BAB I PENDAHULUAN. pekerja atau buruh. Oleh karena itu seorang tenaga kerja sebagai subyek

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Tenaga kerja (man power) adalah penduduk yang sudah atau sedang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dalam masa pertumbuhan ekonomi Indonesia dewasa ini setiap

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara yang sedang giat-giatnya. membangun untuk meningkatkan pembangunan disegala sektor dengan tujuan

BAB II FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT DALAM PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA PEREMPUAN YANG BERKERJA DI MALAM HARI

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya di kehidupan sehari-hari, sehingga akan terjadi beberapa masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan nasional sekarang, yang menitikberatkan

LEMAHNYA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI BURUH WANITA Oleh: Annida Addiniaty *

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan pesat tersebut adalah sektor industri.

LAPORAN PENELITIAN INDIVIDU PEMENUHAN DAN PELINDUNGAN HAK PEKERJA PEREMPUAN. (Studi di Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Riau) Sali Susiana

TENAGA KERJA WANITA DAN PERLINDUNGAN IR. KALSUM. Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. kelamin, suku, ras, agama, dan aliran politik sesuai dengan minat dan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pasal 27 ayat (2) dan Pasal 28 UUD 1945 yang menyatakan: Tiap-tiap

PERGESERAN PERAN WANITA KETURUNAN ARAB DARI SEKTOR DOMESTIK KE SEKTOR PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kerja memiliki peranan penting sebagai tulang punggung. perusahaan, karena tanpa adanya tenaga kerja, perusahaan tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. gender yaitu suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun

IMAM MUCHTAROM C

BAB I PENDAHULUAN. penting dan strategis dalam pembangunan serta berjalannya perekonomian bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. mengikat maka Komisi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Kedudukan

Lex et Societatis, Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dewasa (Frone et al,1992). Dalam beberapa dekade ini perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. oleh daya saing dan keterampilan (meritokration). Pria dan wanita sama-sama

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan negara untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional.

I. PENDAHULUAN. dihasilkan dan paling banyak menyerap tenaga kerja. Devisa yang dihasilkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial sehingga mempunyai

BAB I P E N D A H U L U A N

TINJAUAN ATAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK MENYUSUI ANAK SELAMA WAKTU KERJA DI TEMPAT KERJA BAGI PEKERJA PEREMPUAN. Marlia Eka Putri A.T.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. feminisme yang berkembang mulai abad ke-18 telah menjadi salah satu penanda

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. mungkin tercapai tanpa memberikan jaminan hidup, sebaliknya jaminan hidup

RANCANGAN QANUN ACEH NOMOR.. TAHUN 2009 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengasuhan anak merupakan kebutuhan pokok bagi orang tua dalam

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional negara Indonesia dilaksanakan dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Tiongkok merupakan negara dengan populasi penduduk terbesar di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 25 juta di antaranya tergolong usia reproduksi (15-45 tahun). 1

PERLINDUNGAN TERHADAP PEKERJA WANITA YANG SEDANG HAMIL

BAB I PENDAHULUAN. bahu-membahu untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman, para wanita ikut berpartisipasi meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. kerja di dalam negeri sangat terbatas sehinga menyebabkan banyak Tenaga Kerja

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS PADJADJARAN TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. melakukan pembangunan dalam segala sektor terutama sektor industri. Namun

KEBIJAKAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA PEREMPUAN. Direktorat Pengawasan Norma Kerja Perempuan dan Anak

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian dan perumahan tetapi juga non. (ketetapan-ketetapan MPR dan GBHN 1998).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki

KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK PERLINDUNGAN HAK PEREMPUAN DALAM KETENAGAKERJAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan dan berkedudukan sama di

BAB I PENDAHULUAN. Di bidang ketenagakerjaan, pihak-pihak yang terlibat didalamnya, yaitu pekerja, pengusaha dan

BAB I PENDAHULUAN. adang nutu. Syair yang terjemahan bebasnya berbunyi ; Balada kue putu, lelaki

BAB I PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP BURUH WANITA DI CV. AGUNG JAYA DI PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan diberbagai daerah serta menciptakan kesempatan kerja. Sasaran

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja. Dalam melakukan pekerjaan harus dibedakan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. kerja harus terus diusahakan agar standar kehidupan yang layak dapat

BAB I PENDAHULUAN. namanya menjadi BPJS Ketenagakerjaan. 1 Jaminan Sosial adalah salah satu

