Pengujian Sifat Anechoic untuk Kelayakan Pengukuran Perambatan Bunyi Bawah Air pada Akuarium

dokumen-dokumen yang mirip
Evaluasi Kinerja Akustik Dari Ruang Kedap Suara Pada Laboratorium Rekayasa Akustik Dan Fisika Bangunan Teknik Fisika ITS

PENGUKURAN ABSORPSI BAHAN ANYAMAN ENCENG GONDOK DAN TEMPAT TELUR DENGAN METODE RUANG AKUSTIK KECIL

PEMODELAN KANAL KOMUNIKASI AKUSTIK PADA PERAIRAN DANGKAL

STUDI TENTANG PENGARUH PROSENTASE LUBANG TERHADAP DAYA ABSORPSI BUNYI

MODEL ANALITIK MUFFLER ABSORPTIVE PADA VENTILASI UDARA

Pengaruh Variasi Jenis Bahan terhadap Pola Hamburan pada Difuser MLS (Maximum Length Sequence) Dua Dimensi

PENENTUAN LOKASI SUMBER

Kajian tentang Kemungkinan Pemanfaatan Bahan Serat Ijuk sebagai Bahan Penyerap Suara Ramah Lingkungan

Kata kunci: Transmission Loss

AKUSTIKA RUANG KULIAH RUANG SEMINAR 5 LANTAI 4 TEKNIK FISIKA. Dani Ridwanulloh

STUDI TENTANG PENGARUH RONGGA TERHADAP DAYA ABSORPSI BUNYI

Pengukuran Transmission Loss (TL) dan Sound Transmission Class (STC) pada Suatu Sampel Uji

Perancangan piranti lunak untuk pengukuran TRANSMISSION LOSS dan Koefisien Serap Bahan menggunakan metode fungsi transfer

Evaluasi kinerja Akustik dari Ruang Kedap Suara pada Laboratorium Rekayasa Akustik dan Fisika Bangunan Teknik Fisika -ITS

BAB 2 DASAR TEORI AKUSTIK BAWAH AIR

Perancangan dan Pembuatan Difuser QRD (Quadratic Residue Difuser) Dengan Lebar Sumur 8,5 Cm

DINDING PEREDAM SUARA BERBAHAN DAMEN DAN SERABUT KELAPA

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perancangan dan Pembuatan Difuser QRD (Quadratic Residue Difuser) Dengan Lebar Sumur 8,5 Cm

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

2. TINJAUAN PUSTAKA Gelombang Bunyi Perambatan Gelombang dalam Pipa

Pengukuran Sinyal Akustik untuk Mendeteksi Sumber Noise Menggunakan Metode Beamforming

SOUND PROPAGATION (Perambatan Suara)

Desain Akustik Ruang Kelas Mengacu Pada Konsep Bangunan Hijau

PEMBUATAN ALAT UKUR DAYA ISOLASI BAHAN

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: D-33

Analisis Kebocoran Bunyi pada Ruang Mini Pengukuran Transmission Loss pada Pita 1/3 Oktaf Dengan Menggunakan Sound Mapping

PENGARUH PENAMPANG ASIMETRIS TERHADAP KINERJA AKUSTIK PADA RUANG AUDIO VISUAL GEDUNG S2 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TELKOM

Pengaruh Penambahan Bahan Redam pada Kebocoran Alat Ukur Daya Isolasi Bahan

Pengaruh Variasi Jenis Bahan Terhadap Pola Hamburan pada Difuser MLS (Maximum Length Sequences)

Akustik. By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST. MT

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-156

Pemodelan Kanal Komunikasi Akustik pada Perairan Dangkal

Pemodelan Kanal Komunikasi Akustik pada Perairan Dangkal dengan Kondisi LOS. By: dferyando.wordpress.com

PERBAIKAN KUALITAS AKUSTIK RUANG MENGGUNAKAN PLAFON VENTILASI BERDASARKAN WAKTU DENGUNG STUDI KASUS RUANG KELUARGA PADA RUMAH TIPE 70

