APLIKASI PUPUK KALSIUM DAN BORON UNTUK MENGURANGI CEMARAN GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) DHIKA PRITA HAPSARI

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at:

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at:

HASIL DAN PEMBAHASAN

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at:

PENGARUH APLIKASI DOLOMIT TERHADAP GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS

Pengaruh Aplikasi Kalsium terhadap Getah Kuning pada Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis

PENGENDALIAN CEMARAN GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS DENGAN PUPUK KALSIUM DI KABUPATEN BOGOR DAN PURWOREJO FAHROYATI NORA HANDAYANI

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

HASIL DAN PEMBAHASAN

DOSIS DAN WAKTU APLIKASI KALSIUM DAN BORON UNTUK PENGENDALIAN CEMARAN GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) DI TIGA SENTRA PRODUKSI

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

APLIKASI KALSIUM UNTUK MENGENDALIKAN CEMARAN GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana) DI BOGOR DAN PURWOREJO SITI NURJANNAH

BAHAN DAN METODE. Pelaksanaan Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

Waktu dan Dosis Aplikasi Kalsium dan Boron untuk Pengendalian Getah Kuning pada Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) di Tiga Sentra Produksi

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi Tanaman Manggis

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penilitan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal AgroPet Vol. 11 Nomor 1 Desember 2014 ISSN: PENGENDALIAN GETAH KUNING MANGGIS MELALUI PENGATURAN DOSIS SUMBER KALSIUM

MENINGKATKAN KUALITAS BUAH DURIAN DENGAN PEMUPUKAN TEPAT DAN BERIMBANG

I. PENDAHULUAN. Tanaman melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman semusim yang saat ini

METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Rancangan Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pasca Panen Fakultas Pertanian

MATERI DAN METODE. Bahan utama yang akan digunakan pada penelitian ini adalah Durian lokal

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis

I. PENDAHULUAN. Tanaman mentimun (Cucumis sativa L) termasuk dalam tanaman merambat yang

II. TINJAUAN PUSTAKA

STUDI WAKTU APLIKASI KALSIUM TERHADAP PENGENDALIAN GETAH KUNING DAN KUALITAS BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.)

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman

I. PENDAHULUAN. Melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman semusim yang tumbuh merambat

MENINGKATKAN KUALITAS BUAH DURIAN DENGAN PEMUPUKAN TEPAT DAN BERIMBANG

HASIL DAN PEMBAHASAN

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

PENGARUH APLIKASI KALSIUM TERHADAP GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) Oleh: Indah Wulandari A

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

PENGARUH SUHU DAN KELEMBABAN UDARA TERHADAP SHELF-LIFE DAN KARAKTERISTIK BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SELAMA PENYIMPANAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

PEMUPUKAN NITROGEN, FOSFOR DAN KALIUM TANAMAN MANGGIS (Garcinia mangostana L.) PADA TAHUN PRODUKSI KEEMPAT

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA Manggis

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

BAB III BAHAN DAN METODE

Ca(OH) 2-3(3) CaCl 2-1(3) CaCl 2-3(2) JALAN

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

TINJAUAN PUSTAKA Manggis ( Garcinia mangostana L)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

PEMBAHASAN UMUM Penetapan Status Kecukupan Hara N, P dan K pada Bibit Duku

BAB I PENDAHULUAN. Salak (Salacca zalacca) merupakan salah satu tanaman buah- buahan

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS. Nafi Ananda Utama. Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH CARA PANEN DAN PEMBERIAN GIBERELIN TERHADAP MUTU BUAH DAN PERTUMBUHAN TRUBUS BARU MANGGIS (Garcinia mangostana L.)

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman melon sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio:

(Shanti, 2009). Tanaman pangan penghasil karbohidrat yang tinggi dibandingkan. Kacang tanah (Arachis hypogaea) merupakan salah satu tanaman pangan

PENDAHULUAN Latar Belakang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

TINJAUAN PUSTAKA Botani

I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian Percobaan I: Pengaruh Tingkat Berbuah Sebelumnya dan Letak Strangulasi Terhadap Pembungaan Jeruk Pamelo Cikoneng

BAHAN DAN METODE Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

APLIKASI PUPUK KALSIUM DAN BORON UNTUK MENGURANGI CEMARAN GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) DHIKA PRITA HAPSARI DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aplikasi pupuk kalsium dan boron untuk mengurangi getah kuning pada buah manggis (Garcinia mangostana L.) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juni 2015 Dhika Prita Hapsari NIM A24110187

ABSTRAK DHIKA PRITA HAPSARI. Aplikasi Pupuk Kalsium dan Boron untuk Mengurangi Getah Kuning pada Buah Manggis (Garcinia mangostana L.). Dibimbing oleh ROEDHY POERWANTO. Cemaran getah kuning pada buah manggis menyebabkan rendahnya kualitas buah manggis. Cemaran getah kuning terjadi akibat lemahnya dinding sel pada buah. Dinding sel yang lemah disebabkan oleh rendahnya kandungan kalsium dan boron. Kalsium berfungsi memperkuat integritas dinding sel dan boron berfungsi menjaga stabilitas dinding sel. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kombinasi pupuk kalsium dan boron dengan dosis yang rendah untuk mengurangi cemaran getah kuning pada buah manggis. Penelitian ini dilakukan di 3 lokasi kebun manggis, yaitu Cigudeg, Citeureup, dan Sukabumi, serta analisis sampel di Laboratorium Pascapanen Institut Pertanian Bogor pada bulan November 2014 sampai dengan Maret 2015. Penelitian dirancang menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan satu faktor, yaitu kombinasi dosis kalsium dan boron. Perlakuan terdiri atas 5 taraf yang diulang sebanyak 4 kali dengan setiap ulangan terdiri atas 1 pohon sehingga jumlah pohon manggis yang dibutuhkan adalah 20 pohon pada masing-masing kebun percobaan. Setiap pohon terdiri atas 20 sampel buah. Kombinasi dosis pupuk yang digunakan pada penelitian ini yakni tanpa pupuk (kontrol), 1 kg Ca/pohon + 0.047 g B/pohon, 1 kg Ca/pohon + 1.553 g B/pohon, 1.5 kg Ca/pohon + 0.047 g B/pohon, dan 1.5 kg Ca/pohon + 1.553 g B/pohon. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dosis yang paling efektif mengurangi cemaran getah kuning pada buah manggis di ketiga lokasi percobaan adalah dosis 1.5 kg Ca/pohon + 1.553 g B/pohon. Aplikasi kalsium dan boron dengan dosis 1.5 kg Ca/pohon + 1.553 g B/pohon nyata menurunkan skor dan persentase cemaran getah kuning pada kulit dan aril buah, serta tidak mempengaruhi kualitas fisik dan kimia buah manggis. Kata kunci: dinding sel, hara mineral, kualitas buah, pemupukan ABSTRACT DHIKA PRITA HAPSARI. Application of Calcium and Boron Fertilizer to Reduce Yellow Sap in Mangosteen (Garcinia mangostana L.). Supervised by ROEDHY POERWANTO. The yellow sap contamination causes low quality of mangosteen. Yellow sap contamination occurs due to weak cell walls in the fruit. Weak cell walls caused by low calcium and boron. Calcium has a function to strengthen the integrity of the cell wall and boron provide the stability maintenance of the cell wall. This research aims to examine the combination of calcium and boron with a low dose to reduce yellow sap contamination in mangosteen. The research was located in 3 mangosteen orchard in Cigudeg, Citeureup, Sukabumi, and analysis of samples in Post Harvest Laboratory of Bogor Agricultural University in November 2014 to March 2015. The research was designed by Randomized Complete Block Design (RCBD) with one factor of the combination of calcium

and boron dose. The treatment consisted of 5 levels that repeated 4 times with each repetition consisted of one tree so that the number of mangosteen tree is 20 trees in each experimental orchard. In each tree, 20 fruits were collected randomly. The combination of fertilizers that used in this research was without fertilizer (control), 1 kg Ca / tree + 0.047 g B / tree, 1 kg Ca / tree + 1.553 g B/ tree, 1.5 kg Ca / tree + 0.047 g B / tree, and 1.5 kg Ca / tree + 1.553 g B / tree. The results of this research indicated that the most effective dose to reduce contamination of yellow sap in mangosteen in three experimental orchard was a dose of 1.5 kg Ca / tree + 1.553 g B / tree. The application of calcium and boron at a dose of 1.5 kg Ca/tree + 1.553 g B/tree significantly reduced scores and percentage of yellow sap contamination on peel and aryl of fruit, and did not affect the physical and chemical quality of mangosteen fruits. Keywords: cell wall, fertilization, fruit quality, mineral nutrient

