BAB 4 Analisa dan Bahasan
|
|
- Widyawati Iskandar
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 4 Analisa dan Bahasan 4.1. Penentuan Komposisi untuk Kolom Dari data yang telah didapatkan setelah melakukan percobaan seperti pada 3.5 maka selanjutnya di analisa untuk mendapatkan komposisi yang cocok untuk menjadi material untuk kolom. Pertama, ditentukan ukuran yang mana yang cocok untuk dari masing-masing material dengan melihat dari dosis. Lalu, ditentukan lagi berat yang cocok untuk mewakili material untuk percobaan kolom Pertimbangan Segi Dosis Pertama, dapat dilihat dari perubahan ph rata-rata yang terjadi pada saat material dimasukan ke dalam sampel air hujan. Pada Gambar 4.1 dapat disimpulkan bahwa zeolit membuat ph rata-rata sampel meningkat drastis, ukuran besar yaitu zeolit yang lolos saringan No. 4 tertahan saringan No. 8 adalah material yang paling tinggi kenaikan ph rata-ratanya. Untuk Karbon aktif membuat ph rata-rata sampel meningkat namun tidak terlalu tinggi, ukuran besar yaitu karbon aktif yang lolos saringan No. 4 tertahan saringan No. 8 adalah material yang paling tinggi kenaikan ph rata-ratanya pada Gambar 4.2. Untuk limestone yang telah dipanaskan 600 o C membuat ph rata-rata sampel meningkat drastis, ukuran kecil yaitu limestone yang lolos saringan No. 10 tertahan saringan No. 16 adalah material yang paling tinggi kenaikan ph rata-ratanya pada Gambar 4.3. Untuk batu bata membuat ph rata-rata sampel meningkat tidak terlalu tinggi, ukuran kecil yaitu batu bata yang lolos saringan No. 10 tertahan saringan No. 16 adalah material yang paling tinggi kenaikan ph rata-ratanya pada Gambar
2 44 Gambar 4.1 Grafik perbandingan antara dosis dari material zeolit dengan perubahan ph rata-rata Gambar 4.2 Grafik perbandingan antara dosis dari material karbon aktif dengan perubahan ph rata-rata
3 45 Gambar 4.3 Grafik perbandingan antara dosis dari material limestone dengan perubahan ph rata-rata Gambar 4.4 Grafik perbandingan antara dosis dari material batu dengan perubahan ph rata-rata
4 46 Kedua, dapat dilihat dari perubahan konduktivitas rata-rata yang terjadi pada saat material dimasukan ke dalam sampel air hujan. Pada Gambar 4.5 dapat disimpulkan bahwa zeolit membuat konduktivitas rata-rata sampel meningkat namun tidak terlalu besar, ukuran besar yaitu zeolit yang lolos saringan No. 8 tertahan saringan No. 10 adalah material yang paling tinggi kenaikan konduktivitas rata-rata nya. Untuk Karbon aktif membuat konduktivitas rata-rata sampel meningkat sangat drastis, ukuran besar yaitu karbon aktif yang lolos saringan No. 4 tertahan saringan No. 8 adalah material yang paling tinggi kenaikan konduktivitas rata-ratanya pada Gambar 4.6. Kenaikan yang di alami sampel pada saat dimasukan karbon aktif sangat tinggi, dikarenakan oleh tidak telalu bersihnya material dicuci, yang mengakibatkan NaOH masih banyak berada didalam material. Untuk limestone yang telah dipanaskan 600 o C membuat konduktivitas rata-rata air tidak meningkat, seperti yang ada pada Gambar 4.7. Untuk batu bata membuat koduktivitas rata-rata sampel meningkat namun tidak tinggi, ukuran kecil yaitu batu bata yang lolos saringan No. 10 tertahan saringan No. 16 adalah material yang paling tinggi kenaikan konduktivitas rata-ratanya pada Gambar 4.8. Gambar 4.5 Grafik perbandingan antara dosis dari material zeolit dengan perubahan konduktivitas rata-rata
5 47 Gambar 4.6 Grafik perbandingan antara dosis dari material karbon aktif dengan perubahan konduktivitas rata-rata Gambar 4.7 Grafik perbandingan antara dosis dari material limestone dengan perubahan konduktivitas rata-rata
6 48 Gambar 4.8 Grafik perbandingan antara dosis dari material limestone dengan perubahan konduktivitas rata-rata Ketiga, dapat dilihat dari perubahan TDS rata-rata yang terjadi pada saat material dimasukan ke dalam sampel air hujan. Pada Gambar 4.9 dapat disimpulkan bahwa zeolit membuat TDS rata-rata sampel meningkat namun tidak terlalu besar, ukuran besar yaitu zeolit yang lolos saringan No. 8 tertahan saringan No. 10 adalah material yang paling tinggi kenaikan TDS rata-rata nya. Untuk karbon aktif membuat TDS rata-rata sampel meningkat sangat drastis, ukuran besar yaitu karbon aktif yang lolos saringan No. 4 tertahan saringan No. 8 adalah material yang paling tinggi kenaikan TDS rata-ratanya pada Gambar Kenaikan yang di alami sampel pada saat dimasukan karbon aktif sangat tinggi, dikarenakan oleh tidak telalu bersihnya material dicuci, yang mengakibatkan NaOH masih banyak berada didalam material. Untuk limestone yang telah dipanaskan 600 o C membuat TDS rata-rata air tidak meningkat, seperti yang ada pada Gambar Untuk batu bata membuat TDS rata-rata sampel meningkat walau tidak terlalu telihat perubahannya, ukuran kecil yaitu batu bata yang lolos saringan No. 10 tertahan saringan No. 16 adalah material yang paling tinggi kenaikan TDS rataratanya pada Gambar 4.12.
7 49 Gambar 4.9 Grafik perbandingan antara dosis dari material zeolit dengan perubahan TDS rata-rata Gambar 4.10 Grafik perbandingan antara dosis dari material karbon aktif dengan perubahan TDS rata-rata
8 50 Gambar 4.11 Grafik perbandingan antara dosis dari material limestone dengan perubahan TDS rata-rata Gambar 4.12 Grafik perbandingan antara dosis dari material limestone dengan perubahan TDS rata-rata
9 51 Dari hasil diatas, yang diambil menjadi material untuk menjadi material untuk kolom adalah sebagai berikut 1. Zeolit, lolos saringan No. 4 tertahan saringan No. 8 (ukuran besar) 2. Karbon aktif, lolos saringan No. 4 tertahan saringan No. 8 (ukuran besar) 3. Limestone, lolos saringan No. 4 tertahan saringan No. 8 (ukuran besar) Dipilihnya ukuran-ukuran tersebut, dikarenakan oleh tingginya ph yang dapat dicapai dibandingkan dengan kedua ukuran lainnya. Untuk material ketiga, dipilihnya limestone dibandingkan dengan batu bata, dikarenakan kenaikan ph yang sangat siknifikan dan juga tidak berubahnya dari konduktivitas dan TDS Pertimbangan Lama Kontak Material dengan Sampel Untuk zeolit, dilihat dari perubahan ph dari seluruh berat memiliki bentuk yang hampir sama. Pada Gambar 4.13 kenaikan ph yang paling tinggi dialami zeolit lolos saringan No. 4 tertahan saringan No. 8 dengan massa 30 gram dengan nilai paling tinggi adalah 8,09, kenaikan ph yang paling rendah dialami zeolit lolos saringan No. 4 tertahan saringan No. 8 dengan massa 0,5 gram dengan nilai paling rendah 6,29. Pada Gambar 4.14 kenaikan konduktivitas yang paling tinggi dialami zeolit lolos saringan No. 4 tertahan saringan No. 8 dengan massa 30 gram dengan nilai paling tinggi adalah 0,17 ms/m, kenaikan konduktivitas yang paling rendah dialami zeolit lolos saringan No. 4 tertahan saringan No. 8 dengan massa 0,5 gram dengan nilai paling rendah 0,03 ms/m. Pada Gambar 4.15 kenaikan TDS yang paling tinggi dialami zeolit lolos saringan No. 4 tertahan saringan No. 8 dengan massa 30 gram dengan nilai paling tinggi adalah 0,08 ppt, kenaikan TDS yang paling rendah dialami zeolit lolos saringan No. 4 tertahan saringan No. 8 dengan massa 0,5 gram dengan nilai paling rendah 0,01 ppt. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa, pada material zeolit semakin banyak material yang campurkan kedalam sampel akan semakin besar juga angka ph, konduktivitas dan TDS.
