BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara produsen karet alam terbesar kedua didunia setelah Thailand. Produksi karet alam pada tahun 2012 di Indonesia mencapai 3,27 juta ton. Indonesia bersama dengan Thailand masing-masing menguasai lebih kurang 27% dan 30% kebutuhan karet alam dunia. Karet alam merupakan salah satu komoditas perkebunan yang sangat penting perannya dalam perekonomian Indonesia. Karet alam merupakan salah satu sumber pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Selain itu, karet alam juga termasuk salah satu pendorong pertumbuhan sentra ekonomi baru disekitar wilayah perkebunan karet tersebut. Karet alam juga termasuk salah satu yang memberikan konstribusi signifikan terhadap sumber devisa negara mengingat hampir 84% produksi karet alam Indonesia di ekspor dalam bentuk karet mentah sementara konsumsi karet lokal sebesar 16% dari keseluruhan. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, karet menyumbang devisa sebesar 25% hingga 40% terhadap total ekspor produk perkebunan. Saat ini produk karet Indonesia hampir 100% berupa produk industri hulu setengah jadi seperti karet sit RSS (Ribbed Smoked Sheet), karet remah SIR (Standard Indonesian Rubber), Sit Angin, Latex pekat. Sedangkan untuk industri hilir masih sangat terbatas jumlahnya. Salah satu dari beberapa perusahaan yang mempunyai kegiatan memproduksi karet mentah menjadi bentuk setengah jadi adalah PT. RICRY (RIAU CRUMB RUBBER FACTORY) yang berada di Kota Pekanbaru Provinsi Riau. Pengolahan karet bahan baku menjadi bahan setengah jadi secara garis besar melalui dua proses yakni proses basah dan proses kering. Proses awal pengolahan termasuk kedalam kategori proses basah dan kemudian dilanjutkan oleh proses kering. Proses basah diawali oleh proses Precleaning dan Blending 1

2 yang hasil akhirnya berupa lembaran karet yang sudah bersih. Lalu untuk proses kering terdiri dari proses pengeringan/penjemuran, Crumbing (peremahan menjadi butiran karet), Dryer (pengurangan kadar air), Pressing (pres), Weighting (penimbangan), hingga terakhir proses penyimpanan. Keseluruhan proses tersebut pada dasarnya akan membentuk sebuah sistem yang dikenal sebagai sistem kerja. Sistem kerja terdiri dari 4 komponen utama yaitu manusia, mesin/peralatan, bahan, dan lingkungan kerja. Manusia memiliki peran penting dalam sebuah sistem kerja. Peran manusia dalam suatu sistem kerja adalah sebagai perencana, perancang, pelaksana, dan juga pengendali. Sistem kerja secara garis besar terbagi menjadi dua yakni sistem kerja konvensional dan sistem kerja yang terotomasi. Suatu sistem dikategorikan sistem kerja konvensional apabila 75% dari keseluruhan pekerjaan tersebut dilakukan oleh manusia, sedangkan untuk sistem yang terotomasi, peran manusia dalam sistem tersebut hanya mencapai 25% dari keseluruhan pekerjaan. Salah satu contoh pekerjaan pada sistem kerja konvensional adalah pada pekerjaan mengangkat dan menurunkan material secara manual. Penanganan material secara manual masih banyak dijumpai di Indonesia. Apabila pekerjaan tersebut tidak dikontrol dengan baik, hal tersebut dapat memunculkan dampak negatif terhadap pekerja. Dampak yang ditimbulkan dari penanganan sistem kerja yang kurang baik seperti ketidaknyamanan saat bekerja hingga keluhan-keluhan kesehatan pada saat melakukan pekerjaan. Penyebab utama terjadinya keluhan adalah karena tanpa disadari selama proses berjalan akan terjadi over exertion. Salah satu masalah kesehatan yang sering muncul akibat penanganan material secara manual adalah Musculoskeletal Disorders (MSDs). Musculoskeletal Disorders (MSDs) secara garis besar bisa didefinisikan sebagai keluhan-keluhan pada bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan ringan sampai keluhan yang berat. Keluhan ini bisa disebabkan oleh berbagai hal yang salah satunya adalah pembebanan statis yang berulang. Pemberian beban statis secara berulang bisa mengakibatkan kerusakan pada sendi, 2

3 ligamen dan tendon (Grandjean, 1986). Selain pemberian beban statis secara berulang, faktor postur kerja yang kurang baik juga termasuk salah satu pemicu munculnya hal tersebut. Menurut penelitian, pekerjaan manual handling dan lifting merupakan penyebab utama terjadinya cedera tulang belakang (back pain). Di samping itu sekitar 25% kecelakaan kerja juga terjadi akibat manual material handling. Hal yang sama juga diperkuat oleh Pheasant (1991) yang meyakini bahwa bagian belakang tubuh kemungkinan besar akan cedera selama melakukan pekerjaan penanganan material seperti mengangkat dan menurunkan beban. Berikut adalah penyebab cedera tulang belakang oleh Pheasant: Stru ck b y o r s trikin g ag ain s t o b jects 5% Oth er Falls to lo wer lev el 7% Falls, trip s, s lip s o n s ame lev el 16% Oth er o v erexertio n 7% Overexertion (69%) Liftin g, carry in g, wield in g, th ro win g 51% Pu s h in g, p u llin g 11% Gambar 1. 1 Penyebab Cedera Tulang Belakang (Pheasant, 1991) Selain itu, dilaporkan juga bahwa sekitar 74% cedera tulang belakang disebabkan oleh aktivitas mengangkat (lifting activities) dan 50%-60% cedera pinggang disebabkan karena aktivitas mengangkat dan menurunkan material (Tarwaka, 2004). Dari berbagai studi ergonomi yang telah dilakukan banyak faktor yang secara signifikan memberikan kecenderungan memicu terjadinya kesalahan 3