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TENAGA KERJA PEREMPUAN, CITY HOTEL, DAN PERJANJIAN KERJA. Adanya jaminan yang dituangkan di dalam Undang-undang Dasar

Menjadi manajer di rumah sendiri, jauh lebih terhormat

BAB I PENDAHULUAN. dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Sumber daya manusia dalam

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. merupakan anugerah terindah yang diberikan oleh Allah SWT kepada pasangan suami dan istri,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebijakan pengupahan yang dilakukan pemerintah untuk melindungi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah Negara hukum berdasarkan Pancasila

PENDUDUK LANJUT USIA

DEPUTI PERLINDUNGAN PEREMPUAN KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK RI

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MEMBERIKAN KESEMPATAN KERJA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1997 TENTANG KETENAGAKERJAAN [LN 1997/73, TLN 3702]

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA WANITA DALAM PERJANJIAN KERJA

BAB I PENDAHULUAN. kemungkinan bagi sumber daya wanita untuk berkarya. Khususnya di kota-kota besar dimana

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara dalam bidang

di segala bidang.banyak sektor yang dibuka untuk para pekerja, salah satunya bidang

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dian Kurnia Putri, 2014

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. makin banyak wanita yang bekerja di sektor formal. Ada yang sekedar untuk

BAB I PENDAHULUAN. A Latar Belakang Masalah. Pekerja baik laki-laki maupun perempuan bukan hanya sekedar sebagai

BAB II LANDASAN TEORI

PERAN PEREMPUAN PADA SEKTOR DOMESTIK DAN PUBLIK DI KOTA YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang secara pesat, baik yang bersifat positif maupun negatif.

2016 EKSISTENSI MAHASISWI D ALAM BERORGANISASI D I LINGKUNGAN FAKULTAS PEND ID IKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. untuk bermasyarakat serta berkumpul dengan sesama merupakan kebutuhan. otonomi untuk menentukan nasibnya sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut berdasarkan pada jenis kelamin tentunya terdiri atas laki-laki dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Timbulnya anggapan bahwa kaum perempuan lebih lemah

*10099 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 25 TAHUN 1997 (25/1997) TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu aset bangsa, karena pendidikan mencirikan pembangunan karakter bangsa.

- Secara psikologis sang istri mempunyai ikatan bathin yang sudah diputuskan dengan terjadinya suatu perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai orang, yang terdiri atas orang lakilaki

BAB I PENDAHULUAN. faktor produksi yang penting karena manusia merupakan pelaku dan sekaligus

BAB 1 PENDAHULUAN. dibandingkan dengan pengusaha yang kedudukannya lebih kuat sehingga para

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja sangatlah terbatas (Suratiyah dalam Irwan, 2006)

BAB I PENDAHULUAN. Gender adalah perbedaan peran, fungsi, tanggung jawab antara laki-laki

Pasal 88 s.d pasal 98 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan ini dalam artian bahwa karena lapangan retribusi daerah berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kerja merupakan modal utama pembangunan masyarakat nasional Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Tujuan terpenting dalam pembangunan masyarakat ialah kesejahteraan rakyat tenaga kerja 1. Untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat seorang tenaga kerja baik pria maupun wanita perlu memenuhi kebutuhan hidupnya. Demi memenuhi kebutuhan hidup seorang tenaga kerja perlu memiliki sebuah pekerjaan yang dapat menghasilkan upah bagi kelangsungan hidupnya. Pekerjaan yang dapat dilakukan oleh tenaga kerja dengan bekerja kepada negara atau yang biasa disebut sebagai pegawai atau bekerja kepada orang lain (swasta) atau yang dapat kita sebut sebagai pekerja atau buruh. Oleh karena itu seorang tenaga kerja sebagai subyek pelaksanaan pembangunan harus dilindungi haknya, diatur kewajibannya, dan juga dikembangkan daya gunanya demi tercapainya suatu tujuan nasional 2. Demi tercapainya tujuan nasional hukum mengenai ketenagakerjaan harus memenuhi hak-hak dan perlindungan yang mendasar bagi tenaga kerja dan pekerja atau buruh, menjamin kesamaan 1 Sendjun H.Manulang,1995, Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia, Jakarta, PT.Rineka Cipta, hlm, 07 2 Undang-undang Nomor 14 Tahun 1968, Tentang ketentuan-ketentuan Pokok Mnegenai Tenaga Kerja, huruf C 1

