LAPORAN PENELITIAN INDIVIDU PEMENUHAN DAN PELINDUNGAN HAK PEKERJA PEREMPUAN. (Studi di Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Riau) Sali Susiana
|
|
- Sudirman Tanudjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 LAPORAN PENELITIAN INDIVIDU PEMENUHAN DAN PELINDUNGAN HAK PEKERJA PEREMPUAN (Studi di Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Riau) Sali Susiana PUSAT PENELITIAN BADAN KEAHLIAN DPR RI JAKARTA
2 EXECUTIVE SUMMARY Persamaan hak pekerja laki-laki dan pekerja perempuan dijamin oleh konstitusi. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) Pasal 28D ayat (2) menegaskan, setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja. Selanjutnya Pasal 5 dan Pasal 6 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menyatakan adanya kesamaan hak tanpa diskriminasi antara tenaga kerja laki-laki dan tenaga kerja perempuan di pasar kerja. Hal serupa juga diatur dalam Pasal 3 Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1981 tentang Perlindungan Upah, yang menegaskan bahwa Pengusaha dalam menetapkan upah tidak boleh mengadakan diskriminasi antara buruh laki-laki dan buruh perempuan untuk pekerjaan yang sama nilainya. Selain diatur dalam UU Ketenagakerjaan, persamaan hak pekerja laki-laki dan perempuan juga terdapat dalam beberapa konvensi ketenagakerjaan internasional yang telah diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia, antara lain: Konvensi No. 100 tentang Pengupahan yang Sama bagi Laki-Laki dan Perempuan untuk Pekerjaan yang Sama Nilainya (diratifikasi dengan Undang-Undang No.80 Tahun 1957) dan Konvensi No. 111 tentang Diskriminasi dalam Pekerjaan dan Jabatan (diratifikasi dengan Undang-Undang No. 21 Tahun 1999). Beberapa isu pokok tenaga kerja perempuan selain berkaitan dengan upah dan diskriminasi yaitu tentang jaminan sosial, pelindungan kehamilan, bekerja pada malam hari, pemutusan hubungan kerja, serta keselamatan dan kesehatan kerja. Beberapa isu tersebut juga telah diatur dalam UU Ketenagakerjaan, misalnya larangan untuk bekerja pada malam hari (Pasal 76); pelindungan fungsi reproduksi (Pasal 81); dan pelindungan kehamilan [Pasal 82 ayat (1)]. Menjadi pertanyaan kemudian bagaimana pemenuhan dan pelindungan hak-hak pekerja perempuan tersebut diimplementasikan dalam perusahaan. meskipun secara yuridis formal jaminan terhadap hak pekerja perempuan telah diatur dalam konstitusi, undang-undang tentang ketenagakerjaan dan peraturan pelaksana 2
3 maupun konvensi internasional, kondisi pekerja perempuan secara umum masih perlu terus ditingkatkan karena belum sepenuhnya hak mereka terlindungi. Apalagi bila kemudian dikaitkan dengan konteks otonomi daerah, kebijakan setiap daerah di bidang ketenagakerjaan dapat saja berbeda. Demikian pula dengan kebijakan masing-masing perusahaan yang mempekerjakan pekerja perempuan. Dengan demikian permasalahan yang dapat dirumuskan adalah Bagaimana pemenuhan dan pelindungan hak pekerja perempuan selama ini? Permasalahan penelitian tersebut dijabarkan ke dalam pertanyaan penelitian berikut: 1. Bagaimana aturan hukum mengenai hak-hak pekerja perempuan di Indonesia? 2. Bagaimana upaya pemerintah daerah untuk memenuhi dan melindungi hak pekerja perempuan? 3. Bagaimana perusahaan melaksanakan pemenuhan dan pelindungan hak pekerja perempuan? Penelitian tentang pemenuhan dan pelindungan hak pekerja perempuan bertujuan untuk melengkapi penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, antara lain penelitian yang telah dilakukan oleh Imma Indra Dewi W. pada tahun 2002 mengenai pengupahan pada pekerja perempuan beberapa perusahaan percetakan di Daerah Istimewa Yogyakarta dan DKI Jakarta. Hasil penelitian diharapkan dapat dimanfaatkan oleh DPR RI dalam melaksanakan fungsi pengawasan yang terkait dengan pemenuhan dan pelindungan hak pekerja perempuan. Secara umum penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Melalui pendekatan ini diharapkan dapat diperoleh masukan sebanyak-banyaknya dari para narasumber dan informan, sehingga dapat diperoleh gambaran yang utuh mengenai pemenuhan dan pelindungan hak pekerja perempuan. Sesuai dengan pendekatan yang dipakai, yaitu pendekatan kualitatif, data dikumpulkan melalui wawancara terbuka kepada narasumber dan informan penelitian. Sejalan dengan metode pengumpulan data yang digunakan, yaitu wawancara mendalam dan studi dokumen yang relevan dengan topik penelitian, maka peneliti melakukan wawancara kepada: (1) pejabat di instansi/satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang menangani bidang pemberdayaan perempuan dan bidang ketenagakerjaan; (2) pengusaha; dan (3) pekerja perempuan. Di Provinsi Jawa Timur, perusahaan yang dipilih menjadi objek penelitian adalah PT. Vitapharm, sedangkan 3