4 yang dibuat oleh manusia. Salah satunya diakibatkan oleh meningkatnya beban kerja (workload) dari operator dalam sebuah sistem kerja (Bridger, 1995). Pekerjaan penanganan material secara manual juga ditemui pada proses pengepakan bandela karet. Ada beberapa pekerjaan yang dilakukan oleh operator yaitu weighting (penimbangan), press (pres), inspeksi, dan penyimpanan. Pada proses penimbangan bandela karet, operator akan mengukur berat dari setiap bandela karet. Setelah karet ditimbang, operator mesin press akan memasukkan bandela karet yang sudah ditimbang kedalam mesin press untuk memperkecil dimensi bandela karet sesuai dengan standar dari perusahaan. Tahapan selanjutnya adalah memeriksa bandela karet baik secara manual ataupun dengan menggunakan alat pendeteksi logam. Pemeriksaan bandela karet dimaksudkan agar tidak ada kotoran baik dalam bentuk logam ataupun pasir yang masih ada pada bandela karet. Dan tahapan terakhir adalah pengemasan bandela karet untuk dimasukkan kedalam kontainer. Pada setiap proses, ada tiga pekerjaan yang selalu dilakukan setiap operator yakni mengangkat, menurunkan, dan memposisikan material. Kondisi kerja pada saat operator melakukan pekerjaan tersebut dinilai kurang ergonomis. Penyebab utama kondisi kerja kurang ergonomis adalah karena berat beban yang diangkat dan cara pengangkatan material yang tidak tepat. Berat beban yang harus diangkat oleh setiap operator adalah 35 kg dan nilai tersebut sering dirasakan terlalu berat oleh para operator. Pekerjaan pengangkatan, penurunan, dan memposisikan benda kerja oleh operator dilakukan secara berulang dan beban yang diangkat termasuk kedalam beban statis. Dari penjelasan tersebut, penulis merasa perlu dilakukannya penelitian terhadap pekerjaan penanganan material secara manual yang dilakukan oleh operator pada bagian pengepakan bandela karet. Penelitian ini dimaksudkan untuk mencari tahu apakah pekerjaan yang dilakukan dan kondisi tempat kerja berpengaruh terhadap munculnya musculoskeletal disorders. Penelitian pada bagian pengepakan bandela karet sudah pernah dilakukan sebelumnya yakni pada pekerjaan pembungkusan bandela karet. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, operator yang melakukan 4

5 pekerjaan pembungkusan bandela karet dan meletakkan bandela karet kedalam kontainer termasuk kedalam kondisi kerja yang kurang ergonomis dan harus dilakukan perbaikan. Dari empat pekerjaan yang terdapat pada bagian pengapakan bandela karet, ada tiga pekerjaan yang belum pernah dilakukan penelitian terkait penanganan material secara manual. Ketiga pekerjaan tersebut adalah pekerjaan penimbangan bandela karet, pres, dan inspeksi. Oleh karena itu, peneliti memilih ketiga pekerjaan tersebut sebagai objek pada penelitian ini. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan apakah pekerjaan tersebut bisa menyebabkan munculnya musculoskeletal disorders seperti cedera pada tulang belakang pada saat operator melakukan pekerjaannya. Dasar penentuan apakah pekerjaan yang dilakukan oleh operator termasuk kedalam kategori pekerjaan yang dapat menyebabkan munculnya cedera pada tulang belakang adalah berdasarkan hasil perhitungan lifting index. Suatu pekerjaan dikategorikan termasuk kedalam pekerjaan yang dapat menimbulkan cedera pada tulang belakang apabila skala lifting index menunjukkan hasil lebih dari 1. Alasan lain penggunaan metode ini adalah untuk menentukan batasan beban yang diizinkan untuk diangkat pada pekerjaan yang berulang dan dalam waktu yang panjang tanpa menyebabkan terjadinya cedera. Hasil akhir pada penelitian ini adalah berupa saran perbaikan untuk meminimalkan dampak yang muncul akibat pekerjaan yang tidak ergonomis Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas, ada beberapa permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini yaitu: 1. Pengaruh beban yang diangkat terhadap konsumsi energi para pekerja di bagian pengepakan bandela karet. 2. Pengaruh pekerjaan yang dilakukan secara berulang oleh pekerja terhadap munculnya keluhan musculoskeletal disorders. 5

6 3. Besar beban maksimal yang sesuai untuk setiap kondisi pekerjaan yang dilakukan oleh operator. 4. Rekomendasi perbaikan sistem kerja untuk meminimalkan resiko yang muncul akibat dari penanganan material yang dilakukan oleh operator Batasan Masalah Adapun beberapa batasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Objek penelitian pada penelitian ini adalah pekerja yang bekerja pada bagian pengepakan bandela karet yang ada di PT. RICRY yang terdiri dari pekerjaan weighting, press, inspection dimana pada pekerjaan tersebut terdapat kegiatan perpindahan material secara manual. 2. Metode yang digunakan untuk evaluasi adalah NIOSH Lifting Equation yaitu dengan perhitungan RWL (Recommended Weight Limit) dan LI (Lifting Index). 3. Jumlah pekerja yang bekerja pada bagian weighting, press, inspection sebanyak 9 orang tiap shift, dan penelitian dilakukan selama 2 shift kerja sehingga total pekerja yang akan dijadikan objek adalah sebanyak 18 orang. 4. Evaluasi penanganan material secara manual dilakukan pada pekerja shift pertama karena pekerjaan yang dilakukan antara shift pertama dan shift kedua adalah sama. 5. Waktu kerja tiap shift selama 8 jam dengan 1 jam waktu istirahat. 6

