BAB II MODEL PEMBELAJARAN TANDUR DAN HASIL BELAJAR. berbagai falsafah dan metodologi pembelajaran yang dipandang baru

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II MODEL PEMBELAJARAN NOVICK DAN HASIL BELAJAR

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

Taksonomi Bloom (Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor) serta Identifikasi Permasalahan Pendidikan di Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. program percepatan yang dilakukan Learning Forum. Learning Forum. Porter, 2005: 4). Dalam Perkembanganya model Quantum Teaching

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENERAPAN PEMBELAJARAN SAINS DENGAN QUANTUM TEACHING M.Gade*

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Model Quantum Teaching. Quantum Teaching adalah pengubahan suasana belajar yang

ARTIKEL disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana. oleh Nuraini Wulandari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan kognitif, antara lahir dan dewasa yaitu tahap sensorimotor, pra

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP

BAB II KAJIAN TEORI. langsung oleh siswa ataupun guru. Belajar adalah suatu aktivitas yang

PENGARUH METODE QUANTUM LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA DASAR II PADA MAHASISWA SEMESTER II T.A GENAP 2008/2009 PRODI FISIKA UNIB

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sains di sekolah dimaksudkan untuk menanamkan. keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa, mengembangkan keterampilan sikap

dapat dialami langsung oleh siswa, hal ini dapat mengatasi kebosanan siswa dan perhatiannya akan lebih baik sehingga prestasi siswa dapat meningkat.

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Model Quantum Teaching Terhadap Motivasi Belajar Siswa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. memperkenalkan produk, karya atau gagasan kepada khalayak ramai.

BAB II LANDASAN TEORI. Secara umum pengertian pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang

BAB II PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF BERBASIS KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN ORAL ACTIVITIES SISWA

II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning)

II. KERANGKA TEORETIS. kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban

BAB II KAJIAN TEORI. emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap. baik secara fisik maupun secara mental aktif.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pembelajaran Langsung

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai bahasa pengantar, bahasa Indonesia berperan sebagai alat dalam

BAB I PENDAHULUAN. banyak faktor. Salah satunya adalah kemampuan guru menggunakan desain

TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

guna mencapai tujuan dari pembelajaran yang diharapkan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

yang berbeda satu sama lain, memiliki keunikan masing-masing yang tidak sama dengan orang lain. Oleh karena itu pembelajaran hendaknya memperhatikan

MODEL PEMBELAJARAN IPA. Ida Kaniawati FPMIPA UPI

II. TINJAUAN PUSTAKA. membujuk, menganalisis asumsi dan melakukan penelitian ilmiah. Berpikir kritis

BAB II REMEDIASI HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN. A. Pembelajaran Remediasi Menggunakan Metode Eksperimen

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori Hasil Belajar. Sudjana, (2004:22) berpendapat hasil Belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. KERANGKA TEORETIS. Metode didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru dalam menjalankan

BAB II LANDASAN TEORI. Kata komunikasi berasal dari bahasa latincommunicare, berarti. merupakan proses informasi ilmu dari guru kepada siswa.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban sebagai warga negara yang baik. Pendidikan pada dasarnya merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA

II. KERANGKA TEORETIS. pembelajaran fisika masalah dipandang sebagai suatu kondisi yang sengaja

Efektivitas Penerapan Quantum Teaching Terhadap Hasil Belajar Matematika Sekolah Dasar

BAB 1I KAJIAN PUSTAKA Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB II PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING KAITANYA DENGAN PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

TEORI BELAJAR. Proses perubahan perilaku BELAJAR. Diperoleh dari PENGALAMAN. Physics

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana terhadap suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu proses interaksi antara diri manusia ( id-ego super ego)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Ajar Diknas 2004 (Prastowo, 2012 : 203), lembar kegiatan siswa (student

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Pendidikan IPS bertujuan membentuk manusia yang memiliki pengetahuan dalam bidang sosial, terampil dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) adalah salah satu ilmu dasar

TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Gagne (dalam Slameto, 2007:43) lima kategori hasil belajar yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. (PTK). Penelitian Tindakan kelas merupakan terjemahan dari Classroom

BAB II KAJIAN TEORETIS

II. TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa dan Negara (UUSPN No.20 tahun 2003).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nasution (2008: 93) mengemukakan bahwa gaya belajar atau learning style

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanty Tiarareja, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas (Sistem

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien. Pemilihan model

BAB II KAJIAN TEORI. dapat diketahui hasilnya melalui penilaian proses dan penilaian hasil. Hasil

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN Contextual Teaching and Learning

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. 2010), hlm. 1. Sardiman A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hlm. 20.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

Transkripsi:

BAB II MODEL PEMBELAJARAN TANDUR DAN HASIL BELAJAR A. Quantum Teaching Dalam beberapa tahun terakhir ini di Indonesia telah bermunculan berbagai falsafah dan metodologi pembelajaran yang dipandang baru meskipun akar-akar atau sumber-sumber pandangannya sebenarnya sudah ada sebelumnya. Beberapa di antaranya yaitu pembelajaran konstruktivis, pembelajaran kooperatif, pembelajaran terpadu, pembelajaran aktif, pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning, CTL), pembelajaran berbasis projek (Project Based Learning), pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning), pembelajaran interaksi dinamis, dan pembelajaran quantum (Quantum Teaching). Pada pembahasan kali ini akan dibahas lebih dalam mengenai pembelajaran quantum (Quantum Teaching). Quantum Teaching adalah pengubahan belajar yang meriah, dengan segala nuansanya. Quantum Teaching juga menyertakan segala kaitan, interaksi, dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar. Quantum Teaching berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas, interaksi yang mendirikan landasan dan kerangka untuk belajar. 9

10 Pembelajaran dimulai di SuperCamps, sebuah program percepatan yang ditawarkan Learning Forum, yaitu sebuah perusahaan pendidikan internasional yang menekankan perkembangan keterampilan akademis dan keterampilan pribadi, DePorter (2005:4). Penelitian yang dilakukan oleh Jeannette Vos-Groenendal 1991, disertasi doktoral (DePorter, 2005:19) menunjukkan bahwa SuperCamps: 68% meningkatkan motivasi, 73% meningkatkan nilai belajar, 81% memperbesar keyakinan diri, 84% meningkatkan kehormatan diri, 96% mempertahankan sikap positif terhadap SuperCamps, dan 98% melanjutkan memanfaatkan keterampilan. Pembelajaran berakar dari upaya Georgi Lozanov yang bereksperimen dengan apa yang disebutnya sebagai suggestology. Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar. Pembelajaran mencakup aspek-aspek penting dalam program neurolinguistik (NLP), yaitu suatu penelitian tentang bagaimana otak mengatur informasi. Dengan pengetahuan NLP para pendidik mengetahui bagaimana menggunakan bahasa yang positif untuk meningkatkan tindakan-tindakan positif. Pembelajaran ini dipraktekkan di ruang-ruang kelas dalam bentuk pengajaran. Quantum Teaching adalah seperangkat metode dan falsafah belajar yang dapat digunakan dalam kegiatan seperti sekolah, bisnis untuk semua tipe orang dan segala usia. Quantum teaching adalah pengubahan belajar yang meriah dengan segala nuansanya, (Deporter, 2005:3). Maka dapat

11 disimpulkan pengertian dari Quantum Teaching adalah pengubahan bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar. (Deporter, 2005:5). Model pembelajaran quantum dibagi atas dua kategori yaitu konteks dan isi (DePorter & Nourie, 2001 dalam Wena 2009:163). Konteks meliputi lingkungan, suasana, landasan, dan rancangan. Sedangkan isi mencakup masalah penyajian dan fasilitasi (mempermudah proses pembelajaran). Dalam konteks guru dituntut harus mampu mengubah: 1. Suasana yang memberdayakan untuk kegiatan PBM. 2. Landasan yang kukuh untuk kegiatan PBM. 3. Lingkungan yang mendukung PBM. 4. Rancangan pembelajaran yang dinamis. Sedangkan dalam isi guru dituntut untuk mampu menerapkan keterampilan penyampaian isi pembelajaran dan strategi yang dibutuhkan siswa untuk bertanggung jawab atas apa yang dipelajarinya. Berikut ini merupakan tabel penerapan model pembelajaran quantum dalam PBM (Wena, 2009:163):

12 Tabel 2.1 Penerapan Model Pembelajaran Quantum dalam PBM No. Model Konteks Penerapan dalam PBM 1. Lingkungan Hal ini terkait dengan penataan ruang kelas seperti penataan meja-kursi belajar, pencahayaan, penataan media pembelajaran, gambar atau poster pada dinding kelas, tanaman di kelas, penataan alat bantu mengajar (media audiovisual). Semua yang ada di dalam kelas harus ditata sedemikian rupa sehingga mampu menumbuhkan dan merangsang suasana belajar yang menyenangkan dan kondusif. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah rasio jumlah siswa dengan ruangan belajar harus seimbang. Jika dalam suatu ruangan, siswanya terlalu banyak maka sulit menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan. 2. Suasana Hal ini terkait dengan penciptaan suasana batin siswa saat belajar. Lingkungan fisik kelas yang menyenangkan belum tentu bisa menumbuhkan dan merangsang suasana belajar yang menyenangkan dan kondusif. Oleh karena itu seorang guru harus mampu menciptakan suasana kelas yang menyenangkan dengan berbagai cara seperti bersikap simpatik, ramah, raut wajah yang penuh kasih sayang, humoris, suara yang lembut tetapi jelas, dan sebagainya. 3. Landasan Merupakan kerangka kerja yang harus dibangun dan disepakati bersama antara guru dan murid. Landasan ini mencakup (1) tujuan yang sama, (2) prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang sama, (3) keyakinan kuat mengenai belajar dan mengajar, dan (4) kesepakatan, kebijakan, dan prosedur yang jelas. 4. Rancangan Hal ini terkait dengan kemampuan guru untuk mampu menumbuhkan dan meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa. Dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti penggunaan media (visual, audio, kinetis) dalam pembelajaran.