4 di Provinsi Riau terdapat 2 perusahaan yang menjadi objek, yaitu PT. Indofood Sukses Makmur Tbk Cabang Pekanbaru dan kedua, PT. Asia Forestama Raya. Penelitian lapangan dilaksanakan selama 6 hari masing-masing tanggal April 2016 di Kota Surabaya dan tanggal Mei 2016 di Kota Pekanbaru. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal berikut: Pertama, secara nasional hak pekerja perempuan telah dijamin dalam konstitusi, undang-undang, dan beberapa peraturan pelaksananya. Jaminan hak tersebut sejalan dengan berbagai konvensi internasional yang mengatur tentang hak pekerja perempuan. Dalam konstitusi, persamaan hak perempuan untuk bekerja dan mendapat perlakuan yang layak terdapat dalam Pasal 27 dan Pasal 33 Undang-Undang Dasar Beberapa peraturan perundang-undangan yang mengatur hak pekerja perempuan antara lain (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Pasal 18, Pasal 76, Pasal 81, Pasal 82, Pasal 83, Pasal 84, Pasal 93, dan Pasal 153 Ayat 1 huruf e); (2) Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Pelindungan Upah; (3) Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 8 Per-04/Men/1989 tentang Syarat-syarat Kerja Malam dan Tata Cara Mempekerjakan Pekerja Perempuan pada Malam Hari; (4) Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Kep. 224/Men/2003 tentang Kewajiban Pengusaha yang Mempekerjakan Pekerja/Buruh Perempuan antara pukul sampai dengan pukul Hak pekerja perempuan tersebut antara lain: (1) pelindungan jam kerja; (2) perlindungan dalam masa haid (cuti haid); (3) pelindungan selama hamil dan melahirkan, termasuk ketika pekerja perempuan mengalami keguguran (cuti hamil dan melahirkan); (4) pemberian lokasi menyusui (hak menyusui dan/atau memerah ASI); (5) hak kompetensi kerja; (6) hak pemeriksaan selama masa kehamilan dan pasca-melahirkan. Kedua, upaya pemerintah daerah di dua daerah yang menjadi lokasi penelitian menunjukkan bahwa upaya yang dilakukan oleh pemerintah selama ini masih bersifat netral gender, artinya belum mengatur pelindungan hak pekerja perempuan secara khusus. Kebijakan, program dan kegiatan yang disusun oleh pemerintah daerah tidak membedakan antara pekerja laki-laki dan pekerja perempuan. Di dua daerah yang diteliti juga belum ada satu pun kebijakan yang khusus mengatur mengenai hak pekerja perempuan, terutama yang terkait dengan hak reproduksi pekerja perempuan. 4
5 Ketiga, di beberapa perusahaan di dua daerah yang diteliti, belum semua hak pekerja perempuan dipenuhi oleh perusahaan. Misalnya, yang terkait dengan hak untuk menyusui selama bekerja, dalam praktek sulit untuk dilakukan, karena perusahaanperusahaan tersebut tidak menyediakan tempat penitipan anak (TPA) sementara lokasi perusahaan dan rumah pekerja perempuan relatif jauh dan jam istirahat relatif terbatas. Demikian pula dengan hak cuti haid, dengan alasan terdapat beberapa karyawan yang menjadikan haid sebagai alasan untuk tidak bekerja, maka karyawan yang mengajukan cuti haid diperiksa secara ketat untuk memastkan bahwa yang bersangkutan benar-benar sedang haid. Karyawan yang benar-benar haid juga enggan untuk mengajukan cuti haid karena tidak mendapat uang hadir jika mengajukan cuti tersebut. Berdasarkan kesimpulan tersebut direkomendasikan beberapa hal berikut: 1. Pemerintah daerah pada dua daerah yang diteliti perlu menyusun kebijakan yang terkait dengan hak pekerja perempuan, sebagai dasar hukum penyelenggaraan pelindungan dan pemenuhan hak pekerja perempuan yang telah diatur dalam konstitusi dan berbagai peraturan pelaksananya, mengingat pekerja perempuan memiliki kebutuhan; 2. Pemerintah daerah melalui satuan kerja perangkat daerah (SKPD) yang membidangi masalah ketenagakerjaan perlu melakukan pengawasan dan pembinaan kepada perusahaan yang ada di wilayahnya untuk memastikan bahwa hak-hak pekerja perempuan telah terpenuhi sesuai dengan berbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku; 3. Perusahaan harus memberikan kesempatan kepada pekerja perempuan untuk menyusui anaknya selama waktu kerja (pada saat istirahat) dan menyediakan tempat penitipan anak (TPA) sehingga memudahkan pekerja perempuan yang akan menyusui anaknya. 5
LAPORAN HASIL SURVEY PERLINDUNGAN MATERNITAS DAN HAK-HAK REPRODUKSI BURUH PEREMPUAN PADA 10 AFILIASI INDUSTRIALL DI INDONESIA
LAPORAN HASIL SURVEY PERLINDUNGAN MATERNITAS DAN HAK-HAK REPRODUKSI BURUH PEREMPUAN PADA 10 AFILIASI INDUSTRIALL DI INDONESIA KOMITE PEREMPUAN IndustriALL Indonesia Council 2014 1 LAPORAN HASIL SURVEY
Lebih terperinciBAB II FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT DALAM PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA PEREMPUAN YANG BERKERJA DI MALAM HARI
BAB II FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT DALAM PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA PEREMPUAN YANG BERKERJA DI MALAM HARI A. FAKTOR PENDUKUNG PERLINDUNGAN HUKUM TENAGA KERJA PEREMPUAN
Lebih terperinciLEMAHNYA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI BURUH WANITA Oleh: Annida Addiniaty *
LEMAHNYA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI BURUH WANITA Oleh: Annida Addiniaty * Pekerjaan merupakan suatu hal yang sangat krusial yang harus dimiliki dan di lakukan oleh setiap orang. Karena tanpa pekerjaan seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bisnis yang menjanjikan, menjadikan banyak pekerja terlibat, termasuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan tempat hiburan malam dewasa ini semakin hari semakin bertambah jumlahnya. Tidak dipungkiri bahwa tempat hiburan malam berperan penting sebagai penggerak
