indonesia merupakan negara produsen karet alam terbesar ke dua di

BAB I PENDAHULUAN. Badan Pusat Statistik, mencapai 6,23%. Meskipun turun dibandingkan pertumbuhan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam SNI (2002), pengolahan karet berawal daripengumpulan lateks kebun yang

KOMODITAS KARET (Hevea brasiliensis) UNTUK SRG DAN PASAR FISIK

II. TINJAUAN PUSTAKA. Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM KARET ALAM INDONESIA

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.

OUTLOOK KARET. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian

PRODUKSI DAN KUALITAS LATEKS PADA BERBAGAI JARAK TANAM TANAMAN KARET. Jl. Slamet Riyadi, Broni Jambi Telp

Analisis Pengendalian Kualitas Produk SIR 3L di PT Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Way Berulu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Teknologi Pengolahan Bokar Bersih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sehari-hari. Banyak penduduk yang hidup dengan mengandalkan komoditas

I. PENDAHULUAN. yang prospektif. Komoditas karet alam memiliki berbagai macam kegunaan

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tiga, yaitu Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Besar Negara (PBN)

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sektor perkebunan merupakan salah satu upaya untuk

KERAGAAN PRODUKTIFITAS BEBERAPA KLON UNGGUL KARET RAKYAT DI PROPINSI BENGKULU. Some variability Productivity Superior Rubber Clone People in Bengkulu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SNI Standar Nasional Indonesia. Bahan olah karet ICS. Badan Standardisasi Nasional

4 ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional Agroindustri Karet Alam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

V. GAMBARAN UMUM KARET ALAM. dikenal dengan nama botani Hevea Brasiliensis berasal dari daerah Amazone di

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam dunia industri, kualitas merupakan faktor dasar yang

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Karet (Hevea brasiliensis) berasal dari Brazil. Negara tersebut mempunyai

I. METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

5 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor karet Indonesia selama

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan mampu memenuhi keinginan dan kepuasan konsumen. Hal ini. sesuai dengan standar dan spesifikasi yang telah ditetapkan.

Tingkat Penerapan Teknologi Pengolahan Produk Bokar di Kecamatan Batang Alai Utara Kabupaten Hulu Sungai Tengah

pennasalahan-permasalahan yang diteliti.

VIII. DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM. hanya merujuk pada ketidakmampuan individu dalam menghasilkan setiap barang

KARYA ILMIAH BUDIDAYA KARET

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 38/Permentan/OT.140/8/2008 TENTANG PEDOMAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN BAHAN OLAH KARET (BOKAR)

Pengaruh Konsentrasi Stimulan dan Intensitas Sadap pada Produksi Lateks Tanaman Karet Seedling (Hevea brasiliensis Muell. Arg.)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DOK.KTI 721. Proceeding of. Second Added Value Of Energy Resources. 2 nd AvoER Palembang, Juli 2009

Chart Title. Indonesia 3.5 ha Thailand 2 ha Malaysia 1.5 ha

PENGGUNAAN GARAM AMMONIUM DALAM PRODUKSI KARET VISKOSITAS RENDAH DARI LATEKS

ANALISIS POSISI EKSPOR KOPI INDONESIA DI PASAR DUNIA EXPORT POSITION ANALYSIS OF COFFEE INDONESIA IN THE WORLD MARKET

I. PENDAHULUAN. di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

KEUNGGULAN KARET ALAM DIBANDING KARET SINTETIS. Oleh Administrator Senin, 23 September :16

BAB I PENDAHULUAN. dalam perekonomian suatu negara. Terjalinnya hubungan antara negara satu

VI. DAYA DUKUNG WILAYAH UNTUK PERKEBUNAN KARET

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KAilAM KESERAGAMAN KUALITAS CRUMB RUBBER Dl PABWlK PEWGOLAHWN KARET ALAM PTP XI! PERKEBUN AN CIIQUMPAY, KABUPATEN PURWAKARTA, JAWA BARAT.