13 Prinsip-prinsip pembelajaran dalam Quantum Teaching menurut Deporter (2005:7) adalah sebagai berikut: 1. Segalanya berbicara. Segalanya dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh, dari kertas yang dibagikan hingga rancangan pelajaran, semuanya mengirim pesan tentang belajar. 2. Segalanya bertujuan. Semua yang terjadi didalam pengubahan mempunyai tujuan. 3. Pengalaman sebelum pemberian nama. Otak kita berkembang pesat dengan adanya rangsangan kompleks, yang akan menggerakkan rasa ingin tahu. Oleh karena itu, proses belajar paling baik terjadi ketika siswa mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk apa yang mereka pelajari. 4. Akui setiap usaha. Belajar mengandung resiko. Belajar berarti melangkah keluar dari kenyamanan. Pada saat siswa mengambil langkah ini, mereka patut mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka. 5. Jika layak dipelajari maka layak pula dirayakan. Perayaan memberikan umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan belajar.

14 B. Model Pembelajaran TANDUR Model pembelajaran TANDUR adalah suatu rancangan model yang diharapkan dapat sepenuhnya membuat siswa tertarik dan berminat pada pelajaran, memberikan pengalaman yang langsung kepada siswa dan berusaha menjadikan isi pelajaran nyata bagi mereka (DePorter, 2005:4). TANDUR sendiri merupakan akronim yang menjadi bagian atau fase-fase pembelajaran, yaitu Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan. Adapun akronim tersebut memiliki tujuan yang menjadi pedoman bagi para pendidik dan mempermudah untuk dilaksanakan. Maksud dari akronimakronim tersebut adalah sebagai berikut: 1. Tumbuhkan (Enroll) Tumbuhkan minat dengan memuaskan Apakah Manfaatnya Bagiku (AMBAK). Pada awal kegiatan pembelajaran guru harus berusaha menumbuhkan atau mengembangkan minat siswa untuk belajar. Dengan tumbuhnya minat, siswa akan sadar manfaatnya kegiatan pembelajaran bagi dirinya atau bagi kehidupannya. Beberapa teori pembelajaran seperti motivasional Keller (Keller 1987; Clegg, 2001; Dryden & Vos, 2001, dalam Wena 2009:165) juga menyebutkan bahwa menumbuhkan perhatian atau minat siswa merupakan langkah awal dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan Dick & Carey, 1985 (Wena 2009:165) mengungkapkan bahwa menumbuhkan minat siswa dan memelihara selama pembelajaran merupakan

15 langkah awal dari strategi pembelajaran. Kemudian pada tahap ini pula guru dapat menyampaikan tujuan dari pembelajaran yang dilakukan, manfaat dari pembelajaran ini, mengajukan beberapa pertanyaan awal kepada siswa. 2. Alami (Experience) Alami mengandung makna bahwa proses pembelajaran akan lebih bermakna jika siswa mengalami secara langsung atau nyata materi yang akan diajarkan. Hal ini sejalan dengan pendapat Wankat & Oreovocz, 1993 (Wena, 2009:165) yang menyatakan bahwa dalam pembelajaran teknik pemberian pengalaman langsung akan meningkatkan dan mempermudah pemahaman siswa terhadap isi pembelajaran. Pengalaman dapat menciptakan ikatan emosional, menciptakan peluang untuk pemberian makna, dan pengalaman membangun keingintahuan siswa. Ciptakan suatu kebutuhan untuk tahu. Suatu pengalaman yang menciptakan rasa ingin tahu dan perlakuan emosional. Hal tersebut memberi kesempatan kepada siswa untuk membuka pengetahuannya menjadi lebih dalam serta membuat hubungan-hubungan, menambah makna dan relevan dengan isi materi. Untuk itu tugas guru pada tahap ini adalah membina rangkaian pengalaman yang dapat menjadi sumbu pengetahuan dan keterampilan siswa. Pengalaman tersebut tidak dapat dilakukan secara riil sehingga kadang-kadang perlu diciptakan situasi buatan. Pengalaman yang riil pada

