SOP PASCAPANEN TANAMAN OBAT (RIMPANG)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SOP PASCAPANEN TANAMAN OBAT (RIMPANG)"

Transkripsi

1 SOP PASCAPANEN TANAMAN OBAT (RIMPANG) KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA DIREKTORAT BUDIDAYA DAN PASCAPANEN SAYURAN DAN TANAMAN OBAT 2011

2 PENGARAH : Direktur Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat TIM PENYUSUN : Ir. Ndarie Indartiyah Ir. Irma Siregar Ir. Yogawati Dwi Agustina Ir. Muhammad Yusron Ir. Dedy Suharyadi Drs. Edy Djauhari, PK, M.Si Ir. Jajat Sudrajat Budi Hartono, SP, M.Si Weni Fika, S.TP Darsini Euis Kusmiati Suryana ISBN : Hak Cipta dilindungi oleh Undang-Undang Dilarang mencetak dan menerbitkan sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara dan dalam bentuk apapun tanpa seizin penerbit.

3 KATA PENGANTAR Penanganan pascapanen tanaman obat merupakan suatu hal yang sangat penting dalam upaya meningkatkan mutu dan penampilan produk, sehingga untuk mencapai tujuan tersebut, perlu upaya penanganan yang terencana secara baik terutama rimpang (simplisia) yang banyak digunakan sebagai bahan baku industri jamu. Namun, saat ini pedoman atau acuan tentang penanganan pascapanen rimpang (simplisia) ini dirasakan masih sangat terbatas. Oleh karena itu, diperlukan Standar Operational Prosedur (SOP) Rimpang (Simplisia) yang mengacu kepada panduan atau Pedoman Penanganan Pascapanen Rimpang (Simplisia) yang Baik. Diharapkan buku SOP Pascapanen Rimpang (Simplisia) ini dapat bermanfaat sebagai pedoman bagi para petugas/penyuluh serta pelaku usaha/petani untuk memperbaiki dan meningkatkan penguasaan teknologi pascapanen tanaman obat terutama rimpang (simplisia) serta menekan kehilangan hasil dan mempertahankan umur simpan. Buku pedoman pascapanen ini dibuat secara komperhensif, yang berisikan teknis SOP Pascapanen Tanaman Obat (Rimpang) i

4 penanganan pasca panen rimpang (simplisia), mulai dari pemanenan, pencucian, penyortiran, perajangan, pengeringan, pengemasan dan pelabelan serta penyimpanan. Diharapkan buku pedoman ini dapat bermanfaat bagi petani dan petugas teknis terutama di daerah-daerah sentra produksi tanaman obat, sehingga penanganan pascapanen tanaman obat ini dapat dilaksanakan secara optimal. Buku SOP ini selalu terbuka untuk perbaikan dan penyempurnaan dari waktu ke waktu sesuai dengan perkembangan situasi serta kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek). Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Pedoman SOP Pascapanen Rimpang (Simplisia) ini, kami menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya. Semoga buku ini bermanfaat. Jakarta, Mei 2011 Direktur, Dr. Ir. Yul Harry Bahar ii SOP Pascapanen Tanaman Obat (Rimpang)

5 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR GAMBAR... iv I. PENYIAPAN BAHAN BAKU SEGAR... 1 II. PENYORTIRAN AWAL... 4 III. PENCUCIAN... 7 IV. PENIRISAN V. PERAJANGAN VI. PENGERINGAN VII. PENYORTIRAN AKHIR VIII. PENGEMASAN DAN PELABELAN IX. PENYIMPANAN LAMPIRAN SOP Pascapanen Tanaman Obat (Rimpang) iii

6 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Proses Perajangan Simplisia Rimpang Gambar 2. Proses Pengeringan Simplisia Rimpang iv SOP Pascapanen Tanaman Obat (Rimpang)

7 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PASCAPANEN RIMPANG Standar Operasional Prosedur "Penyiapan Bahan Baku Segar" Nomor : SOP PRS. I Halaman Tanggal Dibuat.. Revisi... Tanggal... Disahkan... I. PENYIAPAN BAHAN BAKU SEGAR A. Definisi Penyiapan bahan baku segar (rimpang) adalah kegiatan menyiapkan rimpang yang masih segar. B. Tujuan Tujuan penyiapan bahan baku adalah untuk memisahkan produk yang busuk, produk yang muda dan tua serta untuk mengurangi jumlah kotoran atau bahan-bahan asing yang ikut terbawa rimpang. C. Validasi 1. Pengalaman kelompoktani Kota Semarang, Kab. Semarang, Karanganyar dan Boyolali; 2. Hasil penelitian Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatika; SOP Pascapanen Tanaman Obat (Rimpang) 1

8 3. Hasil penelitian Pusat Studi Biofarmaka, Institut Pertanian Bogor; 4. Hasil Penelitian Balai Besar Penelitian Pengembangan Tanaman Obat & Obat Tradisional Tawamangu, Jawa Tengah 5. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Tengah; 6. Dinas Pertanian Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Karanganyar dan Boyolali; D. Alat dan Bahan 1. Pisau; 2. Rimpang segar; 3. Bakul; 4. Keranjang plastik/bambu 5. Karung plastik bersih. E. Informasi Pokok 1. Bahan baku pembuatan simplisia rimpang adalah rimpang segar dari jenis temu-temuan atau empon-empon; 2. Rimpang segar yang dipilih adalah rimpang yang sudah memenuhi 2 SOP Pascapanen Tanaman Obat (Rimpang)

9 persyaratan umur panen, cukup tua (umur tanam 8-12 bulan), dalam keadaan segar, tidak busuk, tidak cacat atau rusak; F. Prosedur Kerja 1. Pilih rimpang yang berukuran besar dan tua (umur 8-12 bulan), segar, tidak busuk dan tidak cacat/ rusak; 2. Bersihkan rimpang dari tanah atau kotoran lain yang masih menempel pada rimpang. G. Sasaran Mendapatkan rimpang segar, berukuran besar dan tua, tidak busuk dan tidak cacat/rusak. SOP Pascapanen Tanaman Obat (Rimpang) 3

10 Standar Operasional Prosedur "Penyortiran Awal" Nomor : SOP PRS.II Halaman Tanggal Dibuat.. Revisi... Tanggal... Disahkan... II. PENYORTIRAN AWAL A. Definisi Penyortiran awal adalah kegiatan memisahkan rimpang yang busuk, rimpang muda dan tua serta rimpang yang berukuran besar atau kecil, memisahkan rimpang untuk benih dan konsumsi serta mengurangi kotoran atau bahan-bahan asing yang ikut terbawa dalam rimpang. B. Tujuan Tujuan penyortiran awal adalah untuk memisahkan produk dari kotorankotoran atau bahan-bahan asing, bahan yang tua dengan muda atau bahan yang ukurannya lebih besar atau lebih kecil. C. Validasi 1. Pengalaman kelompoktani Kota Semarang, Kab. Semarang, Karanganyar dan Boyolali; 4 SOP Pascapanen Tanaman Obat (Rimpang)

11 2. Hasil penelitian Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatika; 3. Hasil penelitian Pusat Studi Biofarmaka, Insitut Pertanian Bogor; 4. Hasil Penelitian Balai Besar Penelitian Pengembangan Tanaman Obat & Obat Tradisional Tawamangu, Jawa Tengah; 5. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Tengah; 6. Dinas Pertanian Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Karanganyar dan Boyolali. D. Alat dan Bahan 1. Pisau; 2. Gunting; 3. Bakul; 4. Keranjang plastik/bambu 5. Karung plastik yang bersih. E. Informasi Pokok 1. Penyortiran dilakukan setelah rimpang dipanen; 2. Tanah dan kotoran yang masih menempel pada rimpang dibersih- SOP Pascapanen Tanaman Obat (Rimpang) 5

12 kan dengan memukul rimpang secara perlahan-lahan; 3. Daun, batang dan akar yang bersatu dengan rimpang dipotong menggunakan pisau/gunting. F. Prosedur Kerja 1. Pisahkan rimpang yang sehat dengan yang sakit, yang baik dengan yang rusak atau busuk; 2. Rimpang dibersihkan dari tanah atau kotoran lain yang masih menempel pada rimpang; 3. Potong daun, batang dan akar menggunakan pisau yang tajam; G. Sasaran Memisahkan rimpang yang busuk, rimpang yang tua dan muda, serta untuk benih dan konsumsi serta rimpang yang berukuran besar dan kecil. 6 SOP Pascapanen Tanaman Obat (Rimpang)