KAilAM KESERAGAMAN KUALITAS CRUMB RUBBER Dl PABWlK PEWGOLAHWN KARET ALAM PTP XI! PERKEBUN AN CIIQUMPAY, KABUPATEN PURWAKARTA, JAWA BARAT.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

II TINJAUAN PUSTAKA. Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian [16 Juli 2010]

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERDAGANGAN. Pengawasan. Mutu. SIR

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 38/KPTS/KB.020/6/2016 PEDOMAN PENANGANAN PASCAPANEN TANAMAN KARET

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Monopoli dan Persaingan Usaha yang Tidak Sehat (Lembaran Negara Republik Indo

Magrobis Journal 18 ANALISIS USAHA PENGOLAHAN LATEKS KARET PADA PT. BUDIDUTA AGROMAKMUR KECAMATAN LOA KULU KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS LATEKS High Grade. (Analysis of Quality Control Rubber High Grade)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ton pada tahun 2011 menjadi juta ton pada tahun 2012 (Ditjenbun, 2012).

BAB 3 METODE PENELITIAN. Adapun alat alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PETANI DI BABEL MASIH MENGGUNAKAN TAWAS SEBAGAI KOAGULAN LATEKS

BAB I PENDAHULUAN. yang memerlukan komponen yang terbuat dari karet seperti ban kendaraan, sabuk

PENDAHULUAN. Gambir adalah sejenis getah yang dikeringkan. Gambir berasal dari. (Uncaria gambir Roxb.). Menurut Manan (2008), gambir merupakan tanaman

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 53/M-DAG/PER/10/2009 TENTANG

I PENDAHULUAN. [3 Desember 2009] 1 Konsumsi Tempe dan Tahu akan Membuat Massa Lebih Sehat dan Kuat.

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas dari produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan ditentukan

POLIISOPREN. Oleh : Dr.Ir. Susinggih Wijana, MS. Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian BRAWIJAYA UNIVERSITY

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

TINJAUAN PUSTAKA. juga produksi kayu yang tinggi. Penelitian untuk menghasilkan klon-klon karet

Transkripsi:

Warta Perkaretan 2013, 32(1), 38-45 PERKEMBANGAN KARET ALAM DI MYANMAR Natural Rubber Development in Myanmar Afrizal Vachlepi dan Thomas Wijaya Balai Penelitian Sembawa, Jl. Raya Palembang-Betung Km 29. P.O. Box: 1127 Palembang 30001 e-mail: irri_sbw@yahoo.com Diterima tgl 18 Desember 2012/Disetujui tgl 19 Maret 2013 Abstrak Kebutuhan karet di dunia terus mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya penduduk. Akibatnya banyak berkembang negara-negara produsen karet alam baru terutama di daerah tropis di Asia. Myanmar merupakan salah satu produsen karet alam dunia yang terus menunjukkan peningkatan baik luasan maupun jumlah produksinya. Produktivitas tanaman karet di Myanmar masih rendah, yaitu sekitar 659 kg/ha/tahun untuk tanaman asal biji dan 852 kg/ha/tahun untuk okulasi. Perkebunan karet Myanmar didominasi perkebunan rakyat. Produksi karet alam Myanmar tahun 2011-2012 meningkat menjadi 78,09 ribu ton dengan nilai ekpor sekitar US$ 309,42 juta dengan China sebagai negara tujuan ekspor utama. Pengolahan karet alam di Myanmar masih belum baik dan sebagian besar dilakukan secara manual. Produk karet yang dihasilkan masih bermutu rendah dengan jenis produk yang paling besar adalah RSS 3 dan sisanya berupa RSS 5, MSR 20, dan MSR 50. Pemasaran karet alam di Myanmar umumnya dilakukan melalui pusat pembelian karet sebelum diekspor ke berbagai negara tujuan. Kata kunci: Myanmar, produksi, mutu karet, dan pemasaran Abstract The rubber requirement in the world is constantly increasing due to the increasing population of the world. As a result, many developing countries become new natural rubber producers, especially in tropical areas of Asia. Myanmar is one of the world's natural rubber producers showing an increase in both the area and amount of production. The productivity of rubber plantations in Myanmar remained low at about 659 kg/ha for seedling plants and 852 kg/ha for grafting plants. Rubber plantations in Myanmar are dominated by smallholders. Myanmar's natural rubber production in 2011-2012 increased to 78.09 thousand tons with a export value of approximately US$ 309,42 million and China is the main export country destination. The natural rubber processing in Myanmar was still not good and done manually. The rubber products of Myanmar still poor in quality where the most of product type is RSS 3 and the rest are RSS 5, MSR 20, and MSR 50. The natural rubber marketing in Myanmar is generally done through a rubber buying center before being exported to various destination countries. Keywords: Myanmar, production, rubber quality, and marketing. Pendahuluan Tanaman karet alam (Hevea brasiliensis) menjadi salah satu komoditi perkebunan yang memiliki prospek sangat baik ke depan. Seiring semakin bertambahnya jumlah penduduk dunia kebutuhan akan karet alam juga cenderung meningkat. Hal ini tak lepas dari manfaat karet alam yang sangat berguna dalam kehidupan manusia. Hampir setiap aktivitasnya, manusia selalu menggunakan karet alam seperti untuk transportasi yang menggunakan kendaraan yang sebagian besar menggunakan karet alam sebagai bahan baku pembuatan ban kendaraan. Dampak meningkatnya kebutuhan karet alam ini adalah berkembangnya negaranegara produsen karet alam baru terutama negara di daerah tropis di Asia. Beberapa 38

