HUBUNGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DENGAN PENGUASAAN KONSEP SERTA KAITANNYA DENGAN GAYA KOGNITIF FIELD DEPENDENT-FIELD INDEPENDENT

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DENGAN PENGUASAAN KONSEP SERTA KAITANNYA DENGAN GAYA KOGNITIF FIELD DEPENDENT-FIELD INDEPENDENT

2015 HUBUNGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DENGAN PENGUASAAN KONSEP SISWA KELAS VII TERKAIT DENGAN GAYA KOGNITIF FIELD DEPENDENT-FIELD INDEPENDENT

ANALISIS GAYA KOGNITIF FIELD DEPENDENT DAN FIELD INDEPENDENT TERHADAP PENGUASAAN KONSEP FISIKA SISWA KELAS VII

PENGARUH KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN SIKAP ILMIAH TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP IPA

HUBUNGAN GAYA BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 4 PADANG JURNAL

HUBUNGAN ANTARA KESUNGGUHAN (CONSCIENTIOUSNESS) DENGAN HASIL BELAJAR BIOLOGI: STUDI KORELASIONAL TERHADAP SISWA KELAS X MIPA DI SMA NEGERI 38 JAKARTA

Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN ) Volume II No 1, Januari 2016

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM QUIZ PADA KONSEP SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 8 KOTA TASIKMALAYA JURNAL

BAB III METODE PENELITIAN Σ XY

PENGEMBANGAN TES KETERAMPILAN PROSES SAINS MATERI FLUIDA STATIS KELAS X SMA/MA

PENERAPAN METODE MIND MAPPING PADA KONSEP SALING KETERGANTUNGAN DALAM EKOSISTEM DI KELAS VII SMP NEGERI 16 TASIKMALAYA JURNAL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Anisa Nur Utami*) Purwati Kuswarini*)

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SMK BERGAYA KOGNITIF FIELD DEPENDENT

ANALISIS KESALAHAN BERDASARKAN PROSEDUR NEWMAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF MAHASISWA

Scaffolding untuk Mengatasi Kesalahan Menyelesaikan Soal Cerita Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF PESERTA DIDIK KELAS XI IPA2 SMA NEGERI 2 SUNGGUMINASA

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN MEMORI DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR BIOLOGI RANAH KOGNITIF SISWA SMA NEGERI 2 MADIUN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

[53] Jurnal Biotik, ISSN: , Vol. 2, No. 1, Ed. April 2014, Hal ABSTRAK

HASIL BELAJAR BIOLOGI DITINJAU DARI METODE PEMBELAJARAN PREVIEW, QUESTION, READ, REFLECT, RECITE, REVIEW (PQ4R)

RIDA BAKTI PRATIWI K

Arinil Haq, Purwati Kuswarini, Ai Sri Kosnayani ABSTRACT

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN ACTIVE KNOWLEDGE SHARING

SKRIPSI. Oleh : SITI FATIMAH NIM K

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR IPS SISWA JURNAL. Oleh RIZKI RAMADHANI ERNI MUSTAKIM CUT ROHANI

Nur Fitriyana dan Marfuatun, M. Si. Jurusan Pendidikan Kimia, FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING MELALUI PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA SMPN 22 PADANG

PENGARUH MODEL GUIDED INQUIRY DISERTAI FISHBONE DIAGRAM TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

JCAE, Journal of Chemistry And Education, Vol. 1, No.1, 2017,

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika. Vol 02 No 01 Tahun 2013, 20-25

Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 3 no.2, Juni

Tabel 1. Persentasi Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Kelas XI pada Ujian Semester Genap. Nilai Siswa (%)

FACTUM Volume 6, Nomor 1, April 2017 HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI GURU DENGAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG

HUBUNGAN ANTARA GAYA BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJARSISWA JURNAL. Oleh ERNILA INDAH FEBRIKA SUGIYANTO BAHARUDDIN RISYAK

BAB III METODE PENELITIAN

EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING DAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA

PENERAPAN KETRAMPILAN PROSES SAINS MELALUI MODEL THINK PAIR SHARE PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

tingkatan yakni C1, C2, C3 yang termasuk dalam Lower Order Thinking dan C4, C5, C6 termasuk dalam Higher Order Thinking Skills.