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: perempuan pada malam hari. Selain itu juga diatur dalam Undang-Undang
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan juga pembahasan tentang perlindungan hukum dan pengawasan terhadap pekerja perempuan yang bekerja malam hari oleh Dinas Tenaga Kerja, Sosial
Lebih terperinciPERLINDUNGAN DAN PENGAWASAN TENAGA KERJA
HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN VIII) PERLINDUNGAN DAN PENGAWASAN TENAGA KERJA copyright by Elok Hikmawati 1 Penyandang Cacat Pengusaha yang mempekerjakan tenaga kerja penyandang cacat wajib memberikan perlindungan
Lebih terperinciProsiding Ilmu Hukum ISSN: X
Prosiding Ilmu Hukum ISSN: 2460-643X Pemberian Cuti dan Waktu Istirahat Kerja Kepada Tenaga Kerja Wanita Dihubungkan dengan Perlindungan terhadap Hak Reproduksi Wanita Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun
Lebih terperinciPERLINDUNGAN TERHADAP PEKERJA WANITA YANG SEDANG HAMIL
PERLINDUNGAN TERHADAP PEKERJA WANITA YANG SEDANG HAMIL ABSTRACT oleh Rezki Permatawati Ni Putu Purwanti Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana Some companies that require women to voluntarily
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. himpun menyebutkan bahwa jumlah pekerja perempuan di sebagian besar daerah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Jumlah pekerja perempuan di Indonesia semakin meningkat. Peran wanita dalam membangun ekonomi bangsa semakin diperhitungkan. Data yang penulis himpun menyebutkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan nasional sekarang, yang menitikberatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan nasional sekarang, yang menitikberatkan pada pembangunan dalam mensejahterakan rakyat Indonesia dalam berbagai aspek, hukum mempunyai fungsi
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. kurang mengawal. Terbukti masih adanya beberapa perusahaan yang memberi
94 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa belum efektifnya implementasi ratifikasi konvensi ILO No.111 di kota Makassar. Secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tenaga kerja memiliki peranan penting sebagai tulang punggung. perusahaan, karena tanpa adanya tenaga kerja, perusahaan tidak dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga kerja memiliki peranan penting sebagai tulang punggung perusahaan, karena tanpa adanya tenaga kerja, perusahaan tidak dapat beroperasi dan berpartisipasi dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekitar 25 juta di antaranya tergolong usia reproduksi (15-45 tahun). 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pekerja/buruh perempuan merupakan arus utama dalam bidang industry di Indonesia. Menurut data Kementerian Kesehatan, jumlah pekerja/buruh perempuan di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara dalam bidang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan jumlah total populasi sekitar 250 juta penduduk, maka dikategorikan berpenduduk terpadat nomor empat di dunia (http://www.indonesia-investments.com/id/budaya/demografi/item67).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Dalam pelaksanaan pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perlindungan hukum pada dasarnya tidak membedakan antara pria dan perempuan, terutama dalam hal pekerjaan. Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi
Lebih terperinciHAK IBU BEKERJA UNTUK MENYUSUI
HAK IBU BEKERJA UNTUK MENYUSUI Selamat Ya!! Anda tetap memutuskan untuk memberikan ASI kepada buah hati tercinta, walaupun anda akan kembali bekerja IBU BEKERJA BERHAK TETAP MENYUSUI ANAKNYA Rekomendasi
Lebih terperinciLex et Societatis, Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA WANITA YANG SEDANG HAMIL DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 1 Oleh : Zsa Zsa Kumalasari 2 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A Latar Belakang Masalah. Pekerja baik laki-laki maupun perempuan bukan hanya sekedar sebagai
BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Pekerja baik laki-laki maupun perempuan bukan hanya sekedar sebagai modal dari suatu usaha yang maju tetapi juga merupakan jalan atau modal utama untuk terselenggaranya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dibandingkan dengan pengusaha yang kedudukannya lebih kuat sehingga para
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dilihat dari dunia hubungan kerja, pekerja merupakan pihak yang lemah dibandingkan dengan pengusaha yang kedudukannya lebih kuat sehingga para pekerja perlu
Lebih terperinciKEPMEN NO. 224 TH 2003
KEPMEN NO. 224 TH 2003 KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 224 /MEN/2003 TENTANG KEWAJIBAN PENGUSAHA YANG MEMPEKERJAKAN PEKERJA/BURUH PEREMPUAN ANTARA PUKUL
Lebih terperinciKEBIJAKAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA PEREMPUAN. Direktorat Pengawasan Norma Kerja Perempuan dan Anak
KEBIJAKAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA PEREMPUAN Direktorat Pengawasan Norma Kerja Perempuan dan Anak 1 KONDISI SAAT INI U U 13-2003 Pengawasan NK A (Act) P (Plan) Terlindunginya hak-hak pekerja C (Check)
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 64 TAHUN 2012
PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 64 TAHUN 2012 TENTANG PENCATATAN BAGI PENGUSAHA YANG MEMPEKERJAKAN PEKERJA PEREMPUAN ANTARA PUKUL 23.00 SAMPAI DENGAN PUKUL 07.00 WIB DI KABUPATEN KARAWANG DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam Pasal 27 ayat (2) dan Pasal 28 UUD 1945 yang menyatakan: Tiap-tiap
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak negara ini didirikan, bangsa Indonesia telah menyadari bahwa pekerjaan merupakan kebutuhan asasi warga negara sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 27
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pekerja atau buruh. Oleh karena itu seorang tenaga kerja sebagai subyek
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kerja merupakan modal utama pembangunan masyarakat nasional Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Tujuan terpenting dalam pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. trampil cenderung pindah ke kota untuk mencari pengalaman. Oleh karena itu,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang tinggi dan penyebaran penduduk yang kurang merata, merupakan faktor yang sangat mempengaruhi masalah ketenagakerjaan di Indonesia. Kebutuhan
Lebih terperinciPERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK PEKERJA PEREMPUAN DI BIDANG KETENAGAKERJAAN 1. Suci Flambonita 2 ABSTRAK
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK PEKERJA PEREMPUAN DI BIDANG KETENAGAKERJAAN 1 Suci Flambonita 2 ABSTRAK Asas yang mendasari hak bagi perempuan diantaranya hak perspektif gender dan anti diskriminasi dalam
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Berdasarkan BPS (2010), jumlah penduduk miskin di Indonesia mengalami penurunan sebesar 1,5 juta orang. Pada Maret 2009, jumlah penduduk miskin sebesar 32,5 juta orang, sedangkan
Lebih terperinci2. Para Bupati/Walikota di- Seluruh Indonesia
MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA Jakarta, 19 Oktober 2006 Kepada Yth: 1. Para Gubemur 2. Para Bupati/Walikota di- Seluruh Indonesia SURAT EDARAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN, MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI, DAN MENTERI KESEHATAN
PERATURAN BERSAMA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN, MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI, DAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 48/MEN.PP/XII/2008, PER.27/MEN/XII/2008, DAN 1177/MENKES/PB/XII/2008 TAHUN 2008
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diatur dengan baik agar dapat terpenuhinya hak-hak pekerja terutama hak perlindungan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan hukum dalam pergaulan hidup adalah sebagai sesuatu yang melindungi, memberi rasa aman, tentram dan tertib untuk mencapai kedamaian dan keadilan setiap
Lebih terperinciPERATURAN BERSAMA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN, MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI, DAN MENTERI KESEHATAN
PERATURAN BERSAMA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN, MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI, DAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 48/Men.PP/XII/2008 NOMOR : PER. 27/MEN/XII/2008 NOMOR : 1177/Menkes/PB/XII/2008
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM DAN PENGAWASAN PEKERJA PEREMPUAN MALAM HARI
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM DAN PENGAWASAN PEKERJA PEREMPUAN MALAM HARI A. Tinjauan Umum tentang Perlindungan Hukum terhadap Pekerja Perempuan Malam Hari 1. Pengertian Perlindungan
Lebih terperinciK105 PENGHAPUSAN KERJA PAKSA
K105 PENGHAPUSAN KERJA PAKSA 1 K 105 - Penghapusan Kerja Paksa 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan bagi laki-laki dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 alinea ke IV, berisi tujuan negara bahwa salah satu tugas Pemerintah Negara Indonesia adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan pria di depan hukum dalam hal memperoleh kehidupan yang. yang dinginkanya dengan catatan wanita tersebut melakukan pekerjaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penjelasan umum Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan menegaskan bahwa setiap tenaga kerja mempunyai hak dan kesempatan sama untuk memperoleh
Lebih terperinciRESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 012/PUU-I/2003
RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 012/PUU-I/2003 I. PARA PEMOHON Saepul Tavip, dkk KUASA HUKUM Surya Tjandra, SH., LL.M. dkk II. PENGUJIAN UNDANG-UNDANG Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Lebih terperinciDiscrimination and Equality of Employment
Discrimination and Equality of Employment Pertemuan ke-3 Disusun oleh: Eko Tjiptojuwono Sumber: 1. Mathis, R.L. and J.H. Jackson, 2010. Human Resources Management 2. Stewart, G.L. and K.G. Brown, 2011.
