BAB I PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan nasional sekarang, yang menitikberatkan

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan nasional sekarang, yang menitikberatkan pada pembangunan dalam mensejahterakan rakyat Indonesia dalam berbagai aspek, hukum mempunyai fungsi yang sangat penting dalam menunjang kemajuan bangsa di Indonesia. 1 Hampir setiap bidang kehidupan sekarang ini diatur oleh peraturanperaturan hukum. Melalui penormaan terhadap tingkah laku manusia, hukum menelusuri hampir semua bidang kehidupan manusia. Campur tangan hukum yang semakin meluas kedalam bidang kehidupan masyarakat memyebabkan masalah efektivitas penerapan hukum menjadi semakin penting untuk diperhitungkan. Itu artinya hukum harus dapat menjadi institusi yang bekerja secara efektif di dalam masyarakat. Bagi suatu masyarakat yang sedang membangun, hukum selalu dikaitkan dengan usaha-usaha untuk meningatkan taraf kehidupan masyarakat kearah yang lebih baik, sebab melalui norma hukum yangdimaksud, maka diharapkan ketertiban dan kepastian dapat terpenuhi sehingga mampu mewujudkan apa yang dicita-citakan dalam kehidupan masyarakat. Dalam pelaksanaan pembangunan nasional, satu hal yang juga perlu diperhatikan adalah mengenai tenaga kerja. Tenaga kerja mempunyai peranan dan 1 F.X Djumiadji, 1987, Perjanjian Pemborongan, Bina Aksara, Jakarta, hlm.1 1

2 kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan. 2 Sejalan dengan itu, pembangunan ketenagakerjaan diarahkan untuk meningkatkan kualitas dan kontribusi tenaga kerja dalam pembangunan serta melindungi hak dan kepentingannya sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan. Pembangunan ketenagakerjaan sebagai bagian integral dari pembangunan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dilaksanakan untuk meningkatkan harkat, martabat, dan harga diri tenaga kerja serta mewujudkan masyarakat sejahtera, adil, makmur dan merata, baik materil maupun spiritual. 3 Hal ini sejalan dengan apa yang telah diatur dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, bahwa pembangunan ketenagakerjaan bertujuan untuk : 1. Memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan manusiawi, 2. Mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan nasional dan daerah, 3. Memberikan perlindungan bagi tenaga kerja dalam mewujudkan kesejahteraan, 4. Meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya. 2 Melihat pada bagian menimbang huruf c, Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan 3 B. Sastrohadiwiryo, 2005, Manajemen Tenaga Kerja Indonesia (Pendekatan Administratif dan Operasional, PT. Bumi Aksara, Jakarta, hlm. 1 2

3 Hal tersebut juga dipertegas pada Pasal 5 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, yaitu Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan.berdasar pada beberapa landasan, dalam pemberian atau keterlibatan untuk menjadi tenaga kerja dengan menitik beratkan terhadap unsur kesamarataan, maka bukan hanya tenaga kerja laki-laki tetapi tenaga kerja perempuan juga mempunyai hak-hak yang melekat pada dirinya sebagai tenaga kerja, sehingga seharusnyalah masalah partisipasi perempuan dalam pembangunan nasional termasuk partisipasi sebagai tenaga kerja dapat ditelaah lebih mendalam lagi. 4 Bahwa pada perkembangan saat ini, laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan kerja yang sama. Perempuan mempunyai potensi yang besar terhadap pembangunan, sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa keberhasilan dalam pelaksanaan pembangunan bukan hanya terletak pada peran laki-laki saja tetapi peran serta perempuan juga turut diperhitungkan. Kaum perempuan sekarang ini telah mencoba mensejajarkan diri dengan kaum laki-laki untuk bekerja di luar rumah sebagai pekerja. Adanya emansipasi terhadap kaum perempuan memperlihatkan keberadaan perempuan yang mampu berkontribusi sebagai pekerja di berbagai sektor tanpa harus meninggalkan kodratnya sebagai perempuan. Dengan semakin besarnya kesempatan bagi perempuan untuk bekerja, maka perlindungan terhadap hak-hak pekerja perempuan harus lebih diperhatikan oleh pemerintah. Pekerja perempuan dalam prakteknya memiliki perbedaan yang bersifat kodrati alamiah dengan pekerja laki-laki yang bersifat permanen dan tidak 4 Achie sudiarti, 2014, Cedaw : Menegakkan Hak Asasi Perempuan, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, hlm. 9 3