10 52 Gambar 4.13 Grafik perbandingan antara waktu kontak material zeolit dengan perubahan ph Gambar 4.14 Grafik perbandingan antara waktu kontak material zeolit dengan perubahan konduktivitas
11 53 Gambar 4.15 Grafik perbandingan antara waktu kontak material zeolit dengan perubahan TDS Untuk karbon aktif, dilihat dari perubahan ph dari seluruh berat memiliki bentuk yang hampir sama. Pada Gambar 4.16 kenaikan ph yang paling tinggi dialami karbon aktif lolos saringan No. 4 tertahan saringan No. 8 dengan massa 30 gram dengan nilai paling tinggi adalah 6,90, kenaikan ph yang paling rendah dialami karbon aktif lolos saringan No. 4 tertahan saringan No. 8 dengan massa 0,5 gram dengan nilai paling rendah 5,28. Pada Gambar 4.17 kenaikan konduktivitas yang paling tinggi dialami karbon aktif lolos saringan No. 4 tertahan saringan No. 8 dengan massa 30 gram dengan nilai paling tinggi adalah 1,26 ms/m, kenaikan konduktivitas yang paling rendah dialami karbon aktif lolos saringan No. 4 tertahan saringan No. 8 dengan massa 0,5 gram dengan nilai paling rendah 0,03 ms/m. Pada Gambar 4.18 kenaikan TDS yang paling tinggi dialami karbon aktif lolos saringan No. 4 tertahan saringan No. 8 dengan massa 30 gram dengan nilai paling tinggi adalah 0,63 ppt, kenaikan TDS yang paling rendah dialami karbon aktif lolos saringan No. 4 tertahan saringan No. 8 dengan massa 0,5 gram dengan nilai paling rendah 0,01 ppt. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa, pada material karbon aktif semakin banyak material yang campurkan kedalam sampel akan semakin besar juga angka ph, konduktivitas dan TDS, namun untuk ph, tidak terlalu meningkat dibandingkan kepada kedua material lainnya dan nilai konduktivitas yang terjadi meningkat lebih tinggi dibandingkan dengan kedua material lainnya.
12 54 Gambar 4.16 Grafik perbandingan antara waktu kontak material karbon aktif dengan perubahan ph Gambar 4.17 Grafik perbandingan antara waktu kontak material karbon aktif dengan perubahan konduktivitas
13 55 Gambar 4.18 Grafik perbandingan antara waktu kontak material karbon aktif dengan perubahan TDS Untuk limestone, dilihat dari perubahan ph dari seluruh berat memiliki bentuk yang hampir sama. Pada Gambar 4.19 kenaikan ph yang paling tinggi dialami limestone lolos saringan No. 4 tertahan saringan No. 8 dengan massa 30 gram dengan nilai paling tinggi adalah 8,04, kenaikan ph yang paling rendah dialami limestone lolos saringan No. 4 tertahan saringan No. 8 dengan massa 0,5 gram dengan nilai paling rendah 7,74. Pada Gambar 4.20 kenaikan konduktivitas yang dialami limestone lolos saringan No. 4 tertahan saringan No. 8 hanya berkisarkan hanya 0,01 dan 0,00 ms/m. Pada Gambar 4.21 kenaikan TDS yang dialami limestone lolos saringan No. 4 tertahan saringan No. 8 hanya berkisarkan hanya 0,01 dan 0,00 ppt. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa, pada material limestone tidak berpengaruh terlalu besar pada nilai ph antara sedikit banyaknya material yang dipakai dan nilai konduktivitas dan TDS tidak mengalami perubahan yang signifikan yang terjadi hanyalah angka 0,00 dan 0,01.
14 56 Gambar 4.19 Grafik perbandingan antara waktu kontak material limestone dengan perubahan ph Gambar 4.20 Grafik perbandingan antara waktu kontak material limestone dengan perubahan konduktivitas
15 57 Gambar 4.21 Grafik perbandingan antara waktu kontak material limestone dengan perubahan TDS Dari hasil diatas, yang diambil menjadi dosis material untuk menjadi dosis material untuk kolom adalah sebagai berikut 1. Untuk zeolit, lolos saringan No. 4 tertahan saringan No. 8 (ukuran besar) dosis yang digunakan adalah berat 7 gram 2. Untuk karbon aktif, lolos saringan No. 4 tertahan saringan No. 8 (ukuran besar) dosis yang digunakan adalah berat 7 gram 3. Untuk limestone hasil kalsinasi 600 o C, lolos saringan No. 4 tertahan saringan No. 8 (ukuran besar) dosis yang digunakan adalah berat 7 gram Dipilihnya berat-berat tersebut, dikarenakan oleh tidak terlalu tingginya kenaikan yang dicapai, dan diharapkan pada saat dilakukannya percobaan filter kolom hasil yang didapat tidak melawati standar yang ada.
16 Penentuan Urutan untuk Kolom Variasi 1: zeolit sebagai lapisan atas, karbon aktif sebagai lapisan tengah, dan limestone sebagai lapisan bawah Dalam variasi ini, dapat dilihat pada Gambar 4.23 bahwa ph mengingkat dengan drastis, dimulai dari pada saat pertama kali kolom yang berisi material sesuai urutan itu dimasukan air, hingga stabil di ph sekitar 8,5 untuk seluruh kecepatan. Untuk kecepatan 25 ml/s kenaikan ph paling kecil 6,39 dan kenaikan ph paling tinggi 8,55. Untuk kecepatan 50 ml/s kenaikan ph paling kecil 6,78 dan kenaikan ph paling tinggi 8,71. Untuk kecepatan 75 ml/s kenaikan ph paling kecil 6,82 dan kenaikan ph paling tinggi 8,78. Namun, dari ketiga kecepatan nilai ph tidak ada yang memenuhi syarat yang berlaku di Permenkes (Peraturan Menteri Kesehatan) No. 492 Tahun Dimana, syarat dari ph adalah antara 6,5 sampai 8,5. Pada Gambar 4.24 dapat dilihat bahwa untuk nilai konduktivitas, naik hingga angka 30 µs/cm pada saat pertama kali kolom yang berisi material sesuai urutan itu dimasukan air, namun semakin lama semakin menurun, hingga pada akhirnya menyentuh angka 0 µs/cm. Pada Gambar 4.25 dapat dilihat bahwa untuk nilai TDS, naik hingga angka 15 mg/l pada saat pertama kali kolom yang berisi material sesuai urutan itu dimasukan air, namun semakin lama semakin menurun, hingga pada akhirnya menyentuh angka 0 mg/l. Dimana, menurut Permenkes (Peraturan Menteri Kesehatan) No. 492 Tahun 2010 syarat dari TDS adalah lebih rendah dari 500mg/L. Maka, seluruh kecepatan memasuki syarat. Zeolit Karbon Aktif Limestone Kapas Gambar 4.22 Variasi 1: zeolit, karbon aktif dan limestone
17 59 Gambar 4.23 Grafik perbandingan antara perubahan ph dengan volume untuk variasi 1 Gambar 4.24 Grafik perbandingan antara perubahan konduktivitas dengan volume untuk variasi 1
18 60 Gambar 4.25 Grafik perbandingan antara perubahan tds dengan volume untuk variasi 1 Variasi 2 : zeolit sebagai lapisan atas, karbon aktif sebagai lapisan tengah, dan limestone sebagai lapisan bawah Dalam variasi ini, dapat dilihat pada Gambar 4.27 bahwa ph mengingkat dengan drastis, dimulai dari pada saat pertama kali kolom yang berisi material sesuai urutan itu dimasukan air, hingga stabil di ph sekitar 8,5 untuk seluruh kecepatan. Untuk kecepatan 25 ml/s kenaikan ph paling kecil 6,92 dan kenaikan ph paling tinggi 8,49. Untuk kecepatan 50 ml/s kenaikan ph paling kecil 6,32 dan kenaikan ph paling tinggi 8,57. Untuk kecepatan 75 ml/s kenaikan ph paling kecil 6,92 dan kenaikan ph paling tinggi 8,72. Namun, dari ketiga kecepatan nilai ph tidak ada yang memenuhi syarat yang berlaku di Permenkes (Peraturan Menteri Kesehatan) No. 492 Tahun Dimana, syarat dari ph adalah antara 6,5 sampai 8,5. Pada Gambar 6.28 dapat dilihat bahwa untuk nilai konduktivitas, naik hingga angka 40 µs/cm pada saat pertama kali kolom yang berisi material sesuai urutan itu dimasukan air, namun semakin lama semakin menurun, hingga pada akhirnya menyentuh angka 0 µs/cm. Pada Gambar 6.29 dapat dilihat bahwa untuk nilai TDS, naik hingga angka 20 mg/l pada saat pertama kali
