PENENTUAN KADAR IODIDA SECARA SPEKTROFOTOMETRI BERDASARKAN PEMBENTUKAN KOMPLEKS IOD-AMILUM MENGGUNAKAN OKSIDATOR PERSULFAT ABSTRAK ABSTRACT

dokumen-dokumen yang mirip
PENENTUAN KADAR IODIDA SECARA SPEKTROFOTOMETRI BERDASARKAN PEMBENTUKAN KOMPLEKS AMILUM-IODIUM MENGGUNAKAN OKSIDATOR IODAT ABSTRAK ABSTRACT

PEMBUATAN TES KIT TIOSIANAT BERDASARKAN PEMBENTUKAN KOMPLEKS MERAH BESI(III)TIOSIANAT ABSTRAK ABSTRACT

Jl. Veteran Malang *Alamat korespondensi, Tel: , Fax : ABSTRAK

PENGARUH WAKTU PEMBENTUKAN DAN KESTABILAN HIDRINDANTIN SERTA KONSENTRASI NINHIDRIN PADA PEMBUATAN TES KIT SIANIDA ABSTRAK

Nurul Khanifah, Hermin Sulistyarti*, Akhmad Sabarudin

Pengembangan Metode Spektrofotometri untuk Penentuan Iodida Menggunakan Hidrogen Peroksida (H2O2) sebagai Oksidator

ANALISIS TIOSIANAT DALAM URIN SEBAGAI METODE MONITORING POTENSI GAKI (GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN IODIUM) BERBASIS TEST KIT

LAPORAN KIMIA ANALITIK KI 3121 Percobaan modul 2 PENETAPAN ANION FOSFAT DALAM AIR

IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KALIUM IODAT DALAM GARAM DAPUR YANG BEREDAR DI PASAR KOTA BITUNG DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

Titrasi IODOMETRI & IOdimetri

ADSORPSI SENG(II) OLEH BIOMASSA Azolla microphylla-sitrat: KAJIAN DESORPSI MENGGUNAKAN LARUTAN ASAM NITRAT ABSTRAK ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN

PENENTUAN KADAR CuSO 4. Dengan Titrasi Iodometri

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

Laporan Kimia Analitik KI-3121

Makalah Pendamping: Kimia Paralel A PENETAPAN LOGAM TIMBAL SECARA SPEKTROFOTOMETRI SINAR TAMPAK

HASIL DAN PEMBAHASAN y = x R 2 = Absorban

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dimulai dari bulan April 2010 sampai dengan bulan Januari

HASIL DAN PEMBAHASAN. hubungan serapan pada berbagai panjang gelombang tertera pada Gambar 2.

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

BAB III METODE PENGUJIAN. Rempah UPT.Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Jl. STM

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 PENENRUAN KADAR VITAMIN C MENGGUNAKAN TITRASI IODOMETRI. Senin, 28 April Disusun Oleh: MA WAH SHOFWAH

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen.

PENGARUH KONSENTRASI ASAM DAN DIAMETER SPOT REAKSI PADA KEMAMPUAN DETEKSI TEST KIT MERKURI(II) ABSTRAK ABSTRACT

Analisis Vitamin C. Menurut Winarno (1997), peranan utama vitamin C adalah dalam

PENGARUH LAMA PENDIDIHAN TERHADAP KADAR KIO3 PADA GARAM BERYODIUM MERK X

BAB I PENDAHULUAN. terbuat dari bahan yang tidak mengubah zat-zat yang ada didalam sampel, dan

ANALISA KADAR IODIUM PADA TELUR ASIN

MAKALAH KIMIA ANALIS TITRASI IODIMETRI JURUSAN FARMASI

KIMIA KUANTITATIF. Makalah Titrasi Redoks. Dosen Pembimbing : Dewi Kurniasih. Disusun Oleh : ANNA ROSA LUCKYTA DWI RETNONINGSIH

TITRASI IODIMETRI PENENTUAN KADAR VITAMIN C. Siti Masitoh. M. Ikhwan Fillah, Indah Desi Permana, Ira Nurpialawati PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS

TITRASI IODOMETRI Oleh: Regina Tutik Padmaningrum Jurusan Pendidikan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