Perkembangan karet alam di Myanmar negara Asia yang terus mengembangkan perkebunan dan industri karet alam antara lain Myanmar, Vietnam, China, Laos, dan India. Sebagai salah satu negara yang sebagian wilayahnya berada di daerah tropis, Myanmar sedang mengembangkan perkebunan dan industri karet alamnya. Untuk meningkatkan kemampuan dan daya saing dengan negara-negara produsen karet alam dunia, industri perkebunan karet alam Myanmar terus memperbaiki produksi dan kualitas karet alam yang dihasilkan. Pemerintah juga sangat serius mendukung pengembangan karet dengan menyediakan lahan untuk perkebunan karet tanpa biaya penggantian lahan bagi investor (Wijaya, 2011). Perkembangan industri perkebunan karet alam di Myanmar yang meningkat ini akan menjadi pesaing baru bagi negara-negara produsen karet alam lainnya seperti Indonesia, Thailand, dan Malaysia. Tulisan ini membahas mengenai sejarah dan perkembangan perkebunan karet alam, teknologi pasca panen dan sistem pemasarannya di Myanmar. Tulisan ini diharapkan menjadi informasi bagi industri karet alam di Indonesia kaitannya dengan potensi produsen pesaing karet alam di dunia. Kondisi Umum Karet Alam di Myanmar Myanmar merupakan salah satu negara penghasil karet alam di dunia. Tanaman karet dikenalkan pertama kali di Myanmar sekitar 130 tahun yang lalu. Daerah Tanintharyi, di Myanmar Selatan, adalah daerah perkebunan karet pertama dengan tanaman karet masih berupa tanaman seedling. Perkebunan karet komersial pertama dimulai tahun 1909 dengan luas area sekitar 9.900 acre atau 4.006 ha. Perkebunan karet di Myanmar terus mengalami peningkatan mencapai 1.246.531 acre atau 504.454 ha pada tahun 2011 (Pe dan Hitke, 2012). Dari luasan area tersebut, perkebunan negara hanya sekitar 2,6% dengan produksi hanya mencapai 2,3% dari total produksi karet Myanmar. Sedangkan perkebunan swasta termasuk petani sebesar 97,4% dari total area perkebunan karet dan menghasilkan 97,7% dari total produksi karet Myanmar (Latt, 2012). Luasan area perkebunan yang dikategorikan perkebunan rakyat (smallholder) yaitu berukuran 1-100 acre atau 1-40 ha (Pe dan Htike, 2012). Peningkatan luas area ini juga berdampak pada peningkatan total produksi karet alam di Myanmar. Hasil survei yang dilakukan Latt (2012) di Mudon Township, salah satu sentra perkebunan karet Myanmar, menunjukkan bahwa produktivitas pohon karet asal biji (seedling) sekitar 659 kg/ha/tahun dan tanaman karet dari okulasi (klonal) sekitar 852 kg/ha/tahun (Gambar 1). Wijaya (2011) melaporkan bahwa pengembangan baru perkebunan karet terus dilakukan di Tanintharyi. Sebagian besar (a) Gambar 1. (a) tanaman karet tua asal biji dan (b) tanaman klonal (b) 39