19 61 kolom yang berisi material sesuai urutan itu dimasukan air, namun semakin lama semakin menurun, hingga pada akhirnya menyentuh angka 0 mg/l. Dimana menurut Permenkes (Peraturan Menteri Kesehatan) No. 492 Tahun 2010 syarat dari TDS adalah lebih rendah dari 500mg/L. Maka, seluruh kecepatan memasuki syarat. Zeolit Limestone Karbon Aktif Kapas Gambar 4.26 Variasi 2: zeolite, limestone dan karbon aktif Gambar 4.27 Grafik perbandingan antara perubahan ph dengan volume untuk variasi 2
20 62 Gambar 4.28 Grafik perbandingan antara perubahan konduktivitas dengan volume untuk variasi 2 Gambar 4.29 Grafik perbandingan antara perubahan TDS dengan volume untuk variasi 2
21 63 Variasi 3 : zeolit sebagai lapisan atas, karbon aktif sebagai lapisan tengah, dan limestone sebagai lapisan bawah Dalam variasi ini, dapat dilihat pada Gambar 4.31 bahwa ph mengingkat dengan drastis, dimulai dari pada saat pertama kali kolom yang berisi material sesuai urutan itu dimasukan air, hingga stabil di ph sekitar 8,5 untuk seluruh kecepatan. Untuk kecepatan 25 ml/s kenaikan ph paling kecil 7,28 dan kenaikan ph paling tinggi 8,55. Untuk kecepatan 50 ml/s kenaikan ph paling kecil 6,59 dan kenaikan ph paling tinggi 8,62. Untuk kecepatan 75 ml/s kenaikan ph paling kecil 6,39 dan kenaikan ph paling tinggi 8,64. Namun, dari ketiga kecepatan nilai ph tidak ada yang memenuhi syarat yang berlaku di Permenkes (Peraturan Menteri Kesehatan) No. 492 Tahun Dimana, syarat dari ph adalah antara 6,5 sampai 8,5. Pada Gambar 4.32 dapat dilihat bahwa untuk nilai konduktivitas, naik hingga angka 30 µs/cm pada saat pertama kali kolom yang berisi material sesuai urutan itu dimasukan air, namun semakin lama semakin menurun, hingga pada akhirnya menyentuh angka 0 µs/cm. Pada Gambar 4.33 dapat dilihat bahwa untuk nilai TDS, naik hingga angka 15 mg/l pada saat pertama kali kolom yang berisi material sesuai urutan itu dimasukan air, namun semakin lama semakin menurun, hingga pada akhirnya menyentuh angka 0 mg/l. Dimana, menurut Permenkes (Peraturan Menteri Kesehatan) No. 492 Tahun 2010 syarat dari TDS adalah lebih rendah dari 500mg/L. Maka seluruh kecepatan memasuki syarat. Limestone Zeolit Karbon Aktif Kapas Gambar 4.30 Variasi 3: limestone, zeolit dan karbon aktif
22 64 Gambar 4.31 Grafik perbandingan antara perubahan ph dengan volume untuk variasi 3 Gambar 4.32 Grafik perbandingan antara perubahan konduktivitas dengan volume untuk variasi 3
23 65 Gambar 4.33 Grafik perbandingan antara perubahan TDS dengan volume untuk variasi 3 Variasi 4 : Campuran Dalam variasi ini, dapat dilihat pada Gambar 4.35 bahwa ph mengingkat dengan drastis, dimulai dari pada saat pertama kali kolom yang berisi material sesuai urutan itu dimasukan air, hingga stabil di ph sekitar 8,5 untuk seluruh kecepatan. Untuk kecepatan 25 ml/s kenaikan ph paling kecil 6,82 dan kenaikan ph paling tinggi 9,50. Untuk kecepatan 50 ml/s kenaikan ph paling kecil 6,32 dan kenaikan ph paling tinggi 9,53. Untuk kecepatan 75 ml/s kenaikan ph paling kecil 6,35 dan kenaikan ph paling tinggi 9,12. Namun, dari ketiga kecepatan nilai ph tidak ada yang memenuhi syarat yang berlaku di Permenkes (Peraturan Menteri Kesehatan) No. 492 Tahun Dimana, syarat dari ph adalah antara 6,5 sampai 8,5. Pada Gambar 4.36 dapat dilihat bahwa untuk nilai konduktivitas, naik hingga angka 30 µs/cm pada saat pertama kali kolom yang berisi material sesuai urutan itu dimasukan air, namun semakin lama semakin menurun, hingga pada akhirnya menyentuh angka 0 µs/cm. Pada Gambar 4.37 dapat dilihat bahwa untuk nilai TDS, naik hingga angka 15 mg/l pada saat pertama kali kolom yang berisi material sesuai urutan itu dimasukan air, namun semakin lama
24 66 semakin menurun, hingga pada akhirnya menyentuh angka 0 mg/l. Dimana, menurut Permenkes (Peraturan Menteri Kesehatan) No. 492 Tahun 2010 syarat dari TDS adalah lebih rendah dari 500mg/L. Maka, seluruh kecepatan memasuki syarat. Campuran Kapas Gambar 4.34 Variasi 4: campuran Gambar 4.35 Grafik perbandingan antara perubahan ph dengan volume untuk variasi 4
25 67 Gambar 4.36 Grafik perbandingan antara perubahan konduktivitas dengan volume untuk variasi 4 Gambar 4.37 Grafik perbandingan antara perubahan TDS dengan volume untuk variasi 4
26 68 Gambar 4.38 Perubahan secara fisik, dimulai dari sebelum dimasukan kedalam kolom (kiri), 200 ml, 400 ml, 600 ml, 800 ml, 1000 ml. Tabel 4.1 Tabel perbandingan hasil dengan standart Indonesia Permenkes (Peraturan Menteri Kesehatan) No. 492 Tahun 2010 tentang persyaratan kualitas air minum Parameter Variasi Debit Air Keluar Min Max Akhir Standar Indonesia ph ml/s 6,39 8,55 8,55 50 ml/s 6,78 8,71 8,52 75 ml/s 6,82 8,78 8,74 25 ml/s 6,92 8,49 8,42 50 ml/s 6,32 8,57 8,52 75 ml/s 6,92 8,72 8,32 25 ml/s 7,28 8,55 8,20 50 ml/s 6,59 8,62 8,26 75 ml/s 6,39 8,64 8,25 25 ml/s 6,82 9,50 9,49 50 ml/s 6,32 9,53 9,26 75 ml/s 6,35 9,12 8,92 6,5-8,5
27 69 Tabel 4.2 (Lanjutan) Konduktivitas TDS ml/s 0,00 30,00 0,00 50 ml/s 0,00 30,00 0,00 75 ml/s 0,00 30,00 0,00 25 ml/s 0,00 30,00 0,00 50 ml/s 0,00 30,00 0,00 75 ml/s 0,00 40,00 0,00 25 ml/s 0,00 30,00 0,00 50 ml/s 0,00 30,00 0,00 75 ml/s 0,00 30,00 0,00 25 ml/s 0,00 20,00 0,00 50 ml/s 0,00 30,00 0,00 75 ml/s 0,00 20,00 0,00 25 ml/s 0,00 15,00 0,00 50 ml/s 0,00 15,00 0,00 75 ml/s 0,00 15,00 0,00 25 ml/s 0,00 15,00 0,00 50 ml/s 0,00 15,00 0,00 75 ml/s 0,00 20,00 0,00 25 ml/s 0,00 15,00 0,00 50 ml/s 0,00 15,00 0,00 75 ml/s 0,00 15,00 0,00 25 ml/s 0,00 10,00 0,00 50 ml/s 0,00 15,00 0,00 75 ml/s 0,00 10,00 0,00 Tidak Ada 500 mg/l 4.3. Pengecekan Hasil Akhir Dari seluruh hasil diatas, ditemukan hanya ada satu variasi yang memenuhi syarat yang dikeluarkan dari Permenkes (Peraturan Menteri Kesehatan) No. 492 Tahun 2010, yaitu variasi kedua (zeolit sebagai lapisan atas, limestone sebagai lapisan tengah, dan karbon aktif sebagai lapisan bawah) dengan kecepatan 25 m/s. Kemudian, dilakukan pengulangan kembali. Maka, hasil yang didapat disajikan pada Gambar 3.39 sampai Gambar 3.41.
