KLASIFIKASI GEOMORFOLOGI. didasarkan pada kelerengan dan beda tinggi menurut van Zuidam & Cancelado (1979) (Tabel

dokumen-dokumen yang mirip
4/8/2011 PEMETAAN GEOMORFOLOGI UNTUK GEOLOGI ATAU GEOFISIKA. Permasalahan atau. isu yang muncul : 1. Adanya berbagai persepsi. pemetaan geomorfologi?

BAB II Geomorfologi. 1. Zona Dataran Pantai Jakarta,

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Beberapa definisi tentang geomorfologi setelah

GEOLOGI DAERAH KLABANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Ilmu yang menguraikan tentang bentuk bumi, dengan sasaran utama relief permukaan bumi. Geomorphology is the study which describes landforms and the

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

2.3.7 Analisis Data Penginderaan Jauh

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

NILAI KARAKTER PADA MATERI GEOMORFOLOGI. Oleh. Dr. Deasy Arisanty, M.Sc

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

LEMBAR PENGESAHAN. Semarang, 18 April 2014 NIM NIM

HASIL DAN PEMBAHASAN Luas DAS Cileungsi

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BENTUK LAHAN (LANDFORM) MAYOR DAN MINOR

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

SEARCH : Fisik dan Lingkungan Alam Geomorfologi Indonesia

Geomorfologi Daerah Majalangu dan Sekitarnya, Kecamatan Watukumpul, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... BAB I PENDAHULUAN... 1

BAB III GEOLOGI DAERAH CILEUNGSI DAN SEKITARNYA

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

01. Pendahuluan. Salahuddin Husein. TKG 123 Geomorfologi untuk Teknik Geologi. Planet Bumi

BAB III GEOLOGI DAERAH NGAMPEL DAN SEKITARNYA

KLASIFIKASI BENTUKLAHAN

ACARA IV POLA PENGALIRAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

PEMETAAN GEOLOGI METODE LINTASAN SUNGAI. Norma Adriany Mahasiswa Magister teknik Geologi UPN Veteran Yogyakarta

BAB II GEOMORFOLOGI 2. 1 Fisiografi Regional Jawa Tengah

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekologi bentanglahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

ANALISA BENTANG ALAM

BENTANG ALAM STRUKTURAL

PENGANTAR. geomorfologi. Arif Ashari, M.Sc. 2017

Geomorfologi Terapan INTERPRETASI GEOMORFOLOGI CITRA SATELIT SEBAGAI DASAR ANALISIS POTENSI FISIK WILAYAH SELATAN YOGYAKARTA

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan hubungan dengan kelingkungan (Versatappen, 1983 dalam Suwarno 2009).

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

03. Bentangalam Struktural

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kejadian Bencana Alam di Asia Tahun (Anggraini, 2007)

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan geologi Papua diawali sejak evolusi tektonik Kenozoikum

Geomorfologi Daerah Maja dan Sekitarnya, Kecamatan Maja, Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat. *Corresponding Author:

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Nugroho Hari Purnomo Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial 1 Universitas Negeri Surabaya, 2015

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Konsentrasi Sistem Informasi Geografis,Teknik Informatika, Fakultas Teknik Komputer Universitas Cokroaminoto Palopo

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN. Proses Geologi

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. bencana yang tinggi. Salah satu bencana yang banyak melanda daerah-daerah di

ANALISIS GERAKAN MASSA UNTUK EVALUASI KERUSAKAN SALURAN INDUK KALIBAWANG KABUPATEN KULONPROGO

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATAGUNA LAHAN PERKEBUNAN

GEOMORFOLOGI DAN GEOLOGI FOTO GL PEGUNUNGAN PLATEAU DAN KARST

ANALISIS GERAKAN MASSA UNTUK EVALUASI KERUSAKAN SALURAN INDUK KALIBAWANG KABUPATEN KULONPROGO

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BENTANG ALAM KARST. By : Asri Oktaviani

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

By. Lili Somantri, S.Pd.M.Si

BAB II TINJAUAN UMUM

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN PEMUKIMAN (STUDI KASUS DAERAH WADO DAN SEKITARNYA)

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daerah penelitian ini secara fisiografi menurut van Bemmelen (1949)

INTEGRASI DATA PENGINDERAAN JAUH CITRA LANDSAT 8 DAN SRTM UNTUK IDENTIFIKASI BENTUK LAHAN DOME KULONPROGO

KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH

Geologi Daerah Tajur dan Sekitarnya, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat Tantowi Eko Prayogi #1, Bombom R.

