SOSIALISASI KEMANDIRIAN KERJA ANAK PETANI MISKIN ( STUDI KASUS: KELUARGA PETANI MISKIN DI NAGARI TALU KECAMATAN TALAMAU KABUPATEN PASAMAN BARAT ) Dewifebrina 1 Dra. Fachrina,M.Si 2 Erningsih,S.Sos 3 Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRAK Dewifebrina (09070290). Sosialisasi Kemandirian Kerja Anak Petani (Studi Kasus: Keluarga Petani Miskin di Nagari Talu Kecamatan Talamau Kabupaten Pasaman Barat). Skripsi. ProgramStudi Pendidikan Sosiologi, STKIP PGRI Sumatera Barat. Padang. 2014. Kebutuhan ekonomi sering memaksa para petani miskin mengabaikan pendidikan anak mereka karena tenaga anak sangat dibutuhkan untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga. Anak yang masih berumur 6-12 tahun telah disosialisasikan dengan suatu pekerjaan sehingga anak mereka banyak hidup mandiri tanpa bantuan orang lain dalam mengerjakan perkerjaan. Maka dari itu peneliti melihat latar belakang keluarga petani miskin dan proses sosialisasi terhadap kemandirian kerja anak petani miskin di Nagari Talu Kecamatan Talamau Kabupaten Pasaman Barat. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori fungsionalisme struktural. Penelitian ini dikategorikan ke dalam jenis penelitian kualitatif. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Data yang ingin dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh melalui metode pengumpulan data berupa hasil wawancara. Unit analisis yaitu kelompok dengan analisis tahap reduksi, penyajian data/analisis data, dan penarikan kesimpulan. Hasil dari penelitian ini yaitu: 1) Latar belakang keluarga-keluarga petani miskin di Nagari Talu menjalani pekerjaan sebagai buruh tani atau lebih dikenal dengan sebutan parari. Pekerjaan sebagai buruh tani mereka lakukan dengan alasan pekerjaan tersebut dapat memberi penghasilan. 2) Proses sosialisasi terhadap kemandirian kerja anak petani miskin di Nagari Talu adalah; Orang tua petani miskin mengajarkan dan mendidik anak-anak mereka bekerja dari kecil supaya setelah dewasa terbiasa hidup mandiri. Dengan jalan mengikutsertakan anak-anak mereka bekerja saat mereka melakukan pekerjaan sesuai dengan kemampua anak-anak mereka tanpa ada paksaan. Kata kunci:orang tua petani, sosialisasi, anak dan kemandirian kerja. 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat Angkatan 2009 2 Pembimbing I dan Dosen STKIP PGRI Sumatera Barat 3 Pembimbing II dan Dosen STKIP PGRI Sumatera Barat 1
PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau bekerja pada sektor pertanian atau dari produk nasional yang berasal dari pertanian. Kemiskinan pedesaan (rural poverty), merupakan salah satu topik pokok yang tidak dapat dipisahkan dari masalah pembangunan pertanian, dan pedesaan, terlebih di negaranegara sedang berkembang yang sebagian besar penduduknya tinggal di daerah pedesaan, yang umumnya dalam belenggu kemiskinan, dengan pertanian sebagai basis ekonominya. Dalam usaha tani sebagian besar tenaga kerja berasal dari keluarga petani sendiri yang terdiri atas ayah sebagai kepala keluarga, istri, dan anak-anak petani. Anak-anak berumur minimal 12 tahun misalnya sudah merupakan tenaga kerja yang produktif bagi usaha tani. Anak adalah manusia yang sedang berkembang dan penerus tradisi keluarga. Dalam keadaan normal lingkungan pertama yang berhubungan dengan anak adalah orang tua, dan saudara-saudaranya yang lebih tua. Sosialisasi merupakan salah satu cara yang tepat karena sosialisasi merupakan proses belajar budaya bagi individu untuk kehidupannya. Sosialisasi sebagai suatu proses bagi individu sejak anak-anak hingga tuanya belajar pola-pola tindakan dalam interaksi dengan segala macam individu sekelilingnya yang menduduki beraneka ragam peran sosial yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Pada mulanya seorang individu akan belajar tentang perilaku kelompoknya yang terdekat yakni keluarga. Ia belajar disiplin, belajar tentang nilai-nilai, norma-norma dan belajar peran sesuai dengan statusnya dalam keluarga tersebut. Status dan peran yang dimiliki oleh setiap individu diketahuinya karena proses sosialisasi yang berlangsung sepanjang hidup manusia. Anakanak sebagai generasi penerus memiliki fungsi secara umum diantaranya sebagai anak dari orang tua, seharusnya menjunjung tinggi, menghormati dan mencintai orang tuanya, yang merupakan pencerminan jiwa dan moral yang tinggi. Selanjutnya anak sebagai hasil perkawinan orang tua mempunyai peranan sebagai penerus generasi, maka anak-anak memegang berbagai fungsi dalam keluarga terutama keluarga miskin. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi sosialisasi anak dalam keluarga, salah satunya adalah keadaan sosial ekonomi keluarga. Keadaan ekonomi keluarga dapat berpengaruh tehadap sosialisasi, dimana anak kurang mendapatkan perhatian dan perawatan. Sebaliknya anak sudah dibiasakan bekerja oleh karna itu dalam keterampilan kerja anak dalam keluarga miskin lebih unggul dari pada anak yang berasal dari keluarga kaya. Dalam observasi awal yang peneliti lakukan di lapangan pada tanggal 15 September 2013, peneliti melihat anak-anak pada usia sekolah banyak melakukan kegiatan atau pekerjaan yang sebagian besar tidak lagi membutuhkan bantuan dari orang tua mereka dalam melakukan suatu pekerjaan. Anak dari keluarga petani miskin setiap pulang sekolah mengerjakan pekerjaan rumah, seperti; menyapu, mencuci piring, memasak, dan bahkan ada yang memotong kayu bakar. Semua pekerjaan itu dilakukan tanpa bantuan orang lain, dengan arti kata mereka sudah terbiasa melakukan pekerjaan tersebut setiap harinya. Dengan demikian, mereka sudah bisa menggantikan peran orang tua mereka di rumah dengan melaksanakan pekerjaanpekerjaan yang ada. Di Jorong Tabek Sirah anak-anak dalam keluarga petani miskin membantu orang tua dalam pekerjaan seperti yang dilakukan orangtuanya. Kebutuhan ekonomi sering memaksa para petani miskin mengabaikan pendidikan anak mereka karena tenaga anak sangat dibutuhkan untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga. Anak yang masih berumur 6-12 tahun telah disosialisasikan dengan suatu pekerjaan sehingga anak mereka banyak hidup mandiri tanpa bantuan orang lain dalam mengerjakan perkerjaan. Kemandirian kerja yang disosialisasikan adalah kerja dalam bidang produksi (ke sawah, ke ladang, dan mengangkat kayu dari hutan), dan kerja reproduksi (mencuci piring, menyapu, mengasuh adik, memasak, dan sebagiannya). Dalam keluarga miskin anak-anak disosialisasikan tentang kemandirian, misalnya yakni mengerjakan sendiri tugastugas yang telah ada yaitu: anak yang terbiasa makan sendiri, mengerjakan tugas rumah sendiri, mencuci baju sendiri, dan pergi ke sekolah sendiri bagi anaknya yang bersekolah. Orang tua hanya mengarahkan anaknya saja. Kemandirian kerja yang ditanamkan tentang pekerjaan sehari-hari 2
baik kepada anak laki-laki maupun anak perempuan. Petani miskin di Jorong Tabek Sirah mempunyai lahan pertanian yang terbatas sehingga terpaksa menyewa lahan pertanian (manyasiah sawah) orang lain. Dalam usaha tani mereka mengerjakannya secara tradisional, hal itu disebabkan karena mereka berpendidikan rendah, rata-rata hanya tamat SD bahkan ada yang tidak tamat SD. Pendidikan anak-anak mereka sebagian kecil sampai SMP dan SMA bahkan ada yang tidak tamat, karena beban rumah tangga yang sangat tinggi sehingga anak-anak membantu orang tuanya sehari-hari. METODE PENELITIAN Penelitian ini dikategorikan ke dalam jenis penelitian kualitatif. Menurut Sugiyono (2010:15), pendekatan penelitian kualitatif sering disebut naturalistik. Karena penilaiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah disebut metode kualitatif karena data yang terkumpul dan analisanya lebih bersifat kualitatif. Prinsip dasar pendekatan kualitatif adalah penelitian yang dimulai dengan persoalan seperti mengapa, bagaimana, apa, dimana, dan bilamana tentang suatu fenomena-fenomena atau gejala-gejala yang terjadi di lapangan dan peneliti dapat memberi suatu makna kepada suatu peristiwa. Selanjutnya, pendekatan fenomenologi merupakan pendekatan yang bertitik tolak pada pandangan berpikir yang menekankan pada pengalaman-pengalaman yang bersifat subjektif manusia. Alasan penulis menggunakan penelitian kualitatif karena