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE PREDICTION GUIDE DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

PERBANDINGAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS ANTARA PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS DENGAN TPS

ANALISIS KEMAMPUAN GENERALISASI MATEMATIS SISWA DI KELAS VII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

PADA SUB KONSEP SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SYNERGETIC TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN

Keywords: Cooperative Model, Student Teams Achievement Division (STAD) and Two Stay Two Stray, mind mapping, the digestive system in human.

Anggarini Puspitasari* ) Purwati Kuswarini* )

Ema Susanti Purwati Kuswarini Suprapto

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write Pada Konsep Ekosistem di Kelas VII SMP Negeri 3 Cibalong Kabupaten Tasikmalaya JURNAL

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DITINJAU DARI KEMAMPUAN AKADEMIK SISWA SMA NEGERI 5 SURAKARTA

1. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum 2016

HUBUNGAN KETERAMPILAN MENGAJAR GURU MENURUT PERSEPSI SISWA DENGAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH

Anna Pertiwi, Purwati Kuswarini Suprapto

PEMBELAJARAN DENGAN MODEL INKUIRI PADA MATERI KIMIA SEKOLAH MENENGAH ATAS

: KASIH ERLIANA K

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR

PENGARUH PENDEKATAN ILMIAH DALAM PEMBELAJARAN FISIKA TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS PESERTA DIDIK KELAS X SMAN 1 MARIORIWAWO KABUPATEN SOPPENG

HUBUNGAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN PRESTASI BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS V SD SE GUGUS TAMBAKROMO KABUPATEN PATI TAHUN AJARAN 2015/2016

(The Influence of Advance Organizer Learning Model Based Concept Map on Students Learning Achievement in Human Excretion Subject) ABSTRACT

HUBUNGAN LINGKUNGAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA

ABSTRAK. Oleh. Tunggono

BAB I PENDAHULUAN. Study (TIMSS) merupakan penilaian internasional terkait

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA (EFFECT ON STUDENT MOTIVATION TO LEARN MATHEMATICS ACHIEVEMENT OF STUDENT)

MODEL QUANTUM TEACHING DISERTAI METODE EKSPERIMEN DAN DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP. Winda Ayu Wijayanti, Indrawati, Trapsilo Prihandono

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY PADA KONSEP EKOSISTEM DI KELAS VII SMP NEGERI 15 KOTA TASIKMALAYA JURNAL

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI POKOK LARUTAN PENYANGGA UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN METAKOGNITIF SISWA KELAS XI SMA

PERBEDAAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PESERTA DIDIK YANG DIBERI PERLAKUAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

Tingkat Pemahaman Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Multi Data Palembang Terhadap Konsep Aset, Kewajiban Dan Ekuitas

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika Vol. 02 No. 03 Tahun 2013, 75 79

PENERAPAN METODE SURVEY, QUESTION, READ, RECITE, REVIEW (SQ3R) DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SMP

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol.4, No.3. pp , September 2015

Cici Wijayanti*) Purwati Kuswarini Suprapto*) Faculty of Educational Science and Teacher s Training Siliwangi University ABSTRACT

Abstrak. iii. Universitas Kristen Maranatha

Pengembangan Soal Matematika Tipe TIMSS Menggunakan Konteks Kerajaan Sriwijaya di SMP

(The Influence of Based Inquiry Learning Model Type of Guided Inquiry to The Students Learning Achievement on Ecosystem) ABSTRACT

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA KONSEP EKOSISTEM

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA DI SMP. Imroatus Sholehah, Trapsilo Prihandono, Yushardi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DISERTAI METODE DEMONSTRASI DALAM PEMBELAJARAN IPA-FISIKA DI SMP

EduHumaniora: Jurnal Pendidikan Dasar ISSN Vol. 8. No.2 Juli 2016 Hal

KOMPARASI HASIL BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI STATUS SOSIAL EKONOMI DAN MOTIVASI BELAJAR

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE QUESTION STUDENT HAVE (QSH) PADA KONSEP EKOSISTEM DI KELAS VII SMP NEGERI 5 TASIKMALAYA JURNAL

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (PROJECT BASED LEARNING) DISERTAI MEDIA AUDIO-VISUAL DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMAN 4 JEMBER.