EVOLUSI TIPOLOGI PESISIR KAWASAN KARST DI PANTAI WATUKODOK KABUPATEN GUNUNGKIDUL

5.1 PETA TOPOGRAFI. 5.2 GARIS KONTUR & KARAKTERISTIKNYA

5.1 Peta Topografi. 5.2 Garis kontur & karakteristiknya

Zonasi Tingkatan Kerentanan Lahan Berdasarkan Analisis Kemiringan Lereng dan Analisis Kelurusan Sungai di Daerah Salopa, Kabupaten Tasikmalaya

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian banjir, air baku 300 liter/ detik dan energi listrik 535 KWH (Wicaksono,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan 1.3 Lokasi Penelitian

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN BAB II DASAR TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PEMBENTUKAN RESERVOIR DAERAH KARST PEGUNUNGAN SEWU, PEGUNUNGAN SELATAN JAWA. Oleh : Salatun Said Hendaryono

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 METODOLOGI DAN KAJIAN PUSTAKA...

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Transkripsi:

KLASIFIKASI GEOMORFOLOGI Satuan geomorfologi morfometri yaitu pembagian kenampakan geomorfologi yang didasarkan pada kelerengan dan beda tinggi menurut van Zuidam & Cancelado (1979) (Tabel 3.1) dan dalam penentuan pewarnaannya menggunakan klasifikasi bentukan asal berdasarkan van Zuidam (1983) (Tabel 3.2). Berdasarkan hal itu, untuk setiap satuan dicantumkan kode huruf, untuk sub satuan dengan penambahan angka dibelakang. Untuk klasifikasi unit Geomorfologi berdasarkan bentuklahan dalam penelitian ini membahas 4 klasifikasi unit geomorfologi yaitu : bentuklahan asal Denudasional (Tabel 3.3), Karst (Tabel 3.4), Struktural (Tabel 3.5) dan Fluvial (Tabel 3.6). Tabel 3.1 Klasifikasi relief berdasarkan sudut lereng dan beda tinggi (van Zuidam- Cancelado, 1979) Kemiringan Beda Tinggi Warna No Relief Lereng ( % ) ( m ) 1 Topografi dataran 0 2 < 5 Hijau 2 Topografi bergelombang lemah 3 7 5 50 Hijau Muda 3 Topografi bergelombang lemah kuat 8 13 25 75 Kuning 4 Topografi bergelombang kuat perbukitan 14 20 50 200 Jingga 5 Topografi perbukitan tersayat kuat 21 55 200 500 Merah Muda 6 Topografi tersayat kuat pegunungan 56 140 500 1000 Merah Tua 7 Topografi pegunungan > 140 > 1000 Ungu Tabel 3.2 Klasifikasi bentukan asal berdasarkan genesa dan sistem pewarnaan (van Zuidam, 1983). No Genesa Pewarnaan 1 Denudasional (D) Coklat 2 Struktural (S) Ungu 3 Vulkanik (V) Merah 4 Fluvial (F) Biru muda

5 Marine (M) Biru tua 6 Karst (K) Orange 7 Glasial (G) Biru muda 8 eolian (E) Kuning Tabel 3.3 Klasifikasi unit geomorfologi bentuklahan asal denudasional, (van Zuidam, 1983) Kode Unit Karakteristik D1 D2 D3 D4 D5 D6 D7 D8 D9 Denudational slopes and hills Denudational slopes and hills Denudational hills and mountain Residual hills Paneplains Upwarped paneplains plateau Footslopes Piedmonts Scarps Lereng landai-curam menengah (topografi bergelombang kuat), tersayat lemah-menengah. Lereng curam menengah-curam (topografi bergelombang kuat-berbukit), tersayat menengah tajam. Lereng berbukit curam-sangat curam hingga topografi pegunungan, tersayat menengah tajam. Lereng berbukit curam-sangat curam, tersayat menengah. Monadnocks : memanjang, curam, bentukan yang tidak teratur. Hampir datar, topografi bergelombang kuat, tersayat lemah-menengah. Hampir datar, topografi bergelombang kuat, tersayat lemah-menengah. Lereng relatif pendek, mendekati horisontal hingga landai, hampir datar, topografi berge-lombang normaltersayat lemah Lereng landai menengah, topografi berge-lombang kuat pada kaki atau perbukitan dan zona pegunungan yang terangkat, tersayat menengah. Lereng curam-sangat curam, tersayat lemahmenengah. D10 Scree slopes and fans Landai-curam, tersayat lemah-menengah D11 Area with several mass movement Tidak teratur, lereng menengah curam, to-pografi bergelombang-berbukit, tersayat menengah (slides, slump, and flows).

