KUALITAS FISIKA DAN KIMIA AIR BERSIH DI DESA PESISIR MINAHASA UTARA (Studi Kasus Di Desa Marinsow Kecamatan Likupang Timur) Priskila E. Posumah*, Oksfriani J. Sumampouw*, Odi R. Pinontoan* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRAK Air sebagai komponen penting dalam meningkatkan derajat kesehatan. Kualitas air harus dijaga sesuai baku mutu air. Parameter kualitas air yaitu fisika, kimia, radiokatif dan mikrobiologi. Penelitian bertujuan untuk mengukur kualitas fisika dan kimia air bersih di Desa Pesisir Kabupaten Minahasa Utara. Penelitian ini dilakukan di Desa Marinsow Kecamatan Likupang Timur Kabupaten Minahasa Utara. Sampel pada penelitian ini yaitu air yang diambil dari 10 sumur gali, 2 sumur bor dan 1 air yang sudah dimasak. Sampel air bersih diperiksa di laboratorium Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKL-PP) Kelas I Manado. Parameter yang diukur yaitu kekeruhan, Total Dissolved Solid (TDS) dan ph. Hasil uji laboratorium sesuai dengan Permenkes RI nomor 416 tahun 1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Hasil pengujian laboratorium tingkat kekeruhan dan TDS melebihi standar yang ditetapkan yaitu masing-masing 5 NTU dan 1000 mg/l. Hasil pengujian parameter kimia dengan indikator ph berada dibawah nilai normal 6,5-9,0 atau bersifat asam. Hasil pengukuran ini menunjukkan bahwa berdasarkan indikator kekeruhan, TDS dan ph, air bersih di Desa Pesisir Kabupaten Minahasa Utara tidak memenuhi syarat yang ditetapkan. Berdasarkan temuan ini, maka air yang akan dikonsumsi harus melalui proses pengolahan sebelum dikonsumsi. Kata Kunci: Desa pesisir, air bersih, kekeruhan, total dissolved solid, ph ABSTRACT Water is an important component to improving health standards. The quality of water was maintained according to the standard water quality. Parameters of water quality were physics, chemical, radioactive and microbiology. This research was conducted to know the physics and chemical quality of clean water in Coastal Village of North Minahasa Regency. This research was conducted in Marinsow village of East Likupang, North Minahasa Regency. The samples in this research were water from 10 dug wells, 2 drilled wells and 1 water sampling after cooked. The clean water samples were tested at Association of Environmental Health Technique and Disease Control of Manado 1 st Grade Laboratory. Turbidity, Total Dissolved Solid (TDS) and ph were parameters who measure. The result laboratory according with Permenkes RI number 416 of 1990 on The Requirements and Supervision of Water Quality. The laboratory result of water quality turbidity levels and TDS were exceeded levels of 5 NTU and 1000 mg/l. The result of chemical parameters with ph indicator was below the normal value 6,5 9,0 or acidic. This measurement result was indicated that based on turbidity, TDS and ph indicator, clean water in Coastal Village in North Minahasa Regency were not qualified. Based on this research, that the water who to be consumed must through the processing before consumption. Keywords: Coastal village, clean water, turbidity, total dissolved solid, ph 1
PENDAHULUAN Penyediaan air bersih termasuk dalam ruang lingkup kesehatan lingkungan karena air memiliki peran penting dalam kehidupan (Mundiantun & Daryanto, 2015). Penelitian dari Ottay et al (2015) menyatakan bahwa ketersediaan sumber air bersih yang berkualitas merupakan salah satu masalah di daerah pesisir. Data Puskesmas Likupang Timur pada bulan Januari 2017 hanya sekitar 48,45% desa pesisir di daerah ini yang memiliki akses untuk air minum berkualitas. Desa Marinsow sebagai salah satu desa di Kecamatan Likupang Timur yang perlu mendapat perhatian untuk keberadaan sumber air bersih. Sumber air bersih yang digunakan masyarakat