7 1.4. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menentukan kategori beban kerja yang diterima oleh operator berdasarkan hasil perhitungan konsumsi energi. 2. Menentukan apakah pekerjaan pekerjaan yang dilakukan oleh operator bisa menyebabkan munculnya musculoskeletal disorders seperti cedera pada tulang belakang berdasarkan hasil perhitungan lifting index. 3. Menentukan berat beban maksimal untuk meminimalkan resiko terjadinya cedera tulang belakang pada saat melakukan pekerjaan pengangkatan dan penurunan material yang dilakukan secara berulang. 4. Memberikan rekomendasi perbaikan kepada pihak perusahaan mengenai tata cara penanganan material secara manual sehingga bisa mengurangi keluhan Musculoskeletal Disorders Manfaat Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui apakah beban yang diangkat oleh para pekerja merupakan penyebab munculnya keluhan-keluhan musculoskeletal disorders. Hal ini didasarkan oleh hasil perhitungan dan kriteria dari Lifting Index. 2. Memberikan informasi mengenai kategori beban kerja yang dialami oleh setiap operator pada pekerjaan menimbang, pres, dan inspeksi. 3. Memberikan informasi berupa batasan berat dari beban yang diangkat untuk meminimalkan resiko terjadinya cedera pada tulang belakang operator pada saat melakukan pekerjaan. 4. Memberikan informasi kepada perusahaan mengenai perbaikan kepada pihak perusahaan mengenai tata cara penanganan material secara manual sehingga bisa mengurangi keluhan MSDs. 7

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan dalam bidang industri secara nasional maupun internasional saat ini semakin tinggi. Persaingan tersebut harus diimbangi dengan peningkatan produktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT. Sinar Sosro merupakan salah satu perusahaan industri yang

BAB I PENDAHULUAN. PT. Sinar Sosro merupakan salah satu perusahaan industri yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan PT. Sinar Sosro merupakan salah satu perusahaan industri yang memproduksi berbagai jenis minuman yang terbuat dari teh, mulai dari teh botol sampai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring meningkatnya pertumbuhan perekonomian di Indonesia, membuat pembangunan juga semakin meningkat. Banyak pembangunan dilakukan di wilayah perkotaan maupun

Lebih terperinci

Sem inar N asional W aluyo Jatm iko II F TI U P N V eteran Jaw a Tim ur ANALISIS PEMINDAHAN MATERIAL DENGAN PENDEKATAN RECOMMENDED WEIGHT LIMIT

Sem inar N asional W aluyo Jatm iko II F TI U P N V eteran Jaw a Tim ur ANALISIS PEMINDAHAN MATERIAL DENGAN PENDEKATAN RECOMMENDED WEIGHT LIMIT ANALISIS PEMINDAHAN MATERIAL DENGAN PENDEKATAN RECOMMENDED WEIGHT LIMIT Tri Wibawa Teknik Industri UPN Veteran Yogyakarta Jl. Babarsari 2 Tambakbayan Yogyakarta, 55281 Telp. 0274-485363 Fax. 0274-486256

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu pekerjaan yang sering dilakukan oleh tenaga kerja yang bekerja di industri atau pabrik adalah pekerjaan mengangkat beban atau sering disebut dengan manual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan manual material handling. Manual material handling didefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan manual material handling. Manual material handling didefinisikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagian besar dari aktivitas fisik manusia dalam industri terjadi dalam kegiatan manual material handling. Manual material handling didefinisikan sebagai pemindahan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISA AKTIVITAS KERJA FISIK DENGAN METODE STRAIN INDEX (SI)

TUGAS AKHIR ANALISA AKTIVITAS KERJA FISIK DENGAN METODE STRAIN INDEX (SI) TUGAS AKHIR ANALISA AKTIVITAS KERJA FISIK DENGAN METODE STRAIN INDEX (SI) (Studi Kasus: Pabrik Roti CV. Aji Kurnia, Boyolali) Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi S-1 Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja masih dominan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja masih dominan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja masih dominan dalam menjalankan proses produksi terutama kegiatan yang bersifat manual. Salah satu bentuk peranan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pekerja yang melakukan kegiatan berulang-ulang dalam satu siklus sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pekerja yang melakukan kegiatan berulang-ulang dalam satu siklus sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Pekerja yang melakukan kegiatan berulang-ulang dalam satu siklus sangat rentan mengalami gangguan musculoskeletal. Keluhan musculoskeletal adalah keluhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagian besar pekerjaan dan aktivitas dalam dunia industri tidak lepas dari penanganan material secara manual (Manual Material Handling). Manual Material Handling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. protein nabati yang cukup tinggi. Tempe adalah makanan yang dibuat

BAB I PENDAHULUAN. protein nabati yang cukup tinggi. Tempe adalah makanan yang dibuat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tempe adalah makanan yang populer di negara kita. Meskipun merupakan makanan yang sederhana, tetapi tempe mempunyai atau mengandung sumber protein nabati yang

Lebih terperinci

KEUNGGULAN KARET ALAM DIBANDING KARET SINTETIS. Oleh Administrator Senin, 23 September :16

KEUNGGULAN KARET ALAM DIBANDING KARET SINTETIS. Oleh Administrator Senin, 23 September :16 Karet alam merupakan salah satu komoditi perkebunan yang sangat penting peranannya dalam perekonomin Indonesia. Selain sebagai sumber pendapatan dan kesejahteraan masyarakat serta sebagai pendorong pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan,

BAB I PENDAHULUAN. dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lebih dari seperempat dari total kecelakaan kerja terjadi berkaitan dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan, seharusnya diberikan perhatian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai salah satu bagian dari elemen sistem kerja yang dominan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai salah satu bagian dari elemen sistem kerja yang dominan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia sebagai salah satu bagian dari elemen sistem kerja yang dominan dalam menjalankan proses produksi, terutama kegiatan yang bersifat manual. Kegiatan manual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan program pengembangan dan pendayagunaan SDM tersebut, pemerintah juga memberikan jaminan kesejahteraan, kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan program pengembangan dan pendayagunaan SDM tersebut, pemerintah juga memberikan jaminan kesejahteraan, kesehatan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang maksimal, pembangunan bangsa Indonesia dewasa ini lebih dikonsentrasikan pada pengembangan dan pendayagunaan Sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses produksi. Jika manusia bekerja dalam kondisi yang nyaman baik