Lebih terperinciPERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA WANITA DALAM PERJANJIAN KERJA
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA WANITA DALAM PERJANJIAN KERJA Imas Rosidawati Wiradirja Universitas Islam Nusantara, Jl. Soekarno Hatta No.530 Bandung, Indonesia. (022) 7507421, E-mail: i_rosida_df@yahoo.co.id
Lebih terperinciK156 Konvensi Pekerja dengan Tanggung Jawab Keluarga, 1981
K156 Konvensi Pekerja dengan Tanggung Jawab Keluarga, 1981 2 K-156 Konvensi Pekerja dengan Tanggung Jawab Keluarga, 1981 K156 Konvensi Pekerja dengan Tanggung Jawab Keluarga, 1981 Konvensi mengenai Kesempatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TENAGA KERJA PEREMPUAN, CITY HOTEL, DAN PERJANJIAN KERJA. Adanya jaminan yang dituangkan di dalam Undang-undang Dasar
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TENAGA KERJA PEREMPUAN, CITY HOTEL, DAN PERJANJIAN KERJA 2.1. Tenaga Kerja Perempuan Adanya jaminan yang dituangkan di dalam Undang-undang Dasar 1945Pasal 27 ayat (2) berbunyi
Lebih terperinciPENDAHULUAN. mungkin tercapai tanpa memberikan jaminan hidup, sebaliknya jaminan hidup
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum Perburuhan atau Ketenagakerjaan merupakan seperangkat aturan dan norma baik tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur pola hubungan industrial antara pengusaha, disatu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEKERJA, PEKERJA KONTRAK, DAN HAK CUTI. 2.1 Tinjauan Umum Tentang Pekerja dan Pekerja Kontrak
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEKERJA, PEKERJA KONTRAK, DAN HAK CUTI 2.1 Tinjauan Umum Tentang Pekerja dan Pekerja Kontrak 2.1.1 Pengertian pekerja Istilah buruh sudah dipergunakan sejak lama dan sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan pesat tersebut adalah sektor industri.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang sedang berkembang tentunya pada saat ini sedang melaksanakan pembangunan di segala bidang. Pembangunan yang sedang
Lebih terperinciJam Kerja, Cuti dan Upah. Lusiani Julia Program Officer ILO Jakarta April 2017
Jam Kerja, Cuti dan Upah Lusiani Julia Program Officer ILO Jakarta April 2017 Tujuan Pembelajaran Mengenal peraturan yang terkait dengan jam kerja, cuti dan upah Waktu Kerja Watu Istirahat Waktu Kerja
Lebih terperinciJURNAL HUKUM ANALISIS YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN KERJA SECARA LISAN ANTARA PENGUSAHA DAN PEKERJA DI UD NABA JAYA SAMARINDA ABSTRAKSI
JURNAL HUKUM ANALISIS YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN KERJA SECARA LISAN ANTARA PENGUSAHA DAN PEKERJA DI UD NABA JAYA SAMARINDA ABSTRAKSI RISMAN FAHRI ADI SALDI. NIM : 0810015276. Analisis Terhadap Perjanjian
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.102 /MEN/VI/2004 TENTANG WAKTU KERJA LEMBUR DAN UPAH KERJA LEMBUR
MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.102 /MEN/VI/2004 TENTANG WAKTU KERJA LEMBUR DAN UPAH KERJA LEMBUR MENTERI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makmur dan merata baik materiil maupun spiritual. 1 Dalam proses pembangunan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ketenagakerjaan sebagai bagian integral dari pembangunan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara RI Tahun 1945, dilaksanakan dalam
Lebih terperinciStandar Ketenagakerjaan Internasional tentang Kesetaraan dan Non Diskriminasi
Standar Ketenagakerjaan Internasional tentang Kesetaraan dan Non Diskriminasi Lusiani Julia, Program Officer Kantor ILO Jakarta Jakarta, 6 September 2016 Isi Pemaparan Mandat dan Fungsi ILO Standar Ketenagakerjaan
Lebih terperinciOleh: Arum Darmawati. Disampaikan pada acara Carrier Training Preparation UGM, 27 Juli 2011
Oleh: Arum Darmawati Disampaikan pada acara Carrier Training Preparation UGM, 27 Juli 2011 Hukum Ketenagakerjaan Seputar Hukum Ketenagakerjaan Pihak dalam Hukum Ketenagakerjaan Hubungan Kerja (Perjanjian
Lebih terperinciTINJAUAN ATAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK MENYUSUI ANAK SELAMA WAKTU KERJA DI TEMPAT KERJA BAGI PEKERJA PEREMPUAN. Marlia Eka Putri A.T.
