BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Jambi Tahun I. PENDAHULUAN

KEBIJAKAN NASIONAL MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM

PRAKTEK GAYA HIDUP BERWAWASAN LINGKUNGAN PADA KOMUNITAS PENGGUNA SEPEDA, KRL, DAN TRANSJAKARTA DI METROPOLITAN JAKARTA TUGAS AKHIR

Pedoman Umum Rencana Aksi Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca

Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dan Proyeksi Emisi CO 2 untuk Jangka Panjang

IMPLEMENTA IMPLEMENT S A I S IRENCANA RENCAN A AKSI AKSI NAS NA I S O I NA N L PENURU PENUR NA N N EMISI EMISI GAS RUMA M H H KACA

EMISI KENDARAAN PADA RUAS JALAN PROVINSI DI JAWA BARAT

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2012

GREEN TRANSPORTATION

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

Pelaksanaan RAN/RAD-GRK: Sebagai Pedoman Mewujudkan Pembangunan Rendah Karbon

I. PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung merupakan sebuah pusat kota, sekaligus ibu kota Provinsi

Sustainable Energy Research Centre, U. Transportasi Rendah Emisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 49 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA AKSI DAERAH PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAD-GRK)

KEBIJAKAN NASIONAL ANTISIPASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN. Deputi Bidang SDA dan LH

KEBIJAKAN NASIONAL DALAM MENDUKUNG PEMDA MELAKSANAKAN PROGRAM PENURUNAN EMISI GRK DAN SISTEM PEMANTAUANNYA

PENDAHULUAN LAPORAN AKHIR Latar Belakang

Pandangan Indonesia mengenai NAMAs

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

Perspektif Good Governance dan RPP Pengendalian Perubahan Iklim

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IKLIM. Dr. Armi Susandi, MT. Pokja Adaptasi, DNPI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Transportasi dan mobilitas penduduk menjadi dua hal yang tidak dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

Sosialisasi Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD GRK) Tahun 2013

KETAHANAN PANGAN DAN PERUBAHAN IKLIM ENDAH MURNNINGTYAS DEPUTI SDA DAN LH KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan

BAB V PEMBAHASAN. Kota Surakarta

RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAN-GRK)

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna

KEPEMIMPINAN IKLIM GLOBAL PERJANJIAN KERJA SAMA (PKS)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Jawa merupakan salah satu pulau yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Mobil Penumpang (emp) adalah faktor yang menunjukkan pengaruh berbagai tipe

No pemeliharaan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati sebagai modal dasar pembangunan. Penerapan prinsip Keuangan Berkelanjutan sebagai per

Laporan Kegiatan Workshops/sosialisasi Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Jambi Tahun 2012 I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi suatu negara atau daerah tidak terlepas dari

Sambutan Endah Murniningtyas Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Balikpapan, Februari 2012

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN. Kerangka Acuan Kerja PEGAWAI TIDAK TETAP (51) BIDANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KEBIJAKAN TRANSPORTASI BERKELANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

INTEGRASI RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GRK KE DALAM PEMBANGUNAN

Pelaksanaan RAN/RAD-GRK: Sebagai Pedoman Mewujudkan Pembangunan Berkualitas

(RAD Penurunan Emisi GRK) Pemanasan Global

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/345/KPTS/013/2012 TENTANG

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. ini dalam mendukung perkembangan kemajuan kota-kota besar di dunia, namun

PENGARUSUTAMAAN PERUBAHAN IKLIM KE DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. ketepatan waktu, sehingga kereta api sangat dapat diandalkan (reliable). Pesaing

Versi 27 Februari 2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Semarang merupakan ibu kota propinsi Jawa Tengah. Kota

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasionall Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB 1. PENDAHULUAN. Kalimantan Tengah pada tahun 2005 diperkirakan mencapai 292 MtCO2e 1 yaitu

ECO TRANSPORTATION Sustainable Transportation Options Lab Transportasi (DTS - FTUI) Konsorsium Sepeda Untuk Sekolah (SUS) 360 Bike Co

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan dari hasil survei, perhitungan dan pembahasan dapat diperoleh

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Kupang merupakan ibukota Provinsi Nusa Tenggara Timur yang

Slide 1. Paparan Menteri Perindustrian pada acara TROPICAL LANDSCAPES SUMMIT: A GLOBAL INVESTMENT OPPORTUNITY 28 APRIL 2015, Shangri la Hotel Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor transportasi merupakan salah satu mata rantai jaringan distribusi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

KEBIJAKAN DAN PROGRAM KONSERVASI ENERGI Yogyakarta, 13 Juli 2017

APA ITU GLOBAL WARMING???