BAB I PENDAHULUAN. proses produksi. Jika manusia bekerja dalam kondisi yang nyaman baik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Perusahaan dituntut untuk memperhatikan kinerja pekerjanya, karena pekerja merupakan salah satu aset perusahaan yang sangat vital dalam kegiatan proses

Lebih terperinci

MUSCULOSKELETAL DISORDERS. dr.fauziah Elytha,MSc

MUSCULOSKELETAL DISORDERS. dr.fauziah Elytha,MSc MUSCULOSKELETAL DISORDERS dr.fauziah Elytha,MSc Muskuloskeletal disorder gangguan pada bagian otot skeletal yang disebabkan oleh karena otot menerima beban statis secara berulang dan terus menerus dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Angka kecelakaan kerja di Indonesia masih tinggi. Menurut data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan, hingga akhir 2015 telah terjadi kecelakaan

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang. dengan laju pertumbuhan sektor lainnya. Dengan menggunakan harga konstan 1973, dalam periode

1.1. Latar Belakang. dengan laju pertumbuhan sektor lainnya. Dengan menggunakan harga konstan 1973, dalam periode 1.1. Latar Belakang Pada umumnya perekonomian di negara-negara sedang berkembang lebih berorientasi kepada produksi bahan mentah sebagai saingan dari pada produksi hasil industri dan jasa, di mana bahan

Lebih terperinci

PERBAIKAN WORKSTATION DI PT. YUSHIRO INDONESIA UNTUK MENGURANGI RESIKO KELUHAN MUSKULOSKELETAL

PERBAIKAN WORKSTATION DI PT. YUSHIRO INDONESIA UNTUK MENGURANGI RESIKO KELUHAN MUSKULOSKELETAL Volume 8 No.2 Juli 2016 ISSN : 2085 1669 e-issn : 2460 0288 Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/jurtek Email : jurnalteknologi@umj.ac.id U N I V E R S I T A S M U H A M M A D I Y A H J A K A R T A PERBAIKAN

Lebih terperinci

ANALISIS POSTUR KERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE OVAKO WORKING ANALYSIS SYSTEM

ANALISIS POSTUR KERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE OVAKO WORKING ANALYSIS SYSTEM ANALISIS POSTUR KERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE OVAKO WORKING ANALYSIS SYSTEM (OWAS) PADA STASIUN PENGEPAKAN BANDELA KARET (STUDI KASUS DI PT. RIAU CRUMB RUBBER FACTORY PEKANBARU) Wresni Anggraini ) dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi diantara tanaman perkebunan lainnya dan berperan penting sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pekerjaannya adalah keluhan musculoskeletal disorders(msds).

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pekerjaannya adalah keluhan musculoskeletal disorders(msds). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tipe masalah ergonomi yang sering dijumpai ditempat kerja khususnya yang berhubungan dengan kekuatan dan ketahanan manusia dalam melaksanakan pekerjaannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih dominan dialami oleh para pekerja. secara fisik yang berat. Salah satu akibat dari kerja secara manual, seperti

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih dominan dialami oleh para pekerja. secara fisik yang berat. Salah satu akibat dari kerja secara manual, seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini begitu banyak pekerjaan yang dilakukan dengan menggunakan mesin, mulai dari mesin yang sangat sederhana sampai dengan penggunaan mesin dengan berbasis

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK TUGAS AKHIR ANALISA POSTUR KERJA DAN PERANCANGAN ALAT BANTU UNTUK AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING INDUSTRI KECIL (Studi kasus: Industri Kecil Pembuatan Tahu di Kartasuro) Diajukan sebagai salah satu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Karet alam (natural rubber, Hevea braziliensis), merupakan komoditas perkebunan tradisional sekaligus komoditas ekspor yang berperan penting sebagai penghasil devisa negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktivitas manual material handling atau penanganan material secara manual masih menjadi sebagian besar aktivitas yang ada di dunia industri seperti aktivitas pengangkatan,

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI POSTUR KERJA MENGGUNAKAN METODE OWAS DAN ANALISIS KONSUMSI ENERGI PADA PROSES PERONTOKAN PADI

TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI POSTUR KERJA MENGGUNAKAN METODE OWAS DAN ANALISIS KONSUMSI ENERGI PADA PROSES PERONTOKAN PADI TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI POSTUR KERJA MENGGUNAKAN METODE OWAS DAN ANALISIS KONSUMSI ENERGI PADA PROSES PERONTOKAN PADI (Studi Kasus: Proses Perontokan Padi Di KUD Desa Jatirejo Sawit, Boyolali) Disusun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Gambaran risiko..., Tati Ariani, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Gambaran risiko..., Tati Ariani, FKM UI, 2009 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fokus keilmuan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah bahaya dan risiko yang melekat pada pekerjaan. Sjaaf (2006) menyatakan bahwa bahaya dan risiko tersebut akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi tentu memacu perkembangan jaman, baik dalam dunia pendidikan, perekonomian dan sektor industri. Seiring perkembangan jaman di dalam dunia industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja masih dominan dalam menjalankan proses produksi terutama kegiatan yang bersifat MMH (Manual Material Handling).