Warta Perkaretan 2013, 32(1), 38-45 perkebunan tua adalah tanaman asal biji, tetapi tanaman baru merupakan bibit karet klonal. Beberapa klon karet yang baru ditanam ini berasal dari Indonesia, yaitu BPM 24 dan PR 107. Beberapa klon karet yang baru ditanam ini berasal dari Indonesia, yaitu BPM 24 dan PR 107. Jumlah hari sadap di Tanintharyi agak rendah sekitar 180-200 hari per tahun. Hal ini disebabkan terjadi hujan dengan intensitas tinggi pada saat musim hujan dan ada praktek standar bahwa selama musim gugur daun, penyadapan dihentikan selama 1 bulan. Sistem yang digunakan adalah S/2 d2 tanpa aplikasi stimulan. Produksi karet alam Myanmar 2011-2012 sebanyak 78,88 ribu ton atau meningkatkan sekitar 68% dibandingkan tahun 2006-2007 yang hanya 46,30 ribu ton (Gambar 2). Peningkatan ini juga mempengaruhi nilai ekspor karet Myanmar. Nilai ekspor karet Myamar meningkat dari US$ 76,55 juta di tahun 2006 menjadi US$ 311,89 juta di tahun 2011 (Pe dan Hitke, 2012). Total ekspor karet alam Myanmar sekitar 79,77 ribu ton. Luas area tanaman karet (ribu ha) 500 450 400 350 300 250 200 150 100 50 0 1950-1951 1960-1961 1970-1971 1980-1981 1990-1991 1995-1996 2000-2001 2001-2002 2002-2003 2003-2004 2004-2005 2005-2006 2006-2007 2007-2008 2008-2009 2009-2010 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Produksi (ribu ton) Luas total (ha) Luas TM (ha) Produksi (ribu ton) Gambar 2. Perubahan luas area tanaman karet dan produksi karet alam di Myanmar (Mynmar Industrial Crops Development EnterprisePerennial Crops and Farm Department, 2010) Negara tujuan ekspor terbesar karet dari Myanmar adalah China dengan jumlah sekitar 50 ribu ton atau sekitar 63,40% dari total ekspor pada tahun 2011. Negara lainnya yang mengimpor karet Myanmar antara lain adalah Malaysia, Vietnam, dan Singapore untuk konsumsi domestik dan juga ekspor kembali. Negara pasar ekspor karet alam Myanmar tahun 2011-2012 dapat dilihat pada Gambar 3. Pengolahan Karet Alam di Myanmar Sebagian besar petani dan perkebunan karet alam di Myanmar menggunakan metode proses pengolahan lateks secara tradisional dan manual. Lateks dikumpulkan dan diolah menjadi sheet yang berkualitas rendah. Keduanya menggunakan asam sulfat (sulphuric acid) dan asam format untuk proses penggumpalan lateks. Karet blok (sleb) yang sudah digumpalkan selanjutnya ditekan dengan tangan agar sesuai ukuran celah rol manual yang biasanya digunakan. Selain karet blok, pengolahan karet alam di Myanmar juga menghasilkan sit. Sit dihasilkan dengan cara menggiling koagulum menggunakan gilingan halus sebanyak 2-3 kali dan dengan gilingan beralur (kembang) sebanyak 1 kali. Ketebalan sit yang dihasilkan melebihi standar, yaitu lebih dari 2 mm dengan 40

