BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1 M.M. Srisetyati Haryadi, PengantarAgronomi, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2002, p

BAB IV. Pandangan jemaat GPIB Bukit Harapan Surabaya tentang diakonia

UKDW BAB I. PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. GPIB, 1995 p. 154 dst 4 Tata Gereja GPIB merupakan peraturan gereja, susunan (struktur) gereja atau sistem gereja yang ditetapkan

Bab I Pendahuluan UKDW

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB IV CREDIT UNION DALAM PERSEPEKTIF DIAKONIA TRANSFORMATIF. kehidupan masyarakat. Kemiskinan membuat jutaan anak-anak tidak mengenyam

BAB I. Pendahuluan Latar Belakang Kajian

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I. Pendahuluan UKDW

Dalam rangka mewujudkan kehidupan bergereja yang lebih baik, GKJ Krapyak mempunyai strategi pelayanan kemajelisan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN. A.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. material sampai pada segi yang bersifat mental, sehingga tidak mudah untuk menemukan dan

UKDW BAB I PENDAHULUAN

Bab I Pendahuluan Bdk. Pranata Tentang Sakramen dalam Tata dan Pranata GKJW, (Malang: Majelis Agung GKJW, 1996), hlm.

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN. (2000) p Budyanto, Dasar Teologis Kebersamaan dalam Masyarakat yang Beranekaragam Gema Duta Wacana, Vol.

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasahan. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Khotbah merupakan salah satu bagian dari rangkaian liturgi dalam

BAB IV. Diakonia dan Warung Tiberias

BAB I PENDAHULUAN. 1 Chris Hartono, Mandiri dan Kemandirian, dalam Majalah Gema STT Duta Wacana, Maret 1983, p. 46.

BAB I P E N D A H U L U A N. menghargai orang yang menderita itu. Salah satunya dengan memanfaatkan metodemetode konseling dari ilmu psikologi.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Jemaat Silo DKI Jakarta adalah

BAB I. A. Latar belakang permasalahan

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB V PENUTUP. diberikan saran penulis berupa usulan dan saran bagi GMIT serta pendeta weekend.

BAB I PENDAHULUAN. 1986, h Afra Siauwarjaya, Membangun Gereja Indonesia 2: Katekese Umat dalam Pembangunan Gereja

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai Runggun dan termasuk di dalam lingkup Klasis Jakarta-Bandung.

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Gereja merupakan sebuah wadah yang seharusnya aktif untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 1999, hlm 30

BAB I PENDAHULUAN. timbul karena adanya hubungan antara organisasi dan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. informasi keuangan yang dibutuhkan oleh suatu organisasi. Informasi tersebut

BAB IV ANALISA PEMAHAMAN MENGENAI BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1 Latar Belakang Permasalahan

Lampiran Verbatim Wawancara NARASUMBER I: DAVID TUERAH Wawancara dengan mantan ketua pemuda GPIB Kasih Karunia Medan David Tuerah, 15 Maret 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

I.1. PERMASALAHAN I.1.1.

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dr. Harun, Iman Kristen (Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia), 2001, hlm

Bab I PENDAHULUAN. Bdk Abun Sanda, Pemerintah Blum Adil Pada Rakyatnya Sendiri, Kompas, 14 Desember hl. 1 dan Bdk Sda

BAB I PENDAHULUAN. Gereja merupakan persekutuan orang-orang percaya di dalam Kristus.

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Majelis Agung GKJW, Tata dan Pranata GKJW, Pranata tentang jabatan-jabatan khusu, Bab II-V, Malang,

Bab I Pendahuluan. LASILING, pada tanggal 20 dan 21 September 2005.

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. jasmani yang meliputi sandang, pangan, dan papan serta kebutuhan rohaniah. Kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 119.

BAB IV ANALISA USAHA PENGEMBANGAN JAMUR DI GEREJA BATAK KARO PROTESTAN (GBKP) BOGOR. 4.1 Analisa Usaha Pengembangan Jamur di GBKP Bogor

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan analisis tentang peranan musik dalam ibadah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah

PETUNJUK PELAKSANAAN (JUKLAK) PEMILIHAN PELAKSANA HARIAN MAJELIS JEMAAT MASA BAKTI 2017 s.d 2020

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN

POKOK POKOK PERATURAN (P2P) MAMRE GBKP

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

2016 MINAT SISWA PENYANDANG TUNANETRA UNTUK BERKARIR SEBAGAI ATLET

BAB I PENDAHULUAN. ada sebagian kecil orang yang memilih untuk hidup sendiri, seperti Rasul Paulus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Oikumenikal dan Evangelikal.