16 umumnya lebih baik daripada pengalaman buatan, tetapi hal itu tidak mutlak. Keduanya melengkapi satu sama lain dan efektifitasnya dapat ditingkatkan dengan berbagai metode. 3. Namai (Label) Sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi, sebuah masukan. Setelah minat dan perhatian telah tumbuh, maka berbagai pertanyaan muncul dalam pikiran mereka setelah mengalami, maka pada saat itulah guru memberikan informasi atau konsep yang diinginkan yang disini disebut dengan langkah penamaan. Menurut Deporter (2000 : 91) langkah penamaan ini memuaskan hasrat alami otak untuk memberikan identitas, mengurutkan, dan mendefinisikan. Penamaan ini merupakan informasi, fakta, rumus, pemikiran, tempat, dan sebagainya. Guru memberikan informasi atau konsep yang diinginkan. Pada tahap ini guru diharapkan melakukan berbagai teknik yang dapat merangsang memori siswa sehingga apa yang disajikan lengket dalam pikiran mereka di antaranya dengan menggunakan berbagai gambar, grafik, warna, peragaan, analogi, dan berbagai istilah-istilah menarik seperti mengingat nama atau berbagai perjanjian sehingga kelihatan menarik bagi siswa. Dengan langkah penamaan ini diharapkan akan menjawab tuntas keraguan dan berbagai pertanyaan ketika mereka masih berada pada tahap mengalami.

17 4. Demonstrasikan (Demonstrate) Sediakan kesempatan bagi pelajar untuk menunjukkan bahwa mereka tahu. Tahap ini adalah fase dimana guru dan siswa diminta memperlihatkan ke seluruh anggota kelas bagaimana suatu proses seharusnya terjadi dengan benar. Proses dimaksud dapat berupa: membuat proses kerja, proses mengerjakan dan proses menggunakan secara tepat dan benar, sehingga konsep yang telah mereka ketahui pada langkah sebelumnya dapat dipahami dan dipraktekan secara nyata. 5. Ulangi (Review) Langkah selanjutnya pengulangan pengetahuan yang telah diperoleh dari tahap-tahap sebelumnya. Pada tahap ini guru memberikan penguatan terhadap konsep yang telah siswa dapatkan pada tahap sebelumnya. Ulangi berarti bahwa proses pengulangan dalam kegiatan pembelajaran dapat memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa tahu atau yakin terhadap kemampuan siswa. 6. Rayakan (Celebrate) Pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan perolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan. Langkah terakhir model ini adalah penguatan secara psikologis. Ketika sebuah program telah dilaksanakan dan tujuan tercapai dengan baik, maka amat layak jika hal itu dihargai dan dirayakan. Dengan kata lain perayaan berarti pemberian umpan balik yang

18 positif pada siswa atas keberhasilannya, baik berupa pujian, pemberian hadiah, atau bentuk lainnya. Gagne, 1977 (Wena, 2009:66) menyatakan bahwa umpan balik sangat penting artinya bagi proses penguatan terhadap prestasi yang telah dicapai oleh siswa. Hal ini berarti bahwa perayaan akan dapat memperkuat proses belajar selanjutnya. Bentuk penghargaan itu dapat bervariasi, namun pada intinya diharapkan agar para siswa merasa bahwa apa-apa yang telah mereka lakukan begitu berarti dan tidak sia-sia sehingga menimbulkan minat dan semangat baru ketika mereka harus mengikuti materi selanjutnya pada kesempatan yang lain. Tabel 2.2 Aktivitas Pembelajaran Dalam Model TANDUR No. Rancangan Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1. Tumbuhkan Menumbuhkan atau mengembangkan minat siswa untuk belajar. Memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru. Mendiskusikan dengan siswa Menjawab pertanyaan manfaat yang akan diperoleh pada pembelajaran ini. Menyampaikan tujuan dari pembelajaran yang akan dilaksanakan. yang diberikan oleh guru. Mengungkapkan pengetahuan awal yang dimiliki olehnya. Mengaitkan pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan pembelajaran sebelumnya. Menyampaikan langkahlangkah kegiatan pembelajaran dan tugastugas yang harus diselesaikan untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan.