PENENTUAN KADAR BESI DALAM SAMPEL AIR SUMUR SECARA SPEKTROFOTOMETRI

ABSTRAK. Kata kunci: kulit kacang tanah, ion fosfat, adsorpsi, amonium fosfomolibdat

TITRASI IODOMETRI. Siti Masitoh. M. Ikhwan Fillah, Indah Desi Permana, Ira Nurpialawati PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

PENENTUAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM DAN ph OPTIMUM DALAM PEMBUATAN TES KIT SIANIDA BERDASARKAN PEMBENTUKAN HIDRINDANTIN ABSTRAK ABSTRACT

PEMERIKSAAN SISA KLOR METODE IODOMETRI

TEST KIT UNTUK ANALISIS SIANIDA DALAM KETELA POHON BERDASARKAN PEMBENTUKAN HIDRINDANTIN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen

A. D. Rosalia, et al., ALCHEMY jurnal penelitian kimia, vol. 11 (2015), no. 1, hal

4 Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan setiap manusia atau masyarakat pada

Macam-macam Titrasi Redoks dan Aplikasinya

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

PENENTUAN KADAR PROTEIN SECARA SPEKTROFOTOMETRI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat

PENGARUH PERBANDINGAN BAHAN PELAPIS MALTODEKSTRIN DAN GUM ARAB DALAM MIKROKAPSUL BERBAHAN INTI SITRONELAL ABSTRAK ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis

ANALISIS DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGOMPLEKS BATHOFENANTROLIN PADA PENENTUAN KADAR BESI SECARA SPEKTROFOTOMETRI

TITRASI IODOMETRI DENGAN NATRIUM TIOSULFAT SEBAGAI TITRAN Titrasi redoks merupakan jenis titrasi yang paling banyak jenisnya. Terbaginya titrasi ini

A. Judul B. Tujuan C. Dasar Teori

ANALISIS IODAT DALAM BUMBU DAPUR DENGAN METODE IODOMETRI DAN X-RAY FLUORESCENCE

Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri

Preparasi Sampel. Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3.

Herinda Sensustania, Rachmat Triandi Tjahjanto*, Danar Purwonugroho ABSTRAK ABSTRACT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pernafasanya. organ-organ yang terdapat pada setiap bagian tersebut adalah:

Setiap system kesetimbangan melibatkan reaksi-reaksi endoterm dan eksoterem. Kenaikan suhu system akan menguntungkan reaksi eksoterem

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat pengambilan sampel dilaksanakan di pasar tradisional dan pasar

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK II

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PEMISAHAN PERCOBAAN 1 EKSTRAKSI PELARUT

4 Hasil dan Pembahasan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan

Lampiran. Lampiran I. Rancangan Percobaan. Laaitan standar formaldehid. Sampel 2 macam. Persiapan sampel dengan. Penentuan Panjang gelombang optimum

BAB III METODE PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik

III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari sampai Juni 2014 bertempat di

MODUL 2 PENENTUAN KADAR ASAM ASKORBAT DALAM YOU C Kurnia Sandwika Henry Liyanto Ignatio Glory

STUDI GANGGUAN KROM (III) PADA ANALISA BESI DENGAN PENGOMPLEKS 1,10-FENANTROLIN PADA PH 4,5 SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-TAMPAK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA ANALITIK II TITRASI IODOMETRI. KAMIS, 24 April 2014

LAPORAN PERSAMAAN ARRHENIUS DAN ENERGI AKTIVASI

BAB III METODE PENELITIAN

2. Analisis Kualitatif, Sintesis, Karakterisasi dan Uji Katalitik

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

DAYA SERAP KULIT KACANG TANAH TERAKTIVASI ASAM BASA DALAM MENYERAP ION FOSFAT SECARA BATH DENGAN METODE BATH

OPTIMASI PENGUKURAN BESI DENGAN PEREAKSI TIOSIANAT DAN 1,10- FENANTROLIN SERTA GANGGUAN BEBERAPA ION SECARASPEKTROFOMETRI SINAR TAMPAK

III. BAHAN DAN METODA 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di laboratorium Kimia Analitik Fakultas matematika dan Ilmu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PERCOBAAN I KESETIMBANGAN KIMIA DI DALAM LARUTAN PROGRAM STUDI S-1 KIMIA

Laporan Kimia Analitik KI-3121

Udara ambien Bagian 8: Cara uji kadar oksidan dengan metoda neutral buffer kalium iodida (NBKI) menggunakan spektrofotometer