4 dapat diubah. 5 Berdasarkan kodrat itulah kemudian timbul hak-hak khusus bagi pekerja perempuan yang berkaitan dengan fungsi reproduksi sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, yaitu hak atas cuti haid, hak atas cuti melahirkan dan gugur kandungan, hak menyusui pada waktu kerja, serta larangan pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja perempuan dengan alasan menikah, hamil dan melahirkan. Perlindungan hak-hak khusus pekerja perempuan yang berkaitan dengan fungsi reproduksi juga telahmenjadi salah satu isu yang cukup penting saat ini di Indonesia. Perlindungan hak-hak fungsi reproduksi pekerja perempuan terkait erat dengan pemenuhan hak atas cuti seperti yang disebutkan diatas. Undang-undang telah memberikan perlindungan terhadap pelaksanaan perlindungan hak-hak khusus yang berkaitan dengan fungsi reproduksi pekerja perempuan, namun pada prakteknya, pelaksanaan terhadap aturan cuti haid maupun cuti melahirkan yang tidak diberikan secara maksimal masih kerap terjadi. Seperti yang santer dialami saat ini oleh tenaga kesehatan yakni Bidan Pegawai Tidak Tetap (PTT). Bidan Pegawai Tidak Tetap adalah Bidan yang bukan pegawai negeri dengan masa tugas selama 3 (tiga) tahun. 6 Bidan PTT diangkat oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan pekerjaan sebagai Bidan dalam rangka pelaksanaan program pemerintah. Pengangkatan dan penempatan Bidan PTT oleh Pemerintah dilaksanakan oleh Menteri Kesehatan melalui Kepala Biro Kepegawaian Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangan dan mekanisme daerah masing-masing. Pengangkatan 5 Shanty Dellyana, 2004, Wanita dan Anak Dimata Hukum, Liberty, Yogyakarta, hlm Pasal 9 ayat (1), PERMENKES Nomor 7 Tahun 2013 tentang Pedoman Pengangkatan Dan Penempatan Dokter Dan Bidan Sebagai Pegawai Tidak Tetap 4

5 dan penempatan Bidan sebagai PTT hanya dapat dilakukan untuk ditempatkan sebagai Bidan di desa dengan kriteria biasa, terpencil, atau sangat terpencil. 7 Bidan PTT dalam melaksanakan pekerjaannya juga berhak atas upah atau gaji pokok, seperti yang telah diamanahkan pada Pasal 14 ayat (1) poin a, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 7 Tahun 2013 tentang Pengangkatan dan Penempatan Dokter dan Bidan PTT, yang berbunyi : Bidan sebagai PTT berhak mempoeroleh penghasilan berupa gaji pokok atau tunjangan lain. Beberapa ketentuan atau penjelasan mengenai bidan PTT diatas telah mewakili unsur-unsur perjanjian kerja yakni, adanya unsur pekerjaan, unsur perintah, unsur waktu tertentu dan unsur upah. Pada UU No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pada Pasal 1 poin 2 yang berbunyi juga mengatakan, Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Selanjutnya pada poin 3 Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Berdasar pada ketentuan tersebut maka dalam hal ini Bidan PTT juga termasuk kategori pekerja. Pemerintah dalam memenuhi kebutuhan atau hak-hak dari para bidan PTT, telah melakukan berbagai upaya termasuk dengan membuat kebijakan, diantaranya adalah kebijakan soal hak cuti hamil bidan PTT. Dalam pemberian cuti hamil buat bidan PTT, pemerintah dalam hal ini Kementrian Kesehatan RI pada Pasal 14 ayat (1) poin e, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 7 Tahun 2013 tentang Pengangkatan dan Penempatan Dokter dan Bidan PTT, yang berbunyi 7 Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 7 Tahun 2013 Tentang Pedoman Pengangkatan Dan Penempatan Dokter Dan Bidan Sebagai Pegawai Tidak Tetap 5