BAB III METODOLOGI. dari suara tersebut dapat dilihat, sehingga dapat dibandingkan, ataupun dicocokan dengan

PENGARUH LAY OUT BANGUNAN DAN JENIS MATERIAL SERAP PADA KINERJA AKUSTIK RUANG KELAS SEKOLAH DASAR DI SURABAYA TITI AYU PAWESTRI

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-144

PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DARI BAHAN AMPAS TEBU DENGAN METODE RUANG AKUSTIK KECIL. Oleh: Arif Widihantoro NIM: TUGAS AKHIR

Distribusi Medan Akustik dalam Domain Interior dengan Metode Elemen Batas (Boundary Element Method)

Analisis Getaran Struktur Mekanik pada Mesin Berputar untuk Memprediksi Kerusakan Akibat Kondisi Unbalance Sistem Poros Rotor

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi telah memberikan manfaat yang besar terhadap

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ( X Print) B-101

STUDI AWAL PENGUKURAN KOEFISIEN HAMBURAN DIFUSER MLS (MAXIMUM LENGTH SEQUENCES) Oleh : M Farid Ardhiansyah

PENGARUH PENAMBAHAN JARAK TERHADAP SUMBER BUNYI BIDANG DATAR BERBENTUK LINGKARAN

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) G-121

BAB 3 PENENTUAN POSISI DAN APLIKASI ROV

TAKE HOME TEST TF 3204 AKUSTIK EVALUASI KONDISI AKUSTIK RUANG KULIAH 9212 GEDUNG KULIAH UMUM ITB

Scientific Echosounders

BAB 7. INSTRUMENTASI UNTUK PENGUKURAN KEBISINGAN

KOLOM UDARA BERDINDING BAMBU SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBUATAN PAGAR

Setelah mengikuti praktikum mata kuliah ini mahasiswa akan mampu memahami komponenkomponen

Model Analitik Penghalang Bising (Noise Barrier) Lapis Tunggal Pada Indoor

TINGKAT REDAM BUNYI SUATU BAHAN (TRIPLEK, GYPSUM DAN STYROFOAM)

(2) dengan adalah komponen normal dari suatu kecepatan partikel yang berhubungan langsung dengan tekanan yang diakibatkan oleh suara dengan persamaan

PENGENALAN SUARA BURUNG MENGGUNAKAN MEL FREQUENCY CEPSTRUM COEFFICIENT DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PADA SISTEM PENGUSIR HAMA BURUNG

Desain Sumber Bunyi Titik

Perbaikan Kualitas Akustik Lapangan Futsal Indoor Pertamina ITS Menggunakan Panel Akustik Gantung

Pemantulan Bunyi gaung gema

BAB 3. METODE PENELITIAN

Karakterisasi Dua Dimensi Difuser MLS (Maximum Length Squence) dengan Model yang Terbuat dari Limbah Kertas dan Bahan Kayu

PENGARUH JUMLAH CELAH PERMUKAAN BAHAN KAYU LAPIS (PLYWOOD) TERHADAP KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK

TAKE HOME TEST AKUSTIK TF MASJID dan AKUSTIK RUANG

PENENTUAN KOEFISIEN ABSORBSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK DARI SERAT ALAM ECENG GONDOK (EICHHORNIA CRASSIPES) DENGAN MENGGUNAKAN METODE TABUNG

PENGARUH LEBAR DIFUSER TERHADAP POLA HAMBURAN DENGAN TIPE DIFUSER Heru Widakdo, Drs. Gontjang Prajitno, M.Si

udara maupun benda padat. Manusia dapat berkomunikasi dengan manusia dari gagasan yang ingin disampaikan pada pendengar.

