BAB I PENDAHULUAN. Manusia lahir ke dunia akan mengalami pertumbuhan dan. perkembangan. Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan akan terjadi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. anak berkebutuhan khusus sebagai bagian dari masyarakat perlu memahami

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pada bab ini penulis akan membuat kesimpulan berdasarkan hasil data dan kajian

BAB I PENDAHULUAN. Menarche merupakan menstruasi pertama yang biasa terjadi pada seorang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wita Astuti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan fisik dan juga kelainan fisik yang sering disebut tunadaksa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa kanak kanak ke masa dewasa, terutama perubahan alat reproduksi.

BAB I PENDAHULUAN. Population and Development atau ICPD kairo, 1994). Mendefinisikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau

Pentingnya Sex Education Bagi Remaja

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup pasti mengalami tahapan perkembangan. Ini

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA (13-15 TAHUN) KELAS VII DAN VIII TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMPN 29 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik

BAB 1 : PENDAHULUAN. sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. generasi berikutnya (Jameela, 2010). fase ini individu mengalami perubahan dari anak-anak menuju dewasa

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki yang akan ditunjukan pada orang lain agar terlihat berbeda dari pada

BAB I PENDAHULUAN. antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun. Menurut WHO (World

BAB I PENDAHULUAN. penduduk dunia. Menurut World Health Organization sekitar seperlima dari

BAB I PENDAHULUAN. alat-alat kelamin manusia mencapai kematangannya. Secara anatomis berarti alatalat

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mayang Wulan Sari,2014

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, pada tahun 2010 tercatat 48 % kekerasan terjadi pada anak,

perubahan-perubahan fisik itu (Sarwono, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tumbuh kembang merupakan proses yang terjadi secara

KETIKA ANAK BERTANYA TENTANG SEKS

BAB 1 PENDAHULUAN. mempertahankan perasaan kesegaran serta mencegah timbulnya penyakit akibat

BAB I PENDAHULUAN. distribusi lemak pada daerah pinggul. Selama ini sebagian masyarakat merasa

BABI PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan media komunikasi yang semakin pesat,

BAB I PENDAHULUAN. tampak pada pola asuh yang diterapkan orang tuanya sehingga menjadi anak

BAB 1 PENDAHULUAN. sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa remaja banyak terjadi perubahan baik secara fisik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengambil peran yang cukup besar daripada ayah terutama pada. perkembangan anak perempuan, karena kesamaan gender dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Remaja adalah mereka yang berada pada tahap transisi

BAB I PENDAHULUAN. Setiap wanita berbeda-beda waktunya dalam mendapatkan menarche atau

Lampiran 1 Kuestioner Sikap Ibu terhadap Pendidikan Seks KUESTIONER SIKAP IBU TERHADAP PENDIDIKAN SEKS PADA PRAREMAJA USIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. tetapi ada beberapa permasalahan seperti perkembangan seksual,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang penting dan patut. bagi kehidupan seorang pria maupun wanita.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peserta tingkat pendidikan ini berusia 12 hingga 15 tahun. Dimana pada usia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. khusus (ABK) adalah anak yang dalam proses pertumbuhan atau. sosial dan emosional dibanding dengan anak-anak lain seusianya.

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH MEDIA BOOKLET TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SANTRI TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI PESANTREN DARUL HIKMAH TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. remaja adalah datang haid yang pertama kali atau menarche, biasanya sekitar umur

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan

BAB I PENDAHULUAN. Data Demografi menunjukkan bahwa penduduk di dunia jumlah populasi remaja

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI SD NEGERI I GAYAM KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. mana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.