6 memperoleh cuti bersalin selama 40 (empat puluh) hari kalendersesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, setelah bertugas paling sedikit selama 1 (satu) tahun. Bidan PTT selain sebagai tenaga yang membantu persalinan perempuan hamil juga tak luput dari kapasitasnya untuk hamil dan melahirkan seperti tenaga kerja perempuan yang memiliki hak atas reproduksinya secara umum. 8 Berdasarkan pada pasal dapat disimpulkan bahwa masa cuti hamil untuk bidan PTT yakni selama 40 (empat puluh) hari kalendersesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, setelah bertugaspaling sedikit selama 1 (satu) tahun. Bidan PTT sebagai Pekerja/buruh perempuan disertai dengan sifat kodratinya. Merujuk pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 7 Tahun 2013 dalam terkhusus dalam pemberian cuti hamil ini bertentangan dengan apa yang diamanahkan oleh Pasal 82 Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang memberikan masa cuti hamil selama 1,5 (satu setengah) bulan sebelum saatnya melahirkan anak dan 1,5 (satu setengah) bulan sesudah melahirkan menurut perhitungan dokter kandungan atau bidan. Pemberian cuti hamil untuk Bidan PTT sebanyak 40 hari, jika ditelusuri lebih lanjut juga akan berbenturan dengan efektifitas pemberian ASI eksklusif. ASI eksklusif adalah memberikan ASI secara penuh kepada bayi usia 0 6 bulan tanpa tambahan makanan pendamping ASI apapun, setelah itu ASI harus tetap diberikan hingga usia bayi 2 tahun dengan pendamping makanan. 9 Pemberian ASI eksklusif sendiri cukup memegang peran penting dalam menurunkan angka 8 Nurul Ramadhani, 2009, Gender dalam Bidang Kesehatan, Alfabeta, Bandung, hlm diakses pada tanggal 3 Januari 2017, pukul WIB 6

7 kematian anak dan meningkatkan kesehatan serta kecerdasan anak. Pemberian ASI eksklusif juga telah diatur dalam Peraturan Bersama Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, dan Menteri Kesehatan No. 48/MEN.PP/XII/2008, PER.27/MEN/XII/2008, dan 1177/MENKES/PB/XII/2008 Tahun 2008 tentang Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu Selama Waktu Kerja di Tempat Kerja, dimana dalam peraturan tersebut terkait dengan pemberian ASI eksklusif secara garis besar telah di akui sebagai program nasional untuk tercapainya pemberian ASI ekslusif 6 bulan dan dilanjutkan dengan pemberian ASI sampai bayi berusia 2 tahun. Keberadaan bidan PTT di daerah tertinggal dengan memegang fungsi utama digaris terdepan dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak memang bukanlah pekerjaan mudah, karna dalam menjalankan fungsi tersebut dibutuhkanlah perjuangan besar. Hal ini juga tidak jauh berbeda dengan apa yang dialami oleh 99 tenaga bidan PTT yang berada di Kabupaten Jeneponto Provinsi Sulawesi Selatan. Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 131 tahun 2015Tentang Penetapan Daerah Tertinggal Tahun , pada lampirannya mentapkan 122 Kabupaten yang tersebar seluruh Indonesia sebagai daerah tertinggal dan termasuk didalamnya Kabupaten Jeneponto, yang merupakan satusatunya daerah tertinggal yang ada di Sulawesi Selatan. 10 Kabupaten Jeneponto sendiri terdiri atas 11 kecamatan dan 113 Desa/Kelurahan, kemudian jika diklasifikasikan menurut jarak antara ibukota Kecamatan ke Ibukota Kabupaten 10 Lampiran, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 131 tahun 2015 Tentang Penetapan Daerah Tertinggal Tahun

8 dengan kategori jauh, sedang dan dekat maka Kecamatan Bontoramba adalah merupakan kecematan dengan kategori jauh, Kecamatan Tarowang dengan kategori sedang dan Kecamatan Binamu kategori dekat. 11 Pemerintah Kabupaten Jeneponto sendiri, dalam pemberian hak-hak maupun kewajiban termasuk didalamnya soal pemberian cuti hamil selama 40 hari kepada bidan PTT yang tersebar di Kabupaten Jeneponto, juga merujuk terhadap Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 7 Tahun 2013 tentang Pengangkatan dan Penempatan Dokter dan Bidan PTT. Berdasarkan latar belakang maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu: Bagaimanakah Pelaksanaan Perlindungan Hukum terkait Hak Cuti Hamil Bagi Bidan PTT dengan adanya 2 Pengaturan yang Berbeda? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengkaji Perlindungan Hukum terkait Hak Cuti Hamil Bagi Bidan PTT dengan adanya 2 Pengaturan yang Berbeda. 11 Data, Badan Pertanahan Kabupaten Jeneponto, Tahun