III. PROFIL GKI PALSIGUNUNG DEPOK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latarbelakang

Pelayanan Konseling Pastoral Di GKP Jemaat Cimahi Tanpa Pendeta Jemaat

BAB I PENDAHULUAN. Obor Indonesia, 1999, p Jane Cary Peck, Wanita dan Keluarga Kepenuhan Jati Diri dalam Perkawinan dan Keluarga, Yogyakarta:

BAB 1 PENDAHULUAN. Hidup Menggereja Kontekstual, (Yogyakarta : 2001), p. 28.

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang

BAB V PENUTUP. Bab ini menyajikan kesimpulan dari hasil. penelitian yang telah dilakukan. Kesimpulan yang. diambil kemudian menjadi dasar penyusunan

BAB V PENUTUP. Pada bab ini dipaparkan tentang (1) kesimpulan dan (2) saran :

BAB I PENDAHULUAN. Hanna, 2004, p Prapti Nitin, Buku Lustrum ke-25 Panti Wreda Hanna dalam Pendampingan Para Lanjut Usia di Panti Wreda

BAB I PENDAHULUAN. 1 Handoyomarno Sir, Benih Yang Tumbuh 7, Gereja Kristen Jawi Wetan, Malang, 1976, hal.25

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk kepada anak-anak. Mandat ini memberikan tempat bagi anak-anak untuk

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1. Permasalahan a. Latar Belakang Permasalahan

Jakarta, 22 Agustus : 3551/VIII-17/MS.XX : 1 (satu) Bundel : Petunjuk Pelaksanaan Pemilihan Fungsionaris Pelaksana Harian Majelis Jemaat

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang Permasalahan. Gereja Kristen Protestan di Bali, yang dalam penulisan ini selanjutnya disebut

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam Perjanjian Baru terdapat empat Kitab Injil Yang menuliskan tentang kehidupan Yesus

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW. E.P. Ginting, Religi Karo: Membaca Religi Karo dengan Mata yang Baru (Kabanjahe: Abdi Karya, 1999), hlm.

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Bab I PENDAHULUAN. Ada beberapa definisi untuk kata gereja. Jika kita amati, definisi pertama

STRATEGI PEMBINAAN WARGA JEMAAT DALAM MENINGKATKAN KEHIDUPAN JEMAAT

Monday, 23 September, 13 IBADAH DAN KEPEDULIAN SOSIAL

UKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Gereja merupakan lembaga keagamaan yang ada dalam dunia ini. Sebagai sebuah lembaga keagamaan tentunya gereja juga membutuhkan dana untuk mendukung kelancaran segala aktifitas pelayanannya seperti ibadah hari minggu, pelayanan kategorial, Pemahaman Alkitab, katekisasi dan pelayanan dibidang lainnya. Gereja juga membutuhkan sarana pendukung guna memperlancar kegiatan pelayanannya seperti bangunan fisik, administrasi surat menyurat gereja, bahkan jenis pengeluaran gereja lainnya yang harus ditanggung oleh gereja. Untuk dapat terlaksananya semua sarana pendukung tersebut tentunya membutuhkan dana yang juga menjadi beban pengeluaran gereja. Demikian juga dengan warga jemaat membutuhkan sarana untuk dapat hidup dalam dunia ini, seperti berinteraksi dengan orang lain, kebutuhan akan sandang, pangan dan papan. Untuk mendapatkan semuanya itu jemaat membutuhkan dana. Selain warga jemaat memerlukan dana untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya, warga jemaat juga membutuhkan dana ketika mereka menjadi anggota dalam sebuah lembaga keagamaan yaitu gereja. Sehingga jenis pengeluaran warga jemaat tidak hanya untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari akan tetapi juga kebutuhan-kebutuhan gereja. Seluruh dana yang diperlukan jemaat guna mencukupi kebutuhan sehari-hari dan juga kebutuhan gereja diperoleh dari penghasilan mereka. Jika keadaan perekonomian jemaat baik, dalam artian bahwa penghasilan jemaat dapat mencukupi seluruh kebutuhan sehari-hari dan juga kebutuhan gereja tidaklah menjadi persoalan. Akan tetapi bagaimana jika penghasilan keluarga tidak mampu untuk mencukupi kebutuhan keluarga dan juga untuk kebutuhan gereja, ini merupakan persoalan sulit yang dihadapi oleh warga. Disatu sisi mereka harus mencukupi kebutuhan sehari-hari tetapi disisi yang lain mereka juga membutuhkan dana untuk keperluan gereja. Sebuah keprihatinan ketika penulis mendengar keluhan-keluhan warga jemaat ketika mereka diminta memberikan iuran-iuran untuk membantu warga jemaat lain yang sakit, iuran untuk membantu pembangunan gedung gereja, iuran untuk melaksanakan peringatan hari besar gereja.