28 70 Gambar 4.39 Grafik perbandingan antara perubahan ph dengan volume Gambar 4.40 Grafik perbandingan antara perubahan konduktivitas dengan volume
29 71 Gambar 4.41 Grafik perbandingan antara perubahan TDS dengan volume Tabel 4.2 Tabel perbandingan hasil akhir dengan Standar Indonesia Permenkes (Peraturan Menteri Kesehatan) No. 492 Tahun 2010 tentang persyaratan kualitas air minum Parameter Variasi Debit Air Keluar Min Max Akhir Standar Indonesia ph Zeolit, 7,52 8,47 8,35 6,5-8,5 Konduktivitas Limestone, 25 ml/s 0,00 20,00 0,00 - TDS Karbon Aktif 0,00 10,00 0, Kemudian, dilakukan pengujian kandungan kimia yang ada didalam hasil sampel. Dikumpulkan 2 liter sampel awal dan 2 liter sampel akhir. Pengujian dilakukan di labolatorium lingkungan hidup PT. UNILAB PERDANA yang terletak di Jalan Ciledug Raya No. 10, Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta.
30 72 Tabel 4.3 Hasil pengujian hasil sampel di PT. UNILAB PERDANA dengan Persyaratan Permenkes (Peraturan Menteri Kesehatan) No. 492 Tahun 2010 tentang persyaratan kualitas air minum No. Parameter Satuan Syarat Maksimum Fisik Sampel Awal Sampel Akhir 1 Bau - tidak berbau tidak berbau tidak berbau 2 Warna TCU 15 < TDS mg/l Kekeruhan NTU tidak berasa tidak berasa 5 Rasa - tidak berasa Kimiawi 6 Besi (Fe) mg/l 0,3 <0, ,154 7 Kesadahan mg/l 500 2,3 25,9 8 Khlorida (Cl) mg/l ,6 9 Mangan (Mn) mg/l 0,4 <0,00289 <0, ph (insitu) 26 o C - 6,5-8,5 6 7,4 11 Sulfat (SO 2-4 ) mg/l 250 0,7 2,8 12 Sodium (Na) mg/l 200 0,533 12,3 bicarbonat 13 (HCO 3 ) mg/l - 8,6 31,7 14 Karbonat (CO 3 ) mg/l - <1,0 <1,0
31 73 Tabel 4.4 Hasil pengujian hasil sampel Di PT. UNILAB PERDANA dengan Persyaratan Standard WHO Edisi Ke-4 No. Parameter Satuan Syarat Maksimum Sampel Awal Sampel Akhir Fisik 1 Bau - tidak berbau tidak berbau tidak berbau 2 Warna TCU 15 < TDS mg/l Kekeruhan NTU Rasa - tidak berasa tidak berasa tidak berasa Kimiawi 6 Besi (Fe) mg/l - <0, ,154 7 Kesadahan mg/l - 2,3 25,9 8 Khlorida (Cl) mg/l ,6 9 Mangan (Mn) mg/l 0,4 <0,00289 <0, ph (insitu) 26 o C ,4 11 Sulfat (SO 4 2- ) mg/l - 0,7 2,8 12 Sodium (Na) mg/l 50 0,533 12,3 13 bicarbonat (HCO 3 ) mg/l - 8,6 31,7 14 Karbonat (CO 3 ) mg/l - <1,0 <1,0 Dari hasil diatas, dapat dinyatakan bahwa bahwa hasil dari pengujian ini dapat dijadikan air minum dikarenakan oleh seluruh parameter masuk ke dalam syarat yang telah ditentukan oleh Permenkes (Peraturan menteri kesehatan) no. 492 tahun 2010 tentang persyaratan kualitas air minum dan juga standard WHO edisi ke Perbandingan Hasil Penelitian dengan Penelitian Sebelumnya Penelitian lain yang telah dilakukan adalah pada tahun 2014 dengan judul Enhancement of Rainwater Quality Using Limestone, Zeolite & Activated Carbon Filter for Potable Water, yang dilakukan oleh Foong Yang Han di Universitas Sains Malaysia pada tahun 2014.
