BAB I PENDAHULUAN. Proses pengolahan simplisia di Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar I-1

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan

BAB I PENDAHULUAN. Kunyit adalah salah satu tanaman rempah yang sering kita jumpai hampir

BAB I PENDAHULUAN UKDW. meningkatkan kesehatan. Salah satu jenis tanaman obat yang potensial, banyak

PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG

I. PENDAHULUAN. ditingkatkan dengan penerapan teknik pasca panen mulai dari saat jagung dipanen

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, perumusan masalah, tujuan serta manfaat dari penelitian yang

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akan kesehatan. Gaya hidup yang kembali ke alam (Back to nature)

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dibandingkan sesaat setelah panen. Salah satu tahapan proses pascapanen

METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman herbal merupakan jenis-jenis tanaman yang memiliki fungsi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V ANALISA HASIL PERHITUNGAN DAN PENGUJIAN

dengan optimal. Selama ini mereka hanya menjalankan proses pembudidayaan bawang merah pada musim kemarau saja. Jika musim tidak menentu maka hasil

III. PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN OBAT SECARA UMUM

BAB I PENDAHULUAN. terbang (essential oil, volatile oil) dihasilkan oleh tanaman. Minyak tersebut

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan komoditas sektor perkebunan yang cukup strategis di. Indonesia. Komoditas kopi memberikan kontribusi untuk menopang

TEKNIK PENGERINGAN HASIL PERTANIAN ( SMTR VII)

SIMPULAN UMUM 7.1. OPTIMISASI BIAYA KONSTRUKSI PENGERING ERK

I. PENDAHULUAN. Beras adalah buah padi, berasal dari tumbuh-tumbuhan golongan rumputrumputan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Komoditas hasil pertanian, terutama gabah masih memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia sebagaian besar bekerja sebagai petani, Oleh karena itu, banyak usaha kecil menengah yang bergerak

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

SOP PASCAPANEN TANAMAN OBAT (RIMPANG)

PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

BAB I PENDAHULUAN. sirkulasi udara oleh exhaust dan blower serta sistem pengadukan yang benar

BAB I PENDAHULUAN. dan hasil pertanian merupakan bentuk dari proses pengeringan. Melalui proses

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kembali ke alam (back to nature), kini menjadi semboyan masyarakat modern. Segala sesuatu yang selaras, seimbang

MODUL 3 PENGOLAHAN IKAN TERI ASIN

III. METODE PENELITIAN. dan di Ruang Gudang Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

BAB I PENDAHULUAN. atau Arecaceae dan anggota tunggal dalam marga Cocos. Tumbuhan ini

TEKNOLOGI PASCAPANEN BAWANG MERAH LITBANG PASCAPANEN ACEH Oleh: Nurbaiti

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 PERHITUNGAN JUMLAH UAP AIR YANG DI KELUARKAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. dunia yang melibatkan beberapa negara konsumen dan banyak negara produsen

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama

E.2. Perancangan standard operating procedures (SOP)...

SOAL PELATIHAN PENANGANAN PASCA PANEN CABE MERAH Oleh : Juwariyah BP3 K Garum. Berilah Tanda Silang (X) Pada Jawaban Yang Saudara Anggap Paling Benar!

BAB I PENDAHULUAN. pengeringan hingga kadar airnya menurun dan tahan terhadap. mikroba dan jamur, sehingga bisa disimpan dalam waktu cukup

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan

BAB I PENDAHULUAN. Suatu masalah yang banyak dihadapi oleh negara-negara di dunia

I. PENDAHULUAN. Potensi sumber daya ikan laut Indonesia pada tahun 2006 sebesar 4,8 juta ton dan

BAB I PENDAHULUAN. Sorgum manis (Sorghum bicolor L. Moench) merupakan tanaman asli

PENGEMBANGAN ALAT PENGERING SIMPLISIA JAHE MENGGUNAKAN SUMBER PANAS SINAR MATAHARI DENGAN BACKUP PANAS KOMPOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh subur di Indonesia. Semua bagian pohon kelapa dapat dimanfaatkan

PENENTUAN KONSEP PERANCANGAN ALAT PENGERING SIMPLISIA JAHE MENGGUNAKAN SUMBER PANAS SINAR MATAHARI DENGAN BACKUP PANAS KOMPOR BIOMASSA

TANAMAN BERKHASIAT OBAT. By : Fitri Rahma Yenti, S.Farm, Apt

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

PENGOLAHAN BUAH LADA

Gambar 8. Profil suhu lingkungan, ruang pengering, dan outlet pada percobaan I.

PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam SNI (2002), pengolahan karet berawal daripengumpulan lateks kebun yang

PENGEMBANGAN ALAT PEMOTONG KUNYIT UNTUK SIMPLISIA DI KLASTER BIOFARMAKA KARANAGANYAR

MENENTUKAN JUMLAH KALOR YANG DIPERLUKAN PADA PROSES PENGERINGAN KACANG TANAH. Oleh S. Wahyu Nugroho Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

PENDAHULUAN. Masyarakat kita sudah sejak lama mengenal tanaman obat. Saat ini

Permasalahan bila padi tidak segera dikeringkan ialah : 1. Secara teknis apabila gabah tidak segera dikeringkan akan terjadi kerusakan pada butir

BAB I PENDAHULUAN. Kacang tanah merupakan komoditas pertanian yang penting karena banyak

BAB VI JALAN ALTERNATIF MEMBANGUN KESEJAHTERAAN PETANI REMPAH-REMPAH. Rempah-rempah atau empon-empon yang dikenal oleh masyarakat Desa

E.12. Penetapan harga pokok produksi (HPP) produk rimpang temulawak...

KAJIAN RUMAH PLASTIK PENGERING KOPRA KASUS DESA SIAW TANJUNG JABUNG TIMUR. Kiki Suheiti, Nur Asni, Endrizal

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING PISANG DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 4,5 kg PER-SIKLUS

Tenaga Uap (PLTU). Salah satu jenis pembangkit PLTU yang menjadi. pemerintah untuk mengatasi defisit energi listrik khususnya di Sumatera Utara.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1:

GAMBARAN UMUM KEBUN UNIT KONSERVASI BUDIDAYA BIOFARMAKA (UKBB)

TEKNOLOGI PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN UNTUK MENINGKATKAN MUTU JAGUNG DITINGKAT PETANI. Oleh: Ir. Nur Asni, MS

Rancang Bangun Alat Pengering Simplisia. Serta Optimalisasi Waktu dan Temperatur Pengeringan. Guna Meningkatkan Produktivitas Industri Kecil

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Deskripsi Alat Pengering Yang Digunakan Deskripsi alat pengering yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Temperatur udara masuk kolektor (T in ). T in = 30 O C. 2. Temperatur udara keluar kolektor (T out ). T out = 70 O C.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

PENGARUH PENGERINGAN TERHADAP MUTU SIMPLISIA TEMULAWAK DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

PENANGANAN PASCA PANEN

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA

I. PENDAHULUAN. Tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan salah satu tanaman yang

BAHAN DAN METODE. penelitian ini dilakukan di Gang Metcu, Desa Guru Singa, Kecamatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYIMPANAN PADA BIJI-BIJIAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Salah satu komoditas pangan yang patut dipertimbangkan untuk dikembangkan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap masyarakat atau suku bangsa pada umumnya memiliki berbagai

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini menguraikan beberapa hal pokok mengenai penelitian ini, yaitu latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, asumsi, dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Simplisia merupakan bahan alami yang digunakan untuk obat tradisional dan belum mengalami perubahan proses apa pun, kecuali proses pengeringan (Rukmi, 2009). Simplisia telah lama dikenal masyarakat sebagai bahan dasar obat tradisional yang bermanfaat untuk mengobati suatu penyakit tanpa menimbulkan efek samping apapun. Agar dapat bermanfaat dengan optimal simplisia harus memenuhi syarat sebagai simplisia yang aman, berkhasiat dan bermutu baik. Simplisia yang aman dan berkhasiat adalah simplisia yang tidak mengandung bahaya bagi kesehatan serta simplisia yang masih mengandung bahan aktif yang berkhasiat bagi kesehatan (Herawati dkk., 2012). Jenis simplisia sangat beragam, terutama simplisia jenis tumbuhan. Simplisia jenis tumbuhan merupakan simplisia yang diambil dari bagian tumbuhan yang dapat dimanfaatkan seperti daun, bunga, buah, biji, rimpang, batang dan akar. Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar merupakan kelompok tani biofarmaka pembudidaya tanaman rimpang dan simplisia di wilayah Kabupaten Karanganyar. Komoditi andalan kelompok tani tersebut berupa jahe, kunyit, temulawak, kencur, lengkuas, kunir putih, bengkle, temu kunci, kunyit rasa mangga, dan temu ireng. Kunyit merupakan salah satu tanaman rimpang yang paling banyak dibudidayakan. Hasil panen rimpang biasanya dijual dalam bentuk segar atau yang sudah diolah dalam bentuk simplisia. Simplisia mempunyai harga jual lebih tinggi dibandingkan dengan harga rimpang segar. Rimpang segar dan simplisia biasa dipasarkan ke industri jamu yang ada seperti PT Sidomuncul, PT Airmancur dan B2P2TO-OT. Proses pengolahan simplisia di Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi tahap-tahap penyortiran, commit pencucian, to user pengecilan ukuran (pemotongan), I-1

pengeringan dan penyortiran kering. Dari beberapa tahap tersebut tahap pengeringan simplisia merupakan tahap yang kritis karena mempengaruhi kualitas produk akhir dari simplisia. Pengeringan simplisia bertujuan mengurangi kadar air simplisia sehingga simplisia tidak mudah rusak, berjamur, atau kandungan bahan aktif berubah jika disimpan dalam waktu yang cukup lama (Sadewo, 2009). Menurut salah satu artikel dalam website Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) kualitas simplisia kering yang baik mempunyai kadar air ± 8-10%. Standar Balittro juga menjelaskan untuk proses pengeringan yang baik dilakukan pada suhu sekitar 40 0-60 0 C dengan tingkat kelembaban kurang dari 55% (Sembiring, 2007). Olahan rimpang dalam bentuk simplisia pada klaster ini menimbulkan permasalahan pada kualitas simplisia yang dihasilkan. Berdasarkan observasi dan wawancara mengenai proses pembuatan simplisia, pada tahap pengeringan simplisia masih mengalami beberapa masalah. Pengeringan simplisia dilakukan dengan cara dijemur langsung di bawah sinar matahari. Kualitas sebagian simplisia yang dihasilkan pun kurang baik pada segi kebersihan dan warnanya. Hal tersebut disebabkan karena simplisia yang dijemur ditempat terbuka terkontaminasi oleh lingkungan seperti cemaran udara kotor dan debu yang menyebabkan warna simplisia tidak cerah dan kotor. Selain itu penjemuran langsung mempunyai laju pengeringan yang lamban dan tidak menentu yang dapat memperlambat proses pengeringan. Padahal di daerah ini pancaran sinar matahari tergolong terik. Penjemuran secara langsung memerlukan waktu 7-9 hari tergantung cuaca. Tidak keringnya simplisia dalam waktu singkat menyebabkan adanya proses pemindahan simplisia dari tempat pengeringan ke gudang untuk disimpan dan dijemur kembali pada hari berikutnya. Selain itu, gudang yang digunakan untuk tempat penyimpanan masih kurang memenuhi syarat untuk penyimpanan simplisia. Gudang tempat penyimpanan simplisia tertutup dan mempunyai sedikit ventilasi. Keadaan tersebut membuat udara sekitar gudang menjadi lembab dan simplisia berpotensi untuk tumbuh jamur. Kondisi simplisia yang kualitasnya tidak baik membuat simplisia tidak dapat diterima dipasaran terutama di industri jamu. I-2

Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar sebenarnya sudah mempunyai alat pengering simplisia berupa oven berbahan bakar gas dari Dinas Pertanian Kabupaten Karanganyar. Namun setelah dilakukan uji coba untuk mengeringkan simplisia, alat tersebut bekerja kurang maksimal. Setelah sekitar ±12 jam alat dioperasikan, simplisia tidak kering secara merata yang menyebabkan simplisia harus dijemur kembali di ruang terbuka. Selain itu, alat pengering ini mengkonsumsi 2 tabung gas 12 kg yang dirasa pengelola klaster sangat berat untuk biaya operasionalnya. Pengelola klaster mengharapkan proses pengeringan ini menggunakan sumber daya energi yang tidak memerlukan pembiayaan. Berdasarkan permasalahan yang muncul dalam pengolahan rimpang di Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar maka diperlukan rancangan alat pengering simplisia. Alat pengering simplisia yang dibutuhkan adalah alat yang tidak memerlukan biaya operasional yaitu dengan memaksimalkan pemanfaatan panas dari sinar matahari. Panas sinar matahari diplih karena tidak menimbulkan efek negatif terhadap simplisia seperti bau, cemaran bahan kimia dan kotoran yang dibandingkan dengan alternatif energi lain seperti gas, biomasa, batubara, dll. Selain itu, alat tersebut dirancang untuk menjaga kualitas simplisia hingga siap dipasarkan. Rancangan alat pengering simplisia ini diharapkan dapat dibuat dan dikembangkan petani karena konsep teknologi dan material yang sangat mudah untuk ditiru. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan yaitu bagaimana merancang alat pengering simplisia dengan pemanfaatan panas dari sinar matahari. 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini : 1. Membuat rancangan alat pengering simplisia menggunakan tenaga matahari yang sesuai dengan kebutuhan petani rimpang. 2. Melakukan pengujian kinerja alat pengering simplisia yang dihasilkan. I-3

1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu membantu petani rimpang dalam melakukan proses pengeringan simplisia untuk mendapatkan kualitas yang baik melalui rancangan alat pengering yang telah dibuat. 1.5 Batasan Masalah Agar pembahasan lebih terarah, penelitian dilakukan dengan pembatasan sebagai berikut : 1. Kinerja alat pengering didasarkan pada nilai laju pengeringan yang ditentukan oleh parameter-parameternya (temperatur wadah pengeringan, kelembaban wadah pengeringan dan laju udara pada inlet) pada saat wadah kosong. 2. Software yang digunakan dalam pembuatan gambar rancangan 2D dan 3D alat pengering yaitu SolidWorks 2012. 1.6 Asumsi Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Temperatur awal objek yang dikeringkan dianggap sama dengan temperatur kamar sebesar 27 0 C. 2. Laju udara di outlet (exhaust) sama dengan dalam laju udara pada inlet. 3. Kalor jenis simplisia kering sama dengan kalor jenis kayu. 4. Pada perhitungan laju penguapan proses penguapan terjadi pada pengeringan siang hari pukul 09.00-16.00. 1.7 SISTEMATIKA PENULISAN Sistematika penulisan dibuat agar dapat memudahkan pembahasan penyelesaian masalah dalam penelitian ini. Penjelasan mengenai sistematika penulisan, sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan berbagai hal mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, asumsi penelitian dan sistematika penulisan. I-4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menguraikan teori-teori yang akan dipakai untuk mendukung penelitian, sehingga perhitungan dan analisis dilakukan secara teoritis. Tinjauan pustaka diambil dari berbagai sumber yang berkaitan langsung dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini berisi tahapan yang dilalui dalam penyelesaian masalah secara umum yang berupa gambaran terstruktur dalam bentuk flowchart sesuai dengan permasalahan yang ada mulai dari studi pendahuluan, pengumpulan data, pengolahan data dan analisis. BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Bab ini berisi data-data yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah, kemudian dilakukan pengolahan data secara bertahap. BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini memuat uraian analisis dan intepretasi dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini menguraikan target pencapaian dari tujuan penelitian dan kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan masalah. Bab ini juga menguraikan saran dan masukan bagi kelanjutan penelitian. I-5