Terkadang ada jemaat yang tidak datang mengikuti perayaan hari besar gerejawi seperti hari Natal karena tidak mampu memberikan sumbangan yang seharusnya disetorkan kepada gereja. Keluhankeluhan lain juga berasal dari para pengurus gereja, ketika mereka diberi tugas untuk mengumpulkan bantuan keuangan dari warga jemaat untuk mencukupi kebutuhan gereja. Keluhankeluhan tersebut menurut penulis adalah sesuatu yang sangat wajar jika kita melihat kondisi sosial ekonomi yang dimiliki oleh warga jemaat GPIB PETRA yaitu kelompok ekonomi menengah ke bawah. Situasi yang dilematis dimana disatu pihak jemaat harus memberikan persembahannya guna mencukupi atau membiayai dana kegiatan gereja karena gereja juga tidak mempunyai usaha guna mencukupi kebutuhan gereja, tetapi dilain pihak jemaat mengalami kesulitan ekonomi. Dalam kondisi kesulitan ekonomi yang dialami oleh warga jemaat, bukanlah tindakan yang tepat bagi gereja untuk hanya memikirkan bagimana cara memasukkan dana ke kasnya. Memang secara umum dana yang diperoleh gereja untuk mencukupi segala kebutuhan pelayanannya diperoleh dari persembahan jemaat atau pihak lain sebagai donatur. Akankah gereja melakukan upaya guna mendorong jemaatnya untuk memberikan persembahan lebih banyak lagi dalam kondisi kesulitan ekonomi yang dialami oleh jemaat, ataukah gereja mencari solusi untuk membantu jemaat keluar dari kondisi sosial ekonominya. Dalam kondisi kesulitan ekonomi yang dialami oleh jemaat ini diharapkan gereja tidak tinggal diam, diharapkan gereja peka terhadap apa yang sedang dialami jemaatnya. Gereja tidak hanya menuntut warganya atau memberikan penyadaran-penyadaran atau dorongan-dorongan agar warga jemaat dapat memberikan persembahan lebih banyak lagi. Gereja diharapkan mampu melihat persoalan apa yang membuat warganya tidak mampu memberikan persembahan lebih, apakah karena kurangnya kesadaran warga jemaat tentang arti persembahan itu sendiri sehingga gereja perlu memberikan kotbah-kotbah, PA atau kegiatan-kegiatan rohani lainya yang membuat warga jemaat menyadari arti memberikan persembahan. Atau apakah sudah ada kesadaran dalam diri jemaat untuk memberikan persembahannya akan tetapi karena kondisi sosial ekonomi mereka sehingga mereka tidak mampu untuk memberikan lebih banyak lagi untuk mencukupi kebutuhan gereja.