32 74 Tabel 4.5 Perbandingan hasil penelitian di laboratorium dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Foong Han Yang (2014) No. Parameter Satuan Foong Han Yang (2014) Hasil Penelitian 1 Bau - - tidak berbau 2 Warna TCU TDS mg/l 8, Kekeruhan NTU 19 5 Rasa - tidak berasa 6 Besi (Fe) mg/l - 0,154 7 Kesadahan mg/l - 25,9 8 Khlorida (Cl) mg/l ,6 9 Mangan (Mn) mg/l - <0, ph (insitu) 26 o C - 7,03 7,4 11 Sulfat (SO 4 2- ) mg/l 1,47 2,8 12 Sodium (Na) mg/l 9,018 12,3 13 bicarbonat (HCO 3 ) mg/l - 31,7 14 Karbonat (CO 3 ) mg/l - <1,0 Perbedaan antara penelitian yang telah dilakukan oleh Foong Han Yang dengan penelitian ini disajikan didalam Tabel 4.6. Tabel 4.6 Perbedaan variasi antara penelitian di laboratorium dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Foong Han Yang (2014) No. Foong Han Yang (2014) 1 Kolom digunakan menggunakan pompa otomatis 2 Kolom yang paling baik yang didapatkan adalah limestone, zeolit yang telah dibersihkan, dan karbon aktif yang telah dibersihkan Penelitian Ini Kolom yang digunakan menggunakan gravitasi untuk menentukan kecepatannya Kolom yang paling baik yang didapatkan adalah zeolit, limestone dan karbon aktif
33 Perbandingan Hasil Pengolahan dengan Pencampuran NaOH Pada saat sampel dimasukan NaOH kenaikan ph sangat pesat. Dan pada tetes ke 5 sudah melebihi sedikit dari batas yang disyaratkan oleh Permenkes No. 492 tahun Lebih lanjut dapat dilihat dari tabel berikut. Tabel 4.7 Perubahan parameter (ph, konduktivitas dan TDS) pada saat sampel dimasukan tetesan NaOH NaOH (Tetes) Konsentrasi (mg/l) ph Konduktivitas TDS 0 0 6,00 0,01 0, ,75 0,01 0, ,03 0,01 0, ,63 0,01 0, ,17 0,01 0, ,53 0,02 0, ,92 0,02 0, ,31 0,02 0, ,00 0,02 0,01 Gambar 4.42 Grafik perbandingan antara perubahan ph dengan konsentrasi NaOH
34 76
PERBAIKAN KUALITAS AIR HUJAN MENGGUNAKAN KARBON AKTIF BATU BATA LIMESTONE DAN ZEOLIT UNTUK AIR MINUM
PERBAIKAN KUALITAS AIR HUJAN MENGGUNAKAN KARBON AKTIF BATU BATA LIMESTONE DAN ZEOLIT UNTUK AIR MINUM Yuliyanto Sentoso, Meilani, S. Syafalni School of Civil Engineering, Universitas Bina Nusantara 11480
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI 3.1 Penelitian Secara Umum
BAB 3 METODOLOGI 3.1 Penelitian Secara Umum Dalam bab ini menjelaskan cara penelitian yang dilakukan untuk menaikkan kualitas air hujan dengan batu kapur, baru kapur yang dipanaskan 400 C, karbon aktif
Lebih terperinciPERBAIKAN KUALITAS AIR TANAH DANGKAL DENGAN MENGGUNAKAN KARBON AKTIF, BATU KAPUR/KARANG DAN ZEOLIT UNTUK AIR MINUM*
PERBAIKAN KUALITAS AIR TANAH DANGKAL DENGAN MENGGUNAKAN KARBON AKTIF, BATU KAPUR/KARANG DAN ZEOLIT UNTUK AIR MINUM* Ismail Abdullah Universitas Bina Nusantara, Jl. KH. Syahdan No. 9 Kemanggisan Jakarta
Lebih terperinciBAB 3 Metodologi Penulisan
BAB 3 Metodologi Penulisan 3.1. Pendekatan Penelitian Pendekatan Penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Peninjauan pustaka perihal teori-teori yang berkaitan dengan penelitian
Lebih terperinciBAB IV TINJAUAN SUMBER AIR BAKU AIR MINUM
BAB IV TINJAUAN SUMBER AIR BAKU AIR MINUM IV.1. Umum Air baku adalah air yang memenuhi baku mutu air baku untuk dapat diolah menjadi air minum. Air baku yang diolah menjadi air minum dapat berasal dari
Lebih terperinciBAB IV TINJAUAN AIR BAKU
BAB IV TINJAUAN AIR BAKU IV.1 Umum Air baku adalah air yang berasal dari suatu sumber air dan memenuhi baku mutu air baku untuk dapat diolah menjadi air minum. Sumber air baku dapat berasal dari air permukaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air merupakan komponen utama untuk kelangsungan hidup manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan komponen utama untuk kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain. Air merupakan kebutuan yang sangat vital bagi manusia. Air yang layak diminum,
Lebih terperinciLOGO. Studi Penggunaan Ferrolite sebagai Campuran Media Filter untuk Penurunan Fe dan Mn Pada Air Sumur. I Made Indra Maha Putra
LOGO I Made Indra Maha Putra 3308100041 Pembimbing : Alfan Purnomo, S.T.,M.T. Studi Penggunaan Ferrolite sebagai Campuran Media Filter untuk Penurunan Fe dan Mn Pada Air Sumur Sidang Lisan Tugas Akhir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah keadaan lingkungan. Salah satu komponen lingkungan. kebutuhan rumah tangga (Kusnaedi, 2010).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat di antaranya tingkat ekonomi, pendidikan, keadaan lingkungan, dan kehidupan sosial budaya. Faktor yang penting
Lebih terperinciPromotif, Vol.5 No.2, April 2016 Hal PENGARUH JUMLAH KARBON AKTIF PADA FILTER AIR TERHADAP TEKANAN KELUARAN HASIL FILTER
PENGARUH JUMLAH KARBON AKTIF PADA FILTER AIR TERHADAP TEKANAN KELUARAN HASIL FILTER 1) Arief Muliawan, 2) Finta Amalinda 1) Sekolah Tinggi Ilmu Teknologi Bontang 2) Bagian Biostatistik Dan kependudukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air bersih merupakan salah satu dari sarana dasar yang paling dibutuhkan oleh masyarakat.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air bersih merupakan salah satu dari sarana dasar yang paling dibutuhkan oleh masyarakat. Kebutuhan air bersih di daerah pedesaan dan pinggiran kota untuk
Lebih terperinciBAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Hasil Pengamatan Tabel 2. Hasil Pengamatan Karbon Aktif tanpa Penambahan Zeolit Volume Volume t V1 ph V2 buffer EBT (menit) (ml) (ml) (tetes) (tetes) awal Sesudah Kesadahan
Lebih terperinciLampiran 1. Diagram alir instalasi pengolahan air Dekeng
59 Lampiran 1. Diagram alir instalasi pengolahan air Dekeng 60 Lampiran 2. Diagram alir pengolahan air oleh PDAM TP Bogor 61 Lampiran 3. Perbandingan antara kualitas air baku dengan baku mutu pemerintah
Lebih terperinciLampiran 1. Data Penentuan Panjang Gelombang Maksimum dari Larutan Seri Standar Fe(NH 4 ) 2 ( SO 4 ) 2 6H 2 O 0,8 mg/l
Lampiran 1. Data Penentuan Panjang Gelombang Maksimum dari Larutan Seri Standar Fe(NH 4 ) 2 ( SO 4 ) 2 6H 2 O 0,8 mg/l No Panjang Gelombang % T Absorbansi (nm) 1 500 75 0,1249 2 505 74 0,1308 3 510 73
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia di dunia ini. Air digunakan untuk memenuhi kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan manusia di dunia ini. Air digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari disegala
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penduduk Kabupaten Kotawaringin Barat sebagian besar. menggunakan air sungai / air sumur untuk kegiatan sehari-hari seperti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Penduduk Kabupaten Kotawaringin Barat sebagian besar menggunakan air sungai / air sumur untuk kegiatan sehari-hari seperti mencuci, dan mandi. Jenis air yang digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan suatu unsur penting dalam kehidupan manusia untuk berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat konsumsi air minum dalam kemasan semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang dikaitkan dengan suatu kegiatan atau keperluan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang dikaitkan dengan suatu kegiatan atau keperluan tertentu (Efendi, 2003). Dengan demikian, kualitas air
Lebih terperinciLampiran 1. Kebutuhan air di kampus IPB Dramaga saat libur
LAMPIRAN 55 Lampiran 1. Kebutuhan air di kampus IPB Dramaga saat libur Hari/ Tgl Menara Fahutan No Jam Meteran terbaca Volume Ketinggian Air Di Air Menara Terpakai Keterangan (m 3 ) (m 3 ) (m 3 ) 1 6:00
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. industri berat maupun yang berupa industri ringan (Sugiharto, 2008). Sragen
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai usaha telah dilaksanakan oleh pemerintah pada akhir-akhir ini untuk meningkatkan taraf hidup serta kesejahteraan masyarakat yang dicita-citakan yaitu masyarakat
Lebih terperinciV. KESIMPULAN DAN SARAN
56 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Air minum isi ulang yang memenuhi syarat kesehatan menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum adalah
Lebih terperinciBuletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology) Vol. 22 No. 1 April 2012 : 1-8
Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology) Vol. 22 No. 1 April 2012 : 1-8 KAJIAN KUANTITAS DAN KUALITAS AIR TANAH DI CEKUNGAN AIR TANAH BANDUNG-SOREANG TAHUN 2007-2009 (STUDY ON