PERANCANGAN AKUSTIK RUANG MULTIFUNGSI PADA TEATER A ITS DENGAN DESAIN MODULAR

Penilaian Akustika Ruang Kuliah TVST B Institut Teknologi Bandung

KEMAMPUAN PEREDAMAN SUARA DALAM RUANG GENSET DINDING BATA DILAPISI DENGAN VARIASI PEREDAM YUMEN

PENGARUH PEMASANGAN ABSORBER DI LANGIT-LANGIT TERHADAP PERFORMANSI AKUSTIK DI RUANG RAPAT P213 GEDUNG P UNIVERSITAS TELKOM

Bab 2. Dasar Teori Akustik Bawah Air. Bab 2 Dasar Teori Akustik Bawah Air. 2.1 Persamaan Dasar Akustik

Analisa dan Sintesa Bunyi Dawai Pada Gitar Semi-Akustik

RUANG 9231 GKU TIMUR ITB

STUDI KELAYAKAN AKUSTIK PADA RUANGAN SERBA GUNA YANG TERLETAK DI JALAN ELANG NO 17. Disusun Oleh: Wymmar

DESAIN PENGENDALIAN BISING PADA JALUR PEMBUANGAN EXHAUST FAN KAMAR MANDI DALAM. Batara Sakti Pembimbing: Andi Rahmadiansah, ST, MT

METODE PENELITIAN. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan November 2014 sampai dengan

OPTIMALISASI KINERJA PARAMETER AKUSTIK DENGAN MEMODIFIKASI KONFIGURASI DISTRIBUSI SPEAKER PADA MASJID SYAMSUL ULUM

SEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh: Candra Budi S : Andi Rahmadiansah, ST. MT Pembimbing II : Dyah Sawitri. ST. MT

Analisa Sistem DVB-T2 di Lingkungan Hujan Tropis

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 02 (2016), Hal ISSN :

Keadaan Akustik Ruang TVST 82

PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DARI LIMBAH BATANG KELAPA SAWIT. Krisman, Defrianto, Debora M Sinaga ABSTRACT

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2008

STUDI SUBJEKTIF KELAYAKAN GEDUNG KESENIAN DAN KEBUDAYAAN RUMENTANG SIANG BANDUNG DARI SEGI AKUSTIK

KONSEP DAN TERMINOLOGI ==Terminologi==

Ujian Tengah Semester. Akustik TF Studi Analisis Kualitas Akustik Pada Masjid Salman ITB

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS

RUANGAN 9231 GKU TIMUR ITB

KAJIAN EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK MATERIAL AKUSTIK DARI CAMPURAN SERAT BATANG KELAPA SAWIT DAN POLYURETHANE DENGAN METODE IMPEDANCE TUBE

KARAKTERISASI KANAL PROPAGASI VHF BERGERAK DI ATAS PERMUKAAN LAUT

ANALISIS WAKTU DENGUNG (REVERBERATION TIME) PADA RUANG KULIAH B III.01 A FMIPA UNS SURAKARTA

Penilaian Kondisi Akustik Ruangan TVST B pada Gedung TVST ITB Secara Subjektif

LAPORAN PENELITIAN AKUSTIK RUANG 9311 ditujukan untuk memenuhi nilai UTS mata kuliah TF3204 Akustik. Oleh : Muhammad Andhito Sarianto

DESAIN AKUSTIK RUANG KELAS MENGACU PADA KONSEP BANGUNAN HIJAU

Evaluasi Kondisi Akustik di Gedung Konferensi Asia Afrika

BAB I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

Analisis Komputasi Penyerapan Gelombang Elektromagnetik Oleh Titik Hujan Dengan Menggunakan Methods Of Moment

Menghitung Frekuensi Gelombang Permukaan dengan Menggunakan Simulator Sederhana Pembangkit Gelombang

Transkripsi:

JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No. 1, (13) ISSN: 31-971 D-7 Pengujian Sifat Anechoic untuk Kelayakan Pengukuran Perambatan Bunyi Bawah Air pada Akuarium Indan Pratiwi, Wiratno Argo Asmoro, dan Dhany Arifianto Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 6111 Indonesia e-mail: wiratno@ep.its.ac.id Abstrak Metode pengukuran waktu dengung umumnya dilakukan di ruang akustik dengan medium udara untuk menentukan seberapa besar tingkat dengung atau gema yang terjadi. Namun nilai waktu dengung juga berpengaruh terhadap dimensi ruangan. Pada pengujian berikut, medium yang digunakan adalah air dengan menguji dimensi akuarium untuk menentukan waktu dengung dan hasil tersebut akan dibandingkan dengan variabel dari dimensi tank yang ukurannya jauh lebih besar. Sifat akuarium dari pengukuran perambatan bunyi di bawah air dapat ditentukan dengan memvariasikan posisi dari kedalaman dan jarak sensor terhadap sumber. Perangkat yang digunakan adalah hydrophone sebagai sensor dan sumber non-omnidirectional yang direkayasa menjadi omnidirectional. Dengan melihat energi peluruhan yang terjadi adalah cara untuk menentukan tingkat waktu dengung. Hasil nilai waktu dengung yang diperoleh di akuarium yang di uji adalah 9 milidetik. Jika dibandingkan dengan dimensi akuarium yang lebih besar, hasil waktu dengung yang diperoleh mempunyai nilai empat kali lebih kecil. Maka akuarium yang di uji terbukti akuarium anechoic. Kata Kunci Dimensi akuarium, Sumber non-omnidirectional, Waktu dengung. P I. PENDAHULUAN ENGUKURAN underwater acoustic mempunyai dua cara pengukuran, yaitu dilakukan di laut terbuka dan dilakukan di kolam yang dimensinya terbatas. Pada pengukuran di laut terbuka, tingkat keakurasiannya sangat terjamin, akan tetapi metode pengukurannya sangat tidak efisien dikarenakan operasi pengukuran lebih sulit dan membutuhkan biaya yang cukup mahal. Sedangkan pengukuran di akuarium yang mempunyai dimensi lebih kecil dari kolam yang digunakan pada jurnal [1], tingkat keakurasian bisa dikatakan kurang, akan tetapi pengukuran dapat dilakukan lebih mudah dan dapat divariasi. Untuk keakurasian pada pengukuran di akuarium, diusahakan agar tingkat keakurasian sama dengan pengukuran di laut terbuka. Pengukuran seperti hal tersebut bertujuan untuk mengetahui bagaimana perambatan suara di bawah air dan waktu dengung seperti metode yang dilakukan pada jurnal [1], sehingga dapat diaplikasikan untuk sistem-sistem yang digunakan di bawah air, misal: sistem komunikasi, sistem sonar aktif dan pasif, dan lain sebagainya. Pada pengukuran waktu dengung tersebut, metodenya diadaptasi dari pengukuran di ruang akustik (di udara) yang kemudian eksperimen dilakukan untuk membandingkan hasil yang diberikan oleh metode jurnal [1] dengan hasil yang diperoleh di laut terbuka dalam sumber yang berbeda. Dari metode-metode yang sudah dilakukan di jurnal [1], maka melihat penelitian [] banyak sekali variabel-variabel yang diperlukan. Pada penelitian [] variabel yang diukur adalah variasisuhu dan salinitas. Maka untuk tahap selanjutnya adalah menentukan waktu dengung. Pada tugas akhir ini direncanakan dalam pengambilan data dilakukan di akuarium yang berisi air untuk melihat peluruhan dari