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perilaku Pergerakan Masyarakat Perkotaan Dalam Proses Urbanisasi Wilayah di Kabupaten Tegal TUGAS AKHIR. Oleh: TITI RATA L2D

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

PELAKSANAAN KOMITMEN INDONESIA DALAM PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam

Strategi dan Kebijakan Provinsi Maluku Untuk Mencapai Target Penurunan Emisi:

2018, No Produk, Kehutanan dan Penggunaan Lahan Lainnya, dan Limbah; d. bahwa Pedoman Umum Inventarisasi GRK sebagaimana dimaksud dalam huruf c

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Infrastruktur adalah bangunan yang mendukung dan atau meningkatkan

Sambutan Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Bappenas selaku Ketua Majelis Wali Amanat ICCTF dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas udara berarti keadaan udara di sekitar kita yang mengacu pada

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

PENCEGAHANKEBAKARAN LAHAN DAN KEBUN. Deputi Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup Solo, 27 Maret 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Armandha Redo Pratama, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Transportasi memegang peranan penting dalam perkotaan dan salah satu

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Penyediaan fasilitas parkir untuk sepeda

I. PENDAHULUAN. ini. Penyebab utama naiknya temperatur bumi adalah akibat efek rumah kaca

Peningkatan Kepedulian dan Pemahaman Masyarakat akan Dampak Perubahan Iklim. oleh: Erna Witoelar *)

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi sebagai penggerak, pendorong dan penunjang. dan prasarana yang didukung oleh tata laksana dan sumber daya manusia

PERTUMBUHAN LEBIH BAIK, IKLIM LEBIH BAIK

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG PENERBITAN DAN PERSYARATAN EFEK BERSIFAT UTANG BERWAWASAN LINGKUNGAN (GREEN BOND)

PEDOMAN PENYUSUNAN RAD-GRK

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Didorong oleh issue perubahan iklim dunia yang menghangat belakangan ini

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di sektor transportasi, peningkatan mobilisasi dengan kendaraan pribadi menimbulkan peningkatan penggunaan kendaraan yang tidak terkendali sedangkan penambahan ruas jalan tidak mampu untuk memenuhi hal tersebut (Dishubkominfo Kota Surakarta, 2012). Dominasi kendaraan pribadi akan meningkatkan kemacetan, polusi udara (NO X, CO 2, Partikel, HC/VOC, CO, SO 2, Pb), konsumsi bahan bakar, dan emisi gas rumah kaca (CO 2 dan NH 4 ). Hal tersebut dianggap sebagai pemicu permasalahan lingkungan dan perubahan iklim yang sudah menjadi perhatian secara global, demikian juga Pemerintah Indonesia yang menindaklanjuti kesepakatan Bali Action Plan pada The Conferences of Parties (COP) ke-13 United Nations Frameworks Convention on Climate Change (UNFCCC) dan hasil COP ke-15 di Copenhagen dan COP ke-16 di Cancun serta komitmen Pemerintah Indonesia dalam pertemuan G-20 di Pittsburg untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 26 % dengan usaha sendiri dan 41 % jika mendapat bantuan internasional pada tahun 2020 dari kondisi tanpa adanya rencana aksi (bussines as usual / BAU). Untuk mencapainya maka perlu disusun langkah langkah untuk menurunkan emisi gas rumah kaca (Bappenas, 2011). Melalui Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2011 dibuatlah usulan aksi mitigasi di lima bidang prioritas (Pertanian, Kehutanan dan Lahan Gambut, Energi dan Transportasi, Industri, Pengelolaan Limbah) serta kegiatan pendukung lainnya. Dalam upaya menurunkan emisi gas rumah kaca muncul ide ide dari segi teknologi otomotif berupa kendaraan ramah lingkungan dengan memanfaatkan energi alternatif yang relatif hemat dan tidak menimbulkan polusi. Selain itu solusi permasalahan transportasi diupayakan dengan mengembangkan konsep sustainable transport (transportasi yang berkelanjutan) yang berfokus pada penyediaan kebutuhan mobilitas dan aksesibilitas masyarakat secara aman, terjangkau, dan ramah lingkungan. Pergerakan dengan kendaraan tidak bermotor / NMT (non-motorized transport) menjadi bagian dalam konsep transportasi yang berkelanjutan karena kelebihannya yaitu tidak menimbulkan polusi udara (gas rumah kaca dan lain - lain), polusi suara yang kecil, efisien untuk menempuh jarak pendek dan penggunaan ruang jalan, dapat