berasal dari sumur bor umum dan sumur gali pribadi Hasil kajian dari Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKL-PP) Kelas I Manado yang dilakukan di Kabupaten Minahasa Utara tahun 2014 menunjukkan bahwa berdasarkan kekeruhan menunjukkan nilai 605 NTU, total dissolved solid (TDS) sebesar 5040 mg/l, kesadahan sebesar 522,7 mg/l, kandungan Klorida sebesar 1300,5 mg/l dan mangan sebesar 2,42-3,96 mg/l. Hal ini sudah melebihi nilai ambang batas berdasarkan Permenkes RI 416/1990. Hal ini terjadi karena adanya zat koloid, partikel zat padat, zat organik dan mikroorganisme, unsur organik seperti kalsium, magnesium, sodium, bicarbonate klorida dan sulfat, dan Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian 2
Desa Marinsow intrusi air laut (BTKL-PP Kelas I Manado, 2014). Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kualitas fisika dan kimia air bersih di Desa Pesisir Kabupaten Minahasa Utara. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode deskriptif eksploratif berbasis laboratorium. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Marinsow Kecamatan Likupang Timur Kabupaten Minahasa Utara pada bulan Maret Juni tahun 2017 (Gambar 1). Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 2 kali pada pagi hari dengan rentan waktu 1 minggu. Sampel yang digunakan yaitu air yang berasal dari 10 sumur gali, 2 sumur bor dan 1 sampel air sesudah dimasak untuk diminum. Lokasi pengambilan sampel dapat dilihat pada Gambar 2. Parameter pengujian yaitu kesadahan, TDS dan ph. Pengujian dilakukan di laboratorium BTKL-PP Kelas I Manado. Analisa data secara deskriptif dengan membanding hasil pemeriksaan dengan Permenkes RI nomor 416 tahun 1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengukuran untuk kualitas fisika dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil Uji Parameter Fisik Kekeruhan & TDS (Total Dissolved Solid) Hasil Rata-Rata Sampel Kekeruh TDS an Sumur Gali 1 0,64 521 Sumur Gali 2 3,215 430,5 Sumur Gali 3 4,045 336 Sumur Gali 4 1,09 455 3
Sumur Gali 5 6,06 446 Sumur Gali 6 6,33 576 Sumur Gali 7 3,31 607 Sumur Gali 8 13,33 276 Sumur Gali 9 5,665 421 Sumur Gali 10 3,87 199 Sumur Bor 1 0,625 478 Sumur Bor 2 0,25 455 Sumur Bor 3 0,69 524 Air Setelah Dimasak 1,64 1436 Nilai Ambang Batas Kekeruhan (5 NTU) & TDS (1000 mg/l) berdasarkan Permenkes RI No 416 Tahun 1990 Hasil pengujian kualitas air bersih untuk tingkat kekeruhan didapatkan nilai rata-rata untuk sumur gali 5 yaitu 6,06 NTU, sumur gali 6 yaitu 6,33 NTU, sumur gali 8 yaitu 13,33 NTU dan sumur gali 9 yaitu 5,665 NTU, dimana nilai tersebut telah melebihi kadar maksimum 5 NTU sesuai Permenkes RI nomor 416 tahun 1990 tentang syaratsyarat dan pengawasan kualitas air. Hasil pengujian pada sampel sumur bor dan air sesudah dimasak nilainya dibawah kadar maksimum yang ditetapkan. Tingkat kekeruhan yang melebihi kadar maksimum terjadi karena adanya pengaruh perbedaan cuaca pada saat pengambilan sampel, dimana pada pengambilan pertama terjadi hujan pada malam hari hingga pagi hari sedangkan pada pengambilan sampel kedua cuacanya panas. Hal tersebut yang memungkinkan meningkatnya nilai kekeruhan pada sampel. Penelitian yang dilakukan oleh Parera et al (2013) di Kelurahan Madidir Ure Kota Bitung bahwa terdapat faktor lain yang menyebabkan kekeruhan pada air sumur yaitu jenis sumur. Untuk sumur gali mudah terkontaminasi melalui rembesan dari tempat pembuangan kotoran manusia maupun limbah dari sumur tersebut karena berasal dari lapisan tanah yang relatif dekat dengan permukaan tanah. Sedangkan sumur bor pembuatannya dengan melakukan pengeboran lapisan air tanah yang lebih dalam sehingga pengaruh terhadap kontaminasi sedikit. Faktor lain juga yang mempengaruhi perbedaan nilai kekeruhan air pada pengambilan pertama dan kedua yaitu keadaan cuaca, dimana terjadi hujan pada malam hari hingga pagi hari saat pengambilan dan keadaan cuaca yang panas pada pengambilan sampel kedua. Hasil rata-rata yang diperoleh untuk indikator TDS (Total Dissolved Solid) pada sampel sumur gali dan sumur bor masih dibawah kadar maksimum yang ditetapkan sesuai dengan Permenkes RI nomor 416 tahun 1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air yaitu 1000 mg/l. Nilai TDS pada sampel air setelah dimasak tidak memenuhi syarat yaitu 4