penelitian ini berusaha mendeskripsikan sosialisasi kemandirian kerja anak petani, pada keluarga petani miskin di Nagari Talu Kecamatan Talamau Kabupaten Pasaman Barat.Teknik dan alat pengumpul data yang digunakan adalah observasi partisipasi dan wawancara mendalam. Adapun teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Observasi Pada observasi partisipasi, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari- b. Wawancara Dalam metode pengumpulan data peneliti menggunakan metode wawancara. Wawancara merupakan sebuah percakapan antara dua orang atau lebih, yang pertanyaannya diajukan oleh peneliti kepada subjek atau sekelompok subjek penelitian untuk dijawab. Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara mendalam (in-dept interview). Wawancara mendalam merupakan suatu mengumpulkan data atau informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan, dengan maksud mendapatkan gambaran lengkap tentang topik yang diteliti. c. Dokumentasi Selain observasi dan wawancara, peneliti menggunakan studi dokumentasi berupa data Nagari Talu yang peneliti peroleh dari kantor Wali Nagari Talu. Melalui teknik ini peneliti dapat menghimpun data dari berbagai informasi dari bahan-bahan dokumen yang diberikan Wali Nagari Talu dan data-data yang berhubungan dengan sosialisasi kemandirian kerja anak petani dan latar belakang keluarga petani miskin di Nagari Talu Kecamatan Talamau Kabupaten Pasaman Barat. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Latar Belakang Keluarga Petani Miskin Di Nagari Talu Sebagian besar masyarakat Sumatera Barat hidup di daerah pedesaan, karenanya masyarakat di daerah pedesaan lebih menggantungkan hidup dengan memanfaatkan potensi alam untuk dijadikan sebagai lahan atau lapangan pekerjaan. Pekerjaan merupakan sumber utama bagi masyarakat untuk mendapatkan penghasilan dalam memenuhi kebutuhan hidup seharihari. Pada wilayah yang memiliki suatu potensi tertentu, sebahagian besar masyarakatnya akan memfokuskan usahanya untuk memanfaatkan potensi tersebut sebagai sumber mata pencaharian, demikian pula halnya dengan masyarakat di Nagari Talu Kecamatan Talamau Kabupaten Pasaman Barat.Keluarga petani miskin di Nagari Talu merupakan masyarakat yang bekerja sebagai buruh tani. Pekerjaan sebagai buruh tani ini mereka lakukan disebabkan karena mereka tidak mempunyai lahan, dan modal yang cukup untuk melakukan pekerjaan sebagai petani. Adapun latar belakang informan penelitian dijelaskan sebagai berikut: 1. Alasan Menjadi Buruh Tani Keluarga petani miskin di Nagari Talu merupakan masyarakat yang bekerja sebagai buruh tani. Pekerjaan sebagai buruh tani ini mereka lakukan disebabakan karena mereka 3
tidak mempunyai lahan, dan modal yang cukup untuk melakukan pekerjaan sebagai petani. 2. Kondisi Keluarga Buruh Tani Dari keterangan dari beberapa parari (buruh tani) mengenai kegiatan yang dilakukannya untuk memperoleh penghasilan dari bekerja pada lahan milik orang lain.dalam menjalani pekerjaan sebagai parari (buruh tani), kelompok masyarakat ini mengandalkan penghasilan dari upah menjalani beberapa bentuk pekerjaan yang dilakukan di lahan milik orang lain. Pekerjaan ini merupakan penghasilan untuk memenuhi segala kebutuhan keluarga dari buruh tani. 3. Kondisi Pendidikan Anak Buruh Tani Sehubungan dengan aktivitas yang dilakukan anak-anak buruh tani, didapatkan keterangan bahwa pekerjaan yang mereka lakukan dalam membantu pekerjaan orang tua dalam rumah tangga tidak mengganggu aktivitas pendidikan. Latar belakang keluarga-keluarga petani miskin di Nagari Talu Kecamatan Talamau, pada umumnya kelompok masyarakat ini menjalani pekerjaan sebagai buruh tani yang di wilayah ini lebih dikenal dengan sebutan parari. Buruh tani (parari) ini mengandalkan penghasilan dengan cara menerima upah dari bekerja pada lahan pertanian milik orang lain. Pekerjaan sebagai buruh tani mereka lakukan dengan alasan pekerjaan tersebut dapat memberi penghasilan. Karena mayoritas masyarakat di wilayah ini bekerja sebagai petani, maka sebagian dari mereka yang memiliki lahan mengandalkan tenaga orang lain untuk mengolah lahan