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Seiring meningkatnya pertumbuhan perekonomian di Indonesia, membuat pembangunan semakin meningkat pula. Untuk memenuhi kebutuhan pembangunan tersebut banyak orang membuka usaha di bidang bahan

Lebih terperinci

Perbaikan Postur Kerja dengan Pendekatan Metode RULA dan NIOSH di Bagian Produksi Mixer

Perbaikan Postur Kerja dengan Pendekatan Metode RULA dan NIOSH di Bagian Produksi Mixer Jurnal Teknik Industri, Vol., No., Maret 0, pp.77-8 ISSN 0-95X Perbaikan Postur Kerja dengan Pendekatan Metode RULA dan NIOSH di Bagian Produksi Mixer Saepul Bahri, Ja far Salim, Wahyu Susihono,, JurusanTeknik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki potensi pertanian yang dapat dikembangkan. Kinerja ekspor

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki potensi pertanian yang dapat dikembangkan. Kinerja ekspor I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki potensi pertanian yang dapat dikembangkan. Kinerja ekspor komoditas pertanian menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik khususnya pada hasil perkebunan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penanganan material secara manual seperti pengangkutan proses produksi yang menggunakan tenaga manusia masih banyak digunakan pada industri di Indonesia. Selain mudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanian, salah satunya adalah PT Rumpun Sari Kemuning (PT RSK). Ngargoyoso, Karanganyar, Jawa Tengah. Teh yang diproduksi PT RSK

BAB I PENDAHULUAN. pertanian, salah satunya adalah PT Rumpun Sari Kemuning (PT RSK). Ngargoyoso, Karanganyar, Jawa Tengah. Teh yang diproduksi PT RSK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai banyak industri yang bergerak dibidang pertanian, salah satunya adalah PT Rumpun Sari Kemuning (PT RSK). Bergerak dibidang industri teh. PT RSK yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manual (Manual Material Handling/MMH). Kelebihan MMH bila

BAB I PENDAHULUAN. manual (Manual Material Handling/MMH). Kelebihan MMH bila 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja masih dominan dalam menjalankan proses produksi terutama kegiatan yang bersifat manual. Salah satu bentuk peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perusahaan industri di negara Indonesia sedang mengalami peningkatan yang cukup pesat, baik itu dalam bidang jasa atau manufaktur. Persaingan antara

Lebih terperinci

ANALISA BEBAN KERJA PADA OPERATOR VISUAL DENGAN PENDEKATAN RECOMMENDED WEIGHT LIMIT (RWL) DI PT. JAPPRO BATAM

ANALISA BEBAN KERJA PADA OPERATOR VISUAL DENGAN PENDEKATAN RECOMMENDED WEIGHT LIMIT (RWL) DI PT. JAPPRO BATAM ANALISA BEBAN KERJA PADA OPERATOR VISUAL DENGAN PENDEKATAN RECOMMENDED WEIGHT LIMIT (RWL) DI PT. JAPPRO BATAM M. Ansar Bora 1, Dian Azhari 2 1 Dosen Program Studi Teknik Industri, 2 Mahasiswa Program Studi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2. 1 Ergonomi Nurmianto (2003 : 1) mengatakan istilah ergonomic berasal dari bahasa latin yaitu ergon yang berarti kerja dan nomos yang berarti hukum alam dan juga dapat didefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri yang semakin pesat saat ini memunculkan berbagai jenis usaha. Semua kegiatan perindustrian tersebut tidak terlepas dari peran manusia, mesin dan

Lebih terperinci

Analisis Beban Kerja dengan Menggunakan Metode Recommended Weight Limit (RWL) di PT. Indah Kiat Pulp and Paper. Tbk

Analisis Beban Kerja dengan Menggunakan Metode Recommended Weight Limit (RWL) di PT. Indah Kiat Pulp and Paper. Tbk 49 Analisis Beban Kerja dengan Menggunakan Metode Recommended Weight Limit (RWL) di PT. Indah Kiat Pulp and Paper. Tbk Denny Astrie Anggraini 1, Riko Ahmad Daus 2 Program Studi Teknik Industri Universitas

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. MODUL VI KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA (K3) (Sekarang)

LAMPIRAN 1. MODUL VI KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA (K3) (Sekarang) LAMPIRAN 1 MODUL VI KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA (K3) (Sekarang) I. Tujuan Umum Tujuan praktikum PSK&E ini secara umum adalah: a) Memberikan pemahaman kepada praktikan pentingnya menjaga keselamatan dan

Lebih terperinci

As'Adi, et al, Hubungan Antara Karakteristik Individu dan Manual Material Handling dengan Keluhan...

As'Adi, et al, Hubungan Antara Karakteristik Individu dan Manual Material Handling dengan Keluhan... Hubungan Antara Karakteristik Individu dan Manual Material Handling dengan Keluhan Muskuloskeletal Akibat Kerja (The Relationship Between Individual Characteristics and Manual Material Handling With Musculosceletal

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman karet (Hevea brasiliensis) merupakan salah satu komoditi pertanian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman karet (Hevea brasiliensis) merupakan salah satu komoditi pertanian II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Karet di Provinsi Lampung Tanaman karet (Hevea brasiliensis) merupakan salah satu komoditi pertanian penting di lingkungan Internasional dan juga Indonesia. Di Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN NIOSH EQUATION

ANALISIS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN NIOSH EQUATION ANALISIS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN NIOSH EQUATION Etika Muslimah Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. Ahmad Yani Tromol Pos 1 Pabelan Surakarta email: etika_muslimah@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Masalah utama dalam aktivitas produksi ditinjau dari segi kegiatan / proses produksi adalah bergeraknya material dari satu proses ke proses produksi berikutnya. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan barang dan jasa yang bermutu tinggi. Namun, menurut Notoadmodjo

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan barang dan jasa yang bermutu tinggi. Namun, menurut Notoadmodjo BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam upaya mendukung perkembangan perekonomian kota Medan, pemerintah menyediakan kawasan-kawasan industri dengan manajemen terpadu. Kebijakan pengembangan sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama kegiatan penanganan material secara manual (Manual Material

