Radang liang telinga akut maupun kronis akibat infeksi jamur, bakteri, atau virus. Faktor predisposisi: trauma ringan, mengorek telinga.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. (40 60%), bakteri (5 40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Setiap. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013).

PEDOMAN PENGOBATAN DASAR DI PUSKESMAS 2007 Oleh Departemen Kesehatan RI

BAB II. Kepustakaan. 2.1 Anatomi telinga luar

LAPORAN KASUS (CASE REPORT)

Tonsilitis. No. Documen : No. Revisi : Tgl. Terbit :

Tonsilofaringitis Akut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HIPERTENSI ESENSIAL. No. Dokumen : No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : Hj. Umihani,S.SiT,MMKes NIP

Epistaksis dapat ditimbulkan oleh sebab lokal dan sistemik.

LAPORAN KASUS. Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kudus Periode 17 Oktober November 2016

1. Pria 35 tahun, pekerja tekstil mengalami ketulian setelah 5 tahun. Dx a. Noise Induced HL b. Meniere disease c. Labirintis d.

Telinga Luar. Dalam kulit kanal auditorius eksterna. Glandula seminurosa. Sekresi substansi lilin. serumen. tertimbun. Kanalis eksternus.

Laporan kasus. Dua hari berikutnya os batuk,dahak tidak banyak berwarna kekuningan dan suara parau

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS

Laporan Operasi Tonsilektomi

ASUHAN KEPERAWATAN OTITIS EXTERNA

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Data rekam medis RSUD Tugurejo semarang didapatkan penderita

PENGERTIAN Peradangan mukosa hidung yang disebabkan oleh reaksi alergi / ransangan antigen

FARINGITIS AKUT. Finny Fitry Yani Sub Bagian Respirologi Anak Bagian IKA RS M Djamil- FK Unand

Gambar. Klasifikasi ukuran tonsil

Laporan Kasus Besar. Observasi Limfadenopati Colli Multipel, Dekstra & Sinistra SHERLINE

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Farmasi dalam kaitannya dengan Pharmaceutical Care harus memastikan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DINAS KESEHATAN PUSKESMAS LENEK Jln. Raya Mataram Lb. Lombok KM. 50 Desa Lenek Kec. Aikmel

Definisi Vertigo. Penyebab vertigo

Pendahuluan Meniere s disease atau penyakit Meniere atau dikenali juga dengan hydrops endolimfatik. Penyakit Meniere ditandai dengan episode berulang

FARINGITIS PRESENTASI KASUS

Kaviti hidung membuka di anterior melalui lubang hidung. Posterior, kaviti ini berhubung dengan farinks melalui pembukaan hidung internal.

BAB II KONSEP DASAR A.

memfasilitasi sampel dari bagian tengah telinga, sebuah otoscope, jarum tulang belakang, dan jarum suntik yang sama-sama membantu. 4.

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN. yang ditimbulkan. Meskipun hanya dari gejala klinis (gejala-gejala yang

PERAWATAN PERIODONTAL

By: Kelompok 2 Amelia Leona Ayu Afriza Cindy Cesara Dety Wahyuni Fitri Wahyuni Ida Khairani Johan Ricky Marpaung Silvia Syafrina Ibrahim

BAB II TINJUAN PUSTAKA

Famili : Picornaviridae Genus : Rhinovirus Spesies: Human Rhinovirus A Human Rhinovirus B

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEJANG DEMAM SEDERHANA PADA ANAK YANG DISEBABKAN KARENA INFEKSI TONSIL DAN FARING

Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan. Sistem Imunitas

BAB I PENDAHULUAN. tujuan mencegah keadaan bertambah buruk, cacat tubuh bahkan kematian


nukleus seperti spienomegali dan limfadenopati generalisita.

PENDERITA TONSILITIS DI POLIKLINIK THT-KL BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO JANUARI 2010-DESEMBER 2012

Mengapa Kita Batuk? Mengapa Kita Batuk ~ 1

Diagnosa banding MATA MERAH

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio

Kesehatan Anak - Aneka penyakit anak yg perlu diketahui semua ortu

Laporan Kasus SINUSITIS MAKSILARIS

LAPORAN PENDAHULUAN TONSILITIS - RUANG BAITUNNISA 1 RSI SULTAN AGUNG SEMARANG

Diagnosis dan tata laksana difteri

Riwayat Penyakit Dahulu: Riwayat sakit serupa sebelumnya, batuk lama, dan asma disangkal Riwayat Penyakit Keluarga: Riwayat TB paru dan Asma

BAB III ANALISIS SISTEM

INFEKSI LARING FARING (FARINGITIS AKUT)

Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia. Hidung. Faring. Laring. Trakea. Bronkus. Bronkiolus. Alveolus. Paru-paru

A PLACEBO-CONTROLLED TRIAL OF ANTIMICROBIAL TREATMENT FOR ACUTE OTITIS MEDIA. Paula A. Tahtinen, et all

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dokter yang umumnya dimulai dari penerimaan resep, pengkajian resep, penyiapan

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAMPIRAN. 1. Konsultasi.java. package com.example.saksermu.tht;

BAB I PENDAHULUAN. Bronkitis menurut American Academic of Pediatric (2005) merupakan

Jika ciprofloxacin tidak sesuai, Anda akan harus minum antibiotik lain untuk menghapuskan kuman meningokokus.