HUBUNGAN PERAN IBU DENGAN PERILAKU VULVA HYGIENE SAAT MENSTRUASI PADA SISWI SMP NEGERI 1 PLERET BANTUL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. menyenangkan. Apalagi pada masa-masa sekolah menengah atas. Banyak alasan. sosial yang bersifat sementara (Santrock, 1996).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses

BAB I PENDAHULUAN. tumpuan harapan yang akan bisa melanjutkan cita-cita bangsa Indonesia. Sebagai

erotis, sensual, sampai perasaan keibuan dan kemampuan wanita untuk menyusui. Payudara juga dikaitkan dengan kemampuan menarik perhatian pria yang

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. usia tahun atau pada masa awal remaja di tengah masa pubertas

BAB I PENDAHULUAN. kematangan seksual. Perubahan-perubahan ini terjadi pada masa-masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Tubuh manusia mengalami berbagai perubahan dari waktu kewaktu

SURAT PERSETUJUAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan transisi dalam moralitas (Suhud & Tallutondok., 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SKRIPSI. Skripsi ini disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat. Melakukan Penelitian di Bidang Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh :

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa

BAB 1 PENDAHULUAN. akan mendapatkan ciri-ciri fisik dan sifat yang memungkinkan mampu

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja atau pubertas adalah usia antara 10 sampai 19 tahun, dan

Dalam sebuah siklus kehidupan, masa puber merupakan salah satu masa. yang tidak mudah untuk dilalui oleh individu. Masa puber dianggap sebagai masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Organ reproduksi merupakan salah satu hal penting dalam kehidupan

`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN : GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA KELAS VII TENTANG PERUBAHAN SEKS SEKUNDER DI SMP N 1 MAYONG JEPARA

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 2. PERKEMBANGAN PADA MANUSiAlatihan soal 2.4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga

Modul 6 PERKEMBANGAN JIWA AGAMA PADA MASA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Perkembangan Sepanjang Hayat

PENGETAHUAN DAN KESIAPAN REMAJA PUTRI DALAM MENGHADAPI MENARCHE DI SD NEGERI NO MEDAN TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. and Development (ICPD) di Kairo (1994), adalah tentang seksual dan

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa. Remaja

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi mempengaruhi kualitas sumber daya manusia,

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh menjadi

BAB I PENDAHULUAN. fisik, biologis, psikologis dan sosial budaya (Sarwono, 2008). dan hormonal yang terjadi selama masa remaja awal.

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan kesempatan untuk pertumbuhan fisik, kognitif, dan psikososial tetapi juga

Standar Kompetensi 1. Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia. Kompetensi Dasar 1.2. Mendeskripsikan tahapan perkembangan manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata bebas

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lahir ke dunia akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan akan terjadi fase-fase perkembangan yang dimulai dari masa bayi, masa anak-anak, masa remaja, dan masa dewasa. Dalam menjalankan fase-fase perkembangan individu dihadapkan pada sejumlah tugas perkembangan yang harus dikuasai. Dari semua tugas perkembangan, masa remaja merupakan masa yang paling menentukan karena masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa dimana anak sudah tidak mau lagi dikatakan anak-anak tetapi ia juga belum bisa dikatakan orang dewasa. Hurlock yang diterjemahkan oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo (1980: 207) menyatakan bahwa: Masa remaja sebagai periode yang paling penting karena perjalanan hidup selama masa remaja secara langsung maupun jangka panjang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku, serta akibat fisik dan psikologis remaja sangat menentukan kebahagiaan saat itu dan mendatang. Individu yang dapat menjalankan tugas perkembangannya dengan baik maka akan mudah untuk menjalankan tugas perkembangan berikutnya. Namun jika individu tidak dapat menyelesaikan tugas perkembangannya maka akan mengalami kesulitan dalam menjalankan tugas perkembangan berikutnya. Menurut Havigurst (Marsudi, 2010: 15-20) terdapat sepuluh tugas-tugas perkembangan yang harus dikuasai oleh remaja diantaranya tugas perkembangan mencapai peranan sosial pria dan wanita, menerima keadaan