19 Tabel 2.2 Aktivitas Pembelajaran Dalam Model TANDUR (Lanjutan 1) No Rancangan Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Memanfaatkan media dan sumber pembelajaran yang disesuaikan dengan materi pembelajaran yang akan disampaikan. Mengajukan beberapa pertanyaan awal kepada siswa. 2. Alami Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok kecil. Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok kecil siswa yang akan digunakan oleh siswa sebagai panduan untuk melakukan kegiatan percobaan. Memerintahkan setiap perwakilan kelompok siswa untuk mengambil alat-alat percobaan yang akan digunakan. Guru menjelaskan atau memberikan instruksi secara garis besarnya tentang apa yang akan dilakukan oleh siswa. Mengkondisikan siswa selama kegiatan percobaan, pengamatan, dan pemecahan masalah berlangsung. Siswa mengatur tempat duduk mereka berdasarkan kelompok yang telah dibentuk oleh guru. Melakukan persiapan sebelum melaksanakan percobaan. Seperti mengambil LKS yang dibagikan oleh guru, setiap perwakilan kelompok kecil mengambil alat-alat percobaan di depan kelas. Mendengarkan penjelasan atau instruksi yang diberikan oleh guru. Memahami secara seksama petunjuk percobaan yang terdapat didalam LKS yang telah dibagikan oleh guru. Melakukan percobaan sesuai dengan petunjuk percobaan yang terdapat didalam LKS.

20 Tabel 2.2 Aktivitas Pembelajaran Dalam Model TANDUR (Lanjutan 2) No. Rancangan Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 3. Namai Guru memberikan informasi atau konsep yang diinginkan dengan menggunakan berbagai tehnik yang dapat merangsang memori siswa sehingga apa yang dijelaskan lengket dalam pikiran siswa. 4. Demonstrasikan Pada tahap ini guru memberikan waktu yang cukup luas kepada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang baru saja mereka terima. 5. Ulangi Pada tahap ini guru memberikan penguatan terhadap konsep yang telah siswa dapatkan pada tahap sebelumnya. Mencari literatur yang digunakan sebagai konsep dasar pada percobaan tersebut. Setiap kelompok berdiskusi untuk menentukan kesimpulan yang diperoleh pada percobaan tersebut, hingga menemukan konsep percobaan. Menjawab pertanyaan yang terdapat pada LKS. Memperhatikan penjelasan guru. Mengajukan pertanyaan tentang konsep atau materi yang tidak dimengertinya. Berlatih mengerjakan soal baik yang bersifat individu ataupun kelompok. Setiap kelompok diberikan kesempatan untuk menampilkan proses kerja dari sebuah praktikum hingga memperoleh konsep di depan kelas. Memberikan pendapat atau saran kepada kelompok yang sedang persentasi di depan kelas. Mengajukan pertanyaan. Memperhatikan penjelasan guru. Menyimpulkan penjelasan guru tersebut dengan kata-kata siswa sendiri. Mengajukan pertanyaan atas hal yang tidak dimengerti oleh siswa.

21 Tabel 2.2 Aktivitas Pembelajaran Dalam Model TANDUR (Lanjutan 3) No. Rancangan Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 6. Rayakan Memberikan penghormatan atau penghargaan kepada siswa atas usaha, ketekunan, dan kesuksesannya. Saling mendukung dan memberikan pujian atas penghargaan yang diberikan oleh guru kepada teman yang mendapatkan penghargaan C. Pengertian Belajar 1. Pengertian belajar menurut pandangan teori Behavioristik Berdasarkan teori Behavioristik, belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan tingkah lakunya (Budiningsih, 2005:20). 2. Pengertian belajar menurut Teori Kognitif Teori belajar kognitif berbeda dengan teori belajar Behavioristik. Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajarnya. Para penganut aliran kognitif mengatakan bahwa belajar tidak hanya sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon saja. Tidak seperti model belajar behavioristik yang mempelajari proses belajar

22 hanya sebagai hubungan stimulus dan respon, model belajar kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar yang sering disebut model perseptual. Model belajar kognitif mengatakan bahwa tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang nampak (Budiningsih, 2005:34). Gagne (Dahar, 1996:11), menyatakan bahwa belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman yang merupakan interaksi antara individu dengan lingkungannya. Selanjutnya Suparno, mengemukakan bahwa belajar merupakan proses mengasimiliasi dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dimiliki seseorang sehingga pengertiannya dikembangkan. Dari kedua definisi tersebut, dapat dimaknai bahwa belajar merupakan proses aktif, proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar individu. Belajar adalah suatu proses yang diarahkan kepada suatu tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar adalah proses melihat, mengamati, memahami sesuatu yang dipelajari. Ada tiga aspek dalam pembelajaran yang perlu dipahami guru, yaitu memahami subjek belajar, proses belajar, dan situasi belajar. Dalam hal ini,