13 Standar Operasional Prosedur "Pencucian" Nomor : SOP PRS.III Halaman Tanggal Dibuat.. Revisi... Tanggal... Disahkan... III. PENCUCIAN A. Definisi Pencucian adalah proses pembersihan rimpang dari tanah, kotoran lainnya dan mikroba yang masih melekat pada rimpang dengan menggunakan air bersih dan mengalir. B. Tujuan Tujuan pencucian adalah menghilangkan kotoran-kotoran dan mengurangi mikroba yang melekat pada rimpang. C. Validasi 1. Pengalaman kelompoktani Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Karanganyar, Boyolali; 2. Hasil penelitian Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatika; 3. Hasil penelitian Pusat Studi Biofarmaka, Insitut Pertanian Bogor; SOP Pascapanen Tanaman Obat (Rimpang) 7

14 4. Hasil Penelitian Balai Besar Penelitian Pengembangan Tanaman Obat & Obat Tradisional Tawamangu, Jawa Tengah; 5. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Tengah; 6. Dinas Pertanian Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Karanganyar dan Boyolali. D. Alat dan Bahan 1. Rimpang segar; 2. Bak pencucian/ember besar; 4. Air; 5. Sikat; 6. Keranjang bambu; 7. Keranjang plastik. E. Informasi Pokok 1. Air yang digunakan harus memenuhi persyaratan air bersih sesuai standar baku air bersih; 2. Pencucian rimpang dilakukan dengan air bersih yang mengalir atau 3-4 kali atau menggunakan alat penyemprot air bertekanan tinggi; 8 SOP Pascapanen Tanaman Obat (Rimpang)

15 3. Sumber air yang digunakan untuk pencucian dapat berasal dari mata air, sumur, sumur bor atau PAM. Pencucian tidak dianjurkan menggunakan air sungai yang mengalir karena sumber air yang masuk kesungai umumnya berasal dari berbagai sumber dan kemungkinan air tersebut sudah terkontaminasi oleh bakteri E.coli atau patogen lainnya; 4. Pencucian harus dilakukan dalam waktu sesingkat mungkin (tidak boleh direndam terlalu lama) agar zat aktif yang terkandung dalam rimpang tidak larut atau terbuang; F. Prosedur Kerja Pencucian rimpang dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain 1. Perendaman bertingkat a. Rendam rimpang beberapa kali pada wadah dan air yang berbeda hingga kotoran yang menempel pada rimpang hilang; b. Jika kotoran masih ada yang menempel pada rimpang, SOP Pascapanen Tanaman Obat (Rimpang) 9

16 gosok rimpang dengan tangan hingga bersih; 2. Penyemprotan a. Penyemprotan dilakukan pada rimpang yang kotorannya banyak melekat pada rimpang dengan menggunakan air yang bertekanan tinggi; b. Untuk menghilangkan tanah dan kotoran yang masih menempel pada rimpang dapat dihilangkan dengan menyikat rimpang secara hati-hati; 3. Penyikatan a. Pencucian dengan menyikat dilakukan pada rimpang yang kotorannya sangat kuat menempel pada rimpang; b. Penyikatan dilakukan secara perlahan-lahan dan teratur agar rimpang tidak rusak; c. Bilas rimpang yang sudah disikat hingga bersih; G. Sasaran Membersihkan rimpang dari tanah, mikroba dan kotoran lainnya yang menempel pada rimpang. 10 SOP Pascapanen Tanaman Obat (Rimpang)

17 Standar Operasional Prosedur "Penirisan" Nomor : SOP PRS.IV Halaman Tanggal Dibuat.. Revisi... Tanggal... Disahkan... IV. PENIRISAN A. Definisi Penirisan adalah proses meniriskan rimpang sampai benar-benar bebas dari air bekas pencucian. B. Tujuan Tujuan penirisan adalah untuk mengering anginkan rimpang setelah proses pencucian agar rimpang benarbenar bebas dari bekas pencucian. C. Validasi 1. Pengalaman kelompoktani Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Karanganyar, Boyolali; 2. Hasil penelitian Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatika; 3. Hasil penelitian Pusat Studi Biofarmaka, Insitut Pertanian Bogor; 4. Hasil Penelitian Balai Besar Penelitian Pengembangan SOP Pascapanen Tanaman Obat (Rimpang) 11

18 Tanaman Obat & Obat Tradisional Tawamangu, Jawa Tengah; 5. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Tengah; 6. Dinas Pertanian Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Karanganyar, Boyolali. D. Alat dan Bahan 1. Rak penirisan; 2. Keranjang bambu; 3. Keranjang plastik; 4. Rimpang E. Informasi Pokok 1. Rimpang yang telah bersih ditiriskan dalam keranjang plastik atau rak penirisan sampai airnya tidak menetes lagi; 2. Penirisan dapat dilakukan dengan menggunakan rak-rak penirisan; 3. Waktu yang dibutuhkan untuk penirisan adalah 2-4 jam, 1-2 hari; 4. Proses penirisan sebaiknya di dalam ruangan atau tempat yang tidak langsung terkena sinar matahari. 12 SOP Pascapanen Tanaman Obat (Rimpang)

19 F. Prosedur Kerja 1. Setelah pencucian, rimpang langsung ditiriskan dalam keranjang plastik atau di rak-rak penirisan sampai airnya tidak menetes lagi; 2. Lakukan penirisan selama 2-4 jam, 1-2 hari dan didalam ruangan atau tempat yang terlindung atau tidak terkena sinar matahari langsung; G. Sasaran Mengeringkan rimpang yang telah dicuci bersih. SOP Pascapanen Tanaman Obat (Rimpang) 13

20 Standar Operasional Prosedur "Perajangan" Nomor : SOP PRS.V Halaman Tanggal Dibuat.. Revisi... Tanggal... Disahkan... V. PERAJANGAN A. Definisi Perajangan adalah proses pengirisan rimpang segar menjadi rimpang kering atau simplisia. B. Tujuan Tujuan perajangan adalah untuk mempercepat proses pengeringan, pengemasan, penepungan dan penyimpanan rimpang. C. Validasi 1. Pengalaman kelompoktani Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Karanganyar, Boyolali; 2. Hasil penelitian Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatika; 3. Hasil penelitian Pusat Studi Biofarmaka, Insitut Pertanian Bogor; 4. Hasil Penelitian Balai Besar Penelitian Pengembangan 14 SOP Pascapanen Tanaman Obat (Rimpang)

21 Tanaman Obat & Obat Tradisional Tawamangu, Jawa Tengah; 5. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Tengah; 6. Dinas Pertanian Kab. Semarang, Kota Semarang Karanganyar, Boyolali. D. Alat dan Bahan 1. Pisau 2. Alat/mesin perajang 3. Meja Perajangan; 4. Talenan plastik/kayu; 5. Keranjang plastik. E. Informasi Pokok 1. Rimpang yang baru dipanen tidak boleh langsung dirajang tetapi dijemur dalam keadaan utuh selama 2-4 jam, 1 hari; 2. Perajangan dilakukan untuk mempercepat pengeringan rimpang; 3. Alat perajang yang digunakan dapat berupa mesin atau perajang manual yang terbuat dari bahan stainless; SOP Pascapanen Tanaman Obat (Rimpang) 15

22 4. Arah irisan dianjurkan searah dengan teknik irisan melintang atau membujur, agar sel-sel minyak atsirinya tidak pecah. Dari hasil penelitian, ketebalan irisan rimpang yang memberikan kadar minyak atsiri maksimal adalah 3 mm; 5. Sebaiknya hindari perajangan yang terlalu tipis untuk mencegah berkurangnya kadar minyak atsiri dan jika rajangan terlalu tebal, memerlukan waktu penjemuran lebih lama dan kemungkinan besar produk mudah ditumbuhi jamur. F. Prosedur Kerja 1. Sebelum perajangan dilakukan, rimpang terlebih dahulu dijemur untuk mengurangi perwarnaan akibat reaksi antara bahan dan logam pisau; 2. Rimpang dirajang dengan menggunakan pisau tajam yang terbuat dari stainless steel atau dengan mesin perajang; 3. Hindari perajangan yang terlalu tipis untuk mencegah berkurang- 16 SOP Pascapanen Tanaman Obat (Rimpang)