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Sebelumnya Penelitian ini dilakukan tidak terlepas dari hasil penelitian-penelitian terdahulu yang pernah dilakukan sebagai bahan perbandingan dan kajian. Adapun hasil-hasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh manusia itu sendiri (Mulia, 2005). fungsi tersebut dengan sempurna. Konsumsi air rata-rata setiap orang adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan mahkluk hidup di bumi. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Penggunaan
Lebih terperinciBAB IV GEOKIMIA AIR PANAS
4.1 Tinjauan Umum. BAB IV GEOKIMIA AIR PANAS Salah satu jenis manifestasi permukaan dari sistem panas bumi adalah mata air panas. Berdasarkan temperatur air panas di permukaan, mata air panas dapat dibedakan
Lebih terperinciSTUDI AWAL REVERSE OSMOSIS TEKANAN RENDAH UNTUK AIR PAYAU DENGAN KADAR SALINITAS DAN SUSPENDED SOLID RENDAH
STUDI AWAL REVERSE OSMOSIS TEKANAN RENDAH UNTUK AIR PAYAU DENGAN KADAR SALINITAS DAN SUSPENDED SOLID RENDAH RENNY AIDATUL AZFAH Dosen Pembimbing: Ir. EDDY S. SOEDJONO, Dipl.SE, M,Sc, Ph.D 1 LATAR BELAKANG
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR: 429/ MENKES/ PER/ IV/ 2010 TANGGAL: 19 APRIL 2010 PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM
PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR: 429/ MENKES/ PER/ IV/ 2010 TANGGAL: 19 APRIL 2010 PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM I. PARAMETER WAJIB No. Jenis Parameter Satuan Kadar Maksimum Yang Diperbolehkan 1. Parameter
Lebih terperinciUji Kinerja Alat Penjerap Warna dan ph Air Gambut Menggunakan Arang Aktif Tempurung Kelapa Suhendra a *, Winda Apriani a, Ellys Mei Sundari a
Uji Kinerja Alat Penjerap Warna dan ph Air Gambut Menggunakan Arang Aktif Tempurung Kelapa Suhendra a *, Winda Apriani a, Ellys Mei Sundari a a Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Sambas Jalan Raya
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Hasil Percobaan Pengumpulan data hasil percobaan diperoleh dari beberapa pengujian, yaitu: a. Data Hasil Pengujian Sampel Awal Data hasil pengujian
Lebih terperinciANALISA KOMPOSIT ARANG KAYU DAN ARANG SEKAM PADI PADA REKAYASA FILTER AIR
NASKAH PUBLIKASI ANALISA KOMPOSIT ARANG KAYU DAN ARANG SEKAM PADI PADA REKAYASA FILTER AIR Tugas Akhir ini disusun Guna Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana S1 pada Jurusan Teknik Mesin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. digunakan oleh manusia untuk keperluan sehari-harinya yang memenuhi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan zat paling dibutuhkan bagi kehidupan manusia. Air yang dimaksud adalah air tawar atau air bersih yang akan secara langsung dapat dipakai di kehidupan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
20 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air bersih tentunya sangat berkaitan erat dengan kehidupan manusia. Permasalahan air bersih memang permasalahan yang sangat kompleks untuk saat ini, dengan padatnya
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. panasbumi di permukaan berupa mataair panas dan gas. penafsiran potensi panasbumi daerah penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek yang akan diamati dalam penelitian ini adalah manifestasi panasbumi di permukaan berupa mataair panas dan gas. Penelitian dikhususkan kepada aspek-aspek
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air adalah kebutuhan pokok bagi semua makhluk hidup di dunia. Air dapat berbentuk padat, cair, dan gas. Air di bumi digolongkan menjadi 3 bagian pokok, yaitu air hujan,
Lebih terperinciOleh: Rizqi Amalia ( ) Dosen Pembimbing: Welly Herumurti ST. M.Sc
Oleh: Rizqi Amalia (3307100016) Dosen Pembimbing: Welly Herumurti ST. M.Sc JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2011 KERANGKA PENELITIAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. makhluk hidup, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan. Akses terhadap air
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan pokok makhluk hidup, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan. Akses terhadap air bersih masih menjadi salah satu persoalan
Lebih terperinciBAB IV HASIL & PEMBAHASAN
BAB IV HASIL & PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Sampel Hasil pengujian sampel air yang berasal dari tandon Masjid K. H. Ahmad Dahlan UMY yang dilakukan oleh BBTKLPP Yogyakarta adalah sebagai berikut : Parameter
Lebih terperinci12/3/2015 PENGOLAHAN AIR PENGOLAHAN AIR PENGOLAHAN AIR 2.1 PENDAHULUAN
Air adalah salah satu bahan pokok (komoditas) yang paling melimpah di alam tetapi juga salah satu yang paling sering disalahgunakan Definisi Water Treatment (Pengolahan Air) Suatu proses/bentuk pengolahan
Lebih terperinciLAMPIRAN A DATA HASIL PENGUJIAN KARBON AKTIF KAYU BAKAU
LAMPIRAN A DATA HASIL PENGUJIAN KARBON AKTIF KAYU BAKAU 1. Kadar Air Suhu Massa awal Massa akhir (gr) ( o C) (gr) I II III IV V 500 4,77 4,82 4,80 4,79 4,80 600 4,64 4,63 4,64 4,65 4,64 700 5 4,53 4,54
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Air merupakan komponen yang sangat penting dalam kehidupan. Bagi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan komponen yang sangat penting dalam kehidupan. Bagi manusia, air digunakan dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari seperti mencuci, mandi, memasak dan sebagainya.
Lebih terperinciEVALUASI KUALITAS AIR MINUM PADA HIPPAM DAN PDAM DI KOTA BATU
EVALUASI KUALITAS AIR MINUM PADA HIPPAM DAN PDAM DI KOTA BATU Afandi Andi Basri,1), Nieke Karnaningroem 2) 1) Teknik Sanitasi Lingkungan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Jurusan Teknik Lingkungan FTSP
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN A. Tahap Penelitian Kegiatan penelitian ini bertujuan untuk mengolahan kualitas air dimulai dengan studi pustaka/study literature mencari data dan informasi yang berkaitan dengan
Lebih terperinciKAJIAN KUALITAS AIR UNTUK AKTIFITAS DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) KRUENG ACEH Susi Chairani 1), Siti Mechram 2), Muhammad Shilahuddin 3) Program Studi Teknik Pertanian 1,2,3) Fakultas Pertanian, Universitas
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 DAFTAR PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM. - Mg/l Skala NTU - - Skala TCU
85 LAMPIRAN 1 PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR : 416/MENKES/PER/IX/1990 TANGGAL : 3 SEPTEMBER 1990 DAFTAR PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. No Parameter Satuan A. FISIKA Bau Jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. demikian, masyarakat akan memakai air yang kurang atau tidak bersih yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan yang pertama bagi terselenggaranya kesehatan yang baik adalah tersedianya air yang memadai dari segi kuantitas dan kualitasnya yang memenuhi syarat kebersihan
Lebih terperinciANALISISN AIR METODE TITRIMETRI TENTANG KESADAHAN AIR. Oleh : MARTINA : AK
ANALISISN AIR METODE TITRIMETRI TENTANG KESADAHAN AIR Oleh : MARTINA : AK.011.046 A. PENGERTIAN AIR senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia dan makhluk hidup lainnya karena fungsinya
Lebih terperinciBAB VI INTERPRETASI DATA GEOKIMIA
BAB VI INTERPRETASI DATA GEOKIMIA Pada Tahun 2008, tim dari kelompok penelitian Program Panas Bumi, Pusat Sumber Daya Geologi, melakukan penyelidikan geokimia pada daerah lapangan panas bumi Tambu. Penyelidikan
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Kerja Penelitian Pelaksanaan penelitian di PDAM Kota Surakarta dilaksanakan mulai tanggal 17 Februari 2010 sampai dengan tanggal 27 Februari 2010 3.2. Metode
Lebih terperinciBAB V ANALISIS PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Hasil Uji Lab BBTKLPP Yogyakrta. Hasil
BAB V ANALISIS PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Hasil pengujian sampel air yang berasal dari air di Masjid K.H.A. Dahlan UMY yang dilakukan oleh BBTKLPP Yogyakarta didapatkan hasil sebagai berikut : Tabel
Lebih terperinciBAB III UJI MATERIAL
BAB III UJI MATERIAL 3.1. Uraian Umum Eksperimen dalam analisa merupakan suatu langkah eksak dalam pembuktian suatu ketentuan maupun menentukan sesuatu yang baru. Dalam ilmu pengetahuan dibidang teknik
Lebih terperinciBAB III METODE PERCOBAAN. - Kuvet 20 ml. - Pipet Volume 10 ml Pyrex. - Pipet volume 0,5 ml Pyrex. - Beaker glass 500 ml Pyrex
BAB III METODE PERCOBAAN 3.1. Alat-alat - Kuvet 20 ml - Pipet Volume 10 ml Pyrex - Pipet volume 0,5 ml Pyrex - Pipet Tetes - Botol aquadest - Beaker glass 500 ml Pyrex - Colorimeter DR/890 Hach USA 3.2.