23 yang dimaksud subjek belajar adalah siswa yang secara individual atau kelompok mengikuti suatu proses belajar dalam situasi belajar tertentu. Sedangkan situasi belajar yang dimaksud yaitu semua faktor atau kondisi yang mungkin mempengaruhi hasil dan proses terjadinya belajar. D. Hasil Belajar Siswa Proses pembelajaran adalah interaksi antara siswa dan guru dengan lingkungan belajar sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pengajaran yaitu kemampuan yang diharapkan dimiliki siswa setelah berlangsungnya proses pembelajaran. Sedangkan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Munaf, 2001:67). Benjamin Bloom sebagaimana dikutip oleh Munaf (2001:67) mengklasifikasikan hasil belajar menjadi 3 domain, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Aspek kognitif menaruh perhatian pada pengembangan kapabilitas dan keterampilan intelektual. Aspek afektif berkaitan dengan pengembangan perasaan, sikap, nilai, dan emosi yang dipelajari, dan aspek psikomotor berkaitan dengan kegiatan manipulatif atau keterampilan motorik. Pada penelitian ini hanya dibatasi pada aspek kognitif siswa saja.

24 1. Aspek kognitif Meliputi kemampuan menyatakan kembali konsep atau prinsip yang telah dipelajari dan kemampuan intelektual (knowledge) dengan tingkatan tingkatan (Munaf, 2001:67). Bloom (Munaf, 2001:67) mengkategorikan hasil belajar aspek kognitif menjadi enam jenjang dengan aspek belajar yang berbeda-beda yaitu aspek hafalan/recall (C1), pemahaman/comprehension (C2), penerapan/application (C3), analisis/analysis (C4), sintesis/syntesis (C5), dan Evaluasi/evaluation (C6). a. Hafalan/recall (C1) Jenjang hafalan meliputi kemampuan menyatakan kembali fakta, konsep, prinsip, prosedur atau istilah yang telah dipelajari tanpa harus memahami atau dapat menggunakannya (Munaf, 2001:68). Jenjang ini merupakan tingkatan hasil belajar yang paling rendah tapi menjadi prasyarat bagi tingkatan selanjutnya. Suatu soal dikatakan berbentuk hafalan apabila materi yang ditanyakan terdapat (ada) dalam buku pelajaran, atau siswa sudah pernah diberitahukan oleh guru (Munaf, 2001:68). Contoh kata kerja operasional yang dapat digunakan pada jenjang ini adalah menyebutkan, menunjukkan, mengenal, mengingat, mendefinisikan (Munaf, 2001:68).

25 b. Pemahaman/comprehension (C2) Pemahaman merupakan salah satu jenjang kemampuan dalam proses berfikir dimana siswa dituntut untuk memahami yang berarti mengetahui tentang sesuatu hal yang dapat melihatnya dari beberapa segi (Munaf, 2001:69). Dalam kemampuan ini termasuk kemampuan untuk mengubah satu bentuk menjadi bentuk lain, misalnya dari bentuk verbal menjadi bentuk rumus, dapat menangkap arti dari informasi yang diterima, misalnya dapat menafsirkan bagan, diagram atau grafik, meramalkan berdasarkan kecenderungan tertentu serta mengungkapkan suatu konsep atau prinsip dengan kata kata sendiri. Materi yang dinyatakan merupakan perluasan dari materi yang ada dalam buku. Contoh kata kerja operasional yang biasanya digunakan adalah membedakan, mengubah, mempersiapkan, menyajikan, mengatur, menginterpretasi, menjelaskan, mendemonstrasikan, memberikan contoh, memperkirakan, menentukan (Munaf, 2001:69). c. Penerapan/application (C3) Jenjang penerapan merupakan kemampuan berfikir yang lebih tinggi (Munaf, 2001:70). Menurut Munaf (2001:70) jenjang penerapan merupakan kemampuan menggunakan prinsip, teori, hukum, aturan maupun metode yang dipelajari pada situasi baru atau pada situasi konkret. Contoh kata kerja operasional yang dapat digunakan pada jenjang

26 ini adalah menggunakan, menerapkan, mengeneralisasikan, menghubungkan, memilih, menghitung, menemukan, mengembangkan, mengorganisasikan, memindahkan, menyusun, menunjukkan, mengklasifikasikan, dan mengubah (Munaf, 2001:70). Kecakapan yang termasuk dalam aspek penerapan (C3) yaitu: 1) Dapat menetapkan prinsip atau generalisasi yang sesuai untuk situasi baru yang dihadapi. 2) Dapat menyusun kembali problem sehingga dapat menetapkan prinsip atau generalisasi yang sesuai. 3) Dapat memberikan spesifikasi batas-batas relevansi suatu prinsip atau generalisasi. 4) Dapat mengenal hal-hal khusus dari prinsip atau generalisasi. 5) Dapat menjelaskan suatu gejala baru berdasarkan prinsip atau generalisasi tertentu. 6) Dapat meramalkan sesuatu yang akan terjadi berdasarkan prinsip atau generalisasi tertentu. 7) Dapat menetukan tindakan atau keputusan dalam menghadapi situasi baru dengan menggunakan prinsip dan generalisasi yang relevan. 8) Dapat menjelaskan alasan menggunakan prinsip dan generalisasi pada situasi baru yang dihadapi.