APLIKASI PUPUK KALSIUM DAN BORON UNTUK MENGURANGI CEMARAN GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) DHIKA PRITA HAPSARI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2014 ini berjudul Aplikasi Pupuk Kalsium dan Boron untuk Mengurangi Getah Kuning pada Buah Manggis (Garcinia mangostana L.). Penelitian ini didanai oleh Hibah Kompetensi dengan judul penelitian Perbaikan Kualitas Buah Manggis dan Mangga sebagai Upaya Peningkatan Ekspor Buah Tropika Nusantara dengan Ketua Tim adalah Prof Dr Ir Roedhy Poerwanto, MSc, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Roedhy Poerwanto, MSc selaku pembimbing, serta Dr Ir Ketty Suketi, MSi dan Dr Edi Santosa, SP, MSi selaku dosen penguji. Selain itu, terima kasih kepada Ibu Maryati Sari, SP, Msi sebagai dosen pembimbing akademik, Pak Makmun, Pak Diki, dan Ibu Iis yang bersedia menjadikan kebun manggisnya sebagai bahan percobaan penulis, serta Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT), program Beasiswa Utusan Daerah (BUD) dan seluruh keluarga besar AGH atas motivasi dan dukungan, baik dalam bentuk moril maupun materil. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada bapak, ibu, serta seluruh keluarga dan kerabat atas segala doa, dukungan, dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi yang membaca dan membutuhkannya. Bogor, Juli 2015 Dhika Prita Hapsari

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL ix PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Hipotesis 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Botani 2 Syarat Tumbuh 4 Getah Kuning (Gamboge) 4 Peranan Kalsium 5 Peranan Boron 6 METODE PENELITIAN 7 Tempat dan Waktu 7 Bahan dan Alat 8 Rancangan Percobaan 8 Prosedur Percobaan 9 HASIL DAN PEMBAHASAN 12 Kondisi Umum 12 Cemaran Getah Kuning 14 Kualitas Fisik Buah 17 Kualitas Kimia Buah 20 Perbandingan Ketiga Lokasi Percobaan 21 Perkiraan Keuntungan 25 KESIMPULAN DAN SARAN 26 Kesimpulan 26 Saran 26 DAFTAR PUSTAKA 26 LAMPIRAN 29 RIWAYAT HIDUP 31

DAFTAR TABEL 1 Pengaruh aplikasi kalsium dan boron terhadap cemaran getah kuning pada aril buah manggis (persentase buah dan juring tercemar getah kuning) 14 2 Pengaruh aplikasi kalsium dan boron terhadap cemaran getah kuning pada aril buah manggis (skor cemaran getah kuning) 15 3 Pengaruh aplikasi kalsium dan boron terhadap cemaran getah kuning pada kulit buah manggis 16 4 Pengaruh aplikasi kalsium dan boron terhadap diameter transversal dan longitudinal buah manggis 17 5 Pengaruh aplikasi kalsium dan boron terhadap bobot buah, bagian-bagian buah, dan edible portion di Cigudeg 18 6 Pengaruh aplikasi kalsium dan boron terhadap bobot buah, bagian-bagian buah, dan edible portion di Citeureup 19 7 Pengaruh aplikasi kalsium dan boron terhadap bobot buah, bagian-bagian buah, dan edible portion di Sukabumi 19 8 Pengaruh aplikasi kalsium dan boron terhadap ketebalan dan kekerasan kulit buah manggis 20 9 Pengaruh aplikasi kalsium dan boron terhadap PTT dan TAT buah manggis 20 10 Pengaruh aplikasi kalsium dan boron terhadap skor rasa buah manggis 21 11 Pengaruh aplikasi kalsium dan boron serta lokasi terhadap cemaran getah kuning 22 12 Interaksi kalsium dan boron dengan lokasi percobaan terhadap skor cemaran getah kuning pada kulit 22 13 Pengaruh aplikasi kalsium dan boron serta lokasi terhadap diameter transversal dan longitudinal, kekerasan, dan ketebalan buah manggis 23 14 Pengaruh aplikasi kalsium dan boron serta lokasi terhadap bobot bagian-bagian buah dan edible portion 24 15 Pengaruh aplikasi kalsium dan boron serta lokasi terhadap kualitas kimia buah manggis 24 16 Analisis keuntungan pada kebun manggis yang mengaplikasikan Ca dan B dan kebun manggis yang tidak melakukan aplikasi 25 DAFTAR GAMBAR 1 Kebun manggis Cigudeg 13 2 Kebun manggis Citeureup 13 3 Kebun manggis Sukabumi 13 4 Anthesis 13 5 Cemaran getah kuning pada aril 15 6 Cemaran getah kuning pada kulit 15

DAFTAR LAMPIRAN 1 Data curah hujan Agustus 2014 Maret 2015 30 2 Klasifikasi buah manggis berdasarkan diameter dan bobot buah (BSN 2009) 30

PENDAHULUAN Latar Belakang Manggis yang mendapat julukan sebagai Queen of Tropical Fruits merupakan komoditas ekspor utama produk hortikultura setelah cabai dan nenas (Kementan 2014) yang banyak digemari baik oleh masyarakat Indonesia maupun luar negeri. Buah ini memiliki rasa buah yang menarik dengan kombinasi rasa asam dan manis. Keistimewaan lain dari manggis adalah kandungan senyawa antioksidan pada kulit buah manggis yang melebihi vitamin C dan E yang tidak terdapat pada buah-buah lain (Silalahi 2002). Potensi ekspor buah manggis yang sangat tinggi berperan dalam sektor perekonomian. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) ekspor manggis pada tahun 2010 mencapai 8 225 ton meningkat sebesar 90% dibandingkan dengan ekspor pada tahun 2009 yang hanya mencapai 4 285 ton. Peningkatan tersebut terus berlanjut pada tahun 2011 dan 2012 dengan ekspor masing-masing mencapai 12 603 dan 20 168 ton dengan tujuan ekspor Cina, Taiwan, Hongkong, Timur Tengah, Eropa, bahkan saat ini telah masuk ke Selandia Baru. Ekspor manggis sempat mengalami penurunan pada tahun 2013, yaitu senilai USD 5.73 juta. Nilai ekspor tersebut menurun cukup drastis dibandingkan dengan tahun 2012 yang mencapai nilai ekspor USD 17.4 juta. Ekspor manggis pada periode Januari-Juni 2014 kembali mengalami peningkatan yaitu mencapai USD 5.43 juta (Kementan 2014). Penurunan ekspor manggis yang cukup drastis pada tahun 2013 terjadi akibat penurunan produksi buah manggis. Selain disebabkan oleh terjadinya penurunan produksi buah manggis, kualitas buah manggis yang tidak layak ekspor juga menjadi salah satu penurunan ekspor manggis. Mutu yang rendah pada sebagian besar buah manggis antara lain disebabkan oleh adanya getah kuning pada kulit bagian luar dan kulit bagian dalam atau aril buah manggis. Getah kuning tersebut mempengaruhi penampilan, kualitas, dan rasa buah manggis. Getah kuning pada kulit bagian dalam dapat mengotori aril sehingga rasa buah menjadi pahit dan tidak layak untuk dikonsumsi. Berdasarkan penelitian Dorly (2009) pada irisan melintang perikarp dan struktur tiga dimensi buah manggis tampak struktur saluran sekretori getah kuning yang dikelilingi oleh sel-sel epitelium yang khas. Getah kuning dapat mencemari kulit dan aril buah apabila saluran getah tersebut pecah. Pecahnya saluran getah kuning sangat dipengaruhi oleh lingkungan tumbuh tanaman, seperti kandungan hara, ph tanah, KTK, dan perubahan ketersediaan air. Menurut Poerwanto et al. (2010) perubahan tekanan turgor dapat menyebabkan dinding sel-sel epitel menerima desakan, baik dari dalam (turgor plasma sel) maupun dari luar (turgor cairan getah). Sel-sel epitel yang lemah akibat kekurangan kalsium akan pecah dan mengeluarkan getah kuning yang akan mencemari aril buah manggis. Pecahnya saluran getah kuning dapat dicegah dengan membuat unsur kalsium tersedia bagi tanaman manggis karena kalsium merupakan salah satu unsur penting yang dapat memperkuat dinding sel. Unsur lain yang berfungsi untuk memperkuat dinding sel adalah boron yang merupakan komponen struktural sel. Peranan boron sangat penting dalam pembelahan dan pembesaran sel pada fase pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Dear dan Weir 2004).

2 Penambahan unsur hara tersebut diharapkan dapat memperkuat dinding sel sehingga mencegah pecahnya saluran getah kuning. Berkurangnya cemaran getah kuning dapat meningkatkan persentase manggis yang layak ekspor. Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya pemberian pupuk kalsium dan boron, baik secara tunggal maupun bersamaan, terbukti mampu menurunkan cemaran getah kuning pada kebun manggis di lokasi penanaman yang berbeda. Wulandari (2009) menyatakan bahwa dosis 3.5 ton Ca/ha nyata menurunkan getah kuning manggis di Leuwiliang. Penelitian yang dilakukan oleh Primilestari (2011) dengan menggunakan dosis yang lebih rendah menyatakan bahwa dosis 2 ton Ca/ha nyata menurunkan cemaran getah kuning di Lampung. Cemaran getah kuning juga dapat diturunkan dengan menggunakan dosis 2.89 ton Ca/ha + 0.78 kg B/ha (Saribu 2011) di Leuwiliang. Berdasarkan hal tersebut, pada penelitian ini mencoba menurunkan dosis kalsium dan boron dari penelitian sebelumnya untuk menguji keefektifan aplikasi pupuk kalsium dan boron dengan dosis yang rendah dalam mengurangi cemaran getah kuning pada buah manggis. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji aplikasi pupuk Ca dan B dengan dosis rendah terhadap cemaran getah kuning, penampilan, kualitas, dan rasa buah manggis di beberapa lokasi penanaman manggis. Hipotesis Apilkasi pupuk Ca dan B dengan dosis rendah dapat mengurangi cemaran getah kuning sehingga dapat meningkatkan kualitas, penampilan, dan rasa pada buah manggis di Cigudeg, Citeureup, dan Sukabumi. TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis merupakan tanaman buah tropika yang berasal dari hutan tropis yang teduh di kawasan Asia Tenggara, yaitu hutan belantara Malaysia atau Indonesia. Dari Asia Tenggara, tanaman ini menyebar ke daerah Amerika Tengah dan daerah tropis lainnya seperti Srilanka, Malagasi, Karibia, Hawaii dan Australia Utara (Menristek 2000). Buah yang bernama latin Garcinia mangostana L. ini termasuk ke dalam famili Guttiferae dan merupakan spesies terbaik dari Garcinia. Buah manggis mendapat julukan Queen of Tropical Fruit karena buahnya yang sangat eksotik, rasanya lezat, bentuk buah yang indah, serta tekstur daging buah yang putih halus. Selain itu manggis juga mendapat julukan sebagai

Nectar of Ambroise, Golden Apples of Hesperides, dan Finest Fruit in The World (Syah 2009). Pohon manggis merupakan evergreen-tree dengan pertumbuhan yang sangat lambat dan tingginya dapat mencapai 6 25 meter. Sistem perakaran manggis lemah dan mudah terganggu sehingga transplanting harus dilakukan dengan hatihati (Yaacob dan Tindall 1995). Daunnya berbentuk bulat telur, lonjong, atau elips dengan posisi yang berlawanan dan berwarna hijau tua mengkilap di bagian atas dan hijau kekuningan di bagian bawah. Daun manggis memiliki panjang 9 25 cm dan lebar 4.5 10 cm (Orwa et al. 2009). Bunga manggis berada pada bagian terminal cabang. Kuncup bunga manggis muncul di ujung ranting dan memerlukan waktu kurang lebih 40 hari sampai anthesis (bunga mekar). Bunga manggis memiliki empat sepal dan empat petal yang berwarna merah muda. Petal akan rontok setelah anthesis (Rai 2004). Menurut Ropiah (2009) perkembangan bunga manggis dapat di bagi menjadi 5 fase yaitu: (1) inisiasi tunas bunga yang ditandai dengan pembengkakan berwarna merah pada ujung tunas, (2) pecah tunas, (3) pembentukan kuncup, (4) pertumbuhan dan perkembangan kuncup, dan (5) anthesis. Ashari (2006) menyebutkan bahwa benang sari pada manggis tidak dapat berkembang sempurna (rudimenter) sehingga pembentukkan dan perkembangan buahnya terjadi secara apomiksis. Pola pertumbuhan buah manggis membentuk kurva sigmoid, diawali dengan dominasi pertumbuhan perikarp hingga 20 HSA kemudian dilanjutkan dengan terjadinya perkembangan aril dan biji (Osman et al. 2006). Buah manggis berbentuk bulat dan berkulit licin. Buah manggis tergolong dalam tipe buah buni karena kulit buah manggis terdiri dari tiga bagian, yaitu lapisan luar (eksokarp) menjadi lapisan luar yang tipis, lapisan tengah (mesokarp), dan laipsan dalam (endokarp) yang tebal, lunak, dan berair (Poerwanto dan Susila 2013). Menurut Yaacob dan Tindall (1995) buah manggis mempunyai 4 8 segmen dan setiap segmen mengandung satu bakal biji diselimuti oleh aril (salut biji) berwarna putih, empuk dan mengandung sari buah. Tidak semua bakal biji dalam segmen dapat berkembang menjadi biji. Umumnya hanya 1 3 bakal biji yang dapat berkembang menjadi biji. Buah manggis berwarna hijau muda (light green) pada umur 1 hingga 7 MSA dan berwarna hijau sedang (medium green) pada umur 8 hingga 12 MSA buah. Selanjutnya buah berwarna hijau muda dengan sedikit bercak garis merah muda di sekitar kelopak pada umur 13 MSA. Pada umur 14 MSA kulit buah manggis berwarna hijau muda dengan guratan garis berwarna merah jambu. Pada umur 15 MSA kulit buah berwarna merah jambu, sedangkan buah akan berwarna ungu ketika sudah tua pada16 MSA (Dorly 2009). Buah manggis dapat disajikan dalam bentuk segar, sebagai buah kaleng, dan dibuat sirop/sari buah. Secara tradisional buah manggis adalah obat sariawan, wasir dan luka. Kulit buah manggis mengandung pektin, tanin, resin, serta senyawa xanthone yang sangat bermanfaat untuk mengatasi masalah kesehatan (Mansyah et al. 2007). Kulit buah manggis juga dimanfaatkan sebagai pewarna tekstil, sedangkan batang pohon dipakai sebagai bahan bangunan dan kayu bakar/kerajinan (Menristek 2000). Menurut Qosim (2013) masyarakat pada umumnya memanfaatkan tanaman manggis karena buahnya yang segar, mengandung gula sakarosa, dekstrosa, dan levulosa. Komposisi bagian buah yang dimakan per 100 g meliputi 79.2 g g air, 0.5 g protein, 19.8 g karbohidrat, 0.3 g 3

4 serat, 11 mg kalsium, 17 mg fosfor, 0.9 mg besi, 14 IU vitamin A, 66 mg vitamin C, tiamin 0.09 mg, riboflavin 0.06 mg, dan niasin 0.1 mg. Syarat Tumbuh Tanaman manggis dapat tumbuh baik pada dataran rendah sampai ketinggian 1000 m di atas permukaan laut, namun pertumbuhan terbaik dapat dicapai pada daerah dengan ketinggian di bawah 500 600 m di atas permukaan laut (Menristek 2000). Tanah yang gembur dengan drainase yang baik dan ph rendah sampai netral merupakan kondisi yang optimal untuk pertumbuhan tanaman manggis. Selain itu, pertumbuhan yang baik dapat didukung dengan kelembaban yang tinggi serta curah hujan tahunan 1200 mm atau lebih, namun tanaman manggis memerlukan musim kering yang pendek untuk menginduksi pembungaan. Beberapa tanaman manggis ditemukan tumbuh produktif di daerah aliran air yang membuat akar-akarnya hampir selalu dalam keadaan basah (Osman dan Milan 2006). Permeabilitas tanah yang baik dengan kelembaban tinggi dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman manggis terkait dengan lemahnya sistem perakaran, baik pada saat seedling maupun setelah tanaman dewasa (Yaacob dan Tindall 1995). Tanaman manggis membutuhkan kalsium dalam jumlah yang besar untuk memperkuat dinding sel. Defisiensi kalsium merupakan salah satu penyebab utama terjadinya cemaran getah kuning pada buah manggis yang disebabkan kebutuhan kalsium yang tidak terpenuhi pada bagian buah (Dorly 2009). Kalsium bersifat immobile sehingga terdistribusi melalui aliran transpirasi. Rendahnya Ca pada tanaman dapat berkaitan dengan kondisi tanah. Tanah gembur yang banyak mengandung bahan organik dengan reaksi tanah agak asam sampai netral pada ph 5.0 7.0 dibutuhkan untuk mengoptimalkan pertumbuhan tanaman manggis (Yaacob dan Tindall 1995). Getah Kuning (Gamboge) Salah satu permasalahan pada buah manggis adalah adanya cemaran getah kuning. Getah kuning pada tanaman manggis yang biasa disebut dengan gamboge merupakan cairan getah berwarna kuning yang keluar akibat pecahnya saluran getah pada buah manggis. Manggis yang terkena serangan getah kuning memiliki bobot yang lebih berat dibandingkan dengan buah yang normal (PKBT 2007). Getah kuning terdapat hampir di seluruh bagian tanaman manggis (Mansyah 2007). Menurut Dorly et al. (2008) saluran getah kuning manggis dijumpai pada bagian eksokarp, mesokarp, endokarp, aril buah, bunga, batang dan daun dengan saluran getah yang terdapat pada tangkai buah menyatu dengan saluran getah pada buah. Getah kuning dapat mencemari manggis pada kulit bagian luar (pericarp) dan kulit bagian dalam (endocarp). Salah satu penyebab getah kuning pada kulit bagian luar adalah gangguan mekanis seperti tusukan, gigitan serangga, dan benturan (Ashari 2006). Getah kuning pada kulit bagian dalam lebih disebabkan oleh faktor endogen, yaitu gejala fisiologis yang berkaitan dengan pecahnya

dinding sel pada saluran getah kuning manggis akibat tekanan turgor karena perubahan kondisi lingkungan yang ekstrim (Syah 2009). Menurut Dorly et al. (2011) terdapat teori yang menyebabkan terjadinya cemaran getah kuning pada buah manggis, yaitu pembentukan saluran getah, perkembangan buah, faktor iklim, dan pemberian kalsium. Saluran getah dijumpai tidak hanya pada perikarp melainkan juga pada jaringan aril, terutama pada buah manggis yang berumur 14 hingga 16 MSA. Spot getah kuning pada aril buah muda sulit dideteksi karena aril masih melekat pada kulit buah dengan kandungan getah yang masih encer sehingga pada saat buah disayat getah akan keluar mengotori aril. Getah kuning pada buah yang sudah tua atau matang akan mengering sehingga tidak menimbulkan masalah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dorly (2009) mengenai saluran sekretori getah kuning, saluran getah kuning dijumpai pada seluruh bagian tanaman manggis kecuali akar. Getah kuning manggis tidak akan menjadi masalah apabila tetap berada di dalam saluran getah. Terdapat beberapa hal yang menyebabkan pecahnya saluran getah kuning pada buah manggis, yaitu desakan akibat perubahan turgor dan desakan akibat perbedaan perkembangan bagian buah manggis. Dorly et al. (2008) menyebutkan bahwa kulit buah mulai menipis pada minggu kelima setelah anthesis, diikuti dengan pertumbuhan biji yang pesat. Pada minggu kesepuluh setelah anthesis, biji tumbuh pesat, namun pertumbuhan aril semakin melambat. Pertambahan volume buah sedikit, tetapi pertambahan biji meningkat pesat sehingga muncul desakan dari dalam berupa stress mekanik yang dapat menyebabkan saluran getah kuning pecah pada 10 MSA dan mulai mengotori aril pada 14 MSA. Poerwanto et al. (2010) menyatakan bahwa mekanisme terjadinya cemaran getah kuning terkait dengan perkembangan buah, peranan Ca, dan perubahan potensial air sebagai berikut. Pada saat perkembangan buah, biji bertambah besar dengan pertambahan volume yang sedikit sehingga terjadi desakan dari dalam ke arah perikarp. Akibatnya sel-sel epitel saluran getah kuning mengalami tekanan dan akan mudah pecah sehingga menyebabkan bocornya saluran getah kuning. Tekanan turgor yang tinggi juga akan menyebabkan pecahnya saluran getah. Tekanan turgor yang tinggi tersebut terjadi apabila fluktuasi potensial air tanah terjadi secara drastis dalam waktu yang pendek. Perubahan tekanan turgor akan memberikan tekanan pada dinding sel epitel, baik dari dalam (karena turgor plasma sel) maupun dari luar (turgor cairan getah). Buah manggis yang memiliki dinding sel epitel yang lemah akan menyebabkan pecahnya saluran getah kuning akibat desakan dari perubahan turgor dan perbedaan perkembangan buah. Lemahnya dinding sel epitel tersebut disebabkan oleh rendahnya kandungan kalsium di dalam sel. Keutuhan dinding sel epitel akan terjadi apabila kebutuhan akan kalsium dan boron tercukupi sehingga dapat mencegah pecahnya saluran getah kuning. 5 Peranan Kalsium Unsur kalsium (Ca) adalah unsur yang paling berperan dalam pertumbuhan sel. Kalsium merupakan penyusun dinding sel terutama sebagai substansi perekat Ca-pektat. Kalsium menjaga ketegaran dinding sel melalui ikatan cross-link antar

6 rantai pektat pada lamela tengah (Marschner 1995). Ca merupakan komponen yang menguatkan dan dapat mengatur aliran fotosintesis menembus dinding sel. Perannya sangat penting pada titik tumbuh akar. Bahkan bila terjadi defisiensi Ca, pembentukan dan pertumbuhan akar terganggu sehingga penyerapan hara terhambat (Taiz dan Zeiger 2010). Kalsium merupakan salah satu unsur hara makro yang bersifat immobile sehingga kalsium yang diangkut ke buah hanya dalam jumlah kecil jika dibandingkan dengan jumlah yang diangkut ke daun. Kalsium diangkut dari akar ke bagian pucuk tanaman melalui aliran transpirasi (Saure 2004). Hal tersebut menyebabkan kalsium banyak dijumpai pada bagian daun karena sebagian besar air ditranspirasikan melalui daun. Buah hanya sedikit melakukan transpirasi sehingga akumulasi kalsium pada buah hanya sedikit. Kondisi tersebut didukung dengan pernyataan Dayod et al. (2010) bahwa akumulasi Ca berbeda pada berbagai organ, yaitu berlimpah pada daun yang mengalami transpirasi tinggi dan relatif rendah pada jaringan yang rendah transpirasinya. Wallace dan Mueller (2008) juga menyatakan bahwa kandungan Ca di dalam daun semakin meningkat seiring dengan meningkatnya umur daun. Taiz dan Zeiger (2010) menyebutkan bahwa mobilitas kalsium yang sangat rendah tersebut merupakan faktor utama yang menyebabkan gejala kekurangan kalsium pada tanaman Gejala kekurangan kalsium ini ditunjukkan dengan jaringan nekrotik pada daerah yang sedang berkembang. Pada buah manggis, kekurangan unsur ini menyebabkan dinding sel epitel rapuh dan mudah rusak sehingga memicu keluarnya getah kuning pada manggis. Buah normal yang tidak tercemar getah kuning memiliki kandungan kalsium yang lebih tinggi dibandingkan buah yang tercemar getah kuning. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Dorly (2009), pemberian kalsium dalam bentuk dolomit pada tanah mampu meningkatkan kadar Ca dalam eksokarp dan menurunkan cemaran getah kuning pada kulit luar manggis. Peranan Boron Unsur boron memiliki dua fungsi utama bagi tanaman. Fungsi pertama yaitu boron memudahkan pengikatan molekul glukosa dan fruktosa menjadi selulosa untuk mempertebal dinding sel (Gusyana 2010). Boron berperan dalam pembentukan pektin yang nantinya akan berikatan dengan Ca dan membentuk polimer cross-link untuk memperkuat dinding sel pada buah pir (Dong et al. 2000). Fungsi kedua yakni boron dapat membentuk ester dengan sukrosa sehingga sukrosa yang merupakan bentuk gula terlarut dalam tubuh tanaman lebih mudah diangkut dari tempat fotosintesis ke tempat pengisian buah. Proses tersebut menyebabkan buah akan terasa lebih manis dengan aroma yang khas. Menurut Leite (2008) konsentrasi gula pada tanaman Eucalyptus meningkat seiring dengan meningkatnya pemberian boron. Kelebihan dan kekurangan unsur mikro ini dapat menyebabkan beberapa masalah pada tanaman. Kelebihan unsur boron dapat menyebabkan toksisitas pada tanaman. Sintesis sel pada tanaman akan terganggu dan beberapa proses fisiologi akan berubah akibat toksisitas boron. Proses fisiologi yang berubah tersebut meliputi gangguan perkembangan dinding sel, gangguan metabolik dengan

mengikat gugus ribose ATP, NADH, dan NADPH, serta terhambatnya pembelahan dan pemanjangan sel (Reid et al. 2004). Toksisitas boron terjadi pada penelitian yang dilakukan oleh Purnama (2014). Hasil penelitiannya menunjukkan cemaran getah kuning yang lebih tinggi pada aplikasi dosis boron sebesar 2.32 g B 2 O 3 /pohon dibandingkan dengan aplikasi dosis boron yang lebih rendah. Dosis tersebut meningkatkan kandungan boron di perikarp dengan peningkatan sebesar 39.91%. Peningkatan kandungan boron sebesar itu menyebabkan toksisitas boron dan meningkatkan cemaran getah kuning dibandingkan dengan dosis yang lain yang lebih rendah. Kondisi tersebut sejalan dengan penelitian Martias (2012) yang melaporkan bahwa kandungan B di endokarp dengan konsentrasi > 150 mg.kg -1 meningkatkan persentase cemaran getah kuning terutama pada buah yang kekurangan unsur Ca. Kelebihan kandungan B tidak begitu menjadi masalah apabila kandungan Ca buah tercukupi. Defisiensi boron juga menyebabkan beberapa kelainan pada tanaman. Gejala defisiensi tersebut akan lebih terekspresi pada tanaman saat tanah dalam kondisi kering atau kelembaban yang sangat rendah (Dear dan Weir 2004). Bagian tanaman yang baru tumbuh akan lebih memperlihatkan gejala defisiensi dibandingkan dengan bagian tanaman dewasa. Defisiensi boron lebih banyak mempengaruhi proses pemanjangan sel dibandingkan dengan proses pembelahan sel yang kemudian menyebabkan berhentinya pemanjangan akar, perluasan daun serta hilangnya kesuburan (Miwa et al. 2010). Menurut Poerwanto et al. (2010) kandungan Ca dan B dalam tanah adalah yang paling menentukan keluarnya getah kuning pada buah manggis. Pemberian pupuk boron (B) mampu menurunkan cemaran getah kuning pada aril seiring dengan meningkatnya kadar B di endokarp. Saribu (2011) pada penelitiannya juga melaporkan bahwa aplikasi boron pada tanaman manggis mampu menurunkan cemaran getah kuning, baik diaplikasikan secara tunggal maupun bersamaan dengan kalsium. Dong et al. (2000) menyebutkan bahwa terdapat interaksi kalsium dan boron dengan pektin pada buah pir yang membentuk jaringan polimer cross-link sehingga membuat struktur dinding sel menjadi kuat. Dinding sel yang kuat akibat jaringan polimer antar pektin dapat mencegah pecahnya saluran getah kuning akibat desakan-desakan yang terjadi karena perubahan turgor dan perbedaan perkembangan buah. 7 METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Percobaan dilakukan di kebun manggis Kabupaten Bogor tepatnya di Desa Wargajaya, Kecamatan Cigudeg dan Desa Leuwikaret, Kecamatan Citeureup, serta kebun manggis di Kabupaten Sukabumi tepatnya di Desa Bojongkembar, Kecamatan Cikembar pada bulan November 2014 sampai dengan Maret 2015. Analisis kualitatif, kuantitatif, dan preparasi sampel untuk analisis kimia dilakukan di Laboratorium Pascapanen Institut Pertanian Bogor.

8 Bahan dan Alat Pohon manggis yang digunakan adalah pohon manggis berumur lebih dari 15 tahun yang sedang dalam masa anthesis dari kebun manggis Cigudeg, Citeureup, dan Sukabumi. Bahan lain yang digunakan adalah dolomit sebagai sumber Ca, pupuk finbor sebagai sumber B, larutan NaOH 0.1 N, indikator phenolphthalein (PP), dan akuades. Alat yang digunakan meliputi jangka sorong, timbangan digital, hand refraktometer, hand penetrometer, digital balance, atomic absorption spectrometer (AAS), labu takar, gelas ukur, buret, erlenmeyer, saringan, serta alat-alat laboratorium lainnya. Rancangan Percobaan Percobaan ini dilakukan menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) dengan 1 faktor. Perlakuan yang digunakan sebanyak 5 taraf sebagai berikut. 1. Tanpa pupuk (kontrol) 2. 1 kg Ca/pohon + 0.047 g B/pohon 3. 1 kg Ca/pohon + 1.553 g B/pohon 4. 1.5 kg Ca/pohon + 0.047 g B/pohon 5. 1.5 kg Ca/pohon + 1.553 g B/pohon Masing-masing taraf diulang sebanyak 4 kali dengan setiap ulangan terdiri atas 1 pohon sehingga jumlah pohon manggis yang dibutuhkan adalah 20 pohon pada masing-masing kebun. Setiap pohon terdiri atas 20 sampel buah. Pemilihan 20 pohon manggis sebagai tanaman contoh dan 20 buah sebagai sampel dilakukan secara acak. Model matematika yang digunakan sebagai analisis statistik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Y ij = µ + α i + β j + ε ij Keterangan : Y ij = nilai pengamatan pada aplikasi dolomit dan finbor ke-i terhadap ulangan ke-j µ = nilai rataan umum = pengaruh perlakuan dolomit dan finbor ke-i α i β j ε ij = pengaruh kelompok ke-j = pengaruh galat pada aplikasi dolomit dan finbor ke-i terhadap ulangan ke-j i = 1, 2, 3 ; j = 1, 2, 3 Perbandingan peubah yang diamati pada ketiga lokasi percobaan menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) faktorial dengan faktor pertama adalah dosis kalsium dan boron sebanyak 5 taraf sebagai berikut. 1. Tanpa pupuk (kontrol) 2. 1 kg Ca/pohon + 0.047 g B/pohon 3. 1 kg Ca/pohon + 1.553 g B/pohon 4. 1.5 kg Ca/pohon + 0.047 g B/pohon 5. 1.5 kg Ca/pohon + 1.553 g B/pohon

9 Dan faktor kedua adalah lokasi sebanyak 3 taraf sebagai berikut. 1. Cigudeg 2. Citeureup 3. Sukabumi Lokasi yang dipilih menjadi kebun percobaan adalah kebun yang belum pernah diteliti sebelumnya. Penggunaan dosis Ca dan B merupakan hasil modifikasi dari dosis hasil penelitian Purnama (2014). Penelitian ini menggunakan dosis Ca yang lebih rendah untuk menguji keefektifan Ca dengan dosis rendah dalam menurunkan cemaran getah kuning, dimana 1 kg Ca/pohon setara dengan 1.75 ton dolomit/ha dan 1.5 kg Ca/pohon setara dengan 2.5 ton dolomit/ha. Dosis boron yang digunakan merupakan dosis yang paling efektif menurunkan cemaran getah kuning pada penelitian Purnama (2014), yaitu dosis 1.553 g B/pohon yang setara dengan 1.6 kg finbor/ha dan 0.047 g B/pohon yang setara dengan 50 g finbor/ha. Data dianalisis menggunakan uji F, jika hasilnya berpengaruh nyata maka akan dilakukan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%. Prosedur Percobaan Pelaksanaan Percobaan 1. Persiapan tanaman Pohon manggis yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah pohon yang sedang dalam fase pembungaan sebanyak 20 pohon pada tiap lokasi percobaan. 2. Pembersihan Gulma Pembersihan gulma dilakukan agar tidak terjadi persaingan hara antara gulma dan pohon manggis yang diberikan dolomit dan finbor. 3. Aplikasi Kalsium dan Boron Aplikasi kalsium dilakukan pada saat anthesis dengan menggunakan dolomit yang memiliki kandungan CaO sebesar 30%. Dolomit ditabur pada alur pupuk secara merata sesuai tajuk tanaman kemudian ditutup dengan tanah agar tidak tercuci oleh air hujan. Aplikasi boron dilakukan pada saat anthesis menggunakan pupuk finbor yang mengandung 48% B 2 O 3. Aplikasi finbor dilakukan dengan cara dilarutkan dalam air kemudian disiramkan di bagian dalam alur pemupukan dolomit. 4. Pemanenan Buah dipanen ketika telah memenuhi kriteria panen. Buah yang dipanen pada umumnya berumur 105-114 HSA (hari setelah anthesis). Pengamatan Percobaan Komponen yang diamati terdiri atas 3 bagian, yaitu pengamatan terhadap cemaran getah kuning, kualitas fisik, dan kualitas kimia buah manggis. Terdapat 2 komponen cemaran getah kuning yang diamati sebagai berikut.

10 1. Cemaran getah kuning pada aril Persentase buah tercemar Pengukuran tingkat cemaran ini dilakukan dengan menghitung jumlah buah yang bagian arilnya tercemar getah kuning terhadap seluruh sampel buah dalam 1 pohon. Persentase aril tercemar Pengukuran tingkat cemaran ini dilakukan dengan menghitung jumlah juring yang tercemar getah kuning terhadap seluruh juring dalam 1 buah. Skor cemaran Pengukuran tingkat cemaran ini dilakukan dengan metode skoring berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Kartika (2004) sebagai berikut. Skor 1 : baik sekali, daging buah putih bersih, tidak terdapat getah kuning baik di antara aril dengan kulit maupun di pembuluh buah. Skor 2 : baik, daging buah putih dengan sedikit noda (hanya bercak kecil) karena getah kuning yang masih segar hanya pada satu ujung. Skor 3 : cukup baik, terdapat sedikit noda (bercak) getah kuning di salah satu juring atau di antara juring yang menyebabkan rasa buah menjadi pahit. Skor 4 : buruk, terdapat noda (gumpalan) getah kuning baik di juring, di antara juring atau di pembuluh buah yang menyebabkan rasa buah menjadi pahit. Skor 5 : buruk sekali, terdapat noda (gumpalan) baik di juring di antara juring atau di pembuluh buah yang menyebabkan rasa buah menjadi pahit, warna daging buah menjadi bening. 2. Cemaran getah kuning pada kulit Persentase buah tercemar Pengukuran tingkat cemaran ini dilakukan dengan menghitung jumlah buah yang bagian kulit luarnya tercemar getah kuning terhadap seluruh sampel buah dalam 1 pohon. Skor cemaran Pengukuran tingkat cemaran ini juga dilakukan dengan metode skoring berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Kartika (2004) sebagai berikut. Skor 1 : baik sekali, kulit mulus tanpa tetesan getah kuning. Skor 2 :baik, kulit mulus dengan 1-5 tetes getah kuning yang mengering tanpa mempengaruhi warna buah. Skor 3 : cukup baik, kulit mulus dengan 6-10 tetes getah kuning yang mengering tanpa mempengaruhi warna buah. Skor 4 : buruk, kulit kotor karena tetesan getah kuning dan bekas aliran yang menguning dan membentuk jalur-jalur berwarna kuning di permukaan buah. Skor 5 : buruk sekali, kulit kotor karena tetesan getah kuning dan membentuk jalur-jalur berwarna kuning di permukaan buah, warna buah menjadi kusam.

11 Pengamatan terhadap kualitas fisik buah manggis terdiri atas 5 komponen sebagai berikut. 1. Diameter buah Diameter buah diukur setelah buah dipanen dengan menggunakan jangka sorong secara horizontal (transversal) dan vertikal (longitudinal). 2. Bobot buah dan bagian-bagiannya Bobot buah diukur dengan menggunakan timbangan digital. Bobot buah yang diukur meliputi bobot buah, bobot kulit, bobot cupat, bobot aril, dan bobot biji. 3. Kekerasan kulit buah Kekerasan kulit buah diukur menggunakan alat hand penetrometer dengan cara menusukkan jarum pada kulit buah. Kekerasan kulit buah lalu dapat dilihat pada skala yang tertera di alat tersebut. Pengukuran meliputi bagian ujung, tengah, dan pangkal buah. 4. Ketebalan kulit buah Ketebalan kulit buah diukur dengan cara membelah buah secara melingkar kemudian diukur menggunakan jangka sorong. 5. Edible portion Edible portion adalah bagian aril buah yang dapat dimakan dibandingkan dengan bagian keseluruhan buah. Nilai edible portion dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut. Edible portion = Pengamatan terhadap kualitas kimia terdiri atas 3 komponen sebagi berikut. 1. Skor rasa buah Pengamatan terhadap skor rasa buah manggis dilakukan berdasarkan metode skoring yang telah dilakukan oleh Suyanti et al. (1999) sebagai berikut. Skor 1 : asam sangat dominan dibanding manis. Skor 2 : asam agak dominan dibanding manis. Skor 3 : manis sedikit asam. Skor 4 : manis. Skor 5 : sangat manis. 2. Padatan Terlarut Total Pengukuran PTT dilakukan menggunakan hand refraktometer dengan cara memberikan satu tetes cairan buah pada lensa pembaca. Angka yang muncul pada layar hand refraktometer merupakan PTT dalam buah manggis. 3. Asam Tertitrasi Total Asam tertitrasi total (ATT) yang terdapat dalam buah manggis dapat diukur menggunakan metode titrasi NaOH dengan langkah-langkah sebagai berikut.

12 Daging buah manggis Dihaluskan sampai membentuk pasta Timbang 10 g pasta buah manggis Masukkan ke dalam labu takar Tambahkan akuades sampai didapatkan volume larutan 100 ml Disaring Hasil saringan diambil sebanyak 25 ml Masukkan ke dalam Erlenmeyer Tambahkan 2 tetes indikator phenolptalein (PP) Lakukan titrasi dengan menggunakan NaOH 0.1 N Didapatkan volume NaOH yang terpakai untuk titrasi Berdasarkan metode tersebut, asam tertitrasi total yang terkandung dalam buah manggis dapat diketahui dengan menggunakan rumus sebagai berikut. ATT = ml NaOH x N NaOH x fp x 64 x 100% mg contoh Keterangan : ml NaOH = volume NaOH yang terpakai N NaOH = normalitas NaOH (0.1 N) fp = faktor pengenceran 64 = faktor asam dominan mg contoh = 10 000 mg HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilakukan di tiga lokasi dengan karakteristik yang berbeda. Lokasi pertama adalah Cigudeg yang terletak di ketinggian 370 mdpl pada koordinat lintang 6 29'32.91"S dan bujur 106 33'30.27"T. Kebun penanaman manggis di Cigudeg berbentuk terasering karena kondisi lahan yang miring. Tanaman manggis ditanam dengan jarak 4 m x 4 m bersamaan dengan tanaman lain seperti durian dan sengon. Lokasi kedua adalah kebun manggis di Citeureup yang terletak di ketinggian 221 mdpl pada koordinat lintang 6 30'32.97"S dan bujur

14 Cemaran Getah Kuning Aplikasi kalsium dan boron mampu menurunkan persentase buah tercemar pada aril, persentase aril tercemar per buah, dan skor cemaran getah kuning pada aril di ketiga lokasi percobaan. Hasil pengaruh kombinasi kalsium dan boron terhadap cemaran getah kuning pada aril secara lengkap ditampilkan pada Tabel 1 dan 2. Tabel 1 Pengaruh aplikasi kalsium dan boron terhadap cemaran getah kuning pada aril buah manggis (persentase buah dan juring tercemar getah kuning) Perlakuan (kg Ca/pohon + g B/pohon) Persentase buah tercemar getah kuning (%) Persentase aril tercemar getah kuning per buah (%) Cigudeg Citeureup Sukabumi Cigudeg Citeureup Sukabumi 0 45.00a 57.50a 40.75a 28.85a 23.37a 25.25a 1.0 + 0.047 43.25ab 38.25ab 30.00ab 21.81ab 13.30ab 15.25ab 1.0 + 1.553 36.00ab 42.00ab 41.25a 18.88ab 16.20ab 18.50ab 1.5 + 0.047 33.00ab 29.25b 29.00ab 19.26ab 15.00b 12.50ab 1.5 + 1.553 16.00b 18.00b 12.00b 8.66b 10.92b 6.50b Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%. Dapat dilihat pada Tabel 1 bahwa hampir setengah dari perlakuan kontrol terkena cemaran getah kuning, bahkan di Citeureup persentase buah tercemar getah kuning mencapai 57.5%. Pemberian kalsium dan boron dengan dosis 1.5 kg Ca/pohon + 1.553 g B/pohon nyata menurunkan cemaran getah kuning dibandingkan dengan kontrol baik pada parameter persentase buah tercemar, persentase juring tercemar, maupun skor cemaran. Penurunan pada persentase buah tercemar dan persentase juring tercemar cukup tinggi. Penurunan persentase buah tercemar sebesar 29% di Cigudeg, 40% di Citeureup, 29% di Sukabumi, serta penuruan persentase juring tercemar sebesar 20% di Cigudeg, 12% di Citeureup, dan 18% di Sukabumi. Dosis 1.5 kg Ca/pohon +1.553 g B/pohon adalah perlakuan terbaik dibandingkan dengan perlakuan lain dalam menurunkan persentase cemaran getah kuning. Dapat dilihat pada Tabel 1 bahwa perlakuan dengan dosis 1.5 kg Ca/pohon + 0.047 g B/pohon di Citeureup nyata menurunkan persentase cemaran getah kuning dibandingkan dengan kontrol, namun tidak berbeda nyata dengan dosis 1.5 kg Ca/pohon +1.553 g B/pohon. Berdasarkan hal tersebut, maka dosis 1.5 kg Ca/pohon + 0.047 g B/pohon dapat digunakan untuk menurunkan persentase cemaran getah kuning pada aril di Citeureup, sedangkan kedua lokasi lain memerlukan penggunaan dosis 1.5 kg Ca/pohon + 1.553 g B/pohon untuk dapat menurunkan persentase cemaran. Kondisi yang berbeda ditunjukkan pada paramater skor cemaran getah kuning. Tabel 2 menunjukkan bahwa aplikasi kombinasi kalsium dan boron tidak berpengaruh nyata terhadap skor cemaran getah kuning di Sukabumi. Pengaruh yang tidak nyata di Sukabumi disebabkan karena kualitas buah yang sudah cukup

16 Pengamatan cemaran getah kuning juga dilakukan pada kulit buah manggis. Hasil pengataman secara rinci disajikan pada Tabel 3. Kondisi cemaran getah kuning yang terjadi pada kulit buah manggis lebih parah dibandingkan dengan yang terjadi pada aril. Persentase buah tercemar getah kuning hampir mencapai angka 100% di Cigudeg dan Citeureup, serta 71% di Sukabumi. Aplikasi kalsium dan boron mampu menurunkan intensitas dan tingkat keparahan cemaran buah manggis yang terjadi di ketiga lokasi tersebut. Dosis 1.5 kg Ca/pohon + 1.553 g B/pohon nyata menurunkan persentase dan skor cemaran getah kuning pada kulit di ketiga lokasi percobaan. Penurunan persentase yang cukup tinggi tersebut sebesar 38.5% di Cigudeg, 61% di Citeureup, dan 46% di Sukabumi. Dosis 1.5 kg Ca/pohon + 1.553 g B/pohon dapat menurunkan skor cemaran getah kuning yang cukup signifikan, yaitu dari 2.30 menjadi 1.52 di Cigudeg, dari 2.66 menjadi 1.35 di Citeureup, dan dari 1.84 menjadi 1.29 di Sukabumi. Dapat dilihat pada Tabel 3 bahwa dosis 1 kg Ca/pohon + 0.047 g B/pohon sudah menunjukkan pengaruh yang nyata menurunkan persentase dan skor cemaran getah kuning di Citeureup, namun dosis 1.5 kg Ca/pohon + 1.553 g B/pohon menunjukkan tingkat penurunan yang nyata lebih tinggi dibandingkan dosis yang lain. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa dosis 1.5 kg Ca/pohon + 1.553 g B/pohon adalah dosis yang paling efektif untuk menurunkan cemaran getah kuning pada kulit dibandingkan dengan dosis yang lain baik di Cigudeg, Citeureup, maupun Sukabumi. Tabel 3 Pengaruh aplikasi kalsium dan boron terhadap cemaran getah kuning pada kulit buah manggis Perlakuan (kg Ca/pohon + g B/pohon) Persentase buah tercemar getah kuning (%) Skor cemaran getah kuning Cigudeg Citeureup Sukabumi Cigudeg Citeureup Sukabumi 0 91.75a 96.00a 71.00a 2.30a 2.66a 1.84a 1.0 + 0.047 82.25a 78.25b 76.25a 2.03ab 1.94b 2.01ab 1.0 + 1.553 81.50a 68.00b 60.25a 1.88b 1.78b 1.78ab 1.5 + 0.047 71.50ab 75.25b 50.00ab 1.87b 1.93b 1.63ab 1.5 + 1.553 53.25b 35.00c 25.00b 1.52c 1.35c 1.29b Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%. Pengamatan cemaran getah kuning yang dilakukan dengan 2 kriteria penilaian (persentase dan skor) memiliki tujuan yang berbeda. Pengamatan terhadap persentase cemaran getah kuning dilakukan untuk mengetahui intensitas cemaran yang terjadi, baik pada buah dalam satu pohon maupun pada juring per buah. Persentase cemaran tidak memperhatikan parah atau tidaknya jumlah getah yang mencemari buah. Buah akan dikatakan tercemar walaupun hanya sedikit getah kuning yang keluar. Skor cemaran getah kuning menunjukkan tingkat keparahan getah kuning yang mencemari buah. Data yang ditampilkan pada Tabel 1, 2 dan 3 cenderung menunjukkan penurunan intensitas cemaran getah kuning yang diikuti dengan penurunan tingkat keparahan cemaran getah kuning pada tanaman yang diberi kalsium dan boron.

Penurunan cemaran getah kuning baik pada aril maupun pada kulit diperkirakan terjadi akibat meningkatnya kandungan kalsium dan boron pada buah yang telah diberi dolomit dan finbor. Menurut Marschner (1995) kalsium berperan sebagai perekat antar dinding sel. Kalsium yang berperan sebagai penyusun dinding sel tersebut diserap dalam bentuk Ca 2+ melalui aliran transpirasi dan intersepsi akar. Unsur boron berperan dalam pembelahan dan pembesaran sel yang sedang berkembang (Dear dan Weir 2004). Kebutuhan boron yang tidak tercukupi pada tanaman menyebabkan tanaman sangat rentan mengalami kerusakan sel termasuk pecahnya saluran getah. Martias (2012) pada penelitiannya menyatakan bahwa peningkatan konsentrasi kalsium dan boron di kulit buah manggis dapat menurunkan cemaran getah. Kalsium dan boron di dalam jaringan akan berinteraksi dengan pektin membentuk polimer cross-link (Dong et al. 2000). Ikatan polimer tersebut membuat dinding sel lebih stabil dan lentur terhadap perubahan tekanan. Pemberian dolomit meningkatkan kandungan kalsium di perikarp khususnya pada eksokarp (Dorly et al. 2011). Hal tersebut juga didukung oleh penelitian yang telah dilakukan Depari (2011) yang menyatakan adanya pola peningkatan kandungan Ca di kulit buah manggis akibat pemberian dolomit. Peningkatan kandungan boron di dalam endokarp karena aplikasi kalsium dan boron juga telah dibuktikan pada penelitian yang dilakukan oleh Saribu (2011). Keseluruhan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian kalsium dan boron mampu mengurangi cemaran getah kuning terutama dengan dosis 1.5 kg Ca/pohon + 1.553 g B/pohon. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dorly et al. (2011) dan Depari (2011) yang menyatakan bahwa terdapat korelasi antara skor getah kuning dengan kandungan Ca di kulit buah, yaitu peningkatan kandungan Ca pada kulit buah dapat menurunkan skor getah kuning di kulit luar dan aril buah. Purnama (2014) juga menyatakan adanya korelasi negatif antara kandungan Ca dan B di perikarp dengan skor dan persentase cemaran getah kuning. 17 Kualitas Fisik Buah Terdapat beberapa kualitas fisik yang diamati pada penelitian ini, yaitu diameter transversal dan longitudinal, bobot buah dan bagian-bagian buah, edible portion, kekerasan buah, dan ketebalan kulit buah. Tabel 4 Pengaruh aplikasi kalsium dan boron terhadap diameter transversal dan longitudinal buah manggis Perlakuan (kg Cigudeg Citeureup Sukabumi Ca/pohon + T (mm) L (mm) T (mm) L (mm) T (mm) L (mm) g B/pohon) 0 53.44 45.36 36.83 32.03 58.44 49.43 1.0 + 0.047 51.95 46.45 34.31 30.16 55.58 46.85 1.0 + 1.553 55.71 46.98 50.60 43.65 53.12 46.22 1.5 + 0.047 55.85 48.02 49.47 42.31 57.14 47.89 1.5 + 1.553 56.82 47.41 53.05 46.46 56.52 46.98 Uji F tn tn tn tn tn tn Keterangan : T (diameter transversal), L (diameter longitudinal)

18 Aplikasi kalsium dan boron menunjukkan pengaruh yang tidak nyata terhadap diameter buah baik transversal maupun longitudinal di ketiga lokasi percobaan. Diameter transversal berkisar 51 57 mm di Cigudeg, 34 53 mm di Citeureup, dan 53 58 mm di Sukabumi, sedangkan diameter longitudinal berkisar 45 47 mm di Cigudeg, 30 46 mm di Citeureup, dan 46 49 mm di Sukabumi (Tabel 4). Berdasarkan standar ukuran diameter dan bobot buah manggis yang ditetapkan Badan Standar Nasional (2009), buah manggis di Cigudeg termasuk pada kode 3 (53 58 mm) dan 4 (46 53 mm), di Citeureup termasuk pada kode 5 (34 53 mm), dan di Sukabumi termasuk pada kode 3 (53 58 mm). Bagian-bagian buah yang diamati pada penelitian ini adalah bobot buah total, bobot cupat, bobot kulit, bobot aril, dan bobot biji. Dari bagian-bagian buah yang diamati tersebut dapat dietahui nilai edible portion (bagian buah manggis yang dapat dikonsumsi). Aplikasi kalsium dan boron tidak mempengaruhi bobot bagian-bagian buah dan edible portion. Pertambahan bobot buah dipengaruhi oleh pertambahan luas dan volume sel yang tidak dipengaruhi kalsium (Primilestari 2011). Kalsium berperan untuk menjaga integritas dinding sel dalam bentuk Ca pektat sehingga tidak mempengaruhi pertambahan volume dan luas sel. Dapat dibandingkan dari Tabel 5, Tabel 6, dan Tabel 7 bahwa bobot buah di Citeureup memiliki bobot yang paling rendah dibandingkan dengan 2 lokasi yang lain. Bobot buah di Citeureup berkisar 44 78 g, berbeda dengan bobot buah di Cigudeg dan Sukabumi yang relatif lebih berat dengan bobot masing-masing berkisar 75 89 g dan 88 101 g. Berdasarkan data bobot tersebut, buah manggis di Citeureup termasuk pada kode 4 (51 75) dan 5 (30 50), sedangkan buah manggis di Cigudeg dan Sukabumi termasuk pada kode 3 (76 100) berdasarkan ketetapan Badan Standar Nasional (2009). Kisaran bobot bagian buah yang lain tidak jauh berbeda antar lokasi percobaan, yaitu 32 62 g untuk bobot kulit, 1.8 3.4 g untuk bobot cupat, 18 33 g untuk bobot aril, dan 4.3 11 g bobot biji. Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa bobot kulit memiliki bobot yang paling berat dibandingkan dengan bobot bagian buah yang lain. Dari data tersebut juga dapat disimpulkan bahwa satu buah manggis terdiri atas 57 61 % kulit buah. Pengamatan terhadap edible portion pada Tabel 7, Tabel 8, dan Tabel 9 yang realtif sama antar lokasi percobaan menunjukkan bahwa satu buah manggis memiliki 24 31% bagian yang dapat dikonsumsi. Tabel 5 Pengaruh aplikasi kalsium dan boron terhadap bobot buah, bagian-bagian buah, dan edible portion di Cigudeg Perlakuan (kg Ca/pohon + g B/pohon) Bobot buah total (g) Bobot kulit (g) Bobot cupat (g) Bobot aril (g) Bobot biji (g) Edible portion (%) 0 75.25 44.19 3.05 27.39 5.36 29.25 1.0 + 0.047 81.58 47.93 3.47 26.91 4.64 27.5 1.0 + 1.553 84.10 49.71 3.34 29.87 5.51 29.0 1.5 + 0.047 87.41 51.91 3.24 31.78 6.02 29.5 1.5 + 1.553 89.48 49.57 3.46 27.16 5.61 24.5 Uji F tn tn tn tn tn tn