1.2 RUMUSAN MASALAH 1. Penulis akan meneliti kondisi sosial ekonomi jemaat GPIB PETRA, hal ini dapat dilihat dari jumlah penghasilan warga jemaat dan juga jumlah persembahan yang diberikan ke gereja. Melalui hal ini, diharapkan penulis akan mengetahui seberapa jauh kondisi sosial ekonomi yang dialami oleh warga jemaat GPIB PETRA. 2. Bagaimana sikap gereja menanggapi kondisi sosial ekonomi yang dialami oleh warga jemaatnya. Apakah ada program kerja gereja yang dibuat untuk membantu jemaatnya keluar dari kondisi perekonomian tersebut. Jika ada usaha yang dilakukan oleh gereja untuk membantu jemaatnya, seberapa jauh peranan usaha gereja dalam rangka pemberdayaan ekonomi jemaat. Dan jika usaha yang dilakukan oleh gereja tersebut belum maksimal, penulis juga akan melihat seberapa jauh usaha pemberdayaan ekonomi jemaat yang dilakukan gereja belum maksimal. Apakah program itu dibuat dengan seadanya saja, yaitu berdasarkan yang penting ada usaha gereja menolong jemaatnya. Apakah usaha itu nantinya dapat memberikan manfaat yang maksimal atau tidak bukanlah menjadi persoalan penting, tetapi yang penting bagi gereja adalah ada usaha yang dilakukan gereja untuk menolong jemaat meningkatkan pendapatan mereka. 1.3 BATASAN MASALAH Penulis dalam penulisan skripsi ini memberikan batasan masalah agar tidak terlalu melebar sehingga dapat memfokuskan tulisan pada : Kondisi sosial ekonomi jemaat GPIB PETRA selama 3 tahun terakhir yaitu tahun 2002-2005. Dengan alasan keterbatasan data yang diperoleh penulis mengenai data keuangan gereja. Mengenai program kerja gereja penulis juga hanya bisa mendapatkan data selama 3 tahun terakhir. Karena selama 2 tahun sebelumnya yaitu tahun 2000-2001 sistem administrasi gereja tidak berjalan dengan baik termasuk mengenai sistem pengarsipan data-data gereja. Banyak sekali data-data yang hilang termasuk program kerja dan laporan keuangan gereja. Data mengenai keuangan gereja ini akan dipakai penulis sebagai bahan untuk mengetahui keadaan perekonomian jemaat yang dapat dilihat dari jumlah persembahan yang diberikan oleh jemaat.

1.4 RUMUSAN JUDUL Atas dasar latar belakang permasalahan dan rumusan masalah di atas, penulis merumuskan judul skripsinya dengan : Keterlibatan Gereja dalam Rangka Pemberdayaan Ekonomi Jemaat di GPIB PETRA Lampung 1.4.1 KETERANGAN JUDUL Judul di atas diawali dengan kata keterlibatan. Ini berarti gereja tidak hanya diam melihat apa yang dialami oleh warga jemaatnya, melainkan gereja turut ambil bagian untuk berupaya menjawab apa yang menjadi kebutuhan warganya melalui tindakan secara konkret. Pemberdayaan merupakan sebuah usaha untuk mengoptimalkan atau menumbuh kembangkan seluruh potensi yang ada dalam diri anggota jemaatnya. Dimana gereja sebagai motor penggerak awal adanya usaha pemberdayaan ekonomi jemaat tersebut. Akan tetapi dalam rangka usaha pemberdayaan tersebut diharapkan seluruh warga turut terlibat aktif mengembangkan seluruh potensi yang ada. 1.5 TUJUAN PENULISAN Adapun yang menjadi tujuan penulisan skripsi ini adalah : 1. Untuk mengetahui keadaan perekonomian warga jemaat GPIB PETRA Lampung 2. Untuk mengetahui bagaimana sikap gereja menanggapi kebutuhan jemaatnya, atau apa yang telah dilakukan oleh gereja berkaitan dengan keadan perekonomian yang dialami oleh jemaatnya terutama dalam rangka pemberdayaan ekonomi jemaat ( melalui program konkret ). Pemberdayaan ini bukan semata-mata untuk meningkatkan pendapatan gereja tetapi terlebih untuk meningkatkan pendapatan warga jemaat.