23 nya kadar minyak atsiri dan agar simplisia tidak mudah hancur; 4. Arah irisan dianjurkan searah dengan teknik irisan melintang atau membujur, agar sel-sel minyak atsirinya tidak pecah. Dari hasil penelitian, ketebalan irisan rimpang yang memberikan kadar minyak atsiri maksimal adalah 3 mm. G. Sasaran Mendapatkan simplisia temulawak sesuai kebutuhan atau keinginan konsumen. SOP Pascapanen Tanaman Obat (Rimpang) 17

24 Gambar 1. Proses Perajangan Simplisia Rimpang 18 SOP Pascapanen Tanaman Obat (Rimpang)

25 Standar Operasional Prosedur "Pengeringan" Nomor : SOP PRS.VI Halaman Tanggal Dibuat.. Revisi... Tanggal... Disahkan... VI. PENGERINGAN A. Definisi Pengeringan adalah perlakuan pada produk dengan cara mengurangi kadar air, agar proses pembusukan dapat dihambat sehingga dapat dihasilkan simplisia bermutu, tidak mudah rusak dan tahan disimpan dalam waktu lama. B. Tujuan Tujuan pengeringan adalah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. C. Validasi 1. Pengalaman kelompoktani Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Karanganyar, Boyolali; 2. Hasil penelitian Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatika; SOP Pascapanen Tanaman Obat (Rimpang) 19

26 3. Hasil penelitian Pusat Studi Biofarmaka, Insitut Pertanian Bogor; 4. Hasil Penelitian Balai Besar Penelitian Pengembangan Tanaman Obat & Obat Tradisional Tawamangu, Jawa Tengah; 5. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortiktultura Provinsi Jawa Tengah; 6. Dinas Pertanian Kota Semarang, Kabupaten Semarang Karanganyar, Boyolali. D. Alat dan Bahan 1. Alat pengering (oven, blower); 2. Kain hitam; 3. Sinar matahari; 4. Alas pengering dari anyaman bambu; 5. Tampah; 6. Rak pengering dari bambu. E. Informasi Pokok 1. Pengeringan dapat dilakukan dengan menggunakan sinar matahari, oven, blower dan fresh dryer pada suhu C. Pengeringan pada suhu terlalu 20 SOP Pascapanen Tanaman Obat (Rimpang)

27 tinggi dapat merusak komponen aktif, sehingga mutunya dapat menurun; 2. Untuk irisan rimpang jahe dapat dikeringkan menggunakan alat pengering energi surya dengan suhu antara C dengan tingkat kelembaban 32,8-53,3% menghasilkan kadar minyak atsiri lebih tinggi dibanding dengan pengeringan menggunakan sinar matahari langsung maupun oven; 3. Untuk irisan temulawak yang dikeringkan dengan sinar matahari langsung, sebelum dikeringkan terlebih dahulu irisan rimpang direndam dalam larutan asam sitrat 3% selama 3 jam yang bertujuan untuk mencegah terjadinya degradasi kurkuminoid pada simplisia dan mencegah penguapan minyak atsiri yang berlebihan pada saat penjemuran; 4. Selesai perendaman irisan dicuci kembali sampai bersih dan ditiriskan, kemudian dijemur dipanas matahari; 5. Penjemuran dapat juga dilakukan dengan menggunakan blower SOP Pascapanen Tanaman Obat (Rimpang) 21

28 pada suhu C. Kelebihan alat ini adaalah waktu penjemuran lebih singkat yaitu 8 jam, jika dibanding pengeringan dengan sinar matahari membutuhkan yang membutuhkan waktu + 1 minggu; 6. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses pengeringan adalah kebersihan (khususnya pengeringan menggunakan sinar matahari), kelembaban udara, aliran udara dan ketebalan susunan irisan produk (tidak saling menumpuk). F. Prosedur Kerja Pengeringan simplisia rimpang dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain : 1. Pengeringan dengan sinar matahari langsung a. Simplisia di susun di atas lantai beralas tikar atau rak penjemuran yang terbuat dari besi, bambu atau kayu; b. Simplisia dilapisi dan ditutupi kain hitam agar terhindar dari serangga dan debu; memper- 22 SOP Pascapanen Tanaman Obat (Rimpang)

29 cepat pengeringan dan warna lebih merata; kandungan minyak atsiri tidak mudah hilang; c. Selama proses pengeringan, simplisia harus sering dibolakbalik untuk mendapatkan hasil yang merata. Lama pengeringan +5 hari tergantung kondisi cuaca. 2. Pengeringan dengan alat berenergi cahaya matahari Simplisia disusun pada nampannampan yang ada pada rak pengering, kemudian dikeringkan sesuai kebutuhan. 3. Pengeringan dengan mesin (oven) Pengeringan dengan mesin selain lebih cepat juga hasilnya lebih berkualitas. Untuk rimpang temulawak sebaiknya digunakan suhu pengeringan antara C. SOP Pascapanen Tanaman Obat (Rimpang) 23

30 G. Sasaran Tersedianya simplisia yang memenuhi persyaratan industri. 24 SOP Pascapanen Tanaman Obat (Rimpang)

31 Gambar 2. Proses Pengeringan Simplisia Rimpang di Bawah Sinar Matahari SOP Pascapanen Tanaman Obat (Rimpang) 25

32 Standar Operasional Prosedur "Peryortiran Akhir" Nomor : SOP PRS.VII Halaman Tanggal Dibuat.. Revisi... Tanggal... Disahkan... VII. PENYORTIRAN AKHIR A. Definisi Penyortiran akhir adalah kegiatan yang dilakukan untuk memisahkan benda-benda asing dan kotoran lainnya yang masih menempel pada simplisia setelah proses pengeringan. B. Tujuan Tujuan penyortiran akhir adalah untuk memisahkan benda-benda asing dan kotoran lainnya yang masih ada dan tertinggal pada simplisia. C. Validasi 1. Pengalaman kelompoktani Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Karanganyar, Boyolali; 2. Hasil penelitian Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatika; 26 SOP Pascapanen Tanaman Obat (Rimpang)

33 3. Hasil penelitian Pusat Studi Biofarmaka, Insitut Pertanian Bogor; 4. Hasil Penelitian Balai Besar Penelitian Pengembangan Tanaman Obat & Obat Tradisional Tawamangu, Jawa Tengah; 5. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Tengah; 6. Dinas Pertanian Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Karanganyar, Boyolali. D. Alat dan Bahan 1. Wadah penyortiran; 2. Ayakan dari bambu/kawat; 3. Terpal. E. Informasi Pokok 1. Proses penyortiran merupakan tahap akhir dari pembuatan simplisia kering sebelum dilakukan pengemasan; 2. Partikel-partikel pasir dan benda-benda tanah lain yang tertinggal harus dibuang sebelum simplisia dibungkus; SOP Pascapanen Tanaman Obat (Rimpang) 27

34 3. Simplisia rimpang yang baik memiliki kandungan benda asing tidak lebih dari 2%. Warna dan aroma tidak menyimpang jauh dari aslinya, tidak mengandung bahan yang beracun dan berbahaya serta tidak tercemar oleh jamur. F. Prosedur Kerja 1. Pisahkan simplisia rimpang dari benda-benda asing seperti partikel pasir, kotoran unggas atau benda asing lainnya; 2. Setelah penyortiran simplisia ditimbang untuk mengetahui rendemen hasil dari proses pasca panen yang dilakukan. G. Sasaran Simplisia rimpang yang bersih, bebas dari bahan-bahan asing dan kotoran lainnya. 28 SOP Pascapanen Tanaman Obat (Rimpang)

35 Standar Operasional Prosedur "Pengemasan dan Pelabelan" Nomor : SOP PRS.VIII Halaman Tanggal Dibuat.. Revisi... Tanggal... Disahkan... VIII. PENGEMASAN DAN PELABELAN A. Definisi Pengemasan adalah proses perlindungan produk dari gangguan faktor luar yang dapat mempengaruhi masa simpan produk dengan menggunakan media atau bahan tertentu. Pelabelan adalah pemberian label pada kemasan produk yang berisi nama komoditas dan kelas mutu, nama produsen, alamat produsen, tanggal panen, tanggal kadaluarsa serta berat bersih. B. Tujuan Tujuannya utama pengemasan antara lain : menyimpan produk secara aman agar terhindar dari pencemaran atau kotoran; melindungi produk selama dalam perjalanan, saat pemasaran mepermudah pengangkutan atau pemindahan produk dari satu SOP Pascapanen Tanaman Obat (Rimpang) 29