Perkembangan karet alam di Myanmar 12,26% 5,10% 3,38% 0,37% China Malaysia 15,49% 63,40% Singapore Thailand Vietnam Negara lain Gambar 3. Negara tujuan ekspor karet alam Myanmar 2011-2012 kadar air yang tinggi sehingga proses pengeringannya memerlukan waktu yang lebih lama. Sit dibuat dengan menggunakan bak sit bersekat. Selanjutnya sit basah dikeringkan menggunakan asap dari pembakaran kayu dan menghasilkan ribbed smoked sheet (RSS). Dari hasil survei yang dilakukan Latt (2012) di Mudon Township, lebih dari setengah petani yang memproduksi RSS tidak menggunakan antikoagulan dan tidak menyaring lateks sebelum diolah, serta tidak menggunakan koagulan anjuran yaitu asam semut. Untuk menghasilkan sit yang bersih bebas dari kontaminan seperti tatal dan daun, lateks kebun harus disaring terlebih dahulu dengan saringan 40 atau 60 mesh, yang terbuat dari baja anti karat (Solichin et al., 2012). Kadar air sit yang dihasilkan sekitar 7-20% dengan berat sit 1,44-3,18 kg per lembar. Selain sit, di beberapa daerah seperti Tanintharyi, beberapa petani karet juga menghasilkan bahan olah karet berupa lum mangkok. Adopsi teknik pengolahan karet yang direkomendasikan di Mudon masih relatif rendah (Tabel 1). Rekomendasi teknik pengolahan karet yang sebagian besar sudah diterapkan (di atas 85%) antara lain pembersihan mangkok sadap, ember penampungan lateks, dan bak penggumpalan. Tanintharyi yang merupakan daerah sentral perkebunan karet di Myanmar, adalah daerah dengan curah hujan agak tinggi. Akibatnya sulit untuk mengeringkan sit menggunakan matahari dengan baik pada bulan-bulan hujan. Selain itu, kebanyakan pekebun karet juga tidak memiliki rumah asap untuk mengeringkan sitnya (Gambar 4). Oleh karena itu petani ini menjual sitnya dalam bentuk sit basah kepada pembeli lokal walaupun mereka mengetahui akan dihargai murah. Petani karet di Myanmar yang mempunyai luas kebun kurang dari 200 acre atau 80 ha umumnya mengolah sit dengan menggunakan gilingan secara manual (Tabel 2). Sedangkan perkebunan besar, dengan luas kebun lebih dari 200 acre, semuanya sudah mengolah sit menggunakan gilingan mesin. Dalam pengolahan karet alam, ada kesalahpahaman yang berkembang pada petani karet di Myanmar. Petani merasa tidak ada perbedaan pendapatan yang signifikan jika mereka menggunakan teknik pengolahan yang tepat dan memproduksi karet berkualitas baik. Hal ini terjadi karena pembeli lokal hanya membayar harga sedikit lebih tinggi untuk karet yang diolah secara tepat. Untuk menghilangkan kesalahpahaman ini diperlukan pendidikan mengenai hal tersebut. Investor baru akan diundang untuk mendirikan pabrik karet remah untuk menampung lateks dan lum mangkok petani yang akan diproduksi menjadi Technically 41

Warta Perkaretan 2013, 32(1), 38-45 Gambar 4. Sit asap di Myanmar Tabel 1. Adopsi rekomendasi teknologi pengolahan karet sit di Mudon Adopsi No Rekomendasi teknologi pengolahan karet Jumlah % * (orang) 1 Pembersihan tanaman sebelum penyadapan pertama 0 0 2 Pembersihan mangkok sadap sebelum penyadapan 50 98 3 Pembersihan ember penampung lateks 48 94 4 Pembersihan bak penggumpalan sebelum digunakan 46 90 5 Menggunakan tangki penampungan secara baik 1 2 6 Menggunakan saringan 60 mesh untuk penyaringan 28 55 7 Menggunakan penyadap terlatih 43 85 8 Menggunakan anti koagulan 11 22 9 Menggunakan asam semut untuk penggumpalan 0 0 10 Menggunakan air disaring (bersih) untuk pengenceran lateks 29 57 11 Ketebalan sit sekitar 1/8 atau 3 mm 29 57 Catatan: * persentase dari total contoh sebanyak 51 orang Sumber: Latt (2012) No Tabel 2. Metode pengolahan sit berdasarkan luas area perkebunan karet di Tanintharyi. Daerah/lokasi Luas area <100 acre 100-200 acre >200 acre 1 Dawei Manual 100% Manual 90% dan mesin 10% Mesin 100% 2 Myeik Manual 100% Manual 90% dan mesin 10% Mesin 100% 3 Kawthaung Manual 100% Manual 100% Mesin 100% Catatan: 1 acre 0,4 ha Sumber: Pe dan Htike (2012) 42