3. Menemukan bentuk program yang relevan dan kontekstual dalam rangka pemberdayaan ekonomi jemaat di GPIB PETRA 1.6 METODE PENULISAN Untuk mendukung tujuan penulisan skripsi ini maka dibutuhkan sumber yang dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan mengenai keakuratan penulisan skripsi ini. Untuk itu penulis mengunakan dua macam kajian yaitu : 1. Kajian lapangan guna mencari data-data primer yang mampu mengambarkan kondisi sosial ekonomi warga jemaat dan kondisi keuangan gereja. Untuk melakukan kajian lapangan tersebut penulis menetapkan populasi sasaran penelitian yaitu jemaat induk GPIB PETRA Lampung. Penelitian dilakukan dengan mengunakan metode pengumpulan data lewat : a. Kombinasi Angket tertutup dan terbuka Penulis memberikan pertanyaan atau pernyataan dengan sejumlah jawaban tertentu sebagai jawaban pilihan responden. Responden memberikan jawaban yang paling sesuai dengan keadaan responden. Disebut kombinasi dengan angket terbuka karena penulis juga memberikan kesempatan kepada responden untuk memberikan jawaban menurut apa yang dirasa perlu oleh responden. b. Wawancara Dalam hal ini penulis melakukan wawancara dengan anggota Majelis Jemaat dan warga jemaat yang penulis anggap dapat memberikan informasi sesuai dengan tujuan penelitian penulis. 2. Kajian literer dalam bidang ekonomi dan teologi kontekstual. Kajian literer yang dilakukan oleh penulis berguna untuk menentukan landasan teoritis bagi gereja untuk berperan dalam pemberdayaan ekonomi jemaat ( BAB III ). Dalam penulisan skripsi ini penulis mengunakan metode deskriptif analitis. Metode deskriptif adalah bagaimana penulis memaparkan atau menguraikan secara jelas dan terperinci tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan judul skripsi yang penulis buat. Sedangkan metode analitis adalah bagaimana penulis melihat, memahami dan menilai secara teliti terhadap

masalah-masalah serta memberikan saran guna menyelesaikan masalah yang telah dipaparkan dalam skripsi. 1.7 SISTEMATIKA PENULISAN BAB I Pendahuluan Bab ini akan diawali dengan latar belakang permasalahan mengapa gereja perlu melakukan pemberdayaan ekonomi jemaat, kemudian dari latar belakang tersebut, penulis membuat rumusan permasalahan dan batasan-batasan masalah yang akan dikaji. Dari situ penulis merumuskan judul. Kemudian penulis merumuskan tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan. BAB II Analisis data kondisi ekonomi jemaat GPIB PETRA Lampung Pada bab ini penulis akan memaparkan hasil kajian data mengenai kondisi sosial ekonomi keluarga warga jemaat GPIB PETRA dan kondisi keuangan gereja yang kemudian digunakan sebagai bahan analisa. Dari hasil analisa data kondisi sosial ekonomi warga jemaat GPIB PETRA tersebut dihasilkan suatu kesimpulan yang selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan penulisan pada BAB III. BAB III Landasan etis teologis bagi gereja untuk berperan dalam rangka pemberdayaan ekonomi jemaat. Dalam bab ini penulis akan memaparkan mengenai panggilan Gereja sesuai dengan konteks jemaatnya, sehingga dengan mengetahui dan menyadari akan panggilannya tersebut Gereja memahami apa yang menjadi tugas dan tanggungjawabnya, terutama berkaitan dengan permasalahan kondisi sosial ekonomi jemaat. Kemudian penulis memaparkan landasan etis teologis yang dapat dipakai oleh Gereja dalam rangka memberdayakan ekonomi jemaat yaitu tentang panggilan Gereja untuk membela kaum miskin. Pada bagian ini penulis memberikan kisah-kisah atau ayat-ayat dalam

Alkitab baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru yang berkaitan dengan panggilan untuk membela kaum miskin. Berdasarkan atas panggilan tersebut gereja seharusnya mewujudkan dalam bentuk konkret dalam setiap pelayanan gereja salah satunya dalam bentuk pelayanan (Diakonia) sebagai wadah untuk merealisasikan panggilannya. Akan tetapi pelayanan (diakonia) gereja ini diharapkan tidak hanya bersifat karitatif tetapi transformatif, salah satunya diwujudkan dengan adanya pemberdayaan ekonomi jemaat. BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN Pada BAB IV ini penulis memberikan kesimpulan dan saran berdasarkan prinsipprinsip atau hasil analisa pada bab sebelumnya. Kemudian penulis juga memberikan saran bagi gereja dalam rangka pemberdayaan ekonomi jemaat.