2 fisiknya dan menggunakannya secara efektif. Kedua tugas perkembangan tersebut berada pada fase remaja awal. Hurlock (1980: 206 ) membagi masa remaja dalam dua tahapan yaitu masa remaja awal berlangsung antara rentang usia 13 hingga 16 atau 17 tahun dan masa remaja akhir berlangsung antara rentang usia 16 atau 17 hingga 18 tahun. Masa remaja awal disebut juga dengan masa puber yang ditandai dengan perubahan psikis dan fisik. Perubahan psikis pada masa puber adalah mulai adanya perasaan suka atau tertarik terhadap lawan jenis. Sedangkan perubahan fisik berkaitan dengan tumbuhnya bulu-bulu di daerah tertentu, membesarnya payudara dan pinggul pada remaja putri serta dimulainya haid. Haid merupakan permulaaan berfungsinya alat-alat reproduksi. Pada remaja laki-laki berfungsinya alat-alat reproduksi ditandai dengan mimpi basah. Berkaitan dengan masa puber Hurlock yang diterjemahkan oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo (1980: 184) mengungkapkan bahwa: Pubertas adalah periode dalam rentang perkembangan ketika anak-anak berubah dari makhluk Aseksual menjadi seksual (alat reproduksi menjadi berfungsi), yang ditandai dengan perempuan mengalami menstruasi pertamakali (Menarche) dan sudah bisa hamil sedangkan laki-laki mengalami mimpi basah pertama kali (Pullutio) dan sudah mampu menghamili. Ketika remaja putri mulai mengalami haid, maka pengetahuan dan keterampilan dalam memelihara kesehatan alat-alat reproduksi harus dikuasai sehingga dalam menjalankan kehidupan sesuai dengan yang diharapkan. Halhal yang berkaitan dengan kesehatan alat-alat reproduksi ketika remaja putri

3 mengalami masa haid adalah seputar penggunaan pembalut dan kebersihannya, kebersihan vagina sampai pada mandi junub. Peran orangtua sangat diperlukan ketika anaknya dihadapkan pada situasi haid. Orangtua hendaknya memberikan informasi praktis tentang bagaimana cara mengatasi situasi masa haid dan mimpi basah yang bisa menakutkan ketika anak belum siap. Dalam Kompasiana (2011) disebutkan bahwa orangtua mempunyai tanggung jawab untuk mempersiapkan anak menghadapi masa haid. Ketika anak perempuan akan mengalami haid pertama, pastikan mereka tahu apa yang mereka hadapi. Tunjukan pembalut dan bagaimana cara penggunaannya. Pengetahuan dan keterampilan yang berhubungan dengan kesehatan alatalat reproduksi tidak hanya dikuasai oleh remaja pada umumnya, tetapi remaja tunarungu juga harus menguasainya agar dalam menjalankan kehidupannya tidak selalu tergantung kepada orang lain terutama keluarganya. Dengan demikian remaja tunarungu akan mandiri dan memiliki kepercayaan diri. Remaja tunarungu adalah mereka yang mengalami hambatan dalam pendengarannya yang dapat mengakibatkan gangguan komunikasi secara verbal. Oleh karena itu dalam menjalankan kehidupannya, mereka lebih banyak menggunakan visual. Remaja tunarungu pada umumnya kurang mampu memahami informasi yang diperoleh melalui bahasa verbal. Studi pendahuluan yang penulis lakukan menunjukkan bahwa di lapangan terdapat remaja tunarungu yang belum menguasai keterampilan dalam memelihara kesehatan alat-alat reproduksi ketika mengalami haid. Hal

4 ini terlihat dari sikap dan prilaku remaja tunarungu yang menjadi pendiam, menjauhi teman-temannya, mengurung diri, atau sebaliknya menjadi mudah tersinggung dan pemarah, bahkan ada juga remaja tunarungu putri tidak mau pergi ke sekolah ketika sedang haid. Hurlock diterjemahkan Istiwidayanti dan Soedjarwo (1980: 185) menyatakan bahwa: Perubahan pesat yang terjadi selama masa remaja menimbulkan keraguan, perasaan tidak mampu dan tidak aman, dan dalam banyak kasus mengakibatkan perilaku yang kurang baik. Menurut penelitian hasil dari partisipan dari 23 negara sepertiga responden mengatakan mereka tidak diberitahu tentang haid sebelumnya, sehingga tidak siap dan tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Dari survei tersebut mereka yang tidak pernah tahu masalah haid, menyatakan bahwa hal ini merupakan pengalaman yang sangat buruk dan haid pertama membuat panik, traumatis, malu, dan takut (dwp, 2006). Penelitian yang dilakukan Casmini (1998: 80) terhadap remaja tunagrahita yang berkaitan dengan masalah mentruasi mengemukakan bahwa: Kemampuan remaja tunagrahita dalam memelihara kebersihan dan kesehatan diri terutama dalam hal menstruasi dianggap belum mampu, dikarenakan keterbatasan intelegensi dan informasi. Dengan demikian baik remaja tunagrahita maupun remaja tunarungu memiliki permasalahan yang sama ketika mengalami masa haid. Permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam situasi masa haid bukan hanya tanggung jawab orang tua saja tetapi peran serta dari lembaga pendidikan dalam hal ini adalah Sekolah Luar Biasa (SLB) juga diperlukan.