Perkembangan karet alam di Myanmar Spesified Rubber (TSR) dan pendapatan ekspor akan meningkat (Pe dan Htike, 2012). Jenis mutu dan total nilai ekspor karet alam Myanmar dapat dilihat pada Tabel 3. Produk karet alam Myanmar yang paling besar adalah RSS 3 sebanyak 40 ribu ton dengan nilai sekitar US$ 157 juta. Selain karet sit, industri karet Myanmar juga memproduksi karet TSR yang dihasilkan dari pabrik pengolahan yang berlokasi di daerah penghasil karet utama seperti Tanintharyi. TSR atau karet remah yang dihasilkan Myanmar dikenal dengan Myanmar Standard Rubber (MSR). Produk yang dihasilkan berupa karet remah berkualitas rendah yaitu MSR 20 dan MSR 50. Kedua produk ini diproses dari bahan olah berupa lum mangkok, skrep pohon, dan karet blok yang bermutu rendah dan tidak segar (IRRDB, 2012). Spesifikasi mutu karet remah MSR Tabel 3. Total produksi dan nilai ekspor karet alam Myanmar tahun 2009-2012 Jenis mutu Produksi (ton) 2009-2010 2010-2011 2011-2012 Nilai ekspor (juta US$) Produksi (ton) Nilai ekspor (juta US$) Produksi (ton) Nilai ekspor (juta US$) RSS 3 35.344 58,88 46.772 128,03 40.125 157,76 RSS 5 28.740 47,29 19.451 59,27 7.665 31,49 MSR 20 5.617 11,89 15.323 51,33 25.042 99,69 MSR 50 6.163 10,03 7.787 26,19 5.264 20,48 Jumlah 75.864 128,09 89.333 264,82 78.096 309,42 Sumber: Win (2012) Spesifikasi Tabel 4. Spesifikasi mutu karet remah MSR Jenis Mutu MSR 5 MSR 10 MSR 20 MSR 50 Kadar kotoran, maks % 0,05 0,10 0,20 0,50 Kadar abu, maks % 0,60 0,75 1,00 1,50 Kadar zat menguap, maks % 1,00 1,00 1,00 1,00 Plastisitas awal (Po) 30 30 30 30 Plasticity Retention Index (PRI), min % 60 50 40 30 Kadar nitrogen, maks % 0,60 0,60 0,60 0,60 Sumber: Rubberimpex (2012) dapat dilihat pada Tabel 4. Standar mutu ini menunjukkan bahwa karet alam yang dihasilkan Myanmar masih sangat rendah dibandingkan negara produsen karet alam lainnya. Negara produsen karet alam seperti Indonesia, Thailand, Malaysia dan Vietnam sudah tidak memproduksi karet TSR 50. Mutu terendah yang dihasilkan adalah TSR 20. Beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya mutu karet alam Myanmar antara lain kondisi yang kurang bersih dalam pemungutan lateks, kesalahan d a l a m p e n g g u n a a n p e n g g u m p a l, menggunakan mesin dengan tenaga dari tangan, dan masih lemah dalam industri pengolahan (Win, 2012). Sistem Pemasaran Karet Alam Pe dan Htike (2012) melaporkan bahwa secara umum terdapat tiga tahapan dalam sistem pemasaran karet alam di Myanmar. Per tama, pedagang perantara desa mengumpulkan karet sit dari petani dengan 43