TUGAS AKHIR. EKSTRAKSI SERBUK KELOPAK BUNGA ROSELA ( Hibiscus sabdarifa Linn. ) untuk UJI KANDUNGAN WARNA dengan SPEKTROFOTOMETER

BAB III METODE PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen

MAKALAH KIMIA ANALITIK 1. Iodo Iodimetri

ANALISIS OKSIPURINOL DALAM URIN SECARA SPEKTROFOTOMETRI SINAR TAMPAK DENGAN MENGGUNAKAN PEREAKSI 2,3-DIKLORO-5,6-DISIANO-1,4-BENZOQUINON (DDQ) SKRIPSI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Widya Kusumaningrum ( ) Page 1

TUGAS II REGULER C AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2011/2012

Transkripsi:

KIMIA.STUDENTJOURNAL, Vol. 1, No. 1, pp. 85-90 UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG Received, 7 January 2013, Accepted, 14 January 2013, Published online, 1 February 2013 PENENTUAN KADAR IODIDA SECARA SPEKTROFOTOMETRI BERDASARKAN PEMBENTUKAN KOMPLEKS IOD-AMILUM MENGGUNAKAN OKSIDATOR PERSULFAT Asda una Zahrotun Nisa, Hermin Sulistyarti *, Atikah Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya Jl. Veteran Malang 65145 *Alamat korespondensi, Tel : +6341-575838, Fax : +6341-575839 Email: sulistyarti@ub.ac.id ABSTRAK Penelitian ini mengkaji tentang penentuan kadar iodida menggunakan teknik spektrofotometri visible dengan menggunakan oksidator persulfat (S 2 O 8 ) berdasarkan pembentukan Iod-amilum yang berwarna biru ditentukan pada panjang gelombang 614 nm. Tahapan penelitian ini meliputi, penentuan waktu optimum, mengetahui pengaruh variasi konsentrasi I - dan pengaruh variasi konsentrasi S 2 O 8 terhadap pembentukan kompleks Iod-amilum. Pembuatan kompleks Iod-amilum dapat dilakukan dengan mereaksikan I - dengan S 2 O 8, kemudian ditambah amilum 1%. Warna yang dihasilkan akan dianalisa secara spektrofotometri visible pada panjang gelombang 540 nm. Kadar iodida terkecil yang dapat diukur dengan menggunakan teknik spektrofotometri visible adalah 20,3 ppm dengan konsentrasi S 2 O 8 100 ppm dan pada waktu 90 menit Kata kunci: iodida, kompleks iod-amilum, persulfat, spektrofotometri ABSTRACT This study was to examine determination of iodide using persulfate visible spectrophotometry method based on complex formation of blue colour starch-iodine determined at 540 nm wavelengths. Stages of the study include: determining the optimum time, determine the effect of concentration variations persulfate (S 2 O 8 ) and iodide (I 2 ) on the iodine-starch complexes formation. Preparation of starch-iodide complex to do by reacting I - with S 2 O 8 as an oxidator and starch as an indicator. The resulting color will be analyzed by visible spectrophotometry at a wavelength of 614 nm. Smallest iodide levels can be measured by spectrophotometric method at concentration of 20.3 ppm and S 2 O 8 100 ppm and optimum time of 90 minutes. Keywords: iodide, iodine-amylum complex, persulfate, spectrophotometry PENDAHULUAN Iodium dalam bentuk iodida atau iodatnya merupakan suatu zat yang dapat menyebabkan Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI). GAKI menjadi kendala utama untuk meningkatkan kualitas kesehatan manusia. Kualitas kesehatan penduduk di Indonesia dapat ditentukan dari faktor makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Iodium merupakan salah satu unsur penting dalam makanan yang sebagian besar terdapat dalam bentuk senyawa kalium iodida (KI) dan kalium iodat (KIO 3 ) [1]. Senyawa KI merupakan senyawa yang stabil dan tidak mudah rusak. Kebutuhan harian iodium orang dewasa telah ditetapkan sekitar 1 sampai 2 µg perkilogram berat badan. Angka kecukupan iodium Amerika Serikat (RDA) 85