PROSES BERPIKIR REFLEKTIF MAHASISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI HIMPUNAN DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF BERDASARKAN LANGKAH POLYA

Agung Putra Wijaya, Mardiyana, Suyono Program Studi Magister Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret

Fajrul Wahdi Ginting dan Nurdin Bukit Jurusan Pendidikan Fisika Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan

Siva Fauziah, Purwati Kuswarini Suprapto, Endang Surahman

HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI DIPREDIKSI DARI EMOTIONAL QUOTIENT

Kata kunci : Multi representasi, kemampuan kognitif, kemampuan pemecahan masalah

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN LISTENING TEAM

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 05 No. 02, Mei 2016, ISSN:

Muh. Hasbi Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan PMIPA FKIP Universitas Tadulako Abstrak

ARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN GAYA KOGNITIF DENGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI SE-KECAMATAN KOTA BARU JAMBI

PERBEDAAN PENGARUH MODEL JIGSAW

WHELLY YULIANA K

Abstract

Hubungan antara Pengetahuan Siswa Tentang Konsep Ekologi dengan Ecological Footprint Berdasarkan Gender (Studi Korelasional di SMA Jakarta)

The Influences of Science Technology Society (STS) Model Learning to Student Result Learning on Pollution Environment Material

Transkripsi:

HUBUNGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DENGAN PENGUASAAN KONSEP SERTA KAITANNYA DENGAN GAYA KOGNITIF FIELD DEPENDENT-FIELD INDEPENDENT Santy A waiiyah 1), Parsaoran Siahaan 2), Muhammad Gina Nugraha 3), dan Kartika Hajar Kirana 4) 1,2,3) Departemen Fisika Universitas Pendidikan Indonesia, Jl. Dr. Setiabudhi No. 229, Bandung 4) Departemen GeoFisika Universitas Padjadjaran, Jl. Raya Bandung - Sumedang km.21, Sumedang Email : santyawalliyah28@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui hubungan keterampilan proses sains dengan penguasaan konsep siswa kelas VII terkait dengan gaya kognitif field dependent dan gaya kognitif field independent. Penelitian korelasional ini melibatkan 108 siswa kelas VII di salah satu SMPN di Kota Bandung. Keterampilan proses sains dan penguas aan konsep dievaluasi dengan menggunakan instrumen tes yang telah melalui proses judgement dan uji coba, sedangkan untuk mengklasifikasikan gaya kognitif siswa digunakan instrumen tes standar Group Embedded Figure Test (GEFT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan proses sains dengan penguasaan konsep memiliki hubungan yang signifikan untuk siswa kelas VII bergaya kognitif field dependent ( r (36) = 0,564, thitung > ttabel), sedangkan pada siswa bergaya kognitif field independent hubungan keterampilan proses sains dengan penguasaan konsep tidak signifikan ( r (38) = 0,431, thitung > ttabel). Kata kunci: Keterampilan proses sains, penguasaan konsep, gaya kognitif ABSTRACT The aim of this research was to find out correlation between science process skill and conceptual mastery of 7 th grade students related to different cognitive style, i.e. field dependent and field independent. This study involves 108 students i n one of public schools in Bandung. Science process skill and conceptual mastery were eval uated by test instruments, which were already validated and tested, while Group Embedded Figure Test (GEFT) was used to classify student's cognitive style. Results suggested that there was a significant correlation between science process skill and concept ual mastery for students with dependent cognitive style ( r (36) = 0,564, tvalue > ttable), while for students with independent cognitive style the correlation was insignificant ( r (38) = 0,431, tvalue > ttable). Keywords: conceptual mastery, cognitive style, science process skills PENDAHULUAN Sikap, pengetahuan, dan keterampilan adalah salah satu bagian penting yang harus dimiliki manusia. Semiawan (1986) mengungkapkan bahwa dengan mengembangkan keterampilan proses, peserta didik akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut. Rustaman (2003) menjelaskan bahwa keterampilan proses sains adalah keterampilan yang melibatkan aspek kognitif atau intelektual, manual dan sosial. Dijelaskan pula oleh Ozgelen (2012) bahwa keterampilan proses sains memiliki hubungan dengan pembangunan kognisi siswa. Berdasarkan penjelasan tersebut keterampilan proses memiliki peran yang sangat penting dalam membangun sikap dan pengetahuan manusia. Dahar (1989) menyatakan bahwa konsep konsep merupakan pondasi-pondasi pembangunan (building block) berpikir. Oleh karena itu, ketika seseorang telah menguasai konsep, maka ia akan memiliki pondasi-pondasi pembangunan berpikir yang kokoh. Konsep dan keterampilan proses tidak dapat saling dipisahkan, karena satu sama lain saling mempengaruhi. Oleh kerena itu, keterampilan proses sains dan penguasaan konsep memiliki hubungan yang searah. Satu sama lain saling berkontribusi baik itu peningkatan pada keterampilan proses sains, maupun juga peningkatan pada penguasaan konsep atau sebaliknya. Gaya kognitif bukan tentang tingkat intelegensi seperti apa yang disampaikan Riding dan Sadler-Smith (1997), namun tentang bagaimana seseorang merespon lingkungan, mengolah dan mengeksekusi informasi, sehingga setiap individu memiliki cara yang berbeda-beda dalam menyelesaikan masalah, dan perbedaan