D12 Badlands Topografi dengan lereng curam-sangat curam, tersayat menengah. Tabel 3.4 Klasifikasi unit geomorfologi bentuklahan asal karst (van Zuidam,1983) Kode Unit Karakteristik K1 Karst Plateaus Topografi bergelombang bergelombang kuat dengan sedikit depresi hasil pelarutan dan lembah mengikuti kekar. Topografi dengan lereng menengah curam, K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 K9 Karst/Denudation Slope and Hills Karstic/Denudational Hills and Mountains Labyrint or Starkarst Zone Conical Karst Zone Tower Karst Hills or Hills Zone/Isolated Limestone Remnant Karst Aluvium Plains bergelombang kuat berbukit, permukaan tak teratur dengan kemungkinan dijumpai lapis, depresi hasil pelarutan dan sedikit lembah kering. Topografi dengan lereng menengah sangat curam, berbukit, pegunungan, lapis, depresi hasil pelarutan,cliff, permukaan berbatu. Topografi dengan lereng curam sangat curam, permukaan sangat kasar dan tajam dan depresi hasil pelarutan yang tak teratur. Topografi dengan lereng menengah sangat curam, bergelombang kuat berbukit, perbukitan membundar bentuk conic & pepino & depresi polygonal (cockpits & glades). Perbukitan terisolir dengan lereng sangat curam amat sangat curam (towers, hums, mogots atau haystacks). Topografi datar hampir datar mengelilingi sisa batugamping terisolasi / zona perbukitan menara karst atau perbukitan normal atau terajam lemah. Karst Border/Marginal Lereng hampir datar landai, terajam dan jarang atau Plain sangat jarang banjir. Sering ditamukan depresi polygonal atau hasil Major Uvala/Glades pelarutan dengan tepi lereng curam menengah curam, jarang banjir.

K10 K11 K12 Poljes DryValleys (Major) Karst Canyons/Collapsed Valleys Bentuk depresi memanjang dan luas, sering berkembang pada sesar dan kontak litologi, sering banjir oleh air sungai, air hujan & mata air karst. Lembah dengan lereng landai curam menengah, sering dijumpai sisi lembah yang curam sangat curam, depresi hasil pelarutan (ponors) dapat muncul. Lembah berlereng landai curam menengah dengan sisi lembah sangat curam teramat curam, dasar lembah tak teratur dan jembatan dapat terbentuk. Tabel 3.5. Klasifikasi unit geomorfologi bentuklahan asal struktural (Van Zuidam, 1983). Kode S 1 Unit Topografi bergelombang sedang hingga bergelombang kuat dengan pola aliran berhubungan dengan kekar, dan patahan Tersayat Karakteristik S 2 S 3 S 4 S 5 S 6 Topografi bergelombang sedang hingga bergelombang kuat dengan pola aliran berkaitan dengan singkapan batuan berlapis Topografi bergelombang kuat hingga perbukitan dengan pola aliran berkaitan dengan kekar dan patahan Topografi perbukitan hingga pegunungan denganpola aliran berkaitan dengan singkapan batuan berlapis Mesag/dataran tinggi dikontrol struktur Cuestas Berbentuk liniear Tersayat kuat Berbentuk liniear, tersayat kuat Topografi datar hingga bergelombang lemah di atas plateau dan perbukitan di bagian tebing Bergelombang lemah di bagian lereng belakang dan perbukitan pada lereng depan. Tersayat lemah. S 7 Hogbacks dan flatirons Tinggian berupa topografi perbukitan tersayat. S 8 Structural denudational terraces Topografi bergelombang lemah hingga perbukitan. Tersayat.