TINJAUAN ATAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK MENYUSUI ANAK SELAMA WAKTU KERJA DI TEMPAT KERJA BAGI PEKERJA PEREMPUAN Marlia Eka Putri A.T. Dosen Bagian Hukum Administrasi Negara FH Universitas Lampung
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dimana perlindungan tersebut menurut hukum dan undang-undang yang berlaku. Karena pada
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perlindungan Hukum Di dalam Kamus Umum khususnya bidang hukum dan politik hal. 53 yang ditulis oleh Zainul Bahry, S.H., Perlindungan Hukum terdiri dari 2 suku kata yaitu: Perlindungan
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PENANGGUHAN PELAKSANAAN UPAH MINIMUM PROVINSI
PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PENANGGUHAN PELAKSANAAN UPAH MINIMUM PROVINSI Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI
Lebih terperinciKESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA ( K3 ) DAN HUKUM KETENAGAKERJAAN
MATA KULIAH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA ( K3 ) DAN HUKUM KETENAGAKERJAAN DOSEN : HASTORO WIDJAJANTO, SH. MH. SKS : 2 ( DUA ) TUJUAN : - MENGETAHUI HUBUNGAN ANTARA PEKERJA/BURUH DAN PEMILIK PERUSAHAAN
Lebih terperinciPERLINDUNGAN DAN PENGAWASAN TENAGA KERJA (2)
HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN IX) PERLINDUNGAN DAN PENGAWASAN TENAGA KERJA (2) copyright by Elok Hikmawati 1 PENGUPAHAN Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai
Lebih terperinciK 183 KONVENSI PERLINDUNGAN MATERNITAS, 2000
K 183 KONVENSI PERLINDUNGAN MATERNITAS, 2000 2 K-183 Konvensi Perlindungan Maternitas, 2000 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan
Lebih terperinciKEPMEN NO. 231 TH 2003
KEPMEN NO. 231 TH 2003 KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 231 /MEN/2003 TENTANG TATA CARA PENANGGUHAN PELAKSANAAN UPAH MINIMUM MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
Lebih terperinci2. Konsep dan prinsip
Diskriminasi dan kesetaraan: 2. Konsep dan prinsip Kesetaraan and non-diskriminasi di tempat kerja di Asia Timur dan Tenggara: Panduan 1 Tujuan belajar 1. Menganalisa definisi diskriminasi di tempat kerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sabang sampai Merauke, di mana di dalamnya terdapat populasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari Sabang sampai Merauke, di mana di dalamnya terdapat populasi kependudukan yang sangat meningkat pada setiap
Lebih terperinciTENAGA KERJA WANITA DAN PERLINDUNGAN IR. KALSUM. Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
TENAGA KERJA WANITA DAN PERLINDUNGAN IR. KALSUM Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara I. PENDAHULUAN Jalur usaha yang turut menentukan keberhasilan permbangunan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Peran menurut Soerjono Soekanto (1982 : 60) adalah suatu sistem kaidah kaidah yang berisikan
TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Peran Peran menurut Soerjono Soekanto (1982 : 60) adalah suatu sistem kaidah kaidah yang berisikan patokan patokan perilaku, pada kedudukan kedudukan tertentu dalam masyarakat,
Lebih terperinciPokok-pokok Rancangan Peraturan Daerah di Bidang Pelatihan Kerja
Pokok-pokok Rancangan Peraturan Daerah di Bidang Pelatihan Kerja DISAMPAIKAN OLEH: ATIEK CHRISNARINI, S.H., M.Si. BIRO HUKUM KEMNAKER 1 1 DASAR HUKUM 1. UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN;
Lebih terperinciBAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Perspektif jender hak pekerja wanita untuk menyusui anaknya saat
43 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. Perspektif jender hak pekerja wanita untuk menyusui anaknya saat bekerja masih mengandung ketidakadilan jender. Pasal 83 Undang- Undang No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TENAGA KERJA YANG BEKERJA MELEBIHI WAKTU JAM KERJA
18 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TENAGA KERJA YANG BEKERJA MELEBIHI WAKTU JAM KERJA 2.1 Pengertian Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan modal utama serta pelaksanaan dari pembangunan
Lebih terperinciKonvensi 183 Tahun 2000 KONVENSI TENTANG REVISI TERHADAP KONVENSI TENTANG PERLINDUNGAN MATERNITAS (REVISI), 1952
Konvensi 183 Tahun 2000 KONVENSI TENTANG REVISI TERHADAP KONVENSI TENTANG PERLINDUNGAN MATERNITAS (REVISI), 1952 Komperensi Umum Organisasi Perburuhan Internasional, Setelah disidangkan di Jeneva oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengikat maka Komisi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Kedudukan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Tahun 1967 telah mengeluarkan Deklarasi mengenai Penghapusan Diskriminasi Terhadap Wanita. Deklarasi tersebut memuat hak dan
Lebih terperinciK177 Konvensi Kerja Rumahan, 1996 (No. 177)
K177 Konvensi Kerja Rumahan, 1996 (No. 177) 1 K177 - Konvensi Kerja Rumahan, 1996 (No. 177) 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan
Lebih terperinciCOMPANY POLICY OF EMPLOYMENTS 2016
COMPANY POLICY OF EMPLOYMENTS 2016 PEMENUHAN KONVENSI PERBURUHAN INTERNASIONAL Kami berkomitmen untuk mematuhi semua hukum dan peraturan terkait Ketenagakerjaan yang berlaku. Disamping itu praktek ketenagakerjaan
Lebih terperinciFAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2010
SKRIPSI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA PEREMPUAN YANG BEKERJA DI MALAM HARI Skripsi ini Disusun untuk Melengkapi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas
Lebih terperinciK111 DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN
K111 DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN 1 K 111 - Diskriminasi dalam Pekerjaan dan Jabatan 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
13 A. KERANGKA TEORI 1. Tinjauan tentang hukum tenagakerja a. Pengertian Hukum Tenagakerja BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian hukum yang dikemukan oleh para ahli hukum berbedabeda satu dengan yang lainnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nasional. Tenaga kerja (man power) adalah penduduk yang sudah atau sedang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tenaga kerja mempunyai peran yang sangat penting dalam pembangunan nasional. Tenaga kerja (man power) adalah penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang
Lebih terperinciPANDANGAN KARYAWAN TENTANG HAK BEKERJA: SEBUAH STUDI DESKRIPTIF DI KALANGAN KARYAWAN DI PERGURUAN TINGGI
PANDANGAN KARYAWAN TENTANG HAK BEKERJA: SEBUAH STUDI DESKRIPTIF DI KALANGAN KARYAWAN DI PERGURUAN TINGGI Anita Maharani 1 Abstrak Hubungan industrial, secara sederhana dapat didefinisikan sebagai hubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk mewujudkan masyarakat
Lebih terperinciPEREMPUAN DAN PEMBANGUNAN OLEH: KHOFIFAH INDAR PARAWANSA DISAMPAIKAN DI KONFERENSI DAN SIDANG UMUM INFID JAKARTA, 14 OKTOBER 2014
PEREMPUAN DAN PEMBANGUNAN OLEH: KHOFIFAH INDAR PARAWANSA DISAMPAIKAN DI KONFERENSI DAN SIDANG UMUM INFID JAKARTA, 14 OKTOBER 2014 PROBLEM PEREMPUAN INDONESIA PENDUDUK MISKIN INDONESIA TAHUN 2009 DATA BPS
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG SYARAT-SYARAT PENYERAHAN SEBAGIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KEPADA PERUSAHAAN LAIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciTujuan UUK adalah kesejahteraan tenaga kerja: Memperoleh, meningkatkan, mengembangkan kompetensi kerja.
UU No. 13 / 2003 Tujuan UUK adalah kesejahteraan tenaga kerja: Kesempatan memperoleh pekerjaan. Perlakuan yang sama dari pengusaha. Memperoleh, meningkatkan, mengembangkan kompetensi kerja. Kesempatan
Lebih terperinciBAB II RUANG LINGKUP INSTANSI
BAB II RUANG LINGKUP INSTANSI 2.1. Sejarah Dinas Tenaga Kerja Republik Indonesia Sejarah Dinas Tenaga Kerja tidak lepas dari perjuangan bangsa dan tatanan politik yang berkembang sejak Proklamasi 17 agustus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan ketenagakerjaan sebagai bagian integral dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ketenagakerjaan sebagai bagian integral dari pembangunan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, dilaksanakan
Lebih terperinciBAB III KONSISTENSI PENGATURAN HAK KESEHATAN REPRODUKSI PEREMPUAN
BAB III KONSISTENSI PENGATURAN HAK KESEHATAN REPRODUKSI PEREMPUAN A. Bidang Kesehatan Dasar fundamental mengenai Hak atas kesehatan diatur dalam Konstitusi UUD 1945 Pasal 28A Setiap orang berhak untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara yang sedang giat-giatnya. membangun untuk meningkatkan pembangunan disegala sektor dengan tujuan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara yang sedang giat-giatnya membangun untuk meningkatkan pembangunan disegala sektor dengan tujuan untuk kemakmuran rakyat Indonesia.
Lebih terperinciKesetaraan gender di tempat kerja: Persoalan dan strategi penting
Kesetaraan gender di tempat kerja: Persoalan dan strategi penting Kesetaraan dan non-diskriminasi di tempat kerja di Asia Timur dan Tenggara: Panduan 1 Tujuan belajar 1. Menguraikan tentang konsep dan
Lebih terperinciMENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN
MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 49/MEN/2004 TENTANG KETENTUAN STRUKTUR DAN SKALA UPAH MENTERI TENAGA
Lebih terperinciKEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK PERLINDUNGAN HAK PEREMPUAN DALAM KETENAGAKERJAAN
KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK PERLINDUNGAN HAK PEREMPUAN DALAM KETENAGAKERJAAN KONDISI KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA Jenis Kegiatan Laki-laki Perempuan Jumlah Penduduk Berumur
Lebih terperinciFORMULIR LAPORAN PENYELENGGARAAN FASILITAS KESEJAHTERAAN PEKERJA/BURUH PADA PERUSAHAAN DI PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI SUKU DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN l. Prapanca Raya No. 9 Blok B Lt. 10 Telp.