Lebih terperinciAir merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan manusia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan manusia. Karena itu jika kebutuhan akan air tersebut belum tercukupi maka akan memberikan dampak yang sangat
Lebih terperinciBAB IV HASIL YANG DI CAPAI DAN POTENSI KHUSUS
35 BAB IV HASIL YANG DI CAPAI DAN POTENSI KHUSUS 4.1 PENDAHULUAN Secara umum, bab ini akan membahas pengaruh metode scaling terhadap fluks permeat yang dilihat dengan membandingkan fluks permeat yang dihasilkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat penting bagi kehidupan dan perikehidupan manusia, serta untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki fungsi sangat penting bagi kehidupan dan perikehidupan manusia, serta untuk memajukan kesejahteraan umum sehingga
Lebih terperinciBAB IV DATA DAN ANALISA
BAB IV DATA DAN ANALISA 4.1 Sistem Refrigerasi Kompresi Uap Perhitungan dan analisa sistem refrigerasi kompresi uap diambil pada menit terakhir yaitu menit ke-360 atau jam ke-6. Diambil pada menit terakhir
Lebih terperinciAPLIKASI TEKNOLOGI FILTRASI UNTUK MENGHASILKAN AIR BERSIH DARI AIR HASIL OLAHAN IPAL DI RUMAH SAKIT ISLAM SURABAYA
APLIKASI TEKNOLOGI FILTRASI UNTUK MENGHASILKAN AIR BERSIH DARI AIR HASIL OLAHAN IPAL DI RUMAH SAKIT ISLAM SURABAYA Damiyana Krismayasari**) dan Sugito*) Abstrak : Peningkatan jumlah pasien dan pelayanan
Lebih terperinciKESETIMBANGAN. titik setimbang
KESETIMBANGAN STANDART KOMPETENSI;. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang berpengaruh, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. KOMPETENSI DASAR;.. Menjelaskan kestimbangan
Lebih terperinciRahmat Puji Ermawan¹, Tri Budi Prayogo², Evi Nur Cahya²
Studi Efektifitas Filter Penjernih Air Tanah Menggunakan Media Zeolite, Karbon Aktif, Pasir Silika, Dan Kerikil Untuk Mengurangi Kadar Parameter Pada Kualitas Air Minum Rahmat Puji Ermawan¹, Tri Budi Prayogo²,
Lebih terperinciBAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN IV.1 Hasil Percobaan Percobaan proses demineralisasi untuk menghilangkan ionion positif dan negatif air PDAM laboratorium TPA menggunakan tangki penukar ion dengan
Lebih terperinciPenentuan status mutu air dengan sistem STORET di Kecamatan Bantar Gebang
Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 2 No. 2 Juni 27: 113118 Penentuan status mutu air dengan sistem STORET di Kecamatan Bantar Gebang Bethy Carolina Matahelumual Pusat Lingkungan Geologi, Jln. Diponegoro No.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagus dan sehat. Kualitas air meliputi sifat air dengan segala komponen yang ada di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air peranannya sangat penting bagi seluruh makhluk hidup. Dalam kehidupan sehari-hari air memiliki manfaat yang sangat besar sehingga kualitas air haruslah bagus dan
Lebih terperinciAir mineral SNI 3553:2015
Standar Nasional Indonesia ICS 67.160.20 Air mineral Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN A. Tahap Penelitian Tahapan penelitian pengolahan kualitas air dimulai dengan studi pustaka/study literatur mencari data dan informasi yang berkaitan dengan penelitian, dilanjutkan
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut : Mulai
BAB IV METODE PENELITIAN A. Tahap Penelitian Tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut : Mulai Studi pustaka / studi literator Persiapan : 1. Survey lapangan 2. Lokasi penelitian
Lebih terperinciJurnal Einstein 2 (2) (2015): Jurnal Einstein. Available online
Jurnal Einstein 2 (2) (215): 22-32 Jurnal Einstein Available online http://jurnal.unimed.ac.id/212/index.php/einstein PENGARUH UKURAN BUTIRAN DAN KETEBALAN LAPISAN PASIR TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR YANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dan semua makhluk hidup butuh air. Air merupakan material
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dan semua makhluk hidup butuh air. Air merupakan material yang membuat kehidupan terjadi di bumi. Menurut dokter dan ahli kesehatan manusia wajib minum air putih
Lebih terperinciBAB V ANALISA DAN PEMILIHAN UNIT INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM
BAB V ANALISA DAN PEMILIHAN UNIT INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM V.1 Umum Pemilihan unit-unit pengolahan air minum merupakan hal yang sangat penting dalam merencanakan suatu instalasi pengolahan air minum.
Lebih terperinci3. METODE PENELITIAN
3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April Agustus 2009 di Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Pakuan Kota Bogor. Lokasi pengambilan contoh (Dekeng)
Lebih terperinciSEMINAR TUGAS AKHIR PENYISIHAN KESADAHAN DENGAN PROSES KRISTALISASI DALAM REAKTOR TERFLUIDISASI DENGAN MEDIA PASIR OLEH: MYRNA CEICILLIA
SEMINAR TUGAS AKHIR PENYISIHAN KESADAHAN DENGAN PROSES KRISTALISASI DALAM REAKTOR TERFLUIDISASI DENGAN MEDIA PASIR OLEH: MYRNA CEICILLIA 3306100095 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 2. Rumusan Masalah 3. Batasan
Lebih terperinciUCAPAN TERIMA KASIH. Penulis
ABSTRAK Akibat pengaruh manusia air mengalami penurunan kualitas, air limbah sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia sedangkan, air bersih banyak berkurang jumlahnya yang dapat diambil langsung dari
Lebih terperinciPengaruh Ukuran Efektif Pasir Dalam Biosand Filter Untuk Pengolahan Air Gambut
Pengaruh Ukuran Efektif Pasir Dalam Biosand Filter Untuk Pengolahan Air Gambut Yohanna Lilis Handayani, Lita Darmayanti, Frengki Ashari A Program Studi Teknik Sipil S1, Fakultas Teknik Universitas Riau
Lebih terperinciPENYISIHAN KESADAHAN dengan METODE PENUKAR ION
PENYISIHAN KESADAHAN dengan METODE PENUKAR ION 1. Latar Belakang Kesadahan didefinisikan sebagai kemampuan air dalam mengkonsumsi sejumlah sabun secara berlebihan serta mengakibatkan pengerakan pada pemanas
Lebih terperinciPRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (2017), Hal ISSN:
PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (217), Hal. 31 36 ISSN: 2337-824 Uji Perbandingan Kualitas Air Sumur Tanah Gambut dan Air Sumur Tanah Berpasir di Kecamatan Tekarang Kabupaten Sambas Berdasarkan Parameter
Lebih terperinci: Baku mutu air kelas I menurut Peraturan Pemerintah RI no. 82 tahun 2001 (hanya untuk Stasiun 1)
LAMPIRAN 48 Lampiran 1. Hasil rata-rata pengukuran parameter fisika dan kimia perairan Way Perigi Parameter Satuan Baku Mutu Kelas I 1) Baku Mutu Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3 Kelas III 2) Stasiun 1
Lebih terperinciSTUDI KUALITAS DAN KUANTITAS AIR SUNGAI KARAJAE SEBAGAI SUMBER AIR BERSIH UNTUK KOTA PAREPARE
Konferensi Nasional Teknik Sipil 11 Universitas Tarumanagara, 26-27 Oktober 2017 STUDI KUALITAS DAN KUANTITAS AIR SUNGAI KARAJAE SEBAGAI SUMBER AIR BERSIH UNTUK KOTA PAREPARE Rahmawati 1, Muh. Saleh Pallu
Lebih terperinciBAB III. METODE PENELITIAN
BAB III. METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret dengan mengambil sampel di lokasi Kelurahan Telukan, Kecamatan Grogol
Lebih terperinciBAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pengujian air sungai, menggunakan alat uji filtrasi buatan dengan media filtrasi pasir kuarsa, zeolit dan arang batok yang dianalisis di Laboraturium Teknik Lingkungan Universitas
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN. berturut turut disajikan pada Tabel 5.1.