S 9 S 10 S 11 S 12 S 13 S 14 Perbukitan antiklin dan sinklin kubah/perbukitan sisa Dykes Tebing sesar Depresi graben Tinggian Horst perbukitan. perbukitan. perbukitan. Tersayat. perbukitan. Tersayat. Topografi bergelombang lemah hingga bergelombang kuat. perbukitan. Tabel 3.6 Klasifikasi unit geomorfologi bentuklahan asal fluvial (van Zuidam, 1983) Kode Unit Karakteristik F1 Rivers beds Hampir datar, topografi teratur dengan garis batas permukaan air yang bervariasi mengalami erosi dan bagian yang terakumulasi. F2 Lakes Tubuh air. F3 Flood plains Hampir datar, topografi tidak teratur, banjir musiman. F4 F5 F6 F7 F8 Fluvial levees, alluvial ridges and point bar Swamps, fluvial basin Fluvial terraces Active alluvial fans Inactive alluvial fans Topografi dengan lereng landai, berhubungan erat dengan peninggian dasar oleh akumulasi fluvial. Topografi landai-hampir landai (swamps, tree vegetation) Topografi dengan lereng hampir datar-landai, tersayat lemah-menengah. Lereng landai-curam menengah, biasanya banjir dan berhubungan dengan peninggian dasar oleh akumulasi fluvial. Lereng curam-landai menengah, jarang banjir dan pada umumnya tersayat lemah-menengah. F9 Fluvial-deltaic Topografi datar tidak teratur lemah, oleh karena banjir

dan peninggian dasar oleh fluvial, dan pengaruh marine. ASPEK ASPEK GEOMORFOLOGI Ada sembilan aspek yang perlu dipahami dalam memperlajari Geomorfologi (Thornbury, 1954), yaitu : 1. Proses Geomorfik yang bekerja pada masa geologi juga bekerja sekarang. The present is the key to the past 2. Struktur geologi merupakan faktor pengontrol yang dominan dalam evolusi bentuk lahan, dan struktur geologi discerminkan oleh ben tuklahannya.

3. Proses Geomorfologi meninggalkan bekas tertentu pada bentuk lahan dan setiap proses geomorfologi yang bekerja meninggalkan karakteristik tertentu pada masingmasing perkembangannya. 4. Karena perbedaan tenaga erosi yang bekerja pada permukaan bumi, maka dihasilkan urutan bentuk lahan yang mempunyai karakteristik tertentu pada masing-masing tahap perkembangannya. 5. Evolusi Geomorfik yang kompleks lebih umum dibandingkan dengan evolusi geomorfik yang sederhana. 6. Sebagian kecil bentukan di permukaan bumi lebih tua dari Tersier dan sebagian besar lebih muda dari pleistosen. 7. Studi bentang lahan yang ada sekarang tidak akan berhasil dengan baik jika tidak memperhatikan perubahan-perubahan geologi dan iklim dimasa lampau. 8. Apresiasi iklim dunia diperlukan untuk mengetahui berbagai variasi pentingnya perbedaan proses geomorfologi. 9. Walaupun geomorfologi menekankan bentukan yang ada sekarang, namun untuk mengetahui secara mendalam perlu dipelajari sejarah pembentukan bentuk lahan tersebut. (Thornbury, 1954) Selain harus memahami 9 konsep dasar tersebut, diharuskan juga untuk memahami Aspek kajian Geomorfologi. yang mencakup : Geomorfologi : 1. Morfografi : Deskripsi bentuk lereng 2. Morfometri : Aspek kuantitatif bentuk lereng, panjang lereng, dan beda tinggi. Morfogenesa : 1. Morfostruktur aktif : proses dinamika endogen 2. Morfostruktur pasif : tipe dan struktur lithologi dan kaitannya dengan pelapukan dan erosi. 3. Morfodinamik : Proses dinamika eksogen dalam kaitannya dengan aktivitas angin, air, es, gerak massa batuan, dan vulkanisme. Morfokronologi : 1. Umur Relatif 2. Umur Absolut

Morfoaransemen : adalah susunan keruangan dan hubungan berbagai macam bentuk lahan dan proses yang berkaitan. Sumber : Thornbury, 1954.