yang mereka punyai, dan itulah yang menjadi peluang bagi buruh tani atau parari untuk dapat menjalani pekerjaan sebagai petani dan biaya hidup sehari-hari. B. Proses Sosialisasi Terhadap Kemandirian Kerja Anak Petani Miskin Di Nagari Talu Berdasarkan keterangan-keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa, kemandirian kerja yang dijalankan anak-anak masyarakat parari atau buruh tani adalah merupakan kemandirian kerja yang dijalankan anak-anak berdasarkan kesadaran diri sendiri dengan memahami kondisi pekerjaan orang tua yang tidak sempat dan sedikit punya waktu untuk bisa melakukan pekerjaan lain yang sudah dilaksanakan oleh anak-anaknya. Proses sosialialisasi terhadap kemandirian kerja anak petani yang dilaksanakan adalah proses yang harus dijalani orangtua dalam mendidik anaknya. Masyarakat buruh tani di Nagari Talu membiarkan anaknya bekerja dengan alasan supaya anak bisa mandiri dan dapat meringankan pekerjaan lain yang seharusnya dapat dilakukannya, sekaligus sebagai bekal masa depannya kelak. Berdasarkan keterangan-keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa, proses sosialisasi terhadap kemandirian kerja anak petani miskin di Nagari Talu adalah; dari aktivitas yang dijalankan anak-anak seperti melakukan berbagai pekerjaan yang terdapat dalam rumah, pekerjaan di luar rumah dan aktivitas lain yang memberi penghasilan dilakukan mereka tanpa menunggu perintah dari orang tua. Pekerjaan-pekerjaan itu mereka lakukan dengan kesadaran sendiri dengan kata lain pekerjaan itu seakan-akan telah menjadi tanggung jawab mereka. Hal itu menggambarkan bahwa semua pekerjaan yang dilakukan anak-anak masyarakat parari (buruh tani) adalah suatu wujud kemandirian kerja dari anak-anak dalam membantu meringankan beban pekerjaan yang harus dijalankan orangtua. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Latar belakang keluarga-keluarga petani miskin di Nagari Talu Kecamatan Talamau, pada umumnya kelompok masyarakat ini menjalani pekerjaan sebagai buruh tani yang di wilayah ini lebih dikenal dengan sebutan parari. Buruh tani (parari) ini mengandalkan penghasilan dengan cara menerima upah dari bekerja pada lahan pertanian milik orang lain. Pekerjaan sebagai buruh tani mereka lakukan dengan alasan pekerjaan tersebut dapat memberi penghasilan. Karena mayoritas masyarakat di wilayah ini bekerja sebagai petani, maka sebagian dari mereka yang memiliki lahan mengandalkan tenaga orang lain untuk mengolah lahan yang mereka punyai, dan itulah yang menjadi peluang bagi buruh tani atau parari untuk dapat menjalani pekerjaan sebagai petani. 2. Proses sosialisasi terhadap kemandirian kerja anak petani miskin di 4
Nagari Talu adalah; Orang tua petani miskin mengajarkan dan mendidik anak-anak mereka bekerja dari kecil supaya setelah dewasa terbiasa hidup mandiri. Dengan jalan mengikutsertakan anak-anak mereka bekerja saat mereka melakukan pekerjaan sesuai dengan kemampua anak-anak mereka tanpa ada paksaan, dari aktivitas yang dijalankan anak-anak seperti melakukan berbagai pekerjaan yang terdapat dalam rumah, pekerjaan di luar rumah dan aktivitas lain yang memberi penghasilan dilakukan mereka tanpa menunggu perintah dari orang tua. Pekerjaan-pekerjaan itu mereka lakukan dengan kesadaran sendiri dengan kata lain pekerjaan itu seakan-akan telah menjadi tanggung jawab mereka. DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu. 1991. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta: Rineka Cipta. Beratha, Nyoman. 1982. Desa (Masyarakat Desa dan Pembangunan Desa). Jakarta: Ghalia Indonesia. BPS Provinsi Sumatera Barat. 2003. Data dan Informasi Kemiskinan. Padang: BPS Provinsi Sumatera Barat. Depdiknas.2002. Kamus BesaBahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka. Djohanputro, Bramantyo. 1999. PerekonomianIndonesia Menyongsong Abad XXI. Jakarta: Sinar Harapan. Effendi, TadjudinNoer. 2000. Pembangunan, Krisis, dan Arah Reformasi. Surakarta: Muhammadiyah University Press. Goode, William J. 1991. Sosiologi Keluarga. Jakarta: Bumi Aksara. Hardy, Malcolm. 1988. Pengantar Psikologi. Jakarta: Erlangga. 5