tahun 1980 berkisar antara 40 sampai 120 µg untuk anak anak sampai usia 10 tahun dan 150 µg untuk anak anak yang lebih tua dan orang dewasa. Suatu tambahan sebanyak 25 µg dan 50 µg dianjurkan selama masa hamil dan menyusui [2]. Oleh karena itu diperlukan suatu metode yang dapat digunakan untuk penentuan kadar iodida. Penentuan kadar iodida sangat penting karena untuk menentukan kelainan fungsi kelenjar tiroid sehingga gejala yang timbul akibat GAKI dapat diketahui lebih awal [3]. Kelainan kelenjar tiroid terjadi jika iodida dalam urin berada dalam ambang batas 0,4 ppm iodida [4]. Organ utama yang mengambil iodida adalah tiroid yang digunakan untuk membuat hormon tiroid dan ginjal akan mengeksekresikannya kedalam urin sebagai iodidanya. Kadar iodida dapat ditentukan dengan metode spektrofotometri berdasarkan reaksi reduksi-oksidasi dan pembentukan kompleks Iod-amilum, dimana akan reaksi oksidasi iodida menjadi iodium dengan menggunakan oksidator persulfat. Ada beberapa senyawa yg dapat mereduksi iodida diantaranya cerium, arsen, permanganat, persulfat. Beberapa oksidator tersebut berbahaya jika digunakan diataranya cerium dan arsen, sedang permanganat tidak dapat digunakan karena berwarna ungu sehingga menggagu pembentukan kompleks. Oleh sebab itu dalam penentuan kadar iodida dengan menggunakan metode spektrofotometri digunakan persulfat sebagai bahan oksidator, karena persulfat termasuk dalam bahan. pengoksidasi kuat dan tidak berwarna sehingga tidak mengganggu pembentukan kompleks Iod-amilum. Pada penelitian ini juga dikaji mengenai pengaruh variasi konsentrasi larutan I - terhadap absorbansi untuk menentukan kadar terkecil ynag dapat diukur menggunkan metode spektrofotometri. METODOLOGI PENELITIAN Bahan dan alat Alat alat yang digunakan yang dalam penelitian ini antara lain : neraca analitik merk Adventrer Model AR 213, spektronik 20 merk Spectronic Educator Thermo Spectronic, dan peralatan gelas yang umum digunakan dalam laboratorium. Bahan yang digunakan adalah kalium iodida (Merck), kalium persulfat (Merck), indikator amilum 1%, aquadem. Prosedur penentuan waktu optimum Direaksikan 1 ml larutan I - 203 mg/l dengan 1 ml larutan S 2 O 8 1000 mg/l, ditambah indikator amilum 1% pada labu ukur 10 ml, kemudian dikocok dan didiamkan. Setelah terjadi perubahan warna dilakukan optimasi waktu dengan menggunakan Spektronik 20 pada panjang gelombang 614 nm. 86

Pengaruh variasi konsentrasi larutan S 2 O 8 Satu buah tabung reaksi diisi 1 ml larutan S 2 O 8 1000 mg/l, 1 ml larutan I - 203 mg/l dan indikator amilum 1% pada labu ukur 10 ml, kemudian dikocok dan didiamkan. Setelah terjadi perubahan warna dilakukan optimasi waktu dengan menggunakan Spektronik 20 pada panjang gelombang 614 nm. Absorbansi diukur setiap selang waktu 2 menit dan waktu penyinaran awal yaitu 10 menit. Prosedur yang sama dilakukan untuk variasi konsentrasi S 2 O 8 200, 300, 400, dan 500 mg/l dari konsentrasi S 2 O 8 1000 mg/l Pengaruh variasi konsentrasi larutan I - Satu buah tabung reaksi diisi 1 ml larutan I - 203 mg/l, 1 ml larutan S 2 O 8 1000 mg/l dan indikator amilum 1% pada labu ukur 10 ml, kemudian dikocok dan didiamkan. Setelah terjadi perubahan warna dilakukan optimasi waktu dengan menggunakan Spektronik 20 pada panjang gelombang 614 nm. Absorbansi diukur setiap selang waktu 2 menit dan waktu penyinaran awal yaitu 10 menit. Prosedur yang sama dilakukan untuk variasi konsentrasi I - 40,6; 60,9; 81,2, dan 101,5 mg/l dari konsentrasi larutan I - 203 mg/l HASIL DAN PEMBAHASAN Penentuan waktu otimum Penentuan waktu optimumbertujuan untuk mengetahui rentang waktu yang tepat untuk melakukan pengukuran. Dari hasil percobaan diperoleh rentang waktu optimum pada menit ke 90 hingga 120 dapat diliat pada Gambar 1. Pada menit ke 90 kompleks amilum-iodida telah terbentuk dengan sempurna. Reaksi berjalan lambat sehingga membutuhkan waktu yang lama agar dapat terbentuk kompleks secara sempurna. Reaksi yang terjadi saat terbentuknya kompleks Iod-amilum ditandai dengan terjadinya perubahan warna pada larutan menjadi warna biru.berikut merupakan reaksi yang terjadi dalam pembentukan kompleks Iod-amilum ditunjukkan pada persamaan 2. Persamaan 1 menunjukkan reaksi okdidasi dari iodida. S 2 O 8 + 2I - 2SO 4 + I 2 (1) I 2 + Amilum I 2 (2) 87