27 d. Analisis/analysis (C4) Analisis adalah usaha memilah suatu integritas menjadi unsurunsur atau bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya atau susunannya (Munaf, 2001:71). Dengan analisis diharapkan seseorang mempunyai pemahaman yang komprehensif dan dapat memilahkan integritas menjadi bagian-bagian yang tetap terpadu. Analisis merupakan kemampuan untuk menganalisis atau merinci suatu situasi atau pengetahuan menurut komponen yang lebih kecil atau lebih terurai dan memahami hubungan diantara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya. Contoh kata kerja operasional yang dapat digunakan pada jenjang ini adalah menganalisa, membedakan, menemukan, mengklasifikasikan, membandingkan (Munaf, 2001:72). Kecakapan yang termasuk dalam aspek analisis adalah sebagai berikut: 1) Dapat mengklasifikasikan kata-kata, frase-frase, atau pertanyaanpertanyaan dengan menggunakan kriteria analitik tertentu. 2) Dapat meramalkan sifat-sifat khusus tertentu yang tidak disebutkan secara jelas. 3) Dapat meramalkan kualitas, asumsi, atau kondisi yang implisit berdasarkan kriteria dan hubungan materinya. 4) Dapat mengetengahkan pola, tata, atau pengaturan materi dengan menggunakan kriteria seperti relevansi dan sebab akibat.

28 5) Dapat mengenal organisasi, prinsip-prinsip organisasi dan pola-pola materi yang dihadapi. 6) Dapat meramalkan sudut pandang, kerangka acuan, dan tujuan materi yang dihadapi. e. Sintesis/sintesys (C5) Jenjang sintesis merupakan kemampuan untuk mengintegrasikan bagian-bagian yang terpisah menjadi suatu keseluruhan yang terpadu, atau menggabungkan bagian-bagian (unsur-unsur) sehingga menjadi pola yang berkaitan secara logis, atau mengambil kesimpulan dari peristiwaperistiwa yang ada hubungannya satu dengan yang lainnya (Munaf, 2001:73). Dengan kemampuan sintesis, orang mungkin menemukan hubungan kausal atau menemukan abstraksinya atau operasionalnya. Kata kerja operasional yang dapat digunakan pada jenjang ini adalah mensintesis, menghubungkan, menghasilkan, merumuskan, mengubah, merencanakan, mengkhususkan, menggabungkan, mengorganisasikan, mengklasifikasikan, menyimpulkan (Munaf, 2001:73). f. Evaluasi/evaluation (C6) Evaluasi merupakan kemampuan tertinggi, yaitu bila seseorang dapat melakukan penilaian terhadap suatu situasi, nilai-nilai, atau ide-ide (Munaf, 2001:74). Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja,

29 pemecahan, metode, materi, berdasarkan kriteria tertentu (Munaf, 2001:74). Contoh kata kerja operasional yang dapat digunakan pada jenjang ini adalah menilai, menafsirkan, menentukan, mempertimbangkan, membandingkan, menaksir, melakukan, memutuskan (Munaf, 2001:75). Untuk mengarahkan penelitian yang akan dilakukan maka ruang lingkup penelitian pada aspek kognitif dibatasi hanya hingga tahap analisis (C4) saja. Pembatasan ini sesuai dengan pembatasan keterlaksaan penelitian dan ketercakupan instrumen. E. Hubungan Model Pembelajaran TANDUR dengan Hasil Belajar DePorter (2005:89) mengungkapkan bahwa apapun pelajarannya, tingkat kelas atau tingkat pendengarnya, konsep TANDUR ini diyakini dapat membuat siswa menjadi tertarik atau berminat pada setiap pelajaran. Kerangka ini juga memastikan bahwa mereka mengalami pembelajaran, berlatih menjadikan isi pelajaran nyata bagi mereka yang pada akhirnya dapat meningkatkan pemahaman mereka terhadap materi pelajaran tersebut. Tahapan-tahapan yang ada di dalam model pembelajaran TANDUR: 1. Tumbuhkan. Di dalam tahapan ini siswa diberikan stimulus-stimulus sehingga tumbuh rasa keingintahuan dalam diri siswa, guru dapat