sumber yang direkayasa secara omnidirectional. Setelah mendapatkan data-data dari power yang dihasilkan oleh sumber terhadap sensor, diharapkan penelitian ini dapat dibandingkan dengan hasil eksperimen [3] yang dimensi water tank lebih besar. II. URAIAN PENELITIAN A. Acoustic field pada akuarium Sumber akustik yang beremisi di dalam tank/akuarium akan mengemisikan gelombang akustik yang kemudian direfleksikan pada dinding, permukaan, dan dasar akuarium. Menurut teori aerial acoustic (akustik di udara) diasumsikan bahwa bidang akustik di dalam akuarium mempunyai direct field dan acoustic energy density (W d yang serupa dengan sumber acoustic energy density di medium terbuka dan reverberated field dengan acoustic energy density W r dari multiple reflection pada dinding. Direct field merupakan arah densitas energy akustik yang ditentukan menurut jarak (r) dari sumber, dirumuskan sebagaimana pada persamaan.1 Dimana: Ps = Power of the source (1.95 db) c = sound velocity r = jarak dari sumber/ speaker (m) W d (r) = (1) Reverberated field dikondisikan sama (homogeneity dan isotropy) pada medan reverberated tergantung sinyal yang ditransmisikan dan pada ukuran bandwidth. Pada reverberated field yang homogen dapat dirumuskan seperti persamaan.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No. 1, (13) ISSN: 31-971 D-8 Dimana: W r = acoustic energy density I r = acoustic Intensity (1.95 db) c = sound velocity (15.36 m/s) [] W r = () B. Waktu Dengung (Reverberation Time) Pada reverberation time, merupakan durasi dimana energi akustik dari lingkungan yang berdengung berkurang 6 db [1]. Dalam menentukan reverberation time di ruang akustik udara tidak berbeda dengan koefisien yang digunakan pada persamaan yang digunakan pada jurnal [1], waktu untuk Reveberation dan persamaan Sabin dapat diketahui dengan persamaan berikut [3] Dimana : = koefisien Sabine V = volume air c = sound velocity Dimana sebelum menghitung nilai reverberation time, koefisien sabine ( ) harus diketahui terlebih dahulu dengan perhitungan dari persamaan.[3] Dimana : s = luas permukaan (ft ) = koefisien serapan bunyi C. Propagasi Suara Propagasi suara dalam air umumnya berhubungan dengan transmission loss yang membahas tentang spreading laws (penyebaran), absorption (penyerapan), velocity of sound (kecepatan rambat), dan reflection and scattering []. (3) () Gambar. Definisi Sound Fields E. Fast Fourier Transform (FFT) [] Fast fourier transform adalah suatu alogarima untuk menghitung Transformasi Fourier Diskrit (DFT) dan inversnya. FFT menjadi sangat penting untuk bermacammacam aplikasi dari pengolahan sinyal digital dan memecahkan persamaan diferensial parsial menjadi alogaritma-alogaritma untuk penggandaan bilangan integer dalam jumlah banyak. Istilah fast digunakan karena formulasi FFT jauh lebih cepat dibandingkan dengan metode Fourier Transform sebelumnya. Teknik FFT memerlukan sekitar 1 operasi matematik untuk data dengan 1 observasi, yaitu 1 kali lebih cepat dibandingkan teknik sebelumnya. Satu bentuk transformasi yang umum digunakan untuk merubah sinyal dari domain waktu ke domain frekuensi adalah dengan transformasi fourier: F. Akuarium Anechoich Akuarium yang digunakan berukuran x 1 x 1 m