36 tempat ke tempat lain. Tujuan pelabelan adalah untuk memberi identitas pada produk yang telah dikemas. C. Validasi 1. Pengalaman kelompoktani Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Karanganyar, Boyolali; 2. Hasil penelitian Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatika; 3. Hasil penelitian Pusat Studi Biofarmaka, Insitut Pertanian Bogor; 4. Hasil Penelitian Balai Besar Penelitian Pengembangan Tanaman Obat & Obat Tradisional Tawamangu, Jawa Tengah; 5. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Tengah; 6. Dinas Pertanian Kota Semarang, Kab. Semarang, Karanganyar, Boyolali. 30 SOP Pascapanen Tanaman Obat (Rimpang)

37 D. Alat dan Bahan 1. Kayu/karton; 2. Karung/kantong plastik; 3. Peti; 4. Kertas/stiker/label; 5. Kaleng atau aluminium; 6. Spidol. E. Informasi Pokok 1. Simplisia yang sudah di grading berdasarkan kualitasnya, segera dikemas agar tidak terjadi penyerapan air kembali; 2. Cara pengemasan simplisia tergantung pada jenis simplisia dan tujuan pengemasan; 3. Bahan kemasan yang digunakan harus memenuhi kriteria sebagai berikut : a. Mampu melindungi produk dari kerusakan mekanis; b. Tidak mengandung bahan kimia yang menyebabkan perubahan bahan isi, rasa, baud an kadar air produk; c. Tidak terlalu berat, praktis, ukuran maupun bentuk kemasan menarik; SOP Pascapanen Tanaman Obat (Rimpang) 31

38 d. Mampu mencegah penyerapan air atau menghindari kelembaban karena dapat menyebabkan peningkatan kadar air produk; e. Mampu menahan pengaruh cahaya; f. Memiliki daya lindung yang dapat diandalkan; g. Harga terjangkau/ ekonomis. 4. Pengemasan dilakukan dengan hati-hati agar simplisia tidak hancur; 5. Selanjutnya kemasan diberi label yang ditempelkan pada bagian tengah kemasan dengan mencantumkan : nama produk, bagian tanaman produk yang digunakan, tanggal pengemasan, nomor/ kode produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih, metode penyimpanan. 6. Simplisia diangkut ke pembeli atau segera disimpan untu proses pengolahan selanjutnya. 32 SOP Pascapanen Tanaman Obat (Rimpang)

39 F. Prosedur Kerja 1. Produk dikemas dalam kemasan secara hati-hati; 2. Tiap kemasan diberi label yang jelas bertuliskan : nama produk, bagian tanaman produk yang digunakan, tanggal pengemasan, nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih, metode penyimpanan. G. Sasaran Simplisia yang sudah dikemas rapi untuk diolah lebih lanjut. SOP Pascapanen Tanaman Obat (Rimpang) 33

40 Standar Operasional Prosedur "Penyimpanan" Nomor : SOP PRS.IX Halaman Tanggal Dibuat.. Revisi... Tanggal... Disahkan... IX. PEYIMPANAN A. Definisi Penyimpanan adalah mengendalikan proses transpirasi, respirasi serta mempertahankan produk sebagai bahan yang akan diolah lebih lanjut. B. Tujuan Tujuan penyimpanan adalah untuk memperpanjang masa penggunaan suatu produk. C. Validasi 1. Pengalaman kelompoktani Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Karanganyar, Boyolali; 2. Hasil penelitian Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatika; 3. Hasil penelitian Pusat Studi Biofarmaka, Insitut Pertanian Bogor; 4. Hasil Penelitian Balai Besar Penelitian Pengembangan 34 SOP Pascapanen Tanaman Obat (Rimpang)

41 Tanaman Obat & Obat Tradisional Tawamangu, Jawa Tengah; 5. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Tengah; 7. Dinas Pertanian Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Karanganyar, Boyolali. D. Alat dan Bahan 1. Gudang; 2. Ruang ber AC (ventilasi cukup); E. Informasi Pokok 1. Penyimpanan dapat dilakukan di ruang biasa/gudang (suhu kamar) atau ruangan ber AC; 2. Gudang harus terpisah dari tempat penyimpanan bahan lainnya atau penyimpanan alat dan dipelihara dengan baik; 3. Ventilasi udara baik dan bebas dari kebocoran atau kemungkinan masuknya air hujan. Suhu gudang tidak lebih dari 30 C dengan kelembaban udara seminimal mungkin (65 C) untuk mencegah terjadinya penyerapan air; SOP Pascapanen Tanaman Obat (Rimpang) 35

42 4. Kelembaban udara yang tinggi dapat memacu pertumbuhan mikroorganisme sehingga menurunkan mutu produk baik dalam bentuk segar maupun kering dan sinar matahari tidak boleh langsung menyinari simplisia; 5. Penyimpanan simplisia dalam gudang harus diatur sedemikian rupa agar tidak menyulitkan pemasukan dan pengeluaran produk yang disimpan; 6. Simplisia rimpang yang dikemas disimpan dengan cara ditumpuk, tidak terlalu tinggi dan tidak langsung mengenai lantai atau diberi alas. Untuk jenis simplisia yang sama harus diberlakukan prinsip "pertama masuk pertama keluar", perlu dilakukan pencatatan tanggal penyimpanan simplisia; 7. Penyimpanan simplisia di gudang maksimal 1 tahun agar simplisia tidak rusak. 36 SOP Pascapanen Tanaman Obat (Rimpang)

43 F. Prosedur Kerja 1. Simplisia disimpan di ruang biasa (suhu kamar) ataupun di ruang ber AC; 2. Ruang tempat penyimpanan harus dalam keadaan bersih, udara cukup kering dan berventilasi baik, karena hama menyukai udara yang lembab dan panas; 3. Penyimpanan harus diatur sedemikian rupa agar tidak menyulitkan pemasukan dan pengeluaran produk yang disimpan serta memperhatikan prinsip pertama masuk petama keluar atau first in first out; 4. Lakukan pencatatan tanggal berapa penyimpanan simplisia dilakukan; 5. Usahakan simplisia yang disimpan di gudang tidak terlampau lama; 6. Dalam jangka waktu tertentu, perlu dilakukan pemeriksaan gudang secara rutin, meliputi pengecekan dan pengujian mutu simplisia yang ada di gudang; SOP Pascapanen Tanaman Obat (Rimpang) 37

44 G. Sasaran Melindungi produk dari kerusakan dan gangguan serangga selama dalam penyimpanan. 38 SOP Pascapanen Tanaman Obat (Rimpang)

45 LAMPIRAN

46

47 Lampiran 1. Form : Catatan Penyiapan Bahan Baku Segar Nama Pemilik :... Alamat Lahan :... No. Luas (Ha) Cara Penyiapan Bahan Baku Segar Keterangan SOP Pascapanen Tanaman Obat (Rimpang) 39

48 Lampiran 2. Form : Catatan Penyortiran Awal Nama Pemilik :... Alamat Lahan :... No. Luas (Ha) Cara Penyortiran Awal Keterangan 40 SOP Pascapanen Tanaman Obat (Rimpang)

49 Lampiran 3. Form : Catatan Pencucian Nama Pemilik :... Alamat Lahan :... No. Luas (Ha) Cara Pencucian Keterangan SOP Pascapanen Tanaman Obat (Rimpang) 41

50 Lampiran 4. Form : Catatan Penirisan Nama Pemilik :... Alamat Lahan :... No. Luas (Ha) Cara Penirisan Keterangan 42 SOP Pascapanen Tanaman Obat (Rimpang)

51 Lampiran 5. Form : Catatan Perajangan Nama Pemilik :... Alamat Lahan :... No. Luas (Ha) Cara Perajangan Keterangan SOP Pascapanen Tanaman Obat (Rimpang) 43

52 Lampiran 6. Form : Catatan Pengeringan Nama Pemilik :... Alamat Lahan :... No. Luas (Ha) Cara Pengeringan Keterangan 44 SOP Pascapanen Tanaman Obat (Rimpang)