BAB I PENDAHULUAN. siklus sel yang khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak

IDENTITAS I.1. IDENTITAS RESPONDEN

V E R T I G O. Yayan A. Israr, S. Ked. Author : Faculty of Medicine University of Riau Arifin Achmad General Hospital of Pekanbaru

DEFINISI BRONKITIS. suatu proses inflamasi pada pipa. bronkus

BAB XXI. Nyeri atau Sakit di Perut bagian bawah. Nyeri perut hebat yang mendadak. Jenis nyeri perut. Beberapa pertanyaan mengenai nyeri perut

FISIK DIAGNOSTIK THT Dody Novrial

Materi 13 KEDARURATAN MEDIS

Bronkitis pada Anak Pengertian Review Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan

PBL Pemicu 1 Gangguan Pendengaran

RINCIAN KEWENANGAN KLINIS DOKTER SPESIALIS THT-KL. Dokter spesialis yang mengajukan : Lulusan : Tahun lulus:

BAB 1 PENDAHULUAN. muka sekitar 40%. Lokasi hidung di tengah dan kedudukan di bagian anterior

LAPORAN PENDAHULUAN SINUSITIS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ISPA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dasar diagnosis rinosinusitis kronik sesuai kriteria EPOS (European

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT REGULER

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

Sesi dengan fasilitasi Pembimbing : 3 X 50 menit (coaching session) Sesi praktik dan pencapaian kompetensi: 4 minggu (facilitation and assessment)

Maria Ulfa Pjt Maria Lalo Reina Fahwid S Riza Kurnia Sari Sri Reny Hartati Yetti Vinolia R

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Gejala Penyakit CAMPAK Hari 1-3 : Demam tinggi. Mata merah dan sakit bila kena cahaya. Anak batuk pilek Mungkin dengan muntah atau diare.

BAHAN AJAR V ARTERITIS TEMPORALIS. kedokteran. : menerapkan ilmu kedokteran klinik pada sistem neuropsikiatri

Definisi Bell s palsy

BAB I PENDAHULUAN. Tonsilitis kronis merupakan penyakit yang paling sering dari semua

Informasi penyakit ISPA

cita-cita UUD Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double burden). Penyakit menular masih merupakan

LAPORAN KASUS. Epistaksis. Oleh : Nanny Herwanto, S.Ked ( ) Pembimbing : dr. Ahmad Dian Wahyudiono, Sp.THT-KL

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dua yaitu, infeksi saluran napas atas dan infeksi saluran napas bawah.

BAB 1 PENDAHULUAN. Otomikosis atau otitis eksterna jamur sering melibatkan pinna dan meatus

Abdul Muslimin Dwi Lestari Dyah Rasminingsih Eka Widya Yuswadita Fitriani Hurfatul Gina Indah Warini Lailatul Amin NurF

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

Pemeriksaanapa yang diperlukanuntukmenegakkan diagnosis diatas?

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

MACAM-MACAM PENYAKIT. Nama : Ardian Nugraheni ( C) Nifariani ( C)

Gangguan Eustachius Sebabkan Infeksi Telinga. Herlina Arsyadi

BED SITE TEACHING. Dani Dania D Siti Fatimah Lisa Valentin S Perceptor dr. Octo Indradjaja, Sp.

Transkripsi:

THT Otitis Eksterna (OE) Radang liang telinga akut maupun kronis akibat infeksi jamur, bakteri, atau virus. Faktor predisposisi: trauma ringan, mengorek telinga. Terdapat 2 jenis OE, yaitu OE sirkumkripta (furunkel) dan OE difus OE sirkumskripta Infeksi S.aureus atau S. Albus. Anamnesis: nyeri yang hebat, tidak sesuai dengan besar bisul. Nyeri pada penekanan perikondrium, nyeri saat membuka mulut, gangguan pendengaran. PF: ditemukan furunkel di liang telinga 1/3 luar Tatalaksana: bila menjadi abses: aspirasi; antibiotik: salep polymixin B, bacitracin, atau antiseptik (asam asetat 2-5% dalam alkohol); bila dinding furunkel tebal: insisi drainase; analgetik/penenang. Biasanya tidak perlu AB sistemik OE Difus Infeksi Pseudomonas, S. Albus, E. Coli. Bisa sekunder pada OMSK Anamnesis: nyeri PF: NT tragus, liang telinga sempit, KGB regional kadang membesar+nt, sekret berbau. Ditemