PREDIKSI KENYAMANAN TERMAL DENGAN PMV DI SMK 1 WONOSOBO

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

STUDI TINGKAT KENYAMANAN TERMAL RUANG TAMU KOMPLEK PERUMAHAN SERDANG RESIDENCE MEDAN SKRIPSI OLEH HENDRA

KAJIAN KENYAMANAN TERMAL RUANG KULIAH PADA GEDUNG SEKOLAH C LANTAI 2 POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

NILAI PREDICTED MEAN VOTE (PMV) PADA BANGUNAN DENGAN SISTEM PERKONDISIAN UDARA CAMPURAN (Studi Kasus: Gereja Katedral Semarang)

KARAKTER KENYAMANAN THERMAL PADA BANGUNAN IBADAH DI KAWASAN KOTA LAMA, SEMARANG

PENGARUH LUASAN BUKAAN TERHADAP KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS SISWA PADA BANGUNAN SD NEGERI SUDIRMAN 1 KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. Bagian ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan.

Kuliah Terbuka Jurusan Arsitektur, Universitas Soegrijapranata, Semarang, 9 Nopember 1996

PENGARUH FAKTOR SOSIAL, EKONOMI DAN PRIBADI TERHADAP KENYAMANAN TERMAL RUANG KULIAH (STUDI KASUS UNIVERSITAS SAINS AL QURAN WONOSOBO)

Seminar Nasional IENACO ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Annis & McConville (1996) dan Manuaba (1999) dalam Tarwaka (2004)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KENYAMANAN TERMAL PADA BANGUNAN HIJAU GEDUNG KEMENTRIAN PEKERJAAN UMUM

STUDI KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS TK TUNAS MUDA X IKKT JAKARTA BARAT

EVALUASI KENYAMANAN TERMAL RUANG SEKOLAH SMA NEGERI DI KOTA PADANG

Pengaruh Bukaan terhadap Kenyamanan Termal Siswa pada Bangunan SMP N 206 Jakarta Barat

Gambar 1.1 Suhu dan kelembaban rata-rata di 30 provinsi (BPS, 2014)

STUDI KENYAMANAN TERMAL ADAPTIF RUMAH TINGGAL DI KOTA MALANG Studi Kasus : Perumahan Sawojajar 1- Kota Malang

LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN FUNDAMENTAL

Analisis Kenyamanan Termal Ruang Kelas Sekolah Dasar di Kota Makassar

EVALUASI KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS MAHASISWA (STUDI KASUS RUANG KELAS 303 JURUSAN TEKNIK MESIN UNS)

Analisis Kenyamanan dan Lingkungan Termal pada Ruang Kuliah dengan Ventilasi Alami (Studi Kasus: Kampus II Fakultas Teknik Unhas Gowa)

ZONA NYAMAN BERAKTIFITAS IBADAH DI KAWASAN KOTA LAMA SEMARANG

Hermawan Dosen Teknik Arsitektur Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer UNSIQ Wonosobo

ASPEK KENYAMANAN TERMAL RUANG BELAJAR GEDUNG SEKOLAH MENENGAH UMUM di WILAYAH KEC.MANDAU

KENYAMANAN TERMAL ADAPTIF PADA RUMAH TRADISIONAL SAO PU U DI KAMPUNG WOGO, NUSA TENGGARA TIMUR

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

ANALISIS KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DIATAS PANTAI TROPIS LEMBAB Studi Kasus Rumah Atas Pantai Desa Kima Bajo, Kabupaten Minahasa Utara

Artikel dalam buku Arsitektur dan Kota Tropis Dunia Ketiga: Suatu Bahasan tentang Indonesia, PT Raja Grafindo

ANALISIS KENYAMANAN TERMAL SISWA DI DALAM RUANG KELAS (STUDI KASUS SD INPRES TAMALANREA IV MAKASSAR)

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and

PMV (PREDICTED MEAN VOTE) SEBAGAI THERMAL INDEX

PENGARUH KECEPATAN ALIRAN UDARA TERHADAP TIGKAT KENYAMANAN TERMAL DI RUANG KULIAH

Kenyamanan Termal pada Ruang (Muhammad Nur Fajri Alfata, Agung Murti Nugroho, Sri Nastiti Ekasiwi)

Seminar Nasional IENACO ISSN:

Identifikasi Pengaruh Material Bangunan Terhadap Kenyamanan Termal (Studi kasus bangunan dengan material bambu dan bata merah di Mojokerto)

Investigasi Ventilasi Gaya-Angin Rumah Tradisional Indonesia dengan Simulasi CFD

EVALUASI TERMAL RUANG LUAR DESA WISATA DIENG WONOSOBO

MEDIA MATRASAIN VOL 9 NO 1 MEI 2012

ASPEK KENYAMANAN TERMAL PADA PENGKONDISIAN RUANG DALAM

PERSEPSI TINGKAT KENYAMANAN TERMAL RUANG LUAR PADA RUANG PUBLIK (STUDI KASUS : TAMAN KOTA I GUSTI NGURAH MADE AGUNG)

Pengaruh Konfigurasi Atap pada Rumah Tinggal Minimalis Terhadap Kenyamanan Termal Ruang

PENGARUH KECEPATAN ALIRAN UDARA TERHADAP TIGKAT KENYAMANAN TERMAL DI RUANG KULIAH

EVALUASI KENYAMANAN TERMAL RUANG PERKULIAHAN DI UNIVERSITAS ANDALAS TUGAS AKHIR. Oleh : DEWI RAHMADANI NO BP

STUDI KENYAMANAN TERMAL PADA BANGUNAN MASJID JAMI AL-MUBAROK KABUPATEN TANGERANG

KENYAMANAN TERMAL ADAPTIF HUNIAN KAWASAN MANGROVE CENTRE-BATU AMPAR-BALIKPAPAN

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kuliah (Studi Kasus : Ruang Kuliah 303 Jurusan Teknik Mesin UNS) Skripsi

EFEKTIVITAS VENTILASI BAWAH TERHADAP KENYAMANAN DAN PMV (PREDICTED MEAN VOTE) PADA GEREJA KATEDRAL, SEMARANG

BAB III PERMASALAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN. menurunkan nilai koefisien kecepatan udara (blocking effect) dalam ruang

Pengaruh Bukaan Terhadap Kenyamanan Termal Pada Ruang Hunian Rumah Susun Aparna Surabaya

DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Preferensi Pejalan Kaki terkait Kondisi Lingkungan untuk Menciptakan Kenyamanan Termal di Jalan Rajawali Surabaya

KAJIAN BUKAAN TERHADAP PENDINGINAN ALAMI RUANGAN PADA BANGUNAN KOLONIAL DI MALANG

Kenyamanan Termal Ruang Kelas di Sekolah Tingkat SMA Banjarmasin Timur

Pemaknaan Istilah- Istilah Kualitas Kenyamanan Thermal Ruang Dalam Kaitan Dengan Variabel Iklim Ruang

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, serta sistematika penulisan laporan.

PMV (PREDICTED MEAN VOTE) SEBAGAI THERMAL INDEX

BAB V KESIMPULAN UMUM

PENGARUH ORIENTASI BANGUNAN TERHADAP KENYAMANAN TERMAL DALAM RUMAH TINGGAL DI MEDAN (STUDI KASUS KOMPLEK PERUMAHAN EVERGREEN)

KINERJA PENERAPAN MODEL JENDELA ADAPTIF PADA BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA DI MALANG JURNAL ILMIAH

SOLUSI VENTILASI VERTIKAL DALAM MENDUKUNG KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DI PERKOTAAN

PENGALIRAN UDARA UNTUK KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS DENGAN METODE SIMULASI COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS

SEMINAR PROPOSAL TUGAS AKHIR OPTIMASI PENGGUNAAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUANG KERJA DENGAN MENGATUR PERBANDINGAN LUAS JENDELA TERHADAP DINDING

BAB I PENDAHULUAN. daerah perkotaan adalah efek dari kondisi iklim artifisial, yang terjadi pada

BAB II LANDASAN TEORITIS. Kenyamanan dan perasaan nyaman adalah penilaian komprehensif

PENELITIAN KENYAMANAN TERMIS DI JAKARTA SEBAGAI ACUAN SUHU NYAMAN MANUSIA INDONESIA

KENYAMANAN TERMAL PENGGUNA RUANG TUNGGU DI STASIUN JAKARTA KOTA

Kampus Bina Widya Jl. HR. Soebrantas Km 12,5 Pekanbaru, Kode Pos Abstract

Evaluasi Desain Asrama Siswa dalam Aspek Kenyamanan Termal pada Unit Pelaksana Teknis (UPT) SMA Negeri Olahraga (SMANOR) Jawa Timur

PENGARUH PEMASANGAN EXHAUST FAN DI RUANG KELAS 3.8 FAKULTAS TEKNIK UNTIRTA TERHADAP KENYAMANAN THERMAL YANG DIHASILKAN

KINERJA TERMAL RUMAH TRADISIONAL UMA KBUBU THERMAL PERFORMANCE OF TRADITIONAL HOUSE UMA KBUBU

BAB I PENDAHULUAN. Tugas Akhir ini diberi judul Perencanaan dan Pemasangan Air. Conditioning di Ruang Kuliah C2 PSD III Teknik Mesin Universitas

HEAT INSULATION THERMAL COMFORT DESIGN CONSULTATION. Canisius College Sport Hall

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH TEPI SUNGAI Studi Kasus Rumah Tepi Sungai Kahayan Di Kota Palangka Raya

Jendela sebagai Pendingin Alami pada Rusunawa Grudo Surabaya

REDESAIN RUSUNAWA MAHASISWA PADA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO DENGAN PENDEKATAN KENYAMANAN TERMAL

EVALUASI PENGHAWAAN ALAMI RUANG KELAS DI SEKOLAH DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK SIMULASI CFD

BAB 1 PENDAHULUAN. letaknya ini, matahari dapat bersinar di wilayah Indonesia selama 12 jam per

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

Pathologi Bangunan dan Gas Radon Salah satu faktor paling populer penyebab terganggunya kesehatan manusia yang berdiam

Rekayasa Desain Bukaan Atap dan Dinding Untuk Meningkatkan Performa Termal Bangunan (Studi Kasus: Pendopo Agung Taman Krida Budaya Malang, Jawa Timur)

Perancangan Desain Ergonomi Ruang Proses Produksi Untuk Memperoleh Kenyamanan Termal Alami

Perbandingan Perhitungan OTTV dan RETV Gedung Residensial Apartement.

Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia ISSN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Sebagai strategi passive cooling dengan prinsip ventilasi, strategi night

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

EVALUASI KENYAMANAN TERMAL RUANGAN KELAS DI SDN BERDASARKAN INDEKS PMV DAN PPD SKRIPSI OLEH MELIANA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

Pengaruh Bukaan Jendela Terhadap Kinerja Termal Rumah Tinggal Tipe 40 di Kota Malang, Studi Kasus Rumah Tinggal Tipe 40 di Perumahan Griya Saxophone

PENGARUH BENTUK ATAP TERHADAP KARAKTERISTIK THERMAL PADA RUMAH TINGGAL TIGA LANTAI

KENYAMANAN TERMAL SELAMA PERSALINAN

BAB I PENDAHULUAN. ruangan. Untuk mencapai kinerja optimal dari kegiatan dalam ruangan tersebut

Optimalisasi Kualitas Kenyamanan Thermal di Ruang Kantor dan Aula Islamic Centre UIN SUSKA Riau

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

KAJIAN KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DITINJAU DARI ASPEK PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI

PENGARUH KERAPATAN BANGUNAN PADA KARAKTERISTIK TERMAL RUMAH TINGGAL KAMPUNG NAGA TERHADAP KENYAMANAN PENGHUNI

BAB I PENDAHULUAN. mengingat kondisi persediaan energi fosil tak terbaharui seperti minyak bumi

Transkripsi:

PREDIKSI KENYAMANAN TERMAL DENGAN PMV DI SMK 1 WONOSOBO Hermawan a, Eddy Prianto b, Erni Setyowati c a Mahasiswa Program Doktor Arsitektur UNDIP Semarang b,c Doktor Arsitektur UNDIP Semarang E-mail: a hermawanarsit@gmail.com INFO ARTIKEL Riwayat Artikel: Diterima : 27 Desember 2013 Disetujui : 20 Januari 2014 Kata Kunci: Kenyamanan Termal, PMV, SMK 1 Wonosobo ABSTRAK Kenyamanan Termal merupakan kondisi pikir seseorang terhadap lingkungannya. Dewasa ini telah banyak penelitian kenyamanan termal yang menggunakan kenyamanan termal adaptif dikarenakan bahwa PMV (Predicted Mean Vote) tidak cocok untuk ruang yang berventilasi alami. PMV hanya cocok untuk ruang yang berventilasi buatan (AC). Salah satu ruang laboratorium komputer di SMK 1 Wonosobo menggunakan gabungan ventilasi alami dan buatan sehingga perlu diverifikasi apakah PMV berlaku di ruang dengan ventilasi gabungan di SMK 1 Wonosobo. Metode yang digunakan menggunakan metode kuantitatif dengan berdasar pada teori PMV dari Fanger. Kondisi Iklim diukur menggunakan alat-alat pengukur iklim. Software yang digunakan adalah Software ASHRAE yang berdasar pada teori PMV. Hasil yang didapat bahwa prediksi kenyamanan termal di SMK 1 agak hangat (agak tidak nyaman) ARTICLE INFO Article History Received : December 27, 2013 Accepted : January 20, 2014 Key Words : Thermal comfort, PMV, SMK 1 Wonosobo ABSTRACT Thermal comfort is a condition thought someone on the environment. There have been many studies of thermal comfort using adaptive thermal comfort because that PMV (Predicted Mean Vote) is not suitable for naturally ventilated spaces. PMV is only suitable for artificial ventilated space (AC). One of the computer laboratory at SMK 1 Wonosobo using a combination of natural and artificial ventilation so it needs to be verified whether the PMV apply in space combined with ventilation at SMK 1 Wonosobo. The method used by the quantitative method based on the theory of Fanger PMV. Climate conditions were measured using measuring tools climate. Software used is based on the ASHRAE Software PMV theory. The results that the prediction of thermal comfort in SMK 1 slightly warm (rather uncomfortable) 1. PENDAHULUAN Penghuni bangunan yang berventilasi alami lebih toleransi terhadap kondisi iklim lingkungannya. Menurut penelitian Kim dan de Dear (2012) yang meneliti perbandingan bangunan berventilasi alami dan buatan dengan menggunakan faktor IEQ (Indoor Environment Quality) didapat bahwa penghuni bangunan yang berventilasi alami lebih toleransi terhadap kondisi iklim. Hal ini bisa diterima karena dimungkinkan adanya kontrol yang mudah terhadap lingkungannya dengan kemampuan membuka tutup jendela sesuai dengan keinginan dari penghuni. Sisi lain adalah adanya penyesuaian dari penghuni dengan merubah aktivitas penghuni yang dapat membuat penerimaan dari kondisi iklim yang ada. Berhubungan dengan psikologi, harapan dari penghuni bangunan berventilasi alami lebih rendah dibanding dengan harapan dari penghuni bangunan berventilasi buatan sehingga penerimaan penghuni lebih tinggi. 13

Standard kenyamanan termal internasional yang digunakan saat ini adalah ISO 7730 (2005), ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating, Air Conditioning Engineers) Standard 55 tahun 2010 dan European Standard EN 15251. Perlu adanya perbandingan antara kenyamanan termal PMV yang disebut beberapa peneliti sebagai kenyamanan termal statik dan kenyamanan termal adaptif yang mempunyai banyak kelebihan. Kenyamanan termal adaptif sangat memperhatikan faktor psikologi dari penghuni sehingga penerimaan dari teori adaptif juga lebih besar dibanding teori PMV (Halawa and Hoof, 2012). Kenyamanan Termal didefinisikan sebagai rasa nyaman dari seseorang terhadap lingkungannya karena terciptanya keseimbangan antara pertukaran panas tubuh dan lingkungannya (pertukaran radiatif, konvektif, pernapasan, konduksi terhadap jenis pakaiannya dan keringatnya). Enam parameter pengukur kenyamanan termal seseorang adalah terdiri dari 4 (empat) parameter lingkungan dan 2 (dua) parameter perorangan yaitu suhu udara, suhu radiasi matahari rata-rata, kelembaban, kecepatan udara, pakaian dan aktivitas. (Fanger dalam Prianto, 2003) PMV merupakan teori kenyamanan termal yang memprediksi kenyamanan termal seseorang dengan melihat pada indeks PMV. Selain PMV sebagai indeks kepuasan terhadap termal, ada indeks PPD (Predicted Percentage of Dissatisfied) yang memprediksi ketidakpuasan seseorang terhadap lingkungannya. (Prianto, 2012) Penghitungan PMV-PPD berdasarkan dari teori Fanger telah ada software yang membantu untuk melakukan prediksi kenyamanan termal. Setelah banyak peneliti menemukan kekurangan dari PMV yang dianggap tidak cocok untuk bangunan berventilasi alami, berkembang penelitian kenyamanan adaptif seperti yang telah dilakukan oleh Indraganti dan Rao (2010) yang meneliti pengaruh dari usia, gender, kelompok ekonomi dan jabatan pekerjaan terhadap kenyamanan termal yang dilakukan di bangunan rumah tinggal pada iklim panas dan dingin dengan variasi musim. Hasil penelitian ini menganggap bahwa usia, gender dan jabatan dalam pekerjaan mempunyai korelasi yang lemah terhadap kenyamanan termal. Sedangkan penerimaan termal wanita, subyek yang lebih tua lebih tinggi. Level ekonomi dari subyek mempunyai korelasi yang signifikan terhadap kenyamanan termal. Rentang nyaman dari level ekonomi yang paling rendah ditemukan pada suhu 27,3-33,1 C. Kenyamanan termal yang berdasar pada teori PMV perlu dibandingkan dengan kenyamanan termal yang disurvey secara langsung (field study) termasuk di ruang laboratorium SMK 1 Wonosobo yang mempunyai ventilasi gabungan antara ventilasi alami dan ventilasi buatan. 2. METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian terletak di Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah tepatnya di SMK 1 Wonosobo. SMK 1 Wonosobo merupakan Sekolah Menengah Kejuruan yang mempunyai program studi berbasis informatika sehingga beberapa pembelajaran menggunakan ruang laboratorium komputer. Laboratorium Komputer merupakan ruang pembelajaran komputer sehingga suhu udara bertambah panas dikarenakan komputer merupakan barang elektronik yang mengeluarkan panas. Penelitian dilakukan pada satu ruang laboratorium komputer dengan dua kelompok siswa yang berbeda. Masing-masing kelompok siswa berjumlah 32 siswa sehingga total siswa yang diteliti berjumlah 64 siswa. Ruang berukuran 8x9 m2 dan berisi 32 komputer. Ruang kelas berventilasi alami dengan krepyak di atas jendela. Gambar ruang kelas dapat dilihat di bawah. 14

Gambar 1. Ruang Laboratorium Komputer SMK 1 Wonosobo Sumber : Peneliti Pengukuran iklim mikro dengan menggunakan alat pengukur iklim yaitu suhu udara dengan environment meter, suhu radiasi matahari rata-rata dengan black globe termometer, kecepatan angin dengan anemometer, kelembaban udara dengan environment meter. Software yang digunakan adalah software yang dikeluarkan oleh ASHRAE yang dapat didownload melalui internet. Gambar peralatan pengukuran dan gambar depan ASHRAE Thermal Comfort Program dapat dilihat pada gambar di bawah. Gambar 2. Alat-alat pengukuran dan software yang digunakan Sumber : Peneliti 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian dilaksanakan pada bulan September yang merupakan musim penghujan. Suhu udara di dalam ruang menggunakan gabungan ventilasi alami dan ventilasi buatan (AC) dan suhu udara yang didapat pada saat pengukuran adalah 25 C. Suhu radiasi matahari rata-rata didapat 25,1 C hanya selisih 0,1 C dan hal ini relevan dengan penelitian dari Sugini (2012) yang menyebut bahwa suhu radiasi matahari rata-rata di daerah tropis hampir sama atau tidak berbeda jauh dengan suhu udara. Kelembaban yang didapat 78,5% dan pergerakan angin tidak ada (0 m/s). Variabel personal yang terdiri dari variabel pakaian dan aktivitas di ruang laboratorium sebagian besar sama dikarenakan pemakaian seragam wajib di SMK. Beberapa siswa yang tidak seragam lebih dikarenakan pemakaian tambahan pakaian seperti jilbab. Pakaian tersebut setelah dimasukkan dalam program kenyamanan termal ASHRAE mempunyai nilai 0,88-1 clo. Meskipun jilbab belum ada di dalam program ASHRAE, akan tetapi nilai 15

jilbab dianggap sama dengan pakaian yang tipis. Sedangkan aktivitas yang dilakukan oleh siswa sama yaitu pekerjaan mengetik yang merupakan pekerjaan ringan dengan metabolisme sebesar 1,2 met. Hasil perhitungan indeks PMV setelah dimasukkan dalam program seperti terlihat di bawah. Gambar 3. Hasil Perhitungan Kenyamanan Termal PMV Sumber : Analisis Peneliti Hasil perhitungan memperlihatkan nilai ET* sebesar 26,3 C, SET* sebesar 28,6 C, TSENS sebesar 0.5, DISC sebesar 1.0, PMV sebesar 0,84, PPD sebesar 20%, PD sebesar 10%, PS sebesar 40%, TS sebesar 0,3. Tneutral 23,3 berdasarkan teori Humphreys dan Tneutral 24,0 berdasarkan teori Auliciems. Hasil dari Indeks PMV sebesar 0,84 dapat dikatakan sebagai slighty uncomfortable atau agak tidak nyaman (agak hangat). Dari data lapangan (field study), 64 responden diberi kuesioner dengan 7 skala sensasi termal dengan keterterimaan termal nilai -3 untuk dingin, -2 untuk sejuk, -1 untuk agak sejuk, 0 untuk nyaman, 1 untuk agak hangat, 2 untuk hangat, dan 3 untuk panas, sedangkan untuk preferensi termal digunakan nilai -1 untuk lebih hangat, 0 untuk tetap, 1 untuk lebih sejuk. Hasil data yang didapat sebagai berikut. 16

Tabel 1. Data Keterterimaan dan Preferensi Termal Siswa SMK 1 Wonosobo No Responden Keterterimaan Keterangan Preferensi Keterangan 1 Responden 1 1 Agak Hangat 1 Lebih sejuk 2 Responden 2 1 Agak Hangat 1 Lebih sejuk 3 Responden 3-1 Agak Sejuk -1 Lebih hangat 4 Responden 4 1 Agak Hangat 0 Tetap 5 Responden 5 2 Hangat 1 Lebih sejuk 6 Responden 6 0 Nyaman 0 Tetap 7 Responden 7-3 Dingin -1 Lebih hangat 8 Responden 8 0 Nyaman -1 Lebih hangat 9 Responden 9-3 Dingin 1 Lebih sejuk 10 Responden 10-2 Sejuk 1 Lebih sejuk 11 Responden 11 1 Agak Hangat 1 Lebih sejuk 12 Responden 12 0 Nyaman 0 Tetap 13 Responden 13 0 Nyaman 0 Tetap 14 Responden 14 1 Agak Hangat 1 Lebih sejuk 15 Responden 15 1 Agak Hangat 1 Lebih sejuk 16 Responden 16 0 Nyaman 0 Tetap 17 Responden 17 1 Agak Hangat 1 Lebih sejuk 18 Responden 18-2 Sejuk -1 Lebih hangat 19 Responden 19 2 Hangat 0 Tetap 20 Responden 20-2 Sejuk 1 Lebih sejuk 21 Responden 21 0 Nyaman 1 Lebih sejuk 22 Responden 22 0 Nyaman 0 Tetap 23 Responden 23-2 Sejuk 1 Lebih sejuk 24 Responden 24 1 Agak Hangat 1 Lebih sejuk 25 Responden 25 1 Agak Hangat 1 Lebih sejuk 26 Responden 26-3 Dingin -1 Lebih hangat 27 Responden 27-1 Agak Sejuk 0 Tetap 28 Responden 28 0 Nyaman 0 Tetap 29 Responden 29 2 Hangat 1 Lebih sejuk 30 Responden 30 1 Agak Hangat 1 Lebih sejuk 31 Responden 31 0 Nyaman 0 Tetap 32 Responden 32 1 Agak Hangat 1 Lebih sejuk 33 Responden 33-1 Agak Sejuk 1 Lebih sejuk 34 Responden 34 1 Agak Hangat 1 Lebih sejuk 35 Responden 35 2 Hangat 1 Lebih sejuk 36 Responden 36-1 Agak Sejuk 0 Tetap 37 Responden 37 0 Nyaman -1 Lebih hangat 38 Responden 38-1 Agak Sejuk 1 Lebih sejuk 39 Responden 39 1 Agak Hangat 1 Lebih sejuk 40 Responden 40 1 Agak Hangat 1 Lebih sejuk 41 Responden 41 0 Nyaman -1 Lebih hangat 42 Responden 42 0 Nyaman 0 Tetap 43 Responden 43-3 Dingin -1 Lebih hangat 44 Responden 44 3 Panas 1 Lebih sejuk 45 Responden 45 0 Nyaman 1 Lebih sejuk 17

Responden 1 Responden 3 Responden 5 Responden 7 Responden 9 Responden 11 Responden 13 Responden 15 Responden 17 Responden 19 Responden 21 Responden 23 Responden 25 Responden 27 Responden 29 Responden 31 Responden 33 Responden 35 Responden 37 Responden 39 Responden 41 Responden 43 Responden 45 Responden 47 Responden 49 Responden 51 Responden 53 Responden 55 Responden 57 Responden 59 Responden 61 Responden 63 Jurnal PPKM UNSIQ I (2014) 13-20 ISSN: 2354-869X 46 Responden 46-1 Agak Sejuk 0 Tetap 47 Responden 47 0 Nyaman 1 Lebih sejuk 48 Responden 48-1 Agak Sejuk 1 Lebih sejuk 49 Responden 49-1 Agak Sejuk 1 Lebih sejuk 50 Responden 50-1 Agak Sejuk 1 Lebih sejuk 51 Responden 51 0 Nyaman 1 Lebih sejuk 52 Responden 52-2 Sejuk 1 Lebih sejuk 53 Responden 53-1 Agak Sejuk 1 Lebih sejuk 54 Responden 54 1 Agak Hangat 1 Lebih sejuk 55 Responden 55 0 Nyaman 0 Tetap 56 Responden 56 0 Nyaman 0 Tetap 57 Responden 57 0 Nyaman 0 Tetap 58 Responden 58 1 Agak Hangat 1 Lebih sejuk 59 Responden 59 0 Nyaman 1 Lebih sejuk 60 Responden 60 2 Hangat 1 Lebih sejuk 61 Responden 61-2 Sejuk -1 Lebih hangat 62 Responden 62-1 Agak Sejuk -1 Lebih hangat 63 Responden 63 1 Agak Hangat 1 Lebih sejuk 64 Responden 64 0 Nyaman 0 Tetap Sumber : Analisa Peneliti Dari data di atas dapat dilihat bahwa responden yang merasa panas 1,56%, merasa hangat 7,81%, merasa agak hangat sebesar 25,56%, merasa nyaman sebesar 31,25%, merasa agak sejuk sebesar 17,19%, merasa sejuk 9,38%, merasa dingin 6,25%. Jika dibandingkan dengan hasil dari software PMV terlihat bahwa PPD 20% ada ketidakpuasan dengan kriteria yang diprediksikan yaitu agak hangat sebesar 20% dari responden. Akan tetapi hasil dari data lapangan hanya terdapat kesamaan dengan kriteria dalam software termal sebesar 25,56%. Ada perbedaan yang cukup besar dalam penentuan prediksi kenyamanan termal responden. Jika membandingkan antara keterterimaan termal dan preferensi termal dari data lapangan yang didapat maka dapat dilihat dari gambar grafik di bawah. 4 3 2 1 0-1 -2-3 -4 Data Keterterimaan dan Preferensi Termal Jam Keterterimaan Preferensi Gambar 3. Grafik Keterterimaan dan Preferensi Termal Sumber : Analisa Peneliti 18

Grafik di atas memperlihatkan responden lebih banyak yang menginginkan perubahan terhadap kondisi termal yang ada. Hasil dari survey memperlihatkan responden yang menginginkan kondisi kenyamanan termal yang ada sebesar 26,56%, sedangkan yang menginginkan lebih sejuk sebesar 59,38% sehingga responden yang menginginkan lebih hangat sebesar 14,06%. 4. KESIMPULAN Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa software kenyamanan termal yang didasarkan pada teori PMV untuk SMK 1 Wonosobo yang terletak di daerah tropis kurang sesuai dengan hasil keterterimaan kenyamanan termal yang didapat dari survey secara langsung di lapangan (field study). Hal ini sejalan dengan banyaknya pendapat dari peneliti bahwa ada perbedaan yang signifikan antara prediksi kenyamanan termal PMV dengan hasil data di lapangan terutama untuk daerah tropis dan bangunan berventilasi alami (Deube and de Dear, 2012). Arens, Humphreys, de Dear and Zhang (2010) juga meneliti tentang pembagian kelas atau kategori dalam kenyamanan termal dan menganggap bahwa ketiga kategori kenyamanan termal yang dikeluarkan oleh ASHRAE 55 tidak berbeda secara signifikan. Meskipun ketiga kategori atau kelas kenyamanan termal ini merupakan penyempurnaan dari PMV dan PPD dari Fanger akan tetapi hal ini masih dipertanyakan kebenarannya. Hasil penelitian di SMK 1 Wonosobo juga selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh ter Mors, Hensen, Loomans, dan Boerstra (2011) yang meneliti Sekolah Primer di Belanda dengan responden anak usia 9-11 yang membandingkan antara studi lapangan dengan perhitungan PMV dari Fanger. Hasil yang didapat terdapat perbedaan yang jelas antara hasil studi lapangan dengan perhitungan PMV dari Fanger. Hal ini juga sejalan dengan Penelitian Conceicao, Gomes, Antao dan Lucio (2011) yang meneliti Taman Kanakkanak berventilasi alami. Menurut beberapa peneliti lain, memang belum ada yang mengakomodir pengetahuan yang mutlak untuk semua lokasi penelitian. Masih ada beberapa perbedaanperbedaan yang muncul dari beberapa lokasi penelitian. Untuk itu perlu adanya penelitianpenelitian lain dengan lokasi dan subyek yang berbeda. 5. DAFTAR PUSTAKA Arens, E; Humphreys, M.A; de Dear, R.J and Zhang, H. 2010. Are Class A temperature requirements realistik or desirable? Building and Environment Journal. Conceicao, E.Z.E; Gomes, J.M.M; Antao, N.H and Lucio, M.M.J.R. 2011. Application of a developed adaptive model in the evaluation of thermal comfort in ventilated kindergarten occupied spaces. Building and Environment Journal. Deuble, M.P; de Dear, R.J. 2012. Mixed- Mode Buildings. A double standard in occupants comfort expectations. Building and Environment Journal. Halawa, E and van Hoof, J. 2012. The Adaptive Approach to Thermal Comfort: A Critical Overview. Energy and Buildings Journal. Indraganti, M and Rao, K.D. 2010. Effect of age, gender, economic group and tenure on thermal comfort: A field study ini residential buildings in hot and dry climate with seasonal variations. Energy and Building Journal. Kim, J and de Dear, R. 2012. Impact of Different Building Ventilation Modes on Occupant Expectations of The Main IEQ Factors. Building and Environment Journal. Prianto, E. 2003. Design Jendela yang Tanggap Terhadap Tuntutan Kenyamanan Penghuni. BP UNDIP: Semarang Prianto, E. 2012. Dasar-Dasar Teori Kenyamanan Termal. Buku Ajar Fisika Bangunan Arsitektur UNDIP. Semarang. Sugini. 2012. The Effectiveness of The PMV Model in Predicting The Qualtiy of Thermal Comfort in Learning Environments in A Warm Humid Tropical Zone. International Journal of Engineering & Technology IJET-IJENS. 19

Ter Mors, S; Hensen, J.L.M; Loomans, M.G.L.C. and Boerstra, A.C. 2011. Adaptive thermal comfort in primary school classrooms: Creating and validating PMV-based comfort charts. Building and Environment Journal. 20