53 Lampiran 7. Form : Catatan Penyortiran Akhir Nama Pemilik :... Alamat Lahan :... No. Luas (Ha) Cara Sortasi Akhir Keterangan SOP Pascapanen Tanaman Obat (Rimpang) 45

54 Lampiran 8. Form : Catatan Pengemasan dan Pelabelan Nama Pemilik :... Alamat Lahan :... No. Luas (Ha) Cara Pengemansan dan Pelabelan Keterangan 46 SOP Pascapanen Tanaman Obat (Rimpang)

55 Lampiran 9. Form : Catatan Penyimpanan Nama Pemilik :... Alamat Lahan :... No. Luas (Ha) Cara Penyimpanan Keterangan SOP Pascapanen Tanaman Obat (Rimpang) 47

56

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan tepat untuk mengurangi terbawanya bahan atau tanah

Lebih terperinci

SOP PENANGANAN PASCAPANEN JAMUR TIRAM

SOP PENANGANAN PASCAPANEN JAMUR TIRAM SOP PENANGANAN PASCAPANEN JAMUR TIRAM KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA DIREKTORAT BUDIDAYA DAN PASCAPANEN SAYURAN DAN TANAMAN OBAT 2011 PENGARAH : Dr. Ir. Yul Harry Bahar Direktur

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG

PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG Balai Besar Pelatihan Pertanian Ketindan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementerian Pertanian (2017) TUJUAN PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses pengolahan simplisia di Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar I-1

BAB I PENDAHULUAN. Proses pengolahan simplisia di Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar I-1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini menguraikan beberapa hal pokok mengenai penelitian ini, yaitu latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, asumsi,

Lebih terperinci

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Penanganan pascapanen sangat berperan dalam mempertahankan kualitas dan daya simpan buah-buahan. Penanganan pascapanen yang kurang hati-hati dan

Lebih terperinci

PASCAPANEN MANGGA GEDONG GINCU

PASCAPANEN MANGGA GEDONG GINCU PASCAPANEN MANGGA GEDONG GINCU Mangga merupakan salah satu komoditas yang banyak dibudidayakan dan diusahakan Varietas mangga yang banyak dibudidayaka adalah Mangga Arum Manis, Dermayu dan G Komoditas

Lebih terperinci

SOAL PELATIHAN PENANGANAN PASCA PANEN CABE MERAH Oleh : Juwariyah BP3 K Garum. Berilah Tanda Silang (X) Pada Jawaban Yang Saudara Anggap Paling Benar!

SOAL PELATIHAN PENANGANAN PASCA PANEN CABE MERAH Oleh : Juwariyah BP3 K Garum. Berilah Tanda Silang (X) Pada Jawaban Yang Saudara Anggap Paling Benar! SOAL PELATIHAN PENANGANAN PASCA PANEN CABE MERAH Oleh : Juwariyah BP3 K Garum Berilah Tanda Silang (X) Pada Jawaban Yang Saudara Anggap Paling Benar! 1. Apa yang anda ketahui tentang GHP... a. Good Agriculture

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNOLOGI PENANGANAN PASCAPANEN TANAMAN OBAT

PEDOMAN TEKNOLOGI PENANGANAN PASCAPANEN TANAMAN OBAT PEDOMAN TEKNOLOGI PENANGANAN PASCAPANEN TANAMAN OBAT KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA DIREKTORAT BUDIDAYA DAN PASCAPANEN SAYURAN DAN TANAMAN OBAT 2011 PENGARAH : Dr. Ir. Yul Harry

Lebih terperinci

PENGOLAHAN BUAH LADA

PENGOLAHAN BUAH LADA PENGOLAHAN BUAH LADA Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama I. PENDAHULUAN Lada memiliki nama latin Piper nigrum dan merupakan family Piperaceae. Lada disebut juga sebagai raja dalam kelompok rempah

Lebih terperinci

PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN

PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN Perbaikan mutu benih (fisik, fisiologis, dan mutu genetik) untuk menghasilkan benih bermutu tinggi tetap dilakukan selama penanganan pasca panen. Menjaga mutu fisik dan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA AgroinovasI TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA Dalam menghasilkan benih bermutu tinggi, perbaikan mutu fisik, fisiologis maupun mutu genetik juga dilakukan selama penanganan pascapanen. Menjaga mutu fisik

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Potensinya terbuka, baik pasar bebas maupun industri. Kebutuhan cabai perkapita (2013) adalah 5 Kg/ tahun. Dengan jumlah penduduk 230 juta jiwa, maka

Lebih terperinci

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG Oleh : Sugeng Prayogo BP3KK Srengat Penen dan Pasca Panen merupakan kegiatan yang menentukan terhadap kualitas dan kuantitas produksi, kesalahan dalam penanganan panen dan pasca

Lebih terperinci

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI 1. PENGERINGAN Pengeringan adalah suatu proses pengawetan pangan yang sudah lama dilakukan oleh manusia. Metode pengeringan ada dua,

Lebih terperinci

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI Oleh : Ir. Nur Asni, MS Peneliti Madya Kelompok Peneliti dan Pengkaji Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian

Lebih terperinci

Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi

Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi Bawang merah merupakan komoditas hortikultura yang memiliki permintaan yang cukup tinggi dalam bentuk segar. Meskipun demikian, bawang merah

Lebih terperinci

PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG 1. DEFINISI Panen merupakan pemetikan atau pemungutan hasil setelah tanam dan penanganan pascapanen merupakan Tahapan penanganan hasil pertanian setelah

Lebih terperinci

PEMBUATAN TEPUNG JAGUNG

PEMBUATAN TEPUNG JAGUNG PEMBUATAN TEPUNG JAGUNG Qanytah Tepung jagung merupakan butiran-butiran halus yang berasal dari jagung kering yang dihancurkan. Pengolahan jagung menjadi bentuk tepung lebih dianjurkan dibanding produk

Lebih terperinci

A MANAJEMEN USAHA PRODUKSI. 1. Pencatatan dan Dokumentasi pada : W. g. Kepedulian Lingkungan. 2. Evaluasi Internal dilakukan setiap musim tanam.

A MANAJEMEN USAHA PRODUKSI. 1. Pencatatan dan Dokumentasi pada : W. g. Kepedulian Lingkungan. 2. Evaluasi Internal dilakukan setiap musim tanam. Petunjuk Pengisian : Lingkari dan isi sesuai dengan kegiatan yang dilakukan PENCATATAN ATAS DASAR SOP DAN GAP A MANAJEMEN USAHA PRODUKSI. Pencatatan dan Dokumentasi pada : Buku Kerja Jahe PENILAIAN ATAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya 2.1 Komposisi Kimia Udang BAB II TINJAUAN PUSTAKA Udang merupakan salah satu produk perikanan yang istimewa, memiliki aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya lebih

Lebih terperinci

MODUL 3 PENGOLAHAN IKAN TERI ASIN

MODUL 3 PENGOLAHAN IKAN TERI ASIN MODUL 3 PENGOLAHAN IKAN TERI ASIN Standar Unit Kompetensi: Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu mengolah ikan teri asin kering yang berkualitas dan higienis. Indikator Keberhasilan: Mutu ikan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PASCAPANEN BAWANG MERAH LITBANG PASCAPANEN ACEH Oleh: Nurbaiti

TEKNOLOGI PASCAPANEN BAWANG MERAH LITBANG PASCAPANEN ACEH Oleh: Nurbaiti TEKNOLOGI PASCAPANEN BAWANG MERAH LITBANG PASCAPANEN ACEH Oleh: Nurbaiti Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang memiliki arti penting bagi masyarakat, baik dilihat dari penggunaannya

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1:

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1: 29 4 KEADAAN UMUM UKM 4.1 Lokasi dan Keadaan Umum Pengolah Unit Pengolahan ikan teri nasi setengah kering berlokasi di Pulau Pasaran, Lingkungan 2, Kelurahan Kota Karang, Kecamatan Teluk Betung Barat,

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN

PENANGANAN PASCA PANEN MODUL SAINTIFIKASI JAMU PENANGANAN PASCA PANEN Disusun Oleh : Indah Yulia Ningsih, S.Farm., M.Farm., Apt. BAGIAN BIOLOGI FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS JEMBER 2016 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat

Lebih terperinci

TANAMAN BERKHASIAT OBAT. By : Fitri Rahma Yenti, S.Farm, Apt

TANAMAN BERKHASIAT OBAT. By : Fitri Rahma Yenti, S.Farm, Apt TANAMAN BERKHASIAT OBAT By : Fitri Rahma Yenti, S.Farm, Apt DEFENISI Tanaman obat adalah jenis tanaman yang sebagian, seluruh tanaman dan atau eksudat (sel) tanaman tersebut digunakan sebagai obat, bahan/

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia. Udang beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

SNI Standar Nasional Indonesia. Udang beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan Standar Nasional Indonesia Udang beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3

Lebih terperinci

OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO PROSES PENGOLAHAN BIJI KOPI

OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO PROSES PENGOLAHAN BIJI KOPI OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO PROSES PENGOLAHAN BIJI KOPI Secangkir kopi dihasilkan melalui proses yang sangat panjang. Mulai dari teknik budidaya, pengolahan pasca panen hingga ke penyajian akhir. Hanya

Lebih terperinci

Filet kakap beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

Filet kakap beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan Standar Nasional Indonesia Filet kakap beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao PENDAHULUAN Pengolahan hasil kakao rakyat, sebagai salah satu sub-sistem agribisnis, perlu diarahkan secara kolektif. Keuntungan penerapan pengolahan secara kolektif adalah kuantum biji kakao mutu tinggi

Lebih terperinci

Ikan segar - Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

Ikan segar - Bagian 3: Penanganan dan pengolahan Standar Nasional Indonesia Ikan segar - Bagian 3: Penanganan dan pengolahan ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

Teknologi Pengolahan Kopi Cara Basah Untuk Meningkatkan Mutu Kopi Ditingkat Petani

Teknologi Pengolahan Kopi Cara Basah Untuk Meningkatkan Mutu Kopi Ditingkat Petani Teknologi Pengolahan Kopi Cara Basah Untuk Meningkatkan Mutu Kopi Ditingkat Petani Oleh: Ir. Nur Asni, MS PENDAHULUAN Tanaman kopi (Coffea.sp) merupakan salah satu komoditas perkebunan andalan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi beberapa hal pokok mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, asumsi, dan sistematika penulisan yang digunakan.

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN CABAI Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si.

PENANGANAN PASCA PANEN CABAI Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si. PENANGANAN PASCA PANEN CABAI Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cabai segar mempunyai daya simpan yang sangat singkat. Oleh karena itu, diperlukan penanganan pasca panen mulai

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PASCAPANEN BUNCIS

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PASCAPANEN BUNCIS STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PASCAPANEN BUNCIS DIREKTORAT BUDIDAYA DAN PASCAPANEN SAYURAN DAN TANAMAN OBAT DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA 2012 1 KATA PENGANTAR Dalam rangka pengembangan komoditas buncis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kentang Panen

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kentang Panen 4 TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kentang Kentang (Solanum tuberosum L.) berasal dari wilayah pegunungan Andes di Peru dan Bolivia. Tanaman kentang liar dan yang dibudidayakan mampu bertahan di habitat tumbuhnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cokelat berasal dari hutan di Amerika Serikat. Jenis tanaman kakao ada berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cokelat berasal dari hutan di Amerika Serikat. Jenis tanaman kakao ada berbagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jenis-Jenis Kakao Tanaman kakao (Theobroma cacao, L) atau lebih dikenal dengan nama cokelat berasal dari hutan di Amerika Serikat. Jenis tanaman kakao ada berbagai macam tetapi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Penanganan. Pasca Panen.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Penanganan. Pasca Panen. No.398, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Penanganan. Pasca Panen. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 44/Permentan/OT.140/10/2009 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS. Nafi Ananda Utama. Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017

PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS. Nafi Ananda Utama. Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017 7 PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS Nafi Ananda Utama Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017 Pengantar Manggis merupakan salah satu komoditas buah tropika eksotik yang mempunyai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perubahan Parameter Fisik dan Organoleptik Pada Perlakuan Blansir 1. Susut Bobot Hasil pengukuran menunjukkan bahwa selama penyimpanan 8 hari, bobot rajangan selada mengalami

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP), Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

PASCA PANEN BUNGA POTONG (KRISAN)

PASCA PANEN BUNGA POTONG (KRISAN) PASCA PANEN BUNGA POTONG (KRISAN) Post 04 Desember 2014, By Ir. Elvina Herdiani, MP. bbpplbungapotperkembangan bisnis bunga potong meningkat dengan cukup pesat dari waktu ke waktu, hal ini menunjukkan

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PASCAPANEN BUNCIS

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PASCAPANEN BUNCIS STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PASCAPANEN BUNCIS STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PASCAPANEN BUNCIS DIREKTORAT BUDIDAYA DAN PASCAPANEN SAYURAN DAN TANAMAN OBAT DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA 2012 1 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. disertai dengan proses penggilingan dan penjemuran terasi. Pada umumnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. disertai dengan proses penggilingan dan penjemuran terasi. Pada umumnya 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terasi Terasi atau belacan adalah salah satu produk awetan yang berasal dari ikan dan udang rebon segar yang telah diolah melalui proses pemeraman atau fermentasi, disertai

Lebih terperinci

BAB V PRAKTEK PRODUKSI YANG BAIK

BAB V PRAKTEK PRODUKSI YANG BAIK BAB V PRAKTEK PRODUKSI YANG BAIK Good Manufacturing Practice (GMP) adalah cara berproduksi yang baik dan benar untuk menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu dan keamanan. Telah dijelaskan sebelumnya

Lebih terperinci

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENANGANAN PASCA PANEN KUNYIT. Feri Manoi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENANGANAN PASCA PANEN KUNYIT. Feri Manoi STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENANGANAN PASCA PANEN KUNYIT Feri Manoi PENDAHULUAN Untuk memperoleh produk yang bermutu tinggi, maka disusun SPO penanganan pasca panen tanaman kunyit meliputi, waktu panen,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Perlakuan Terhadap Sifat Fisik Buah Pala Di Indonesia buah pala pada umumnya diolah menjadi manisan dan minyak pala. Dalam perkembangannya, penanganan pascapanen diarahkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN PENGOLAHAN METE 1

PENDAHULUAN PENGOLAHAN METE 1 PENDAHULUAN Tanaman jambu mete (Anacardium occidentale L) telah lama dikenal dan dibudidayakan di Indonesia, namun baru saat ini sedang dalam pengembangannya baik oleh perkebunan rakyat maupun oleh perkebunan

Lebih terperinci

INSTRUKSI KERJA PENANGANAN PASCAPANEN MANGGA GEDONG GINCU

INSTRUKSI KERJA PENANGANAN PASCAPANEN MANGGA GEDONG GINCU PENANGANAN PENDAHULUAN Instruksi kerja merupakan dokumen pengendali yang menyediakan perintah-perintah untuk pekerjaan atau tugas tertentu dalam penanganan pascapanen mangga Gedong Gincu. 1. Struktur kerja

Lebih terperinci

Pendahuluan. Setelah diketahui bahwa buah sudah cukup tua untuk dipanen, panen dapat segera dilakukan dan buah harus

Pendahuluan. Setelah diketahui bahwa buah sudah cukup tua untuk dipanen, panen dapat segera dilakukan dan buah harus CARA PANEN BUAH Pendahuluan Setelah diketahui bahwa buah sudah cukup tua untuk dipanen, panen dapat segera dilakukan dan buah harus dikumpulkan di lahan secepat mungkin. Panen harus dilakukan secepat mungkin,

Lebih terperinci

Jahe untuk bahan baku obat

Jahe untuk bahan baku obat Standar Nasional Indonesia Jahe untuk bahan baku obat ICS 11.120.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi...

Lebih terperinci

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Ekstraksi Tepung Karaginan Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : 1. Sortasi dan Penimbangan Proses sortasi ini bertujuan untuk memisahkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENJAMAH MAKANAN DI RUMAH MAKAN

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENJAMAH MAKANAN DI RUMAH MAKAN LAMPIRAN 58 LAMPIRAN 1 KUESIONER PENJAMAH MAKANAN DI RUMAH MAKAN KARAKTERISTIK SAMPEL Responden adalah penjamah makanan di rumah makan Jumlah responden adalah seluruh penjamah makanan di rumah makan Lembar

Lebih terperinci

Gambar di bawah ini memperlihatkan bentuk rumput laut segar yang baru dipanen (a. Gracillaria, b. Kappaphycus, c. Sargassum) Rumput laut segar

Gambar di bawah ini memperlihatkan bentuk rumput laut segar yang baru dipanen (a. Gracillaria, b. Kappaphycus, c. Sargassum) Rumput laut segar Gambar di bawah ini memperlihatkan bentuk rumput laut segar yang baru dipanen (a. Gracillaria, b. Kappaphycus, c. Sargassum) a. www.aquaportail.com b. Dok. Pribadi c. Mandegani et.al (2016) Rumput laut

Lebih terperinci

Sumber Pustaka Hilman. Y. A. Hidayat, dan Suwandi Budidaya Bawang Putih Di Dataran Tinggi. Puslitbang Hortikultura. Jakarta.