serta perlakuan tanpa adanya diskriminasi atas dasar apapun untuk mewujudkan kesejahteraan pekerja dan keluargnya dengan tetap memperhatikan kepentingan pengusaha serta pada saat yang bersamaan dapat mewujudkan kondisi yang kondusif bagi perkembangan dunia usaha 3. Hukum ketenagakerjaan itu sendiri merupakan sekelompok aturan dan norma baik tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur hubungan antara pengusaha dan tenaga kerja. Perlindungan hukum bagi pekerja diatur didalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan dan Peraturan Pelaksana dari perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan. Perlu kita ketahui pada saat ini di indonesia pembangunan mulai bergerak semakin pesat dan semakin luas mulai dari pusat kota menuju ke daerah-daerah. Hal ini dapat dilihat dari potensi di tiap-tiap daerah yang mulai berkembang di setiap sektornya. Perkembangan yang cukup nampak di tiap daerah adalah mulai dari bidang properti dan juga industri, mulai dari industri kecil hingga perusahaan besar baik koperasi atau pun yayasan yang tentunya berbadan hukum dan harus mematuhi undang-undang negara republik indonesia. Hal ini memacu para pemilik usaha berlombalomba untuk memunculkan ide untuk bersaing di dunia usaha perindustrian. Persaingan di bidang perindustrian seperti perusahaan sangatlah berpengaruh terhadap dunia perekonomian maupun dunia ketenagakerjaan di negara yang mempunyai lebih dari 250 juta jiwa ini. 3 A cup of fikamaliq, Sabtu,15 februari 2014, fikamaliq.blogspot.com/2014/02/perlindungan-hukum-tenaga-kerja.html 2

Meningkatnya jumlah kelahiran di indonesia, semakin menambah permasalahan yang dihadapi pemerintah untuk memberikan peluang pekerjaan kepada warga negara dalam rangka pembangunan masyarakat yang sejahtera. Perkembangan sektor perindustrian yang semakin pesat ini sedikit memberikan solusi penyelesaian masalah tersebut, karena dalam suatu industri perusahaan membutuhkan tenaga kerja yang tidak sedikit. Hal tersebut memberikan suatu kesempatan kerja yang seluas-luasnya bagi warga negara kita yang membutuhkan pekerjaan. Warga negara berhak mendapatkan pekerjaan guna mempertahankan hidup, ataupun untuk memenuhi kebutuhan hidup pribadinya maupun hidup keluarganya yang semakin lama segala kebutuhan pokok dan kebutuhan lain yang semakin beraneka ragam dan mahal. Perusahaan, koperasi, atau pun yayasan yang memiliki tenaga kerja laki-laki dan perempuan harus paham akan hak dan kewajiban yang harus diberikan kepada pekerjanya. Dimana hak dan kewajiban tersebut harus sama dan tidak diperbolehkan adanya diskriminasi. Berkaitan dengan pekerja perempuan dalam Pasal 5 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan menentukan bahwa Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan. Dengan ketentuan Pasal 5 tersebut memberikan peluang kepada pekerja perempuan untuk memasuki semua sektor pekerjaan. Golongan pekerja yang sangat memerlukan perlindungan dalam bekerja adalah pekerja perempuan. Penyebabnya adalah pemikiran yang 3

masih luas terjadi dalam berbagai peradaban, konstruksi sosial, bahkan adanya kebudayaan yang masih membedakan pekerja berdasarkan gender, seperti penempatan posisi perempuan di bawah laki-laki, pemberian label kepada perempuan sebagai makhluk yang lemah, rentan, dan mudah ditindas. Dalam Pasal 6 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 menentukan bahwa Setiap pekerja atau buruh berhak memperoleh perlakuan yang sama tanpa adanya diskriminasi dari pengusaha. Ketentuan Pasal 6 ini semakin menguatkan ketentuan Pasal 5 Undangundang Nomor 13 Tahun 2003 bahwa tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam dunia kerja. Zaman sekarang tidak hanya kaum pria yang dapat berstatus sebagai pekerja. Eksistensi kaum wanita pada abad ke-20 an ini tidak hanya sebagai ibu rumah tangga, namun wanita dapat ikut serta berpartisipasi dalam meningkatan kesejahteraan keluarga, membantu suami meningkatkan penghasilan karena tuntutan kebutuhan ekonomi yang semakin meningkat. Hal ini sudah biasa terjada pada zaman sekarang. Kaum wanita memiliki beberapa potensi yang juga tidak kalah dibanding dengan kaum pria, baik dari segi intelektual, kemampuan, maupun keterampilan. Disisi lain terdapat keistimewaan yang diberikan Allah S.W.T kepada kaum wanita yang bersifat permanen dan tidak dapat diubah. Keistimewan yang diberikan Allah itulah yang kemudian menimbulkan hak-hak istimewa sebagaimana yang disebutkan dalam 4