BAB I PENDAHULUAN. terutama kegiatan penanganan material secara manual (Manual Material BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan tenaga manusia dalam dunia industri masih dominan, terutama kegiatan penanganan material secara manual (Manual Material Handling/MMH). Kelebihan MMH bila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan pemerintah dalam pengembangan usaha mikro, kecil dan

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan pemerintah dalam pengembangan usaha mikro, kecil dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan pemerintah dalam pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dalam jangka panjang bertujuan untuk meningkatkan potensi dan partisipasi aktif UMKM.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia industri di Indonesia masih didominan dengan penggunaan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. Dunia industri di Indonesia masih didominan dengan penggunaan tenaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia industri di Indonesia masih didominan dengan penggunaan tenaga manusia dalam proses produksinya, terutama pada kegiatan Manual Material Handling (MMH). Aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era perdagangan bebas, pergerakan produk-produk perdagangan akan semakin tidak terbendung, isu-isu kualitas produk, hak asasi manusia, lingkungan hidup dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nilai tambah bagi produk sehingga dapat dijual dengan harga kompetitif di

BAB I PENDAHULUAN. nilai tambah bagi produk sehingga dapat dijual dengan harga kompetitif di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kegiatan produksi merupakan integrasi dari tenaga kerja, material, metode kerja, modal, mesin dan peralatan dalam suatu lingkungan untuk menghasilkan nilai

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Rumah sakit adalah penyedia layanan jasa yang harus sadar akan pentingnya kualitas pelayanan terhadap pasien sebagai konsumen. Salah satu yang berperan penting dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BULOG adalah perusahaan umum milik negara yang bergerak di bidang logistik pangan. Ruang lingkup bisnis perusahaan meliputi usaha logistik/pergudangan, survei

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang. memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang. memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan BAB I PENDAHULUAN 1.1.1. Latar Belakang Masalah Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan adanya aktivitas manual yaitu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Berdasarkan penelitian terdahulu, Darwin (2004) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Manual Material Handling Dengan Metode RWL, LI, dan Software

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belum bisa dihindari secara keseluruhan. Dunia industri di Indonesia masih

BAB I PENDAHULUAN. belum bisa dihindari secara keseluruhan. Dunia industri di Indonesia masih 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri di dunia sudah maju dan segala sesuatunya sudah otomatis, tetapi penggunaan tenaga manusia secara manual masih belum bisa dihindari secara keseluruhan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dunia kerja, seorang atau sekelompok pekerja dapat berisiko mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan. Salah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mendukung satu sama lain dari tiap-tiap bagian yang ada di dalamnya. Sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. mendukung satu sama lain dari tiap-tiap bagian yang ada di dalamnya. Sistem BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu proses industri merupakan suatu sistem kerja yang saling mendukung satu sama lain dari tiap-tiap bagian yang ada di dalamnya. Sistem kerja yang tidak ergonomis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa getah karet akan diolah menjadi crumb rubber. Bagian Balling Press ini

BAB I PENDAHULUAN. berupa getah karet akan diolah menjadi crumb rubber. Bagian Balling Press ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate merupakan suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang perkebunan dan pengolahan karet. Hasil perkebunan berupa getah karet akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja pada industri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja pada industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja pada industri manufaktur di masa sekarang ini masih dominan dalam melakukan aktivitas manual material handling.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara barat misalnya Inggris dan Amerika Serikat kejadian nyeri punggung (terutama nyeri pada punggung bagian bawah) telah mencapai proporsi epidemik. Satu survei

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs)

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs) merupakan masalah dalam bidang kesehatan kerja pada saat ini. Gangguan ini akan menyebabkan penurunan

Lebih terperinci

ANALISIS POSTUR KERJA MANUAL MATERIAL HANDLING DENGAN METODE OVAKO WORKING ANALISIS SYSTEM (OWAS) PADA HOME INDUSTRI MAWAR

ANALISIS POSTUR KERJA MANUAL MATERIAL HANDLING DENGAN METODE OVAKO WORKING ANALISIS SYSTEM (OWAS) PADA HOME INDUSTRI MAWAR ANALISIS POSTUR KERJA MANUAL MATERIAL HANDLING DENGAN METODE OVAKO WORKING ANALISIS SYSTEM (OWAS) PADA HOME INDUSTRI MAWAR Dewi Mulyati 1 Vera Viena 2 Irhamni 3 dan Baharuddinsyah 4 1 Jurusan Teknik Industri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus sesuai dengan kondisi tubuh serta tenaga yang dimiliki oleh masing-masing individu

BAB I PENDAHULUAN. harus sesuai dengan kondisi tubuh serta tenaga yang dimiliki oleh masing-masing individu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesiasebagian warga berprofesi nelayan, kegiatan yang dilakukan oleh nelayan harus sesuai dengan kondisi tubuh serta tenaga yang dimiliki oleh masing-masing

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kata Kunci Biomekanika, Loading, Low Back Pain, L5/S1 Disc Compression, Manual Material Handling

I. PENDAHULUAN. Kata Kunci Biomekanika, Loading, Low Back Pain, L5/S1 Disc Compression, Manual Material Handling USULAN PERANCANGAN METODE PEMINDAHAN MATERIAL PADA PROSES LOADING SAYURAN BUNCIS DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN BIOMEKANIKA (STUDI KASUS DI PT ABO FARM) 1 Ni Made Yunita Sari Dewi; 2 Rino Andias Anugraha;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergantung dari jenis produksi, teknologi yang dipakai, bahan yang digunakan,

BAB I PENDAHULUAN. tergantung dari jenis produksi, teknologi yang dipakai, bahan yang digunakan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Setiap pekerjaan selalu mengandung potensi resiko bahaya dalam bentuk kecelakaan kerja. Besarnya potensi kecelakaan dan penyakit kerja tersebut tergantung dari jenis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Material Handling (MH) merupakan seni dan ilmu yang meliputi penanganan (handling), pemindahan (moving), pembungkusan/pengepakan (packaging), penyimpanan (storing),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas, dari pencemaran lingkungan, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produksi, terutama perusahaan yang bersifat padat karya. Produktivitas tenaga kerja