Sumber Pustaka Hilman. Y. A. Hidayat, dan Suwandi Budidaya Bawang Putih Di Dataran Tinggi. Puslitbang Hortikultura. Jakarta. PANEN BAWANG PUTIH Tujuan : Setelah berlatih peserta terampil dalam menentukan umur panen untuk benih bawang putih serta ciri-ciri tanaman bawang putih siap untuk dipanen 1. Siapkan tanaman bawang putih

Lebih terperinci

PANEN DAN PENGELOLAAN PASCAPANEN PADI

PANEN DAN PENGELOLAAN PASCAPANEN PADI PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA PADI BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PANEN DAN PENGELOLAAN PASCAPANEN PADI BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 Sesi 11: PANEN DAN

Lebih terperinci

SOP PENANGANAN PASCAPANEN MENTIMUN

SOP PENANGANAN PASCAPANEN MENTIMUN SOP PENANGANAN PASCAPANEN MENTIMUN DIREKTORAT BUDIDAYA DAN PASCAPANEN TANAMAN SAYURAN DAN OBAT DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA 2012 KATA PENGANTAR Dalam rangka pengembangan komoditas mentimun yang berdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ubi kayu merupakan tanaman pangan yang banyak diproduksi di Indonesia. Produksi ubi kayu di Indonesia pada tahun 2015 mencapai 23.436.384 ton (Badan Pusat Statistik,

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PASCA PANEN MKB 604/3 SKS (2-1)

TEKNOLOGI PASCA PANEN MKB 604/3 SKS (2-1) TEKNOLOGI PASCA PANEN MKB 604/3 SKS (2-1) OLEH : PIENYANI ROSAWANTI PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA 2016 KONTRAK PERKULIAHAN KEHADIRAN

Lebih terperinci

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN KEDELAI

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN KEDELAI PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN KEDELAI BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PANEN DAN PASKA PANEN KEDELAI A.

Lebih terperinci

Penanganan Hasil Pertanian

Penanganan Hasil Pertanian Penanganan Hasil Pertanian Teknologi Penanganan dan Pengolahan Hasil Pertanian Mas ud Effendi FTP UB Penanganan Hasil Pertanian (1) Penanganan saat panen Penanganan segera setelah panen Penanganan pasca

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KEBUN UNIT KONSERVASI BUDIDAYA BIOFARMAKA (UKBB)

GAMBARAN UMUM KEBUN UNIT KONSERVASI BUDIDAYA BIOFARMAKA (UKBB) V GAMBARAN UMUM KEBUN UNIT KONSERVASI BUDIDAYA BIOFARMAKA (UKBB) 5.1 Sejarah Perusahaan Pusat Studi Biofarmaka merupakan suatu lembaga yang meneliti dan mengembangkan tanaman biofarmaka. Pusat Studi Biofarmaka

Lebih terperinci

Ir. Khalid. ToT Budidaya Kopi Arabika Gayo Secara Berkelanjutan, Pondok Gajah, 06 s/d 08 Maret Page 1 PENDAHULUAN

Ir. Khalid. ToT Budidaya Kopi Arabika Gayo Secara Berkelanjutan, Pondok Gajah, 06 s/d 08 Maret Page 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN Bagi Indonesia kopi (Coffea sp) merupakan salah satu komoditas yang sangat diharapkan peranannya sebagai sumber penghasil devisa di luar sektor minyak dan gas bumi. Disamping sebagai sumber

Lebih terperinci

NAMA TEKNOLOGI/ALAT : Penanganan pasca panen biomassa Alga Spirulina sebagai bahan baku industri non pangan

NAMA TEKNOLOGI/ALAT : Penanganan pasca panen biomassa Alga Spirulina sebagai bahan baku industri non pangan Penanganan pasca panen biomassa Alga Spirulina Sebagai bahan baku industri non pangan INFORMASI UMUM NAMA TEKNOLOGI/ALAT : Penanganan pasca panen biomassa Alga Spirulina sebagai bahan baku industri non

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA DKI Jakarta merupakan wilayah terpadat penduduknya di Indonesia dengan kepadatan penduduk mencapai 13,7 ribu/km2 pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini, akan dibahas mengenai ruang lingkup penelitian yang mencakup latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, asumsi

Lebih terperinci

Pengolahan, Pengemasan dan Penyimpanan Hasil Pertanian

Pengolahan, Pengemasan dan Penyimpanan Hasil Pertanian Pengolahan, Pengemasan dan Penyimpanan Hasil Pertanian Teknologi Penanganan dan Pengolahan Hasil Pertanian Mas ud Effendi Tahap Awal Proses Pengolahan (1) Kualitas produk olahan yang dihasilkan sangat

Lebih terperinci

PEMBUATAN SAOS CABE MERAH Nurbaiti A. Pendahuluan Cabe merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi

PEMBUATAN SAOS CABE MERAH Nurbaiti A. Pendahuluan Cabe merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi PEMBUATAN SAOS CABE MERAH Nurbaiti A. Pendahuluan Cabe merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi dan dikembang secara luas oleh petani di Propinsi Aceh.

Lebih terperinci

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan

Lebih terperinci

PRAKTEK BUDIDAYA PERTANIAN YANG BAIK (Good Agricultural Practices) PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PRAKTEK BUDIDAYA PERTANIAN YANG BAIK (Good Agricultural Practices) PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PRAKTEK BUDIDAYA PERTANIAN YANG BAIK (Good Agricultural Practices) PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA Good Agricultural Practices (GAP) GAP menjamin keamanan dan kualitas pangan viabilitas

Lebih terperinci

PASCA PANEN BAWANG MERAH

PASCA PANEN BAWANG MERAH PASCA PANEN BAWANG MERAH Oleh : Juwariyah BP3K Garum Indikator Keberhasilan : Setelah selesai mempelajari modul ini peserta diharapkan mampu : a. Menjelaskan kembali pelayuan dan pengeringan bawang merah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kunyit adalah salah satu tanaman rempah yang sering kita jumpai hampir

BAB I PENDAHULUAN. Kunyit adalah salah satu tanaman rempah yang sering kita jumpai hampir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kunyit adalah salah satu tanaman rempah yang sering kita jumpai hampir di seluruh Indonesia khususnya daerah Ponorogo terutama pada daerah dataran tinggi. Tingkat

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

GUBERNUR SULAWESI TENGAH GUBERNUR SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENGAWASAN KEAMANAN PANGAN SEGAR TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI TENGAH,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup murah. Selain itu, jambu biji juga memiliki khasiat untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup murah. Selain itu, jambu biji juga memiliki khasiat untuk BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Jambu biji merupakan salah satu buah yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia. Jambu biji ini sangat populer karena mudah didapat dan memiliki harga yang cukup murah.

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PASCA PANEN

TEKNOLOGI PASCA PANEN PETUNJUK PRAKTIKUM TEKNOLOGI PASCA PANEN Oleh : TIM PENGAMPU LABORATORIUM AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO 2016 DAFTAR ACARA PRAKTIKUM TEKNOLOGI PASCA

Lebih terperinci

LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan

LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan LAMPIRAN 1 LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI A. IDENTITAS PEKERJA Nama Alamat Usia :... :... :. Tahun Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan Status Perkawinan : 1.Kawin 2.

Lebih terperinci

Bab 5 Aspek Teknis. Bagaimana bentuk tempe yang anda suka? Apa warna tempe yang anda suka? Jenis bahan tempe apa yang anda sukai?