tersebut dapat diamati dengan melihat kecenderungan penyelesaian masalah. Dalam kondisi yang sama setiap individu biasanya memperlihatkan respon yang berbeda-beda terhadap sebuah stimulus. Hal ini mengisyaratkan bahwa suatu karakteristik membedakan individu satu dengan individu lainnya. Menurut Witkin (1977) pendekatan karakteristik seseorang yang membawanya untuk menghadapi situasi disebut gaya, dan karena pendekatannya meliputi persepsi dan intelektual seseorang, maka yang dibicarakan adalah gaya kognitif. Beberapa ahli menyatakan bahwa gaya kognitif adalah jembatan antara kognisi dan tindakan kepribadian (Stenberg dan Grigorenko, 1997). Dengan demikian, yang dimaksud dengan gaya kognitif adalah cara siswa untuk menangkap informasi, mengolah informasi dan mengeksekusi informasi atau dengan kata lain, cara mereka menyelesaikan masalah ketika proses belajar berlangsung. Pada survey yang dilakukan oleh Trends in International Mathematics and Science Studies (TIMSS) pada tahun 2011, kemampuan IPA siswa kelas VIII di Indonesia masih berada pada urutan 40 dari 42 negara (Martin et al., 2012). Ini menunjukkan bahwa hasil belajar IPA di Indonesia masih sangat rendah dibandingkan dengan negara lain. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa gaya kognitif berpengaruh pada hasil belajar siswa (Siamian dan Nozari, 2015; Tinajero et al.,2012; Onyekuru, 2015). Hasil penelitian Shi (2011) menunjukkan bahwa gaya kognitif memiliki pengaruh yang signifikan terhadap strategi belajar yang dipilih oleh seorang peserta didik. Kenth (2011) lebih lanjut menyatakan bahwa konsep gaya kognitif dan ke-mampuan belajar merupakan dimensi penting dari perbedaan individu yang merupakan inti dari program pembelajaran yang efektif. Gaya kognitif dalam hal cara berpersepsi dan menyusun sebuah area adalah gaya kognitif yang disebut sebagai field dependent dan field independent (Demick, 2014). Witkin (1977) mengidentifikasi dan mengelompokkan seseorang sebagai bergaya kognitif field dependent jika seseorang tersebut mampu berpikir global, menerima struktur atau informasi yang sudah ada, memiliki orientasi sosial, memilih profesi yang bersifat keterampilan sosial, cenderung mengikuti tujuan dan informasi yang sudah ada, dan cenderung mengutamakan motivasi eksternal. Implikasinya dalam merespon sebuah masalah, seseorang dengan karakteristik gaya kognitif field dependent akan cenderung fokus pada gambaran umum, hanya mengikuti informasi yang sudah ada, namun dapat bekerja sama dengan baik karena berorientasi sosial. Berbeda dengan seseorang yang field dependent, seseorang field independent mampu menganalisis objek secara terpisah dari lingkungannya, mampu mengorganisasikan objekobjek, memiliki orientasi impersonal, memilih profesi bersifat individual, dan mengutamakan motivasi dari diri sendiri. Implikasinya adalah seseorang dengan karakteristik gaya kognitif field independent akan cenderung mampu mencari informasi lebih, tidak hanya mengacu pada informasi yang telah ada, mampu membedakan suatu objek dari objek lain disekitarnya dengan lebih mudah dan cenderung lebih analitik karena akan mampu menghadapi masalah-masalah yang memerlukan penguraian, pembeda atau analisis dan motivasinya bergantung pada motivasi internal. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa gaya kognitif berpengaruh pada hasil belajar siswa (Siamian dan Nozari, 2015; Tinajero et al.,2012; Onyekuru, 2015), namun penelitian yang membahas tentang kaitan gaya kognitif field dependent-independent dengan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep masih tergolong jarang. Berdasarkan uraian diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara keterampilan proses sains dengan penguasaan konsep sains dalam kaitannya dengan gaya gaya kognitif field dependent-independent. METODE Penelitian ini melibatkan 108 siswa kelas VII di salah satu Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) di Kota Bandung. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII yang pemilihannya melalui metode nonrandom sampling (Creswell, 2012). Keterampilan proses sains dan penguasaan konsep dievaluasi dengan menggunakan instrumen tes yang telah melalui proses judgement dari ahli dan uji coba kepada siswa untuk mendapatkan tingkat realibilitas dan tingkat validitas instrumen tes. Dari hasil uji coba yang dilakukan diperoleh butir instrumen tes yang reliable dan valid untuk digunakan dalam pengambilan data penelitian. Pengelompokan gaya kognitif siswa dilakukan dengan meng-gunakan instrumen tes standar Group Embedded Figure