40 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Hasil Penelitian Aspek Teknis 5.1.1 Data Jumlah Penduduk Data jumlah penduduk Kabupaten Jembrana selama 10 tahun terakir berturut turut disajikan pada Tabel 5.1. Tabel 5.1.
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Penyiapan Zeolit Zeolit yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Tasikmalaya. Warna zeolit awal adalah putih kehijauan. Ukuran partikel yang digunakan adalah +48 65 mesh,
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN 3. 1 Waktu dan Tempat Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Kampus IPB Dramaga dan dilakukan dari bulan Juni hingga bulan Oktober 2010. 3. 2 Alat dan Bahan 3.2.
Lebih terperinciMetodologi penelitian disusun berdasarkan diagram alir penelitian seperti terlihat
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Metodologi penelitian disusun berdasarkan diagram alir penelitian seperti terlihat dibawah ini : Ide Studi Penurunan Fe total dan Mn dengan Saringan
Lebih terperinciTESIS STUDI EFEKTIVITAS LAMELLA SEPARATOR DALAM PENGOLAHAN AIR SADAH
TESIS STUDI EFEKTIVITAS LAMELLA SEPARATOR DALAM PENGOLAHAN AIR SADAH Oleh: Oktavina G. LP. Manulangga 330 8201 014 Latar Belakang dan Permasalahan Mata air Namosain di Kota Kupang memiliki tingkat kesadahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga tidak akan ada kehidupan seandainya di bumi tidak ada air. Ada tiga
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan utama dalam proses kehidupan di bumi, sehingga tidak akan ada kehidupan seandainya di bumi tidak ada air. Ada tiga jenis sumber air di bumi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Tinjauan Umum Pelaksanaan penelitian ini dimulai dari tahap perencanaan, teknis pelaksanaan, dan pada tahap analisa hasil, tidak terlepas dari peraturan-peraturan maupun referensi
Lebih terperinci3 METODOLOGI PENELITIAN
3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan alat yang berasal dari Laboratorium Tugas Akhir dan Laboratorium Kimia Analitik di Program
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Pengenalan Air Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan,
Lebih terperinciLaporan Penelitian Air Bersih Menjadi Air Minum PT.SUMMIT PLAST Jl.Kruing 3 Delta Silikon - Cikarang
Laporan Penelitian Air Bersih Menjadi Air Minum PT.SUMMIT PLAST Jl.Kruing 3 Delta Silikon - Cikarang Ir.Maria Christine Sutandi.,MSc Staff Ahli PT.Bunjamin Mitra Sejahtera Dibiayai oleh PT.Bunjamin Mitra
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. mana tinggi rendahnya konsentrasi TDS dalam air akan mempengaruhi besar
68 BAB V PEMBAHASAN Salah satu parameter penentu kualitas air adalah parameter TDS, yang mana tinggi rendahnya konsentrasi TDS dalam air akan mempengaruhi besar kecilnya DHL yang dihasilkan. Daya hantar
Lebih terperinciPRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 01 (2016), Hal ISSN :
Pemetaan Sebaran Kandungan ph, TDS, dan Konduktivitas Air Sumur Bor (Studi Kasus Kelurahan Sengkuang Kabupaten Sintang Kalimantan Barat) Leonard Sihombing a, Nurhasanah a *, Boni. P. Lapanporo a a Prodi
Lebih terperinciIMPLEMENTATION of RAPID SAND FILTER TECHNOLOGY for GROUNDWATER PROCESSING in KULIM TENAYAN RAYA, PEKANBARU
IMPLEMENTATION of RAPID SAND FILTER TECHNOLOGY for GROUNDWATER PROCESSING in KULIM TENAYAN RAYA, PEKANBARU Yohanna Lilis Handayani 1), Bambang Sujatmiko 2), Sigit Sutikno 3) 1 Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI A. Tahap Penelitian
BAB III METODOLOGI A. Tahap Penelitian Kegiatan penelitian ini adalah membuat alat atau rangkaian pengolahan air dengan mengetahui keadaan air di Masjid K. H. Ahmad Dahlan UMY berupa parameter fisik, kimia,
Lebih terperinciPenurunan Kandungan Zat Kapur dalam Air Tanah dengan Menggunakan Media Zeolit Alam dan Karbon Aktif Menjadi Air Bersih
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-78 Penurunan Kandungan Zat Kapur dalam Air Tanah dengan Menggunakan Media Zeolit Alam dan Karbon Aktif Menjadi Air Bersih
Lebih terperinciIRWNS Kinerja Alat Pengolahan Air Minum Portable
Kinerja Alat Pengolahan Air Minum Portable oleh: Bintang Iwhan Moehady a, Emma Hermawati Muhari b a,b Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Bandung, Bandung 40012 E-mail : bintang@polban.ac.id E-mail
Lebih terperinciPeraturan Pemerintah RI No. 20 tahun 1990, tanggal 5 Juni 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air
Lampiran Peraturan Pemerintah RI No. 20 tahun 1990, tanggal 5 Juni 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air A. Daftar Kriteria Kualitas Air Golonagan A (Air yang dapat digunakan sebagai air minum secara
Lebih terperinciPRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (2017), Hal ISSN :
Analisis Kualitas Air Sumur Bor di Pontianak Setelah Proses Penjernihan Dengan Metode Aerasi, Sedimentasi dan Filtrasi Martianus Manurung a, Okto Ivansyah b*, Nurhasanah a a Jurusan Fisika, Fakultas Matematika
Lebih terperinciLAMPIARAN : LAMPIRAN 1 ANALISA AIR DRAIN BIOFILTER
LAMPIARAN : LAMPIRAN 1 ANALISA AIR DRAIN BIOFILTER Akhir-akhir ini hujan deras semakin sering terjadi, sehingga air sungai menjadi keruh karena banyaknya tanah (lumpur) yang ikut mengalir masuk sungai
Lebih terperinciJURNAL ILMIAH TEKNIK PENGAIRAN KONSENTRASI KONSERVASI SUMBER DAYA AIR. Ditujukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik
STUDI EFEKTIFITAS FILTER PENJERNIH AIR MENGGUNAKAN MEDIA ZEOLITE, KARBON AKTIF DAN PASIR SILIKA UNTUK MENGURANGI KADAR BESI (Fe) DAN MANGAN (Mn) DENGAN VARIASI SUDUT KEMIRINGAN PADA ALAT UJI DAN PENAMBAHAN
Lebih terperinci: Komposisi impurities air permukaan cenderung tidak konstan
AIR Sumber Air 1. Air laut 2. Air tawar a. Air hujan b. Air permukaan Impurities (Pengotor) air permukaan akan sangat tergantung kepada lingkungannya, seperti - Peptisida - Herbisida - Limbah industry
Lebih terperinciLampiran 1 Hasil analisa laboratorium terhadap konsentrasi zat pada WTH 1-4 jam dengan suplai udara 30 liter/menit
Lampiran 1 Hasil analisa laboratorium terhadap konsentrasi zat pada WTH 1-4 jam dengan suplai udara 30 liter/menit Konsentrasi zat di titik sampling masuk dan keluar Hari/ mingg u WT H (jam) Masu k Seeding
Lebih terperinci( khususnya air minum ) cukup mengambil dari sumber sumber air yang ada di
3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tentang Air Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan,
Lebih terperinci