Bab 5 Aspek Teknis. Bagaimana bentuk tempe yang anda suka? Apa warna tempe yang anda suka? Jenis bahan tempe apa yang anda sukai? Bab 5 Aspek Teknis No 1. 5.1. Perencanaan Produk Berdasarkan data kuisioner yang terdapat pada bab 4, maka untuk menentukan perencanaan produk didapat data dari hasil penyebaran kuisioner sebagai berikut:

Lebih terperinci

PENDAHULUAN PENGOLAHAN NILAM 1

PENDAHULUAN PENGOLAHAN NILAM 1 PENDAHULUAN Minyak nilam berasal dari tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan salah satu komoditi non migas yang belum dikenal secara meluas di Indonesia, tapi cukup popular di pasaran Internasional.

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Indonesia banyak sekali ditumbuhi oleh tanaman rimpang karena Indonesia merupakan negara tropis. Rimpang-rimpang tersebut dapat digunakan sebagai pemberi cita

Lebih terperinci

III. PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN OBAT SECARA UMUM

III. PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN OBAT SECARA UMUM III. PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN OBAT SECARA UMUM Penanganan dan Pengelolaan Saat Panen Mengingat produk tanaman obat dapat berasal dari hasil budidaya dan dari hasil eksplorasi alam maka penanganan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. meningkatkan kesehatan. Salah satu jenis tanaman obat yang potensial, banyak

BAB I PENDAHULUAN UKDW. meningkatkan kesehatan. Salah satu jenis tanaman obat yang potensial, banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Tanaman obat telah lama digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai salah satu alternatif pengobatan, baik untuk pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan (kuratif),

Lebih terperinci

E.2. Perancangan standard operating procedures (SOP)...

E.2. Perancangan standard operating procedures (SOP)... E.2. Perancangan standard operating procedures (SOP)... (Fakhrina Fahma, dkk.) PERANCANGAN STANDARD OPERATING PROCEDURES (SOP) PENGOLAHAN PASCA PANEN RIMPANG TANAMAN OBAT DAN IDENTIFIKASI GOOD MANUFACTURING

Lebih terperinci

MAKALAH SAINTIFIKASI JAMU. Upaya Untuk Mengontrol Kualitas Saat Pasca Panen (Sortasi Kering, Pengemasan, Pelabelan, Penyimpanan, Distribusi)

MAKALAH SAINTIFIKASI JAMU. Upaya Untuk Mengontrol Kualitas Saat Pasca Panen (Sortasi Kering, Pengemasan, Pelabelan, Penyimpanan, Distribusi) MAKALAH SAINTIFIKASI JAMU Upaya Untuk Mengontrol Kualitas Saat Pasca Panen (Sortasi Kering, Pengemasan, Pelabelan, Penyimpanan, Distribusi) Kelompok 4 Disusun oleh: Christyn Novyta S 162211101071 Arimbi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang hendak dikonsumsi oleh semua masyarakat Indonesia. Keamanan pangan bukan

BAB I PENDAHULUAN. yang hendak dikonsumsi oleh semua masyarakat Indonesia. Keamanan pangan bukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keamanan pangan merupakan syarat penting yang harus melekat pada pangan yang hendak dikonsumsi oleh semua masyarakat Indonesia. Keamanan pangan bukan hanya

Lebih terperinci

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM SIMPLISIA KERING SEBAGAI SALAH SATU UPAYA UNTUK MENINGKATKAN NILAI TAMBAH PETANI JAHE DI DESA TAMANSARI, KECAMATAN KERJO, KABUPATEN KARANGANYAR BIDANG

Lebih terperinci

KAJIAN PENERAPAN ALAT PENEPUNG PISANG UNTUK PENINGKATAN NILAI TAMBAH DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

KAJIAN PENERAPAN ALAT PENEPUNG PISANG UNTUK PENINGKATAN NILAI TAMBAH DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN KAJIAN PENERAPAN ALAT PENEPUNG PISANG UNTUK PENINGKATAN NILAI TAMBAH DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Susy Lesmayati 1 dan Retno Endrasari 2 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan 2 Balai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan tanaman pertanian yang strategis untuk dibudidayakan karena permintaan cabai yang sangat besar dan banyak konsumen yang mengkonsumsi

Lebih terperinci

E.12. Penetapan harga pokok produksi (HPP) produk rimpang temulawak...

E.12. Penetapan harga pokok produksi (HPP) produk rimpang temulawak... E.12. Penetapan harga pokok produksi (HPP) produk rimpang temulawak... (Fakhrina Fahma, dkk.) PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) PRODUK RIMPANG TEMULAWAK MENGGUNAKAN METODE FULL COSTING SEBAGAI DASAR

Lebih terperinci

Tanya Jawab Seputar DAGING AYAM SUMBER MAKANAN BERGIZI

Tanya Jawab Seputar DAGING AYAM SUMBER MAKANAN BERGIZI Tanya Jawab Seputar DAGING AYAM SUMBER MAKANAN BERGIZI KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN 2012 DAFTAR ISI 1. Apa Kandungan gizi dalam Daging ayam? 2. Bagaimana ciri-ciri

Lebih terperinci

dengan optimal. Selama ini mereka hanya menjalankan proses pembudidayaan bawang merah pada musim kemarau saja. Jika musim tidak menentu maka hasil

dengan optimal. Selama ini mereka hanya menjalankan proses pembudidayaan bawang merah pada musim kemarau saja. Jika musim tidak menentu maka hasil BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era Globalisasi perdagangan internasional memberi peluang dan tantangan bagi perekonomian nasional, termasuk didalamnya agribisnis. Kesepakatankesepakatan GATT, WTO,

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Potensinya terbuka, baik pasar bebas maupun industri. Kebutuhan cabai perkapita (2013) adalah 5 Kg/ tahun. Dengan jumlah penduduk 230 juta jiwa, maka

Lebih terperinci

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di III. TATA LAKSANA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di laboratorium fakultas pertanian UMY. Pengamatan pertumbuhan tanaman bawang merah dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan komoditas sektor perkebunan yang cukup strategis di. Indonesia. Komoditas kopi memberikan kontribusi untuk menopang

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan komoditas sektor perkebunan yang cukup strategis di. Indonesia. Komoditas kopi memberikan kontribusi untuk menopang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi merupakan komoditas sektor perkebunan yang cukup strategis di Indonesia. Komoditas kopi memberikan kontribusi untuk menopang perekonomian nasional dan menjadi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Kimia dan Laboratorium Biondustri TIN IPB, Laboratorium Bangsal Percontohan Pengolahan Hasil

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PRODUKSI TSS SEBAGAI ALTERNATIF PENYEDIAAN BENIH BAWANG MERAH

TEKNOLOGI PRODUKSI TSS SEBAGAI ALTERNATIF PENYEDIAAN BENIH BAWANG MERAH TEKNOLOGI PRODUKSI TSS SEBAGAI ALTERNATIF PENYEDIAAN BENIH BAWANG MERAH Budidaya bawang merah umumnya menggunakan umbi sebagai bahan tanam (benih). Pemanfaatan umbi sebagai benih memiliki beberapa kelemahan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice

Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice 113 LAMPIRAN 113 114 Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice 1 Lokasi Lokasi produksi harus jauh dari tempattempat yang menjadi sumber cemaran, seperti: tempat pembuangan sampah,

Lebih terperinci

BAB IX SANITASI PABRIK

BAB IX SANITASI PABRIK BAB IX SANITASI PABRIK Sanitasi merupakan suatu kegiatan yang terencana terhadap lingkungan produksi, bahan baku, peralatan dan kebersihan, kesehatan, kesejahteraan pekerja, mencegah terjadinya pencemaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buah jambu biji (Psidium guajava) memiliki rasa yang enak dan segar serta memiliki banyak manfaat bagi kesehatan dan juga kecantikan manusia. Buah jambu biji telah lama

Lebih terperinci

ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN

ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN Anna Rakhmawati,M.Si Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY Email:anna_rakhmawati@uny.ac.id Bahan makanan merupakan salah satu kebutuhan primer manusia yang penting

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 22 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2013 sampai September 2013 di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian dan di Laboratorium Rekayasa

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Direktur, Dr. Ir. Ani Andayani, M.Agr. SOP Pascapanen Mawar

KATA PENGANTAR. Direktur, Dr. Ir. Ani Andayani, M.Agr. SOP Pascapanen Mawar KATA PENGANTAR Mawar merupakan jenis tanaman berbunga indah yang sangat diminati pasar dimana bunga ini memiliki aneka ragam warna yang sangat memikat serta semerbak baunya. Oleh karena itu, guna menjaga

Lebih terperinci