PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI

dokumen-dokumen yang mirip
PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA HALAMAN SAMPUL DEPAN SKRIPSI. Diajukan kepada Fakultas Psikologi

PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA YANG MELAJANG SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Psychological Well Being. perspektif besar mengenai psychological well being yang diturunkan dari dua

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena melajang pada era modern ini menjadi sebuah trend baru dalam

GAMBARAN KEBAHAGIAAN MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN DENGAN LATAR BELAKANG BUDAYA BATAK, JAWA, MINANG, DAN SUNDA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Carol D. Ryff merupakan penggagas teori Psychological well-being.

BAB I PENDAHULUAN. muncul melalui proses evaluasi masing-masing individu terhadap kehidupannya

Kesejahteraan Psikologis pada Survivor Kanker di Bandung Cancer Society (BCS)

HUBUNGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA ISTRI YANG TINGGAL DI RUMAH MERTUA

BAB II LANDASAN TEORI. sebutan psychosexual hermaphroditism yaitu eksistensi dua seks biologis dalam satu

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari perubahan kognitif, fisik, sosial dan identitas diri. Selain itu, terjadi pula

Bab 2. Landasan Teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab II ini akan menjelaskan Psychological well-being, dimensidimensi

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA SINGLE PARENT MOTHER

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai derajat psychological wellbeing

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk individu dan juga makhluk sosial yang tidak

HUBUNGAN HARGA DIRI DAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA LAJANG DITINJAU DARI BIDANG PEKERJAAN. Susanti Fakultas Psikologi, Universitas Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. 2001). Untuk selanjutnya kaum homoseksual yang berjenis kelamin pria dan

DAFTAR PUSTAKA. Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D Human Development (Psikologi Perkembangan Edisi Kesepuluh). Jakarta: Kencana.

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

Paket 10 PSYCHOLOGICAL WELL BEING

2015 KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan lebih mendalam mengenai teori-teori yang

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesejahteraan Psikologis (Psychological Well-Being) pada buku karangan Aristotetea yang berjudul Nicomacheon Ethics

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dian Lidriani, 2014

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. individu-individu yang memiliki perilaku seksual yang menyimpang. Perilaku

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan Kesejahteraan..., Bayhaqqi, Fakultas Psikologi 2016

PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL. Dwi Rezka Kemala. Ira Puspitawati, SPsi, Msi

Kesehatan Mental. Strategi Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. individu. Kegiatan bekerja dilakukan untuk berbagai alasan seperti; mencari uang,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Duvall & Miller (1985) pernikahan bukan semata-mata legalisasi,

Studi Deskriptif Psychological Well Being pada Ibu yang Memiliki Anak Penderita Autism yang Bersekolah Di SLB-C YPLB Bandung

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. A. Psychological Well-Being. kehidupan berjalan dengan baik. Keadaan tersebut merupakan kombinasi dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama

BAB I PENDAHULUAN. selayaknya mendapatkan perhatian utama baik dari pemerintah maupun. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

BAB I PENDAHULUAN. menjalin relasi sosial. Kebutuhan individu untuk. membangun relasi sosial meningkat seiring bertambahnya

BAB I PENDAHULUAN. yang beragam dan terus bertambah seiring dengan pertumbuhan manusia,

KEBAHAGIAAN DAN KETIDAKBAHAGIAAN PADA WANITA MENIKAH MUDA

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Sumber daya manusia itu sendiri dapat dirincikan menjadi seorang

BAB I PENDAHULUAN. dengan norma di suatu lingkungan masyarakat (Santoso, 2003). Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. hukum suatu negara yang dibangun dengan tujuan untuk aktivitas religius. Gereja termasuk ke

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kesepian atau loneliness didefinisikan sebagai perasaan kehilangan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam sepanjang hidupnya individu mempunyai tugas perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. tetapi di dalam kehidupan rumah tangga sering terjadi berbagai konflik. Konflik

BAB I PENDAHULUAN. yang paling dinanti-nantikan. Pada pasangan yang sulit memiliki anak, segala

BAB I PENDAHULUAN. masa untuk menjadi sakit sakitan, sesuatu hal buruk, mengalami penurunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa dimana peserta didik bergaul, belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. melalui tahap intimacy vs isolation. Pada tahap ini, individu berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Prosiding Psikologi ISSN:

BAB II LANDASAN TEORI

PERKEMBANGAN SOSIO-EMOSIONAL PADA MASA DEWASA AWAL

BAB III METODE PENELITIAN

SM, 2015 PROFIL PENERIMAAN DIRI PADA REMAJA YANG TINGGAL DENGAN ORANG TUA TUNGGAL BESERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYA

BAB II LANDASAN TEORI. Teori kesejahteraan psikologis yang menjelaskan sebagai pencapaian penuh dari potensi

BAB II LANDASAN TEORI

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN...i. KATA PENGANTAR.ii. ABSTRAK..v. DAFTAR ISI..vi. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR DIAGRAM.xi. DAFTAR LAMPIRAN..

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN...ii. KATA PENGANTAR...iii. DAFTAR ISI..vi. DAFTAR BAGAN.ix. DAFTAR TABEL...x. DAFTAR LAMPIRAN.xi BAB I PENDAHULUAN...

BAB II LANDASAN TEORI. Teori tentang psychological well-being dikembangkan oleh Ryff. Ryff

BAB I PENDAHULUAN. lembaga kesejahteraan sosial yang mempunyai kewajiban untuk memberikan

para1). BAB I PENDAHULUAN

PSYCHOLOGICAL WELL-BEING WANITA YANG MENJADI ISTRI KEDUA DALAM PERNIKAHAN POLIGAMI SKRIPSI. Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan

KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS DITINJAU DARI DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA. (Psychological Well-Being Review From Family Social Support)

GAMBARAN KECERDASAN EMOSI DAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING TENAGA PENDIDIK DI PROVINSI DKI JAKARTA

BAB 2 Tinjauan Pustaka

Prosiding Psikologi ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. kanker di negara-negara berkembang. Kanker serviks adalah kanker yang tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi serta restrukturisasi organisasi, begitu pula di Indonesia.

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Aristoteles yang selanjutnya dalam ilmu psikologi menjadi istilah

akan menjadi lebih bahagia. Faktor internal juga menjadi penentu penting yang individu miliki untuk menentukan kebahagiaan mereka khususnya saat

KEBERMAKNAAN HIDUP PADA JANDA.

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Hasil Presentase Pernikahan Dini di Pedesaan dan Perkotaan. Angka Pernikahan di Indonesia BKKBN (2012)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI Dina Meyraniza Sari,2013

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam pembentukan karakter bangsa. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. manusia menggunakan fungsi panca indera dan bagian-bagian tubuh lainnya, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh karyawan lebih dari sekedar kegiatan yang berhubungan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. potensi individu dimana individu dapat menerima kekurangan dan kelebihan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Definisi Psychological Well Being

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Setelah kurang lebih lima hingga sepuluh tahun, HIV ini dapat berubah menjadi

DAFTAR PUSTAKA. Papalia, D. E, Stems, H. L, Feldman, R. D. & Camp, C. J. (2002). Adult Development and Aging (2 nd ed). New York:McGrawHill

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang dapat dicapai oleh individu. Psychological well-being adalah konsep keberfungsian

BAB I PENDAHULUAN. cinta, seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan individu dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang ini untuk mendapatkan pekerjaan sangat sulit contohnya

Harga Diri, Dukungan Sosial dan Psychological Well Being Perempuan Dewasa yang Masih Lajang

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Transkripsi:

PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Psikologi Disusun oleh : RIZKIAN TIARA DYAH PRADIPTA F 100 110 140 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015 i

PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Syaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Disusun oleh : Rizkiana Tiara Dyah Pradipta F 100110140 Kepada FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015 i

PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA Yang Diajukan Oleh : RIZKIANA TIARA DYAH PRADIPTA F 100 110 140 Telah disetujui untuk dipertahankan di depan Dewan Penguji Telah disetujui oleh : Pembimbing Dra. Juliani Prasetyaningrum, M.Si 13 Oktober 2015 ii

PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA Yang Diajukan Oleh : RIZKIANA TIARA DYAH PRADIPTA F 100 110 140 Penguji Utama Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal 27 Oktober 2015 Dan dinyatakan telah memenuhi syarat. Dra. Juliani Prasetyaningrum, M.Si Penguji Pendamping I Dra. Partini, M.Si Penguji Pendamping II Dra. Zahrotul Uyun, M.Si Surakarta, 27 Oktober 2015 Universitas Muhammadiyah Surakarta Fakultas Psikologi Dekan Taufik, M.Si, Phd iii

PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA Rizkiana Tiara Dyah Pradipta Juliani Prasetyaningrum tiaradyah21@gmail.com Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta ABSTRAKSI Wanita dewasa yang belum menikah dianggap sebagai suatu hal yang tidak sesuai dengan nilai yang ada pada masyarakat umumnya, karena masyarakat menilai bahwa menikah merupakan salah satu kewajiban yang harus dijalani oleh wanita. Masalah umum yang ditemui oleh orang dewasa yang masih melajang biasanya mencangkup relasi akrab dengan orang dewasa lainnya, menghadapai kesepian dan menemukan posisi yang sesuai dalam masyarakat yang berorientasi pada pernikahan. Sedangkan psychological well being adalah kondisi seseorang yang dapat menerima dirinya apa adanya, dapat mengembangkan potensi yang dimiliki untuk mencapai tujuan hidupnya serta aktif dalam membangun hubungan dengan lingkungan sekitar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan gambaran psychological well being pada wanita lajang dewasa madya. Informan penelitian berjumlah 3 orang, pemilihan informan menggunakan purposive sampling dengan karakteristik wanita berusia 40-60 tahun yang belum pernah menikah dan sedang tidak menjalin percintaan dengan siapa pun. Pengumpulan data menggunakan metode wawancara dan observasi. Hasil penelitian yang didapat mengenai gambaran psychological well being pada wanita lajang dewasa madya yang pendidikan tinggi menekankan pada mengembangkan penghargaan hubungan dengan orang lain sedangkan gambaran psychological well being pada wanita lajang dewasa madya yang pendidikan rendah lebih menekankan pada pemenuhan kebutuhan individu mereka sendiri. Kata kunci : psychological well being, wanita lajang dewasa madya 1

PENDAHULUAN Pandangan masyarakat menilai wanita dewasa yang belum menikah sebagai suatu hal yang tidak sesuai dengan nilai yang ada pada masyarakat umumnya, karena masyarakat menilai bahwa menikah merupakan salah satu kewajiban yang harus dijalani oleh wanita. Oleh karena itu, wanita dewasa yang belum menikah dianggap sebagai masalah, dan status para wanita lajang ini dianggap sebagai suatu hal yang perlu diperbaiki. Dalam Hurlock (2003), pada masyarakat tradisional melajang merupakan hal yang tidak wajar. Kebanyakan masyarakat memandang status pernikahan sebagai hal yang penting bagi wanita. Masyarakat biasanya akan melabeli mereka dengan sebutan perawan tua. Sebutan perawan tua ini biasa diberikan oleh masyarakat kepada wanita berumur yang belum menikah. Menurut Sudiro dalam Susanti (2012), wanita yang belum menikah baik karena belum menemukan pasangan yang tepat atau belum ingin menikah, kerap kali mendapatkan label sebagai perawan tua, tidak laku, banyak memilih dari masyarakat. Jika dilihat dari tugas perkembangannya, menikah merupakan salah satu tugas perkembangan pada masa dewasa awal. Sumanto (2014), masa dewasa awal (early adulthood) dimulai pada usia 22 thn 40 thn dimana merupakan masa pencarian kemantapan dan masa reproduktif yaitu suatu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi sosial, periode komitmen dan penyesuaian diri pada pola hidup yang baru. Menurut Erikson, jika seseorang gagal mengembangkan relasi intim di masa dewasa awal, maka kemungkinan ia akan mengalami isolasi serta mengakibatkan individu akan mencari letak kesalahannya yang sering kali mengarah pada depresi dan sikap tidak mempercayai orang lain (Santrock, 2012). Menurut Erikson yang dikutip oleh Santrock (2012), masalah umum yang ditemui oleh orang dewasa yang masih melajang biasanya mencangkup relasi akrab 1

dengan orang dewasa lainnya, menghadapai kesepian dan menemukan posisi yang sesuai dalam masyarakat yang berorientasi pada pernikahan. Perlakuan masyarakat terhadap status pernikahan seorang wanita menjadi salah satu faktor dalam membentuk kesejahteraan psikologis. Hal ini didukung oleh penelitian Kim dan McKenry yang dikutip oleh Susanti (2012) bahwa wanita yang menikah memiliki tingkat kesejahteraan psikologis yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang tidak menikah, hal tersebut disebabkan karena adanya berbagai sumber dukungan sosial yang diperoleh. Seseorang yang memiliki psychological well-being akan merasa nyaman, damai, dan bahagia serta dapat menjalankan fungsinya sebagai manusia secara positif. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai fenomenya diatas, maka peneliti akan mengadakan penelitian dengan judul Psychological Well- Being pada wanita lajang dewasa madya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan gambaran psychological well being pada wanita dewasa madya yang belum menikah. Menurut Ryff (1989), psychological well being merupakan deskripsi yang menekankan pada penerimaan diri dari kehidupan masa lalu dan masa depan, memiliki dan membangun sikap positif terhadap diri sendiri serta orang lain, serta memiliki perasaan empati dan kasih sayang untuk sesama, merasa mampu untuk mengambil keputusan, memiliki kemampuan untuk mengatur lingkungan disekitarnya agar sesuai tujuan hidupnya dan mengembangan potensinya kearah aktualisasi diri. Deci & Ryan (2002), mengemukakan dua perspektif mengenai well being. Yang pertama disebut sebagai hedonism, perspektif hedonism memandang well being sebagai kesenangan atau kebahagiaan. Yang kedua adalah eudaimonic, perspektif eudaimonism memandang well being tidak hanya sekedar kebahagiaan, namun juga menekankan pada aktualisasi potensi manusia. 2

Menurut Synder dan Lopez yang dikutip oleh Tenggara (2008), kesejahteraan psikologis bukan hanya merupakan ketiadaan penderitaan, namun kesejahteraan psikologis meliputi ketertarikan aktif dalam dunia, memahami arti dan tujuan dalam hidup dan hubungan seseorang pada objek ataupun orang lain Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa psychological well being merupakan kondisi dimana seseorang dapat menerima dirinya apa adanya, mengembangkan potensi yang dimiliki untuk mencapai tujuan hidupnya serta aktif dalam membangun hubungan dengan lingkungan sekitar. Dalam Ryff (1989) & Ryff&Singer (1996), aspek-aspek yang menyusun psychologycal wellbeing antara lain : 1. Penerimaan diri (self acceptance) Penerimaan diri didefinisikan sebagai pusat kesehatan mental, karakteristik aktualisasi diri, berfungsi optimal, dan kedewasaan. Penerimaan diri berarti suatu kondisi dimana individu dapat menerima segala kekurangan dan kelebihan yang ada pada dirinya. 2. Hubungan positif dengan orang lain (positive relations with others) Digambarkan dengan adanya perasaan empati untuk orang lain, mampu untuk mencintai dan membangun persahabatan dengan individu lain. 3. Otonomi (autonomy) Digambarkan dengan individu yang mampu menampilakan sikap kemandirian, bebas menentukan nasibnya sendiri, dan mengevaluasi diri sendiri dengan standar pribadi. 4. Penguasaan Lingkungan (environmental mastery) Didefinisikan sebagai kemampuan individu untuk memilih atau menciptakan lingkungan yang cocok untuk kondisi dirinya, dan mengendalikan lingkungan yang kompleks serta menekankan sejauh mana individu mengambil keuntungan dari peluang yang ada di lingkungan. 3