Test (GEFT) yang dikembangkan oleh Witkin (1971) dan sudah teruji validitas dan reliabilitasnya secara global. Instrumen tes ini berbahasa Inggris sehingga sebelum digunakan dialihbahasakan kedalam Bahasa Indonesia dengan bantuan ahli bahasa. Korelasi antara keterampilan proses sains dan penguasaan konsep ditentukan menggunakan persamaan korelasi dua parameter (Arikunto, 2009), sedangkan untuk menentukan besar pengaruh keterampilan proses sains terhadap penguasaan konsep atau sebaliknya, digunakan koefisien determinasi dan untuk menentukan signifikansi hubungan kedua parameter ini digunakan uji hipotesis dua pihak. HASIL DAN PEMBAHASAN Tes untuk menentukan gaya kognitif siswa dilaksanakan sebelum proses pembelajaran dilaksanakan, dan tes tersebut dilakukan kepada tiga kelas penelitian. Jumlah seluruh siswa sebanyak 108 siswa, sedangkan yang mengikuti tes GEFT (Group Embedded Figure Test) hanya sebanyak 102 siswa dengan hasil 37,25% (38 siswa) tergolong field dependent, 38,24% (39 siswa) field independent, dan 24,51% (25 siswa) netral (Gambar 1). Hasil yang menunjukkan bahwa terdapat lebih banyak siswa yang bergaya kognitif field independent dibandingkan dengan field dependent sejalan dengan penelitian Mutlu dan Temiz (2013) yang menunjukkan bahwa dari 485 siswa SMA yang menjadi sampel, sebanyak 43,9% bergaya field independent, sementara hanya 39% yang bergaya field dependent. Hubungan keterampilan proses sains dengan penguasaan konsep untuk kelompok siswa bergaya kognitif field dependent sangat tinggi dengan nilai r(36) = 0,564 dengan 0,564 > 0,424 > 0,329 dari hasil konsultasi ke tabel r, arah korelasinya positif dan searah, artinya tingginya nilai keterampilan proses sains diikuti dengan tingginya nilai penguasaan konsep. Untuk menguji signifikansi koefisien korelasi digunakan uji dua pihak dan hasilnya disajikan pada Gambar 2. Hasil penghitungan menghasilkan Harga thitung sebesar 3,981 ttabel = 2,042. Berdasarkan hasil tersebut maka dinyatakan bahwa hubungan keterampilan proses sains dengan penguasaan konsep sebesar r(36)= 0, 564 adalah signifikan sehingga dapat dikatakan hipotesis nol yang menyatakan tidak ada hubungan ditolak dan hipotesis alternatif diterima. Untuk koefisien determinasi didapat r 2 =0,318, artinya 31,80% varians penguasaan konsep turut ditentukan oleh varians keterampilan proses sains. Walaupun keterampilan proses sains dan penguasaan konsep memiliki hubungan yang sangat tinggi pada kelompok siswa bergaya kognitif field dependent, tapi ternyata hanya 31,80% saja varians keterampilan proses sains menentukan varians penguasaan konsep pada siswa bergaya kognitif field dependent. Gambar 1. Persentase Gaya Kognitif Siswa Berdasarkan Hasil Tes GEFT. Gambar 2. Uji Signifikansi Koefisien Korelasi Dengan Uji Dua Pihak Pada Siswa Bergaya Kognitif Field Dependent.