Warta Perkaretan 2013, 32(1), 38-45 harga lokal desa dan karetnya dijual ke pusat pembelian karet (rubber buying centers) di kota. Di Thanintharyi terdapat beberapa pusat pembelian karet alam terutama daerah Dawei dan Myeik. Kedua, beberapa pedagang perantara desa yang mempunyai rumah asap, akan menjual karetnya dalam bentuk sit asap (RSS) ke pusat pembelian karet alam. Ketiga, kadang-kadang petani secara langsung menjual karet sitnya ke pusat pembelian karet. Pusat pembelian di kota mempunyai rumah asap untuk menghasilkan RSS yang akan dibawa ke eksportir di Yangon. Untuk pusat pembelian di Myeik, umumnya karet langsung diekspor ke Malaysia (Tabel 5). Selain RSS, khusus di Myeik, produk yang diekspor juga dalam bentuk karet remah karena di daerah tersebut ada pabrik pengolahan karet remah. Di daerah Dawei, sebagian besar diproduksi dalam bentuk RSS 3, RSS 5 dan air dried sheet (ADS), yang dihargai sama seperti RSS 3. Tingkatan harga karet tergantung dari harga internasional. Oleh karena itu pihak yang berwenang akan mempertimbangkan untuk menciptakan pasar karet yang stabil di Myanmar dengan mengeluarkan beberapa peraturan dalam perdagangan karet alam. Harga karet lokal dan internasional perlu disampaikan agar semua pihak di industri karet bisa tahu. Transparansi harga karet ini akan menjadi insentif bagi para petani karet untuk menghasilkan karet berkualitas tinggi dari perkebunan mereka (Pe dan Htike, 2012). Tabel 5. Jumlah, jenis, dan tujuan penjualan produk karet dari pusat pembelian karet lokal. Pusat pembelian karet lokal Jumlah (ton) Jenis mutu Tujuan penjualan Dawei 5.490 RSS Yangon (domestik) Myeik 7.894 RSS dan karet remah Ekspor Kesimpulan Myanmar merupakan salah satu negara produsen karet alam dunia. Perkembangan perkebunan dan industri karet alam di Myanmar menunjukkan peningkatan. Sama seperti negara produsen karet lainnya seperti Indonesia dan Thailand, perkebunan karet di Myanmar juga didominasi oleh perkebunan rakyat (petani). Produktivitas tanaman karet masih rendah yaitu di bawah 900 kg/ha/tahun. Pengolahan karet alam sebagian besar dilakukan secara manual. Produk yang dihasilkan masih bermutu rendah yaitu RSS 3, RSS 5, MSR 20, dan MSR 50. Penjualan karet alam umumnya dilakukan melalui pusat pembelian sebelum diekspor ke berbagai negara tujuan. Daftar Pustaka IRRDB. 2012. IRRDB Workshop on Quality Improvement of Rubber in Myanmar. http://www.irrdb.com/irrdb/frontpage/i ndex.php. Didownload tanggal 1 Desember 2012. Latt, Z. W. 2012. Study on the agricultural and marketing activities, adoption of recommended rubber sheets producing practices among smallholder rubber farmers in Mudon Township. Pre-prints of Paper. IRRDB-MRPPA International Workshop on Quality Improvement of Rubber in Myanmar. Yangon, Myanmar. Myanmar Industrial Crops Development Enterprise (MICDE)-Perennial Crops and Farm Department (PCFD). 2010. Report of planted area, tapped area, yield and production of rubber by type of enterprises in Myanmar 2010. MOAI, Yangon, Myanmar. 44

Perkembangan karet alam di Myanmar Pe, A. and T. Htike. 2012. Rubber production and trading systems in Taninthary Region, Myanmar, and the implication on the quality: a case study. Pre-prints of Paper. IRRDB-MRPPA International Workshop on Quality Improvement of Rubber in Myanmar. Yangon, Myanmar. Rubberimpex. 2012. Grade Specification for Crumb Rubber Myanmar Standard Rubber. http://www.rubberimpex.com/ S t a n d a r d M y a n m a r R u b b e r. h t m l. Didownload tanggal 13 Desember 2012. Solichin, M., D. Suwardin, dan A.Vachlepi. 2012. Pengolahan dalam Saptabina Usahatani Karet Rakyat. Balai Penelitian Sembawa-Pusat Penelitian Karet dan Kirana Megatara. Wijaya, T. 2011. Land suitability assesment at Kalein Aung and Talaingya, Tanintharyi Division, Myanmar. Report : Dok.8-2011. Sembawa Research Center, Indonesian Rubber Reseacrh Institute. Win, D. Y. Y. 2012. Situation of rubber export and quality improvement. Pre-prints of Paper. IRRDB-MRPPA International Workshop on Quality Improvement of Rubber in Myanmar. Yangon, Myanmar. 45