9 D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Teoritis Secara teoritis penelitian ini diharapakan dapat menambah pengetahuan dibidang ilmu hukum secara umum dan hukum kesehatan secara khusus. 2. Praktis a. Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan bahan evaluasi untuk pemerintah pusat maupun pemerintah daerah terkait bagaimana implementasi hak cuti hamil bidan PTT khususnya di Kabupaten Jeneponto Provinsi Sulawesi Selatan, sehingga dalam membuat kebijakan terkait peningkatan mutu pelayanan kesehatan dapat sinergis terhadap kebutuhan masyarakat, dan bidan PTT dalam melaksanakan kerjanya. b. Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan pertimbangan maupun bahan kajian buat organisasi profesi bidan dalam hal ini, Ikatan Bidan Indonesia (IBI) dan Forum Bidan desa PTT Indonesia dalam pengembangan kompetensi serta bahan dalam membuat kebijakan terhadap profesi bidan secara umum dan bidan PTT secara khusus. E. Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran kepustakaan di perpustakaan Fakultas Kedokteran, fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, media internet dan sumber lainnya 9

10 belum pernah dilakukan namun ditemukan beberapa penelitian yang hampir serupa dengan penelitian penulis, diantara lain : 1. Penelitian Tesis dengan judul Pelaksanaan Perlindungan Hukum Atas Hak Reproduksi Bagi Pekerja Perempuan Pada Kantor Notaris Di Wilayah Kota Yogyakarta, ditulis oleh Wahyu Tri Utami mahasiswa Program Studi Magister Hukum Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada pada Tahun Penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Tri Utami ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan perlindungan hukum terhadap hak-hak reproduksi pekerja perempuan pada kantor notaris di Kota Yogyakarta. 12 Pada penelitian tersebut terdapat persamaan dengan penelitian yang dilakukan olehh penulis yakni persamaan penelitian terkait perlindungan hukum hak-hak reproduksi terhadap pekerja perempuan, namun pada penelitian yang akan dilakukan penulis saat ini juga terdapat perbedaan mendasar terkait tujuan penelitian yang lebih khusus yakni mengetahui dan mengkaji perlindungan hukum terkait hak cuti hamil bagi bidan PTT dengan adanya 2 pengaturan yang berbeda. 2. Penelitian Tesis dengan judul Implementasi Perlindungan Hukum Bagi Pekerja Perempuan Yang Bekerja Pada Malam Hari Di Liquid Cafe Next Generation Dan Boshe VVIP Club Sleman, ditulis oleh Rio Arif Pratama mahasiswa Program Studi Magister Hukum Litigasi Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada pada Tahun Penelitian ini 12 Wahyu Tri Utami, 2016 Pelaksanaan Perlindungan Hukum Atas Hak Reproduksi Bagi Pekerja Perempuan Pada kantor Notaris Di Wilayah Kota Yogyakarta, Tesis, Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta. 10

11 bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pertimbangan serta mengkaji alasan pekerja perempuan yang bekerja pada malam hari di perusahaan Liquid Cafe Next Generation dan Boshe VVIP Club, tidak mempertahankan haknya yang telah dilanggar oleh perusahaan. Penelitian ini juga untuk mengetahui dan menganalisis uapaya yang dilakukan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kabupaten Sleman terhadap perusahaan yang melanggar hak pekerja perempuan yang bekerja pada malam hari. 13 Pada penelitian tersebut terdapat persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis yakni penelitian terkait perlindungan hukum terhadap hak-hak pekerja perempuan yang berkaitan dengan fungsi reproduksi pekerja perempuan, namun pada penelitian yang akan dilakukan penulis saat ini juga terdapat perbedaan mendasar dan lebih spesifik dibanding dengan penelitian tesis yang sebelumnya telah dilakukan, adapun perbedaan tersebut adalah terkait tujuan penelitian, yakni untuk mengetahui dan mengkaji perlindungan hukum terkait hak cuti hamil bagi bidan PTT dengan adanya 2 pengaturan yang berbeda. Secara menyeluruh terdapat perbedaan mendasar pada fokus penelitian yang dilakukan peneliti dengan dua peneliti diatas baik pada subjek, objek penelitian maupun tempat dan waktu penelitian. Penelitian yang khusus meneliti tentang Pelaksanaan Pelaksanaan Perlindungan Hukum Terkait Hak Cuti Hamil Bidan PTT di Kabupaten Jeneponto Provinsi Sulawesi Selatan, sejauh yang penulis 13 Rio Arif Pratama, 2016 Implementasi Perlindungan Hukum Bagi Pekerja Perempuan Yang Bekerja Pada Malam Hari Di Liquid Cafe Next Generation Dan Boshe VVIP Club Sleman, Tesis, Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta 11

12 ketahui belum pernah ada dilakukan sebelumnya. Dengan demikian dapat dikatakan penelitian ini memenuhi kaidah keaslian penelitian. Diharapkan penelitian ini dapat memenuhi dan memberi penguatan terhadap penelitianpenelitian sebelumnya. 12