Absorbansi 0.45 0.4 0.35 0.3 0.25 0.2 0.15 0.1 0.05 0 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 waktu (s) Gambar 1. Kurva hubungan antara absorbansi dengan waktu Pengaruh variasi konsentrasi larutan S 2 O 8 Hasil pengukuran pengaruh variasi konsentrasi larutan persulfat terhadap pembentukan kompleks Iod-amilum dapat dilihat dalam Gambar 2. Gambar 2. Kurva hubungan konsentrasi S 2 O 8 dengan absorbansi Data dalam Gambar 2 menyatakan bahwa suatu reaksi kesetimbangan jika suatu reaktan berlebih maka reaksi berlangsung ke pembentukan produk secara sempurna, begitu pula dengan variari konsentrasi larutan S 2 O 8 jika larutan S 2 O 8 berlebih maka reaksi akan bergerser ke arah produk, dimana semakin banyak larutan S 2 O 8 yang digunakan maka aka semakin cepat ion iodida teroksidasi membentu gas iodiumyang dapat membentuk kompleks I 3 - yang larut air jika bereaksi dengan KI berlebih dalam larutan, sehingga pembentukan kompleks Iod-amilum akan semakin cepat. Hal ini ditandai dengan bertambahnya nilai absorbansi yang diperole pada Gambar 2. Konsentrasi terkecil pereaksi persulfat adalah 100 ppm. 88

Pengaruh variasi konsentrasi larutan I - Hasil pengukuran pengaruh variasi konsentrasi larutan iodida terhadap pembentukan kompleks Iod-amilum dapat dilihat dalam Gambar 3. Gambar 3. Kurva hubungan konsentrasi I - dengan absorbansi Data dalam Gambar 3 menyatakan semakin banyak jumlah I 2 yang digunakan maka akan semakin banyak kompleks Iod-amilum yang terbentuk, sehingga reaksi akan berjalan semakin cepat seiring terbentuknya senyawa kompleks Iod-amilum. Konsentrasi terkecil analit iodida yang dapat diukur adalah 20,3 ppm. KESIMPULAN Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembentukan kompleks Iod-amilum berjalan lambat. Penambhan konsentrasi pereaksi dan larutan analit dapat berpengaruh terhadap pembentukan kompleks Iod-amilum. Kadar Iodida terkecil yang dapat diukur adalah 20,3 ppm dengan konsentrasi S 2 O 8 100 ppm pada waktu pembacaaan 90 menit. DAFTAR PUSTAKA 1. Hapsari, A., 2000, Pembuatan dan Karakterisasi Elektroda Selektif Ion Iodida Menggunakan Campuran AgI, Grafit,dan Parafin Cair, Universitas Diponegoro, Semarang 2. Matovionic, 1998, Hipotiroid di Daerah Defisiensi Iodium, Kumpulan NaskahSimposium GAKY,Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang 89

3. Iswani, S., Yusuf, S., 1996, Pengujian Kadar Iodium Total dalam Urin dengan Metode Destruksi Basah dan Destruksi Kering, Berkala Ilmu Kedokteran, Vol. 28, No. 1, pp. 19-26 4. Depkes, RI, 2000, Mengenal Kretin yang Disebabkan Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY), Direktorat Gizi Masyarakat, Jakarta 90