Lebih terperinciHak atas Pekerjaan dan Penghidupan yang Layak: Kasus Hak Buruh
Hak atas Pekerjaan dan Penghidupan yang Layak: Kasus Hak Buruh R. Herlambang Perdana Wiratraman, SH., MA. Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 21 Mei 2008 Pokok Bahasan
Lebih terperinciK106 ISTIRAHAT MINGGUAN DALAM PERDAGANGAN DAN KANTOR- KANTOR
K106 ISTIRAHAT MINGGUAN DALAM PERDAGANGAN DAN KANTOR- KANTOR 1 K-106 Istirahat Mingguan Dalam Perdagangan dan Kantor-Kantor 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Berdasarkan apa yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya maka. dalam penulisan tesis ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
107 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan apa yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya maka dalam penulisan tesis ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Pengawasan Ketenagakerjaan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu syarat keberhasilan pembangunan nasional kita adalah kualitas
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Salah satu syarat keberhasilan pembangunan nasional kita adalah kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia. Kenyataan telah membuktikan bahwa faktor ketenagakerjaan
Lebih terperinciANALISIS KETENTUAN HUKUM TERHADAP PEKERJA PEREMPUAN PADA MALAM HARI DI ALFAMART KECAMATAN RAPPOCINI KOTA MAKASSAR
23 ANALISIS KETENTUAN HUKUM TERHADAP PEKERJA PEREMPUAN PADA MALAM HARI DI ALFAMART KECAMATAN RAPPOCINI KOTA MAKASSAR Oleh: AYU ANDIRA Mahasiswa Jurusan PPKn FIS Universitas Negeri Makassar MUSTARI Dosen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting dan strategis dalam pembangunan serta berjalannya perekonomian bangsa.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buruh adalah salah satu bagian sosial dari bangsa yang seharusnya dianggap penting dan strategis dalam pembangunan serta berjalannya perekonomian bangsa. Opini masyarakat
Lebih terperinciPELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEKERJA WANITA YANG BEKERJA PADA MALAM HARI DI HARD ROCK CAFE KABUPATEN BADUNG
PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEKERJA WANITA YANG BEKERJA PADA MALAM HARI DI HARD ROCK CAFE KABUPATEN BADUNG Oleh: Nittya Satwasti Sugita I Ketut Markeling I Ketut Sandi Sudarsana Bagian Hukum Perdata
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengawasan Ketenagakerjaan Oleh Pegawai Pengawas. Menurut Hari Supriyanto (2004:73) :
19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pengawasan Ketenagakerjaan Oleh Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan Menurut Hari Supriyanto (2004:73) : Hukum perburuhan yang memiliki unsur publik yang menonjol
Lebih terperinciHUBUNGAN KERJA DAN HUBUNGAN INDUSTRIAL
HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN III) HUBUNGAN KERJA DAN HUBUNGAN INDUSTRIAL copyright by Elok Hikmawati 1 HUBUNGAN KERJA Hubungan Kerja adalah suatu hubungan yang timbul antara pekerja dan pengusaha setelah
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR
PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PERLINDUNGAN BURUH/PEKERJA INFORMAL DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciPENGUATAN ORGANISASI BURUH UNTUK MEMPROMOSIKAN PENINGKATAN DAN KONDISI KERJA DI TEMPAT KERJA
PENGUATAN ORGANISASI BURUH UNTUK MEMPROMOSIKAN PENINGKATAN DAN KONDISI KERJA DI TEMPAT KERJA By : Indonesia Akhmad Soim, S.H., M.H. Confederation of Indonesia Prosperity Trade Union Akhmad Jumali Indonesian
Lebih terperinciJURNAL ILMIAH. Oleh : NI WAYAN MEGA JAYANTARI D1A 007 204 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM MATARAM 2013
1 JURNAL ILMIAH PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA PEREMPUAN PADA MALAM HARI DI MINIMARKET ALFAMART MATARAM (Studi Berdasarkan Undang-Undang No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan) Oleh : NI WAYAN MEGA
Lebih terperinciPEKERJA ANAK. Dibahas dalam UU NO 13 Tahun 2003 Bab X Perlindungan, Pengupahan, dan Kesejaterahan Bagian 1 Paragraf 2.
PEKERJA ANAK Dibahas dalam UU NO 13 Tahun 2003 Bab X Perlindungan, Pengupahan, dan Kesejaterahan Bagian 1 Paragraf 2. PASAL 68 Pengusaha dilarang mempekerjakan anak Pasal 69 1. Ketentuan sebagaimana dimaksud
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam UUD 1945 Pasal 27 ayat 2 yang berbunyi Tiap-tiap warga negara. pernyataan tersebut menjelaskan bahwa negara wajib memberikan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri dan membutuhkan bantuan dari orang lain. Untuk dapat mempertahankan
Lebih terperinciMENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG WAKTU KERJA DAN WAKTU ISTIRAHAT PADA KEGIATAN USAHA
Lebih terperinci