yang didalamnya dilapisi busa (spons) telur yang berfungsi sebagai peredam, hal ini diibaratkan seperti di laut terbuka yang dinding-dindingnya adalah tanah dan bebatuan. (5) Gambar 3. Akuarium anechoich D. Sound Field Gambar 1. Kondisi profil suhu dan kecepatan suara Dalam memprediksi suatu kebisingan dari perangkatperangkat yang digunakan patut dipahami, baik dalam menentukan bidang suara dan tingkat suara [3]. Near Field (sumber dekat), far field (medan jauh), free field (medan bebas) dan reverberant field merupakan istilah yang paling umum digunakan, dengan mengilustraikan istilah tersebut seperti gambar. A. Proses Pengambilan Data III. METODOLOGI PENELITIAN Pengambilan data dilakukan di akuarium yang berdimensi x 1 x 1 m dan di dalam akuarium tersebut, baik dasar maupun dinding akuarium dilapisi spons berstruktur gelombang.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No. 1, (13) ISSN: 31-971 D-9 Gambar. Proses Pengambilan Data Proses pengambilan data dilakukan seperti gambar, dimana perangkat-perangkat yang digunakan adalah dua buah leptop, satu buah amplifier yang disambungkan ke speaker, dan M-audio. B. Posisi Speaker di dalam Akuarium Posisi speaker yang berada di dalam akurium berukuran m 3 yang berisi air di setting sebagaimana teori pengukuran waktu dengung (reverberation time) harus menggunakan sumber bunyi yang omnidirectional. Berdasarkan kalibrasi, bukaan speaker adalah sebesar 8 []. Maka posisinya diatur sebagaimana yang diilustrasikan pada gambar 5. Dimana tabel 3.1 adalah koordinat untuk posisi sensor dekat dengan sumber saja. D. Pengambilan Data Waktu Dengung Dari tabel 3.1, terdapat enam cara pengambilan data dengan merubah posisi hydrophone menurut koordinat dan kedalamannya yang sudah dihitung menggunakan persamaan 1, dan 3. Terdapat 3 sensor (hydrophone) yang digunakan saat pengambilan data. Sensor kedua (free field) sebagai pengoreksi dan pembanding, seberapa besar suara yang diterima. Posisi sensor ketiga (reverberant field) adalah sensor yang posisinya paling jauh yang fungsinya sama seperti sensor kedua. Maka posisi-posisi sensor dapat diperhatikan dengan cara-cara seperti gambar berikut. Gambar 7. sudut terhadap speaker dengan kedalaman 7.3 cm Tampak samping Tampak atas Gambar 5. Posisi Speaker di dalam Akuarium Sehubungan dengan bukaan dari speaker sebesar 8 [], maka posisi speaker naik 1. Gambar 8. sudut terhadap speaker dengan kedalaman 7.3 cm h3 h h1 Gambar 9. sudut 6 terhadap speaker dengan kedalaman 7.3 cm (a) (b) Gambar 6. (a) zona perambatan suara; (b) posisi speaker di dalam akuarium tampak atas C. Posisi Sensor di dalam Akuarium Dalam menentukan posisi hydrophone, terutama hydrophone near field (medan dekat) memakai rumus perhitungan sistem komponen perhitungan bola sebagai berikut. X = r sin θ cos φ (3.1) Y = r sin θ sin φ (3.) Z = r cos θ (3.3) Tabel 3.1 Koordinat untuk menentukan posisi hydrophone Sudut X (cm) Y (cm) Z (cm) Kedalaman hydrophone (cm) 71.6 1.8 53.5 63.6 1.7 85 1.7 = 7.3 6 8.63 78.67 56. 3.5 1.8 9.9 5.6 85 5.6 = 3. 6.3 61. h3 h h1 Gambar 1. sudut terhadap speaker dengan kedalaman 3. cm Gambar 11. sudut terhadap speaker dengan kedalaman 3. cm Gambar 1. sudut terhadap speaker dengan kedalaman 3. cm

JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No. 1, (13) ISSN: 31-971 D-3 E. Pengambilan Data Koefisien Serap Spons Pengujian untuk mengetahui koefisien serap suatu bahan terhadap gelombang bunyi yaitu dengan menggunakan metode tabung impedansi..1.5 -.5 -.1.5.1.15..5.3.35..5.5.15..1 -.1 -..5.1.15..5.3.35..5.5 6 x 1-3.1.5 1 3 5 6 7 8 9 1 6 8 1 1 1 16 18 Gambar 16. Hasil FFT 9 Hz dan 1 Hz F. Perangkat Lunak Gambar 13. Tabung Impedansi Perangkat lunak yang digunakan pada saat pengambilan data adalah Software Matlab dan Adobe Audition cs 5.5. Data keluaran berupa wavread dan frekuensi sampling sebesar 1 Hz. Kemudian setiap rekaman diolah ke software matlab, dengan tahap validasi kemudian dilanjutkan dengan penentuan nilai waktu dengung. IV. HASIL PENELITIAN A. Pengolahan Data Tahap Validasi Pengukuran ini menggunakan jenis sumber bunyi puretone. Frekuensi yang dibangkitkan bervariasi, diantaranya 5 Hz, 6 Hz, 7 Hz, 8 Hz, 9 Hz, dan 1 Hz. (a).1.5 -.5 -.1.5.1.15..5.3.35..5.5 8 x 1-3 6 1 3 5 6 7 8 9 1 (b) 1.5 -.5-1...6.8 1 1. 1..8.6.. 1 3 5 6 7 8 9 1 Gambar 17. Hasil FFT White Noise (a) sinyal sebelum demodulated; (b) sinyal demodulated B. Acoustic Field pada Akuarium Sebelum menentukan waktu dengung (reverberation time) pada titik-titik pengukuran, dibutuhkan mengetahui seberapa besar acoustic energy density pada medan langsung (direct field) akustik di dalam akuarium dengan jarak sensor/hydrophone yang berbeda-beda...1 -.1 -..5.1.15..5.3.35..5.5 3 x 1-3 1 1 3 5 6 7 8 9 1..1 Gambar 18. Grafik nilai acoustic energy density di kedalaman 7.3 cm -.1 -..5.1.15..5.3.35..5.5 8 x 1-6 1 3 5 6 7 8 9 1 Gambar 1. Hasil FFT 5 Hz dan 6 Hz... -..5.1.15..5.3.35..5.5 6 x 1-3 1 3 5 6 7 8 9 1. -. -..5.1.15..5.3.35..5.5.15.1.5 1 3 5 6 7 8 9 1 Gambar 15. Hasil FFT 7 Hz dan 8 Hz Gambar 19. Grafik nilai acoustic energy density di kedalaman 3. cm C. Pengukuran Power terhadap Speaker Setelah tahap validasi, setiap frekuensi diolah dan dianalisa dengan menggunakan software Matlab, maka dilanjutkan dengan melihat besar nilai power yang diterima oleh masingmasing posisi sensor/hydrophone dan frekuensi yang dibangkitkan.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No. 1, (13) ISSN: 31-971 D-31 Gambar. Grafik nilai power sudut terhadap speaker di kedalaman 7.3 cm Gambar 5. Grafik nilai power sudut 6 terhadap speaker di kedalaman sensor 3. cm Gambar 1. Grafik nilai power sudut terhadap speaker di kedalaman sensor 7.3 cm Gambar 6. Grafik nilai power (db) terhadap sudut speaker di kedalaman 7.3 cm Gambar. Grafik nilai power sudut 6 terhadap speaker di kedalaman sensor 7.3 cm Gambar 7. Grafik power (db) terhadap speaker dikedalaman 3. cm D. Validasi koefisien serap spons dengan tabung impedansi dengan variasi frekuensi Tahap selanjutnya dalam menentukan waktu dengung harus mempunyai nilai serap dari bahan yang digunakan. Bahan yang peredam yang digunakan adalah spons yang mempunyai struktur gelombang dengan ketebalan 7 cm. Gambar 3. Grafik nilai power sudut terhadap speaker di kedalaman sensor 3. cm Gambar 8. Grafik validasi koefisien serap spons E. Waktu Dengung Waktu dengung dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan.1. hasil dapat diperhatikan pada gambar. Gambar. Grafik nilai power sudut terhadap speaker di kedalaman sensor 3. cm

JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No. 1, (13) ISSN: 31-971 D-3 waktu dengung yang diperoleh dibandingkan antara dimensi akuarium yang berbeda. Akuarium adalah akuarium yang di uji, sedangkan akuarium 3 adalah akuarium pada jurnal [1] dimana akuarium yang dimensinya lebih besar tersebut sebagai tolok ukur akuarium yang di uji. Yang dapat dijadikan tolok ukur adalah di frekuensi 1 Hz. Dimana antara akuarium yang diuji mempunyai waktu dengung empat kali lebih rendah. Gambar 9. Hasil waktu dengung di dimensi akuarium yang berbeda F. Pembahasan Dari data yang telah didapatkan bahwa sumber yang dibangkitkan dengan puretone maupun white noise durasinya selama 1 detik terlihat ketika diolah menggunakan FFT. Validasi data ini terbukti setelah rekaman yang berupa data wavread diolah menggunakan FFT yaitu pada frekuensi 5 Hz, 6 Hz, 7 Hz, 8 Hz, 9 Hz dan 1 Hz. Sedangkan pada sumber bunyi yang dibangkitkan dengan white noise adalah hasil demodulasi. Hasil dari acoustic energy density menunjukkan bahwa pola dari dua kedalaman yang ditunjukkan pada gambar 18 dan 19 adalah sama penyebaran energi akustik yang artinya hasil tersebut membuktikan bahwa akuarium yang diuji mempunyai nilai waktu dengung. Hasil untuk sumber bunyi puretone, pada sudut,, dan 6 di kedalaman 7.3 cm yang ditunjukkan pada gambar, 1, yaitu dekat dengan dasar akuarium (beralaskan spons) bahwa pola yang terutama diterima oleh sensor (hydrophone) 3 hampir konsisten. Akan tetapi, setelah dibandingkan dengan yang diterima oleh sensor (hydrophone) 1 dan sensor (hydrophone) seharusnya pola sama, namun terbukti berbeda. Begitupun pada kedalaman 3. cm yang ditunjukkan pada gambar 3,, 5 yaitu posisi sensor (hydrophone) yang lebih dekat dari permukaan air. Dari perbandingan dua kedalaman yang ditangkap oleh hydrophone 1, hydrophone, dan hydrophone 3 adalah sama artinya spons di dasar akuarium cenderung memantulkan suara speaker. Selain melihat energi masing-masing yang diterima oleh hydrophone di perbedaan kedalaman dan jarak hydrophone ke sumber, dapat menentukan sensitivitas hydrophone yaitu pada frekuensi 9 Hz. Hasil demodulasi energi peluruhanya (db) yang diperoleh pada sumber bunyi white noise yang ditunjukkan pada gambar 6 dan 7, diperhatikan pada sensor (hydrophone) 3 di kedalaman yang berbeda hasilnya tidak jauh berbeda dan pola yang dihasilkan sama. Semakin dekat jarak hydrophone dengan dinding peredam, maka nilai energi yang diperoleh semakin menurun. Pada gambar 8 adalah hasil nilai koefisien serap spons yang diuji di medium udara di frekuensi 5 Hz, 63 Hz, 8 Hz dan 1 Hz mempunyai nilai serap hampir sempurna (mendekati nilai 1). Setelah mengetahui nilai serap benda uji (spons) maka dapat ditentukan nilai waktu dengungnya. Nilai V. KESIMPULAN/RINGKASAN Berdasarkan data yang diperoleh dari pengambilan data, dapat disimpulkan bahwa hasil dari nilai waktu dengung diantara dua dimensi akuarium menyimpulkan bahwa akuarium yang di uji terbukti anechoic, yaitu untuk akuarium yang diuji yang berdimensi kecil sebesar 99 milidetik sedangkan pada akuarium berdimensi besar sebesar 399 milidetik. DAFTAR PUSTAKA [1] Cochard, N., Lacoume, J.L., Arzelies, P., and Gabillet, Y. Underwater Acoustic Noise Measurement in Test Tank. IEEE Journal of Oceanic Engineering, October vol.5, no.. [] Puspitasari Y. Niken. 1. Analisa Perambatan Suara di Bawah Air sebagai Fungsi Kadar Garam dan Suhu pada Akuarium Anechoic. Institute Teknologi Sepeluh Nopember. Surabaya. [3] [3] Douglas D. Reynolds. 1981. Engineering Principles of Acoustics Noise and Vibration Control.USA. [] [] Robert J. Urick. 1983.Principle of underwater sound 3 rd edition. McGraw-Hill. [5] [5] Elden F. Ray, 1. Modeling Sound Propagation, Journal Industrial Noise Series, part IV