1436 mg/l, dimana nilai tersebut melebihi kadar maksimum yang ditetapkan,. Nilai tersebut memungkinkan air tersebut memiliki resiko kesehatan terhadap manusia apabila di konsumsi sebagai air minum. Menurut Wardhana, kandungan TDS yang tinggi pada air menyebabkan kerak dalam alat-alat rumah tangga dan menyebabkan rasa air tidak enak seperti rasa logam. Hasil pengukuran untuk kualitas kimia dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil Uji Parameter Kimia ph Sampel Hasil Rata-Rata ph Sumur Gali 1 6,95 Sumur Gali 2 6,2 Sumur Gali 3 6,15 Sumur Gali 4 6,4 Sumur Gali 5 6,55 Sumur Gali 6 6,75 Sumur Gali 7 6,75 Sumur Gali 8 5,75 Sumur Gali 9 6,45 Sumur Gali 10 6,65 Sumur Bor 1 6,75 Sumur Bor 2 6,5 Sumur Bor 3 6,5 Air Setelah 8,6 Dimasak Nilai Normal ph 6,5 9,0 berdasarkan Permenkes RI No 416 Tahun 1990 Hasil rata-rata yang didapatkan untuk pengujian terhadap indikator ph pada sumur gali yang tidak memenuhi syarat yaitu sumur gali 2 nilainya 6,2, sumur gali 3 nilainya 6,15, sumur gali 4 nilainya 6,4, sumur gali 8 nilainya 5,75 dan sumur gali 9 nilainya 6,45, dimana nilai tersebut berada dibawah normal atau bersifat asam. Nilai normal sesuai dengan Permenkes RI nomor 416 tahun 1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air yaitu 6,5 9,0, sedangkan untuk sampel air setelah dimassak nilainya 8,6 atau masih dalam keadaan normal. Keadaan ph air yang bersifat asam dipengaruhi oleh keadaan cuaca pada saat pengambilan sampel. Pengambilan sampel pertama terjadi hujan pada malam hari hingga pagi hari saat pengambilan sedangkan pengambilan kedua cuacanya panas. Pengaruh hujan yang terjadi memungkinkan bahan pencemar masuk kedalam sumur melalui rembesan air tanah sehingga mempengaruhi kandungan ph air menjadi tidak normal. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa air bersih di Desa Pesisir hasil tidak memenuhi syarat berdasarkan nilai baku mutu yang ditetapkan dalam Permenkes RI nomor 416 tahun 1990. Hal ini menyebabkan 5
Masyarakat harus meningkatkan pengawasan dan pemeliharaan sumber air bersih untuk mempertahankan kualitas air bersih yang ada agar dapat mengurangi resiko masuknya bahan pencemar. DAFTAR PUSTAKA Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Kelas I Manado. 2014. Pemetaan faktor risiko kesehatan lingkungan (FRKL) air bersih di kabupaten Minahasa Utara. Manado. Parera M.J, Supit W dan Rumampuk J. F. 2013. Analisis perbedaan pada uji kualitas air sumur di Kelurahan Madidir Ure Kota Bitung berdasarkan parameter fisika. Jurnal e-biomedic (ebm) Volume 1, Nomor 1, Maret 2013 halaman 470. Mundiantun dan Daryanto. 2015. Pengelolaan kesehatan lingkungan. Yogyakarta: Gava Media. Ottay, R. I., Sumampouw, O. J., & Nelwan, J. E. 2015. Coastal Area Public Health Problem (A Case Study in the City of Manado North Sulawesi Indonesia). Food and Public Health, 5(2), 29-37. Permenkes. 1990. Peraturan menteri kesehatan nomor 416 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air. Suharmiati et al. 2013. Riskesdas dalam angka Provinsi Sulawesi Utara. Jakarta:Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Sumantri A. 2015. Kesehatan lingkungan. Jakarta: Prenada Media. Wardhana W. A. 2004. Dampak pencemaran lingkungan. Yogyakarta: AndiOffset. 6