BAB I PENDAHULUAN. produksi, terutama perusahaan yang bersifat padat karya. Produktivitas tenaga kerja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Faktor pekerja masih sangat mempengaruhi tingkat produktivitas suatu sistem produksi, terutama perusahaan yang bersifat padat karya. Produktivitas tenaga kerja dapat

Lebih terperinci

Aplikasi Energi Surya Dalam Pengolahan Ribbed Smoke Sit (RSS) Dengan Menggunakan Asap Cair Sebagai Pengumpulan dan Pengawet Karet SIT di Palembang

Aplikasi Energi Surya Dalam Pengolahan Ribbed Smoke Sit (RSS) Dengan Menggunakan Asap Cair Sebagai Pengumpulan dan Pengawet Karet SIT di Palembang logo lembaga PKPP-54 (F.78) Aplikasi Energi Surya Dalam Pengolahan Ribbed Smoke Sit (RSS) Dengan Menggunakan Asap Cair Sebagai Pengumpulan dan Pengawet Karet SIT di Palembang Koordinator/ PU Sutopo BALAI

Lebih terperinci

Analisa Beban Kerja Pekerja Tahapan Pengemasan Unit Padatan PT Petrosida Gresik dengan Metode Recommeded Weight Limit (RWL)

Analisa Beban Kerja Pekerja Tahapan Pengemasan Unit Padatan PT Petrosida Gresik dengan Metode Recommeded Weight Limit (RWL) Seminar Nasional Maritim, Sains, dan Teknologi Terapan 206 Vol. 0 Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, 2 November 206 ISSN: 2548-509 Analisa Beban Kerja Pekerja Tahapan Pengemasan Unit Padatan PT Petrosida

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk berusaha atau bekerja dalam rangka memenuhi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk berusaha atau bekerja dalam rangka memenuhi BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk berusaha atau bekerja dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, dan hampir sebagian besar dari mereka menghabiskan waktunya di tempat kerja.

Lebih terperinci

I.1 Latar Belakang. Gambar I.1 Data Produksi Tahun Sumber : PT.Karya Kita. Gambar I.2 Alur Proses Produksi PT.

I.1 Latar Belakang. Gambar I.1 Data Produksi Tahun Sumber : PT.Karya Kita. Gambar I.2 Alur Proses Produksi PT. Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang PT. Karya Kita merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang industri percetakan. Perusahaan ini telah berdiri sejak tahun 1970, dan terletak di Jalan Pasir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran ergonomi, karena ergonomi berkaitan dengan orang yang bekerja, selain dalam rangka efektivitas, efisiensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor industri menjadi salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia, industri sangat berkontribusi bagi perekonomian nasional,baik industri kecil, menengah

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab I PENDAHULUAN Latar Belakang Bab I PENDAHULUAN Latar Belakang Teh merupakan salah satu komoditi hasil perkebunan yang mempunyai peran cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik Republik Indonesia,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meskipun mekanisasi dan otomatisasi telah berkembang pada bidang industri namun, penanganan material maupun pekerjaan manual masih merupakan bagian yang substansial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan industri pada masa kini telah berada pada masa perkembangan yang sangat pesat. Hal ini bisa dilihat dari begitu banyaknya perusahaan ataupun industri-industri

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM INDUSTRI KARET REMAH (CRUMB RUBBER) INDONESIA. Karet merupakan polimer hidrokarbon yang bersifat elastis dan terbentuk

IV. GAMBARAN UMUM INDUSTRI KARET REMAH (CRUMB RUBBER) INDONESIA. Karet merupakan polimer hidrokarbon yang bersifat elastis dan terbentuk 48 IV. GAMBARAN UMUM INDUSTRI KARET REMAH (CRUMB RUBBER) INDONESIA 4.1. Gambaran Umum Karet Karet merupakan polimer hidrokarbon yang bersifat elastis dan terbentuk dari emulsi kesusuan yang dikenal sebagai

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KARET INDONESIA. Di tengah masih berlangsungnya ketidakpastian perekonomian dunia dan

IV. GAMBARAN UMUM KARET INDONESIA. Di tengah masih berlangsungnya ketidakpastian perekonomian dunia dan 59 IV. GAMBARAN UMUM KARET INDONESIA A. Perekonomian Karet Indonesia Di tengah masih berlangsungnya ketidakpastian perekonomian dunia dan memburuknya kinerja neraca perdagangan nasional, kondisi perekonomian

Lebih terperinci

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe Farida Ariani 1), Ikhsan Siregar 2), Indah Rizkya Tarigan 3), dan Anizar 4) 1) Departemen Teknik Mesin, Fakultas

Lebih terperinci

Pendahuluan. Bab I. I.1 Latar Belakang

Pendahuluan. Bab I. I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Perkembangan teh saat ini mengalami pengingkatan di Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari berkembang dan meningkatnya pertumbuhan ekonomi dari ranah perkebunan.

Lebih terperinci

USULAN ALAT BANTU PEMINDAHAN BATAKO UNTUK MENGURANGI RISIKO MUSCULOSKELETAL DISORDERS DI PT. XYZ

USULAN ALAT BANTU PEMINDAHAN BATAKO UNTUK MENGURANGI RISIKO MUSCULOSKELETAL DISORDERS DI PT. XYZ USULAN ALAT BANTU PEMINDAHAN BATAKO UNTUK MENGURANGI RISIKO MUSCULOSKELETAL DISORDERS DI PT. XYZ Muhammad Yudhi Setiadi, Poerwanto, Anizar Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT Perkebunan Nusantara IX Kebun Batujamus RSS Kerjoarum merupakan salah satu dari dua pabrik pengolahan getah karet menjadi karet setengah jadi di Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik khususnya pada hasil perkebunan.