30 memberikan sugesti-sugesti positif berupa kata-kata yang dapat membuat suasana menjadi lebih menyenangkan. 2. Alami. Pada tahapan ini siswa sudah memiliki pengalaman awal, suatu kaitan dengan konsepnya. Lalu saat pengalaman terbentang, siswa mengumpulkan informasi yang membantu siswa untuk memaknai pengalaman tersebut. Informasi ini membuat yang abstrak menjadi konkret, melalui kegiatan eksperimen, demonstrasi. 3. Namai. Dalam tahap ini siswa akan merasa penasaran, penuh pertanyaan mengenai pengalaman yang mereka lakukan sebelumnya, setelah ini siswa diberi kesempatan untuk mendiskusikan hasilnya bersama-sama. 4. Demonstrasikan. Setelah siswa menerima konsep secara utuh maka mereka diberi kesempatan untuk mendemonstrasikan pengetahuan yang mereka peroleh. Hal ini dapat membuat siswa lebih percaya diri dalam belajar. Guru juga dapat memotivasi siswa dengan membangun kompetisi antar siswa agar menghasilkan hasil belajar yang terbaik. 5. Ulangi. Konsep yang telah didapat oleh siswa kemudian diperkuat sehingga dapat bertahan dalam memori mereka. Selain itu, pada tahap ini miskonsepsi yang mungkin terjadi dapat diminimalisir. 6. Rayakan. Pada akhirnya siswa diajak untuk bergembira setelah selesai melaksanakan pembelajaran, misalnya dengan memberikan penghargaan sehingga tidak ada anggapan dalam benak siswa bahwa belajar fisika

31 merupakan sesuatu yang sulit dan mereka tetap termotivasi untuk mengikuti pembelajaran selanjutnya. Dengan menerapkan model pembelajaran TANDUR ini dalam pembelajaran fisika diharapkan bahwa siswa akan lebih senang dalam belajar fisika dan anggapan bahwa fisika adalah pelajaran yang sulit dan membosankan dapat lebih kurangi. Dengan demikian hasil belajar fisika siswa pun dapat lebih baik. Keterkaitan fase-fase model pembelajaran TANDUR dalam meningkatkan hasil belajar siswa ranah kognitif dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut. Tabel 2.3 Keterkaitan Fase-Fase Model Pembelajaran TANDUR Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif Model Pembelajaran TANDUR Tahapan Pembelajaran Tumbuhkan Aktivitas Guru Melakukan apersepsi. Memotivasi siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran. Menggali konsepsi awal siswa. Menjelaskan tujuan dan standar kompetensi yang hendak dicapai. Aspek Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif yang Dilatihkan Pada Tiap Fase Model Pembelajaran TANDUR Hafalan (C1), yaitu menjawab pertanyaanpertanyaan apersepsi dan konsepsi awal yang diberikan guru berdasarkan ingatannya. Pemahaman (C2), yaitu menjawab pertanyaanpertanyaan apersepsi dan konsepsi awal yang diberikan guru berdasarkan pemahamannya.

32 Model Pembelajaran TANDUR Tahapan Pembelajaran Alami Namai Aktivitas Guru Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok belajar. Menjelaskan alat dan bahan yang diperlukan untuk proses penyelidikan. Membagikan LKS. Memberikan penjelasan mengenai hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses penyelidikan. Membimbing siswa dalam melakukan penyelidikan. Membimbing siswa untuk berdiskusi mengerjakan LKS. Aspek Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif yang Dilatihkan Pada Tiap Fase Model Pembelajaran TANDUR Pemahaman (C2), yaitu memahami fenomenafenomena yang sedang diamati. Analisis (C4), yaitu menganalisis fenomenafenomena yang terjadi hingga memperoleh suatu kesimpulan atau konsep. Hafalan (C1), yaitu mengetahui suatu konsep. Pemahaman (C2), yaitu menyimpulkan hasil pengamatan menjadi suatu konsep, dan menafsirkan grafik. Analisis (C4), yaitu menganalisis fenomenafenomena yang terjadi hingga memperoleh suatu kesimpulan atau konsep. Demonstrasikan Mempresentasikan hasil penyelidikan. Membimbing siswa untuk diskusi dan tanya jawab tentang hasil penyelidikan. Pemahaman (C2), yaitu mengungkapkan suatu konsep atau prinsip dengan kata-kata sendiri.

33 Model Pembelajaran TANDUR Tahapan Pembelajaran Ulangi Aktivitas Guru Memberikan koreksi dan penguatan konsep. Melakukan refleksi materi yang telah disampaikan. Aspek Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif yang Dilatihkan Pada Tiap Fase Model Pembelajaran TANDUR Penerapan (C3), yaitu menjawab pertanyaan konsepsi awal yang merupakan aplikasi atau penerapan pada kehidupan sehari-hari berdasarkan dengan konsep yang telah diperoleh sebelumnya. Analisis (C4), yaitu menganalisis permasalahan lain yang diberikan oleh guru.