5 SLB bagian B hendaknya memberikan bekal kepada remaja tunarungu tentang pengetahuan dan keterampilan yang harus dimilikinya ketika ia menghadapi situasi haid untuk pertama kalinya sehingga remaja tunarungu memiliki keterampilan dalam memelihara kesehatan alat-alat reproduksi. Pendidikan mengenai kesehatan reproduksi merupakan bagian dari pendidikan seks yang seharusnya diberikan kepada remaja baik melalui pendidikan formal maupun informal. Materi pengetahuan kesehatan alat-alat reproduksi ini ditekankan kepada upaya untuk mengusahakan dan merumuskan perawatan kesehatan alat-alat reproduksi serta menyediakan informasi yang komprehensif bagi para remaja termasuk remaja tunarungu (Dokterkecil, 2011). Kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa di SLB bagian B yang menjadi lokasi penelitian belum memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada remaja tunarungu ketika mengalami haid untuk pertama kalinya, sehingga dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh remaja tunarungu masih bersifat situasional karena belum adanya program yang dapat mangakomodir kebutuhan remaja tunarungu pada masa haid. Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Nurhastuti (2005) pada remaja tunagrahita yang menyatakan bahwa: Program pendidikan seks di sekolah yang ditelitinya belum mengakomodasi kebutuhan remaja tunagrahita terutama pada saat remaja mengalami masa haid. Dalam mengatasi permasalahan yang dialami remaja tunagrahita masih bersifat kasuistis dan belum menjangkau setiap remaja. Tindakan diberikan pada individu tertentu yang mengalami permasalahan.

6 Sejalan dengan penelitian di atas, Sulistiawati (2010) melakukan penelitian tentang pendidikan seks pada remaja tunagrahita dengan hasil penelitiannya adalah sebagai berikut: Sekolah tidak memiliki program pendidikan seksual secara khusus hanya berkaitan dengan mata pelajaran bina diri dan IPA. Selama ini pelaksanaannya hanya merupakan inisiatif dari guru saja. Tidak ada jadwal khusus hanya situasional jika ada kasus atau penyimpangan yang terjadi dan ketika materi dalam pelajaran berhubungan dengan persoalan seks, baru pendidikan seks diberikan kepada anak. Program yang diberikan kepada remaja tunarungu saat ini adalah program khusus yang berkaitan dengan hambatan pendengaran dan komunikasi. Pembelajaran masih berpusat pada masalah akademik tanpa memperhatikan aspek keterampilan yang berkaitan dengan merawat diri terutama dalam memelihara kesehatan alat-alat reproduksi. Hal ini terjadi karena tunarungu memiliki kecerdasan yang sama dengan anak pada umumnya sehingga pengetahuan dan keterampilan yang berhubungan dengan merawat diri tidak diberikan. Jika dilihat dari permasalahan-permasalahan yang terjadi dilapangan, keterampilan merawat diri sangat dibutuhkan oleh semua anak berkebutuhan khusus termasuk remaja tunarungu. Hal serupa diungkapkan oleh Widya bahwa: Pembelajaran merawat diri diajarkan atau dilatihkan pada anak berkebutuhan khusus mengingat dua aspek yang melatar belakanginya. Latar belakang yang utama yaitu aspek kemandirian yang berkaitan dengan aspek kesehatan, dan latar belakang lainnya yaitu berkaitan dengan kematangan sosial budaya. Sebagai guru yang mengajar remaja tunarungu, dalam memberikan pengetahuan dan keterampilan merawat diri dibutuhkan sebuah program yang