5. Tujuan Hidup (purpose in life) Menjelaskan tentang kemampuan seseorang dalam mencapai maksud dan tujuan hidupnya. Individu yang memiliki tujuan hidup akan lebih memaknai hidupnya di masa sekarang dan masa lalu, sadar akan arah hidupnya, serta memegang keyakinan yang memberikan tujuan hidup. 6. Pertumbuhan Pribadi (personal growth) Digambarkan bahwa individu terus mengembangkan potensi yang dimiliki untuk tumbuh dan berkembang sebagai pribadi. Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri sendiri dan menyadari potensi seseorang merupakan perspektif pertumbuhan pribadi. Menurut Ryff & Singer (1996) faktor yang mempengaruhi psychological well being pada seseorang, yaitu : a. Usia b. Jenis Kelamin c. Budaya d. Tingkat Pendidikan dan Pekerjaan Istilah lajang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), merupakan sebutan bagi mereka yang belum menikah dalam arti belum pernah mempunyai suami atau istri. Stein yang dikutip dalam Susanto & Haryoko (2010) bahwa orang yang lajang adalah orang yang tidak menikah, sedang tidak terlibat dalam hubungan romantis dengan seseorang, dan tidak memiliki teman hidup yang tinggal bersama-sama. Batasan usia pada masa dewasa madya dimulai pada usia 40 tahun sampai 60 tahun (Sumanto, 2014). Santrock (2011), masa dewasa menengah sebagai periode perkembangan yang dimulai pada usia kurang lebih 40 tahun hingga 60 atau 65 tahun. Sehingga disimpulkan bahwa wanita lajang dewasa madya adalah wanita yang berusia antara 40 tahun hingga 60 tahun yang belum pernah terlibat dalam hubungan dengan lawan jenisnya dalam ikatan perkawinan. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan 4

metode pengumpulan data menggunakan wawancara dan observasi. Informan yang digunakan berjumlah 3 orang. Pemilihan informan mengggunakan purposive sampling. Melalui purposive sampling, informan dipilih berdasarkan kriteria wanita berusia 40-60 tahun yang belum pernah menikah. Teknik analisis data yang digunakan menggunakan analisis deskriptif. Hasil wawancara dan observasi dikelompokkan, kemudian memberikan coding dan kategorisasi untuk mendeskripsikan tema-tema yang muncul kemudian digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN Psychological well being memandang kesejahteraan bukan hanya kebahagiaan saja namun juga menekankan pada aktualisasi potensi yang dimiliki oleh seseorang. Dalam Maslow (Feist, 2011) tahapan tertinggi dari hierarchy of needs adalah kebutuhan akan aktualisasi diri, manusia akan bekerja keras untuk mendapatkan aktualisasi dari potensi diri mereka ketika telah meraih kepuasan dari kebutuhan yang mendasar. Informan S dan K merasa hidupnya lebih baik ketika telah memiliki pekerjaan dan telah memiliki uang sendiri. Dalam hierarchy of needs S dan K masih berada dalam kebutuhan fisiologis. Hal ini sesuai dengan Maslow (Feist, 2011) bahwa kebutuhan mendasarkan dari setiap manusia adalah kebutuhan fisiologis, jika kebutuhan ini tidak tercukupi manusia akan mencurahkan kemampuannya untuk memenuhi ini. S dan K dulu merasa hidupnya susah ketika belum memiliki pekerjaan sehinggga ingin menjadi orang lain namun setelah mendapat pekerjaan dan memiliki uang sendiri, S dan K telah mampu untuk menikmati hidupnya dan menerima keadaan dirinya. Informan I telah memiliki pekerjaan tetap sebagai seorang guru dengan penghasilan tetap setiap bulannya yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehingga I telah mampu mencukupi 5