2 dinikmati oleh masyarakat dari berbagai lapisan, aktivitas berolahraga, tidak memerlukan bahan bakar fosil (sumber yang tidak dapat diperbarui), mengurangi tingkat kecelakaan akibat kendaraan berkecepatan tinggi (Susantono, 2012). Untuk perjalanan jarak beberapa kilometer, bersepeda merupakan alternatif transportasi yang lebih sehat dan ramah lingkungan dibandingkan kendaraan bermotor. Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2011 yang menetapkan Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN-GRK) merupakan pedoman nasional untuk penurunan emisi yang akan dilakukan bersama oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, swasta/pelaku usaha dan masyarakat. Di lingkup Pemerintah Derah Tingkat II dalam hal ini adalah Kota Surakarta juga memiliki landasan hukum lain yang juga perlu disinergikan pelaksanaannya diantaranya adanya Undang Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang maka Pemerintah Kota Surakarta menyusun penataan ruang ke dalam Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surakarta Tahun 2011-2031. Selain itu dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan juga mengatur tentang perlunya jalur sepeda. Dalam mewujudkan visi kota sebagai kota budaya yang berbasis pada sektor jasa, perdagangan, wisata, olahraga, pendidikan dan industri, pengelolaan transportasi menjadi salah satu kuncinya. Kota Surakarta atau lebih dikenal dengan sebutan Solo mendeklarasikan sebagai Ecocultural City dalam pengembangan tata kelola ruang perkotaan untuk mewujudkan kota warisan budaya yang ramah lingkungan (Pemerintah Kota Surakarta, 2012). Kota Surakarta juga memiliki jalur lambat untuk kendaraan tidak bermotor di beberapa ruas jalan. Beberapa dekade lalu sepeda menjadi kendaraan yang banyak digunakan sebelum kendaraan bermotor mendominasi lalu lintas jalan raya. Jalur lambat diperlukan pada jalan dengan lalu lintas kendaraan berkecepatan tinggi agar tidak terjadi mix-traffic dengan kendaraan yang berkecepatan rendah. Upaya untuk membuat jalan lebih aman dan nyaman bagi pengguna kendaraan tidak bermotor terutama sepeda diperlukan agar banyak orang yang memilih untuk bersepeda (ITDP, 2012). Selain itu penyediaan fasilitas pendukung yang sesuai perlu diupayakan untuk menarik masyarakat untuk bersepeda. Upaya pemerintah berupa kebijakan transportasi, saat ini masih dalam proses implementasi sehingga strategi yang diterapkan khususnya terkait pengembangan bersepeda memerlukan masukan-