7 dapat mempermudah dalam pelaksanaannya. Program yang dibuat harus berdasarkan pada kebutuhan masing-masing individu. Oleh karena itu penulis berkeinginan untuk mengadakan penelitian yang dapat membuat program pembelajaran merawat diri dalam hal ini adalah keterampilan memelihara kesehatan alat-alat reproduksi pada remaja tunarungu yang nantinya dapat digunakan guru dalam memberikan pengetahuan dan keterampilan memelihara kesehatan alat-alat reproduksi pada remaja tunarungu. B. Fokus Penelitian Fokus yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah Program Pembelajaran Memelihara Kesehatan alat-alat Reproduksi pada Remaja Tunarungu di? C. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan fokus tersebut di atas maka diperlukan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimanakah kondisi objektif keterampilan memelihara kesehatan alatalat reproduksi pada remaja tunarungu di SLB YKS III Katapang Kabupaten Bandung? 2. Apa kebutuhan remaja tunarungu yang berkaitan dengan keterampilan memelihara kesehatan alat-alat reproduksi di SLB YKS III Katapang Kabupaten Bandung?

8 3. Program pembelajaran bagaimana yang dapat diterapkan dalam memelihara kesehatan alat-alat reproduksi pada remaja tunarungu di SLB YKS III Katapang Kabupaten Bandung? D. Tujuan Penelitian Yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Memperoleh gambaran kondisi objektif keterampilan memelihara kesehatan alat-alat reproduksi pada remaja tunarungu di SLB YKS III Katapang Kabupaten Bandung. 2. Memperoleh gambaran kebutuhan remaja tunarungu yang berkaitan dengan keterampilan memelihara kesehatan alat-alat reproduksi di SLB YKS III Katapang Kabupaten Bandung. 3. Membuat program pembelajaran memelihara kesehatan alat-alat reproduksi pada remaja tunarungu di SLB YKS III Katapang Kabupaten Bandung. E. Manfaat Penelitian praktis. Penelitian ini dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberi masukan berupa kajian konseptual yang berkaitan dengan program

9 keterampilan memelihara kesehatan alat-alat reproduksi pada remaja tunarungu sehingga turut memperkaya disiplin ilmu Pendidikan Kebutuhan Khusus. 2. Manfaat Praktis Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan bahan pertimbangan bagi pihak-pihak sebagai berikut: Bagi orangtua, sebagai masukan untuk menindak lanjuti kegiatan yang dilakukan di sekolah yang berkaitan dengan keterampilan memelihara kesehatan alat-alat reproduksi pada remaja tunarungu. Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam melaksanaan pembelajaran memelihara kesehatan alat-alat reproduksi pada remaja tunarungu. Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan tentang bagaimana membuat program pembelajaran memelihara kesehatan alat-alat reproduksi pada remaja tunarungu. F. Definisi Konsep 1. Program Pembelajaran Memelihara Kesehatan Alat-alat Reproduksi Program pembelajaran memelihara kesehatan reproduksi adalah program pembelajaran yang dibuat untuk membantu guru dalam memberikan keterampilan memelihara kesehatan alat-alat reproduksi pada remaja tunarungu.

10 Sedangkan yang dimaksud kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran dan sistem reproduksi (Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan, 1994). Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja baik secara fisik, mental serta sosial kultural. Dalam penelitian ini adalah memelihara kesehatan alat-alat reproduksi ketika remaja tunarungu putri akan mengalami haid, dan yang telah mengalami haid. 2. Remaja Tunarungu Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan remaja tunarungu adalah mereka yang digolongkan pada remaja awal berusia antara 13 sampai 16 tahun yang mengalami hambatan pendengaran sehingga berdampak pada perkembangan bahasa dan komunikasinya oleh karena itu memerlukan pengetahuan keterampilan merawat diri dalam memelihara kesehatan alatalat reproduksi.