Gambar 3. Uji Signifikansi Koefisien Korelasi Dengan Uji Dua Pihak Pada Siswa Bergaya Kognitif Field Independent Hubungan antara keterampilan proses sains dengan penguasaan konsep pada siswa bergaya kognitif field independent sangat tinggi, yaitu r(38) = 0,431 dengan 0,431 > 0,4 13 > 0,320 dari hasil konsultasi ke tabel r. Signifikansi koefisien korelasi diuji melalui uji dua pihak (Gambar 3). Hasil menunjukkan bahwa diperoleh thitung sebesar 1,233 dan untuk kesalahan 5% uji dua pihak dan dk = n 2 = 36, diperoleh ttabel = 2,042. Berdasarkan hasil tersebut maka dinyatakan bahwa hubungan keterampilan proses sains dengan penguasaan konsep sebesar r(38)= 0, 431 adalah tidak signifikan. Besarnya koefisien determinasi r2 = 0,1854 yang artinya 18,54% varians penguasaan konsep turut ditentukan oleh varians keterampilan proses sains. Walaupun keterampilan proses sains dan penguasaan konsep memiliki hubungan yang sangat tinggi pada kelompok siswa bergaya kognitif field independent seperti halnya pada kelompok siswa bergaya kognitif field dependent, tapi ternyata hanya 18,54% saja varians keterampilan proses sains menentukan varians penguasaan konsep dan melalui uji hipotesis dua pihak hubungan keterampilan proses sains dengan penguasaan konsep ternyata tidak signifikan. Berdasarkan Gambar 1 dan Gambar 2 terlihat bahwa keterampilan proses sains dengan penguasaan konsep untuk siswa kelas VII bergaya kognitif field dependent memiliki hubungan yang signifikan sedangkan pada siswa bergaya kognitif field independent hubungan keterampilan proses sains dengan penguasaan konsep tidak signifikan. Hal ini disebabkan pada dasarnya gaya kognitif bukan tentang tingkat intelegensi seperti yang disampaikan Riding dan Sadler-Smith (1997), namun tentang bagaimana seseorang merespon lingkungan, mengolah dan mengeksekusi informasi. Ketika kelompok siswa dengan gaya kognitif field dependent terfasilitasi dengan situasi belajar yang mendukung dengan karakteristiknya, yaitu bekerja kelompok dan cukup mengikuti informasi yang ada melalui LKS, hal tersebut cukup memfasilitasi siswa membangun motivasi belajar dan memudahkan siswa dependen mengikuti pembelajaran. Lain halnya dengan kelompok siswa dengan gaya kognitif field independent cenderung tidak terfasilitasi, namun mampu mengikuti dan mempertipis hasil ini melalui kecenderungan karakteristik yang menonjol dari siswa field independent, yaitu mampu membedakan objek dengan sekitarnya dengan lebih mudah dan cenderung lebih analitik sehingga akan mampu menghadapi masalahmasalah penguraian dan analisis. Selain itu, mereka juga mampu mencari informasi dengan lebih baik, mandiri dan mampu memotivasi diri sendiri sehingga dapat menyelesaikan permasalahan yang ia hadapi tanpa bantuan orang lain. Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa dengan mempertimbangkan gaya kognitif siswa maka program pembelajaran dapat dirancang seefektif mungkin disesuaikan dengan gaya kognitif masingmasing agar terlaksananya pembelajar yang efektif dan optimal. KESIMPULAN Terdapat hubungan yang signifikan antara keterampilan proses sains dengan penguasaan konsep pada kelompok siswa bergaya kognitif field dependent dan sebaliknya tidak ada hubungan yang signifikan antara keterampilan proses sains dengan penguasaan konsep pada kelompok siswa bergaya kognitif field independent. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan serta kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, disarankan bahwa selalu memperhatikan setiap perangkat dan konten penelitian agar situasi belajar yang akan dijadikan penelitian tidak berpihak pada salah satu gaya kognitif atau harus dalam kondisi netral, tidak menguntungkan salah satu gaya kognitif.

DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. (2009). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi VI. Jakarta: PT Rineka Cipta. Creswell, J.W. (2012). Educational Reserch Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitatif Research. Edisi keempat. Boston: Pearson Education. Dahar, R.W. (1989). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga. Demick, J. (2014). Group Embedded Figure Test (GEFT) Sampler Set Manual, Sample Figures and Scoring. California: Mind Garden, Inc. Kenth, B. (2011). Difference in the Congnitive Styles and Learning Skills due to Gender and Area-Wise Differences. MIER Journal of Educational Studies Vol. 1 No.1, hlm. 87-100. Martin, M.O., Mullis, I.V.S., Foy, P., & Stanco, G.M. (2012). TIMSS 2011 international results in science. Chestnut Hill, MA: Boston College. Mutlu, M., & Temiz, B. (2013). Science process skills of students having field dependent and field independent cognitive styles. Educational Research and Reviews Vol. 8 No. 11, hlm. 766-776. Nozari, A.Y., & Siamian, H. (2015). The Relationship between Field Dependent- Independent Cognitive Style and Understanding of English Text Reading and Academic Success. Mater Sociomed Vol. 27 No. 1, hlm. 39-41. Ozgelen, S. (2012). Student s Sciences Process Skills within a Cognitive Domain Framework. Eurasia Journal of Mathematics, Sciences, and Technology Vol. 8 No. 4, hlm. 283-292. Onyekuru, B.U. (2015). Field Dependence- Independence Cognitive Style, Gender, Career Choice and Academic Achievement of Secondary School Students in Emohua Local Government Area of Rivers State. Journal of Education and Practice Vol. 6 No. 10, hlm. 76-85. Riding, R.J., & Sadler-Smith, E. (1997). Cognitive Style and Learning Strategies: some Impilications for Training design. International of training and Development Vol. 1 No.3, hlm. 199-208 Rustaman, N.Y. (2003). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI. Shi, C. (2011). A Study of the Relationship between Cognitive Styles and Learning Strategies. Higher Education Studies, Vol. 11 No.1, hlm. 20-26. Semiawan, C. (1986). Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: PT Gramedia. Sternberg, R.J. & Grigorenko, E.L. (1997). Are Cognitive Style Still in Style?. American Psychologist Vol. 52 No. 7, hlm 700-7 12. Tinajerol, C., Lemosll, S.M., Araujoll, M., Ferracesl, M.J., & Paramol, M.F. (2012). Cognitive style and learning strategies as factors which affect academic achievement of brazilian university students. Psicol. Reflex. Crit. Vol.25 No.1, hlm. 105-113. Witkin, H.A., Moore, C.A., Goodenough, D.R., & Cox, P.W. (1977). Field-Dependent and Independent Cognitive Style and Thei Educational Implication. Review of Educational Research Vol. 47 No.1, hlm 1-64. Witkin, H. A., Oltman, P. K., Raskin, E., and Karp, S. A. (1971). A Manual for the Embedded Figures Tests. Palo Alto, CA: Consulting Psychologists Press.