3 masukan untuk dilakukan perbaikan-perbaikan yang lebih rasional dan mendapat dukungan masyarakat. 1.2 Permasalahan Berbagai kebijakan dan strategi dipersiapkan pemerintah baik dari pemerintah pusat sampai pemerintah kota untuk melaksanaakan pembangunan yang pro lingkungan. Pengembangan transportasi yang berkelanjutan dilakukan Pemerintah Kota Surakarta dalam upaya mengatasi masalah peningkatan mobilitas penduduk agar dapat memberi kelancaran mobilitas orang dan distribusi barang. Keberadaan jalur lambat di beberapa ruas jalan utama yang telah lama dimiliki Kota Surakarta memberi nilai lebih bagi para pengguna kendaraan tidak bermotor (sepeda dan becak), meski di beberapa segmen dalam kondisi rusak dan tidak dilakukan penanganan/pemeliharaan yang memadai. Selain itu berkembangnya sektor bisnis dan perdagangan baik formal maupun informal menimbulkan besarnya kebutuhan ruang untuk berdagang dan parkir sehingga jalur lambat tidak dapat dilalui dengan nyaman oleh pengguna kendaraan tidak bermotor (sepeda/becak). Sepeda yang dulu banyak diminati masyarakat, tergeser oleh kendaraan bermotor yang saat ini mendominasi lalu lintas di jalan raya. Berkembangnya gerakan masyarakat berupa komunitas sepeda di Kota Surakarta seperti Bike to Work, Sepeda Onthel Lawas Solo (SOLO), dan lain lainnya menjadi wadah masyarakat untuk menyalurkan hobi bersepeda dalam berbagai bentuk motivasi dan kesamaan, sehingga menjadikan sepeda mulai dipopulerkan kembali. Keinginan agar jalur lambat dapat dioptimalkan disampaikan para pesepeda demi mendapat rasa nyaman dan aman dalam bersepeda. Selain itu melalui komunitas ini bisa dijadikan penggerak masyarakat untuk ikut serta dalam mewujudkan transportasi yang berkelanjutan dan memberikan hak bagi pesepeda yang menjadikan sepeda satu-satunya moda transportasi yang terjangkau. Agar dapat menggerakkan keinginan masyarakat untuk bersepeda maka perlu diketahui motivasi apa yang dapat mempengaruhinya berikut kendala-kendala apa yang dapat menghambat. Kajian tentang motivasi bersepeda perlu dilakukan sehingga bersepeda dapat diminati masyarakat dan ditingkatkan demi mewujudkan transportasi yang ramah lingkungan di Kota Surakarta.

4 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Penelitian ini dimaksudkan melakukan kajian strategi pengembangan untuk mengembangkan fasilitas bersepeda yang diminati masyarakat terkait dengan motivasi yang mempengaruhi bersepeda. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi minat masyarakat maupun kendalakendala untuk bersepeda. 2. Menyusun peringkat pilihan fasilitas bersepeda yang dianggap penting berdasarkan preferensi masyarakat. 3. Menyusun usulan strategi pengembangan fasilitas bersepeda. 1.4 Batasan Penelitian Dengan adanya keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga, serta sesuai tujuan penelitian yang ingin dicapai maka penentuan teknik penyebaran kuesioner dilakukan berdasarkan keterjangkauan para surveyor terhadap responden. Penelitian dilakukan berdasarkan preferensi masyarakat. Penelitian kuantitatif-kualitatif ini terbatas dari jenis responden yang terjaring karena tidak dilakukan secara purposive sampling sehingga proporsi sampel terhadap komposisi populasi tidak sama. Kuesioner berupa jajak pendapat mengenai peringkat fasilitas bersepeda menurut persepsi masyarakat menjadi salah satu bentuk masukan prioritas yang dapat dijadikan pertimbangan usulan pengembangan fasilitas bersepeda. Selain itu berbagai advis kebijakan dan best practice yang menjadi rujukan untuk rekomendasi dalam tahap monitoring dan evaluasi kebijakan tersebut. Strategi yang diusulkan berdasarkan konsep manajemen mobilitas transportasi perkotaan. 1.5 Sistematika Penulisan Penulisan penelitian ini secara garis besar dibagi menjadi beberapa bab sebagai berikut: Bab 1 Pendahuluan membahas mengenai latar belakang, permasalahan, lokasi penelitian, maksud dan tujuan penelitian, batasan penelitian, dan sistematika penulisan. Bab 2 Tinjauan Pustaka, berisi mengenai kajian maupun referensi yang mendukung penelitian ini. Bab 3 Metode Penelitian, berisi kerangka penelitian, desain penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, kesimpulan/rekomendasi, dan jadwal penelitian.

5 Bab 4 Data dan Analisis, berisi penyajian hasil olah data dari survei yang dilaksanakan. Bab 5 Pembahasan, berisi pembahasan dari analisa data dan pertimbangan dalam penentuan strategi yang direkomendasikan. Bab 6 Kesimpulan dan Rekomendasi, berisi capaian dari tujuan dalam penelitian ini dan rekomendasi.