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 yaitu hak reproduksi, seperti cuti haid, hamil, melahirkan, menyusui dan lain sebagainya yang tidak terjadi pada kaum pria. Secara kodrati perempuan memang berbeda dengan lakilaki, Oleh karena itu diperlukan perlindungan khusus terhadap tenaga kerja wanita agar terjaga haknya dalam melaksanakan perkerjaannya. Hak-hak tersebut dalam prakteknya seringkali tidak diberikan kepada pemegang hak yaitu kaum wanita, dan juga perusahaan yang berperan sebagai penguasa seringkali mengabaikan hak-hak istimewa kaum pekerja perempuannya. Perusahaan juga tidak memberikan pemahaman kepada pekerja perempuan akan hak yang mereka miliki. Banyak pengusaha hanya meraih keuntungan sebanyak-banyaknya demi kemakmuran perusahaannya dan memikirkan kerugian yang didapat apabila produktifitas karyawan berkurang dan tetap memberikan upah penuh terhadap cuti yang diambil kaum wanita menjadi alasan perusahaan mengabaikan keistimewaan hak pekerja perempuan. Mengenai praktek yang kurang sesuai dengan aturan yang berlaku dimana banyak perusahaan yang mengabaikan keistimewaan kaum wanita dan mempersulit kaum wanita dalam mendapatkan haknya, maka pengusaha diwajibkan untuk selalu memperhatikan dan mengutamakan perlindungan pekerja perempuannya dengan berpedoman sesuain dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan yang mengatur mengenai perlindungan, pengupahan, dan kesejahteraan ini. Dalam pelaksanaannya, seringkali kita jumpai banyak pekerja perempuan 5

yang tidak mengetahui akan keistimewaan yang dia miliki dalam memperoleh haknya. Rendahnya pengetahuan tenaga kerja wanita mengenai keistimewan yang diberikan oleh undang-undang dalam hal perolehan hak tersebut juga menjadi problem yang harus di ketahui oleh para pekerja wanita atau pun masyarakat pada umumnya. Tenaga kerja wanita yang tidak mengetahui hak cuti yang diberikan kepadanya seringkali merugikan diri mereka sendiri, dengan memaksakan diri bekerja hanya karena takut upah yang diterima tidak penuh. Menurut pengetahuan mereka tidak bekerjasama saja memotong upahnya sendiri. Untuk mengetahui bagaimanakah pelaksanaan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan khususnya yang terkait dengan pelaksanaan waktu isitirahat khusus bagi pekerja perempuan di Kabupaten Bantul berdasarkan uraian diatas yang sesuai dengan latarbelakang, maka dalam penelitian ini menggunakan judul : PELAKSANAAN WAKTU ISTIRAHAT KHUSUS BAGI PEKERJA PEREMPUAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 DI KABUPATEN BANTUL 6

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah pelaksanaan waktu istirahat khusus pekerja perempuan berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pada pekerja perempuan di Kabupaten Bantul? 2. Apa faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan waktu istirahat khusus bagi pekerja perempuan menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan di Kabupaten Bantul C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pelaksanaan waktu istirahat khusus pekerja perempuan menurut Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan di Kabupaten Bantul. 2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam perlindungan hukum tenaga kerja wanita dan memberikan solusinya beserta pemberian sanksi bagi perusahaan yang melanggar peraturan tersebut. 7

D. Manfaat Penelitian 1. Teoritis Adapun manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan Hukum Administrasi Negara khususnya berkaitan dengan pelaksanaan waktu istirahat khusus bagi pekerja perempuan menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003. 2. Praktis Penelitian ini diharapkan mambu memberikan suatu tambahan wawasan atau pun pengetahuan kepada para pekerja wanita dan menyadarkan tenaga kerja wanita mengenai hak-hak istimewa yang dilindungi oleh Undang-Undang. Penelitian ini juga diharapkan mambu memberikan kesadaran kepada pemilik usaha/ perusahaan yang mempekerjakan karyawan wanita di Kota Bantul supaya tidak menyimpang dari hukum yang berlaku mengenai pemberian hak kepada pekerja wanita. 8