kebutuhan fisiologisnya. I lebih aktif dalam segala kegiatan yang ada di lingkungan masyarakat dan lingkungan pekerjaan seperti mengikuti pengajian arisan, aktif sebagai pembina pramuka, ikut menengok teman yang sakit. Dalam hierarchy of needs, I berada dalam kebutuhan akan penghargaan. Hal ini sesuai dengan Maslow (Feist, 2011) bahwa ketika semua kebutuhan dibawahnya telah terpenuhi, kebutuhan seseorang akan naik ke tingkat selanjutnya. Kebutuhan penghargaan merupakan perasaan seseorang bahwa dirinya bermanfaat bagi orang lain serta pengakuan yang dimiliki seseorang dilihat dari sudut pandang orang lain. KESIMPULAN Gambaran psychological well being pada wanita lajang dewasa madya yang pendidikan tinggi menekankan pada mengembangkan hubungan dengan orang lain. Mereka telah memiliki pekerjaan dengan penghasilan tetap yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis mereka. Mereka merasa potensi mereka teraktualisasi ketika dapat ikut serta berpartisipasi aktif dalam segala kegiatan yang ada dalam lingkungan masyarakat dan lingkungan pekerjaan sehingga mereka dapat bermanfaat bagi orang lain. Gambaran psychological well being pada wanita lajang dewasa madya yang pendidikan rendah lebih menekankan pada pemenuhan kebutuhan individu mereka sendiri. Mereka merasa bahagia ketika mendapatkan pekerjaan dan memiliki penghasilan sendiri yang dapat digunakan untuk memenuhi segala kebutuhan mereka. SARAN 1. Bagi para informan untuk lebih mengembangkan potensi yang dimiliki agar keberadaannya diakui oleh masyarakat, dan memperluas dan menjalin relasi baik dengan orang orang sekitar. 2. Bagi para wanita yang memiliki pengalaman yang hampir sama agar lebih memikirkan apa yang dapat dilakukan bagi orangorang disekitarnya, tetap menjalin hubungan baik dengan orang lain dan bersoasialisasi dengan lingkungan sekitar agar 6

memiliki psychological well being. 3. Bagi masyarakat agar dapat lebih memahami mengapa beberapa wanita masih melajang di usia dewasa madya dan menerima keberadaan mereka karena wanita-wanita tersebut ingin ikut berperan aktif dalam masyarakat. 4. Bagi peneliti lain yang tertarik dengan tema ini dapat menggunakan hasil penelitian sebagai data awal untuk meneliti wanita lajang dewasa madya. DAFTAR PUSTAKA Deci, E. M., & Ryan, R. M. (2001). On Happiness And Human Potentials : A Review of Research on Hedonic and EudaimonicWell-Being. Annual Reviews of Psychology, 52, 141-166. Hurlock, E. B. (2003). Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang kehidupan. Jakarta: Erlangga. Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2009). Human Development. Jakarta: Salemba Humanika. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Ryff, C. D. (1989). Happiness Is Everything, or Is It? Explorations on the Meaning of Psychological Well-Being. Journal of Personality and Social Psychology, 57 (6), 1069-1081. Ryff, C. D., & Singer, B. (1996). Psychological Well Being : Meaning, Measurment and Implication for Psychotherapy Research. Journal of Psychoterapy and Psychosomatics, 65, 14-23. Santrock, J. W. (2012). Life Span Development : Perkembangan Masa Hidup Buku 2. Jakarta: Erlangga. Sumanto. (2014). Psikologi Perkembangan Fungsi dan Teori. Yogyakarta: Center of Academic Publishing Service. Susanti. (2012). Hubungan Harga Diri Dan Psychological Well Being Pada Wanita Lajang Ditinjau Dari Bidang Pekerjaan. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, 1 (1), 1-8. Susanto, P., & Haryoko, F. (2010). Gambaran Konsep Diri Pada Wanita Berkarier Sukses Yang Belum Menikah. Insan, 2 (1), 11-20. Tenggara, H., Zamralita, & Suyasa, P. Y. (2008). Kepuasan Kerja Dan Kesejahteraan Psikologis 7

Karyawan. Phronesis Jurnal Ilmiah Psikologi Industri dan Organisasi, 10 (1), 96-115. 8