I. PENDAHULUAN. menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik khususnya pada hasil perkebunan. 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia masih menjadi primadona untuk membangun perekonomian negara. Kinerja ekspor komoditas pertanian menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak saja sangat penting dalam meningkatkan jaminan sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. tidak saja sangat penting dalam meningkatkan jaminan sosial dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam sistem ketenagakerjaan dan sumber daya manusia. K3 tidak saja sangat penting dalam meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Demikian juga dalam dunia industri, penggunaan teknologi atau

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Demikian juga dalam dunia industri, penggunaan teknologi atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia tidak bisa terlepas dari suatu peradaban dunia dari waktu-kewaktu yang semakin berkembang. Perubahan tersebut tentunya menuju kearah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam beraktifitas membutuhkan suatu alat yang dirancang atau

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam beraktifitas membutuhkan suatu alat yang dirancang atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia dalam beraktifitas membutuhkan suatu alat yang dirancang atau didesain khusus untuk membantu pekerjaan manusia agar menjadi lebih mudah. Desain yang tepat

Lebih terperinci

BAB. IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. P.T. Riau Crumb Rubber Factory Pekanbaru pada mulanya berdiri

BAB. IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. P.T. Riau Crumb Rubber Factory Pekanbaru pada mulanya berdiri BAB. IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Y\A. Sejarah Berdirinya Perusahaan P.T. Riau Crumb Rubber Factory Pekanbaru pada mulanya berdiri berbentuk Firma (Fa) yang bemama Fa. Cakrawala, yang pada awalnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 270 juta kasus kecelakaan kerja pertahun di seluruh dunia (Ferusgel,

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 270 juta kasus kecelakaan kerja pertahun di seluruh dunia (Ferusgel, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan dan penerapan guna mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Berdasarkan

Lebih terperinci

PERBAIKAN METODE KERJA DAN PERANCANGAN FASILITAS KERJA UNTUK MENGURANGI RESIKO MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) (STUDI KASUS : CV. GRAFFITY LABELINDO)

PERBAIKAN METODE KERJA DAN PERANCANGAN FASILITAS KERJA UNTUK MENGURANGI RESIKO MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) (STUDI KASUS : CV. GRAFFITY LABELINDO) PERBAIKAN METODE KERJA DAN PERANCANGAN FASILITAS KERJA UNTUK MENGURANGI RESIKO MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) (STUDI KASUS : CV. GRAFFITY LABELINDO) Eri Achiraeniwati 1, Nur Rahman As Ad 2, Nova Nur

Lebih terperinci

Analisis Postur Kerja dengan Metode REBA untuk Mengurangi Resiko Cedera pada Operator Mesin Binding di PT. Solo Murni Boyolali

Analisis Postur Kerja dengan Metode REBA untuk Mengurangi Resiko Cedera pada Operator Mesin Binding di PT. Solo Murni Boyolali Analisis Postur Kerja dengan Metode REBA untuk Mengurangi Resiko Cedera pada Operator Mesin Binding di PT. Solo Murni Boyolali Alfian Destha Joanda *1) dan Bambang Suhardi *2) 1,2) Program Pascasarjana

Lebih terperinci

Kata Kunci: metode QEC, pekerja gerabah, sepuluh postur duduk

Kata Kunci: metode QEC, pekerja gerabah, sepuluh postur duduk EVALUASI RESIKO POSTUR KERJA DI UMKM GERABAH MENGGUNAKAN METODE QUICK EXPOSURE CHECKLIST Indah Pratiwi 1*, Purnomo 2, Rini Dharmastiti 3, Lientje Setyowati 4 1 Mahasiswi Program Doktor Teknik Mesin Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stasiun Kerja Bawahan. Stasiun Kerja Finishing. Gambar 1.1 Stasiun Kerja Pembuatan Sepatu

BAB I PENDAHULUAN. Stasiun Kerja Bawahan. Stasiun Kerja Finishing. Gambar 1.1 Stasiun Kerja Pembuatan Sepatu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan produksi di bidang manufaktur maupun jasa sering dijumpai stasiun kerja yang tidak ergonomis dikarenakan tidak sesuainya antropometri pekerja dengan fasilitas

Lebih terperinci

PERBAIKAN METODE KERJA DAN PERANCANGAN FASILITAS KERJA UNTUK MENGURANGI RESIKO MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) (Studi Kasus : CV. Graffity Labelindo)

PERBAIKAN METODE KERJA DAN PERANCANGAN FASILITAS KERJA UNTUK MENGURANGI RESIKO MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) (Studi Kasus : CV. Graffity Labelindo) PERBAIKAN METODE KERJA DAN PERANCANGAN FASILITAS KERJA UNTUK MENGURANGI RESIKO MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) (Studi Kasus : CV. Graffity Labelindo) Eri Achiraeniwati 1, Nur Rahman As Ad 2, Nova Nur

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, beregrak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja atau yang sering dimasuki

Lebih terperinci

SimposiumNasional Teknologi Terapan (SNTT)2 2014

SimposiumNasional Teknologi Terapan (SNTT)2 2014 PERANCANGAN ALAT MATERIAL HANDLING DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN BIOMEKANIKA DAN POSTUR KERJA PADA BAGIAN PENGEPAKAN PUPUK DI CV. BUKITRAYA LAENDRYS BUKITTINGGI Zayyinul Hayati Zen Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemindahan dengan tenaga sendiri itu disebut manual material handling.

BAB I PENDAHULUAN. Pemindahan dengan tenaga sendiri itu disebut manual material handling. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menarik dan mendorong dalam memindahkan suatu barang dari suatu tempat ke tempat lain merupakan aktivitas manusia dalam dunia kerja ataupun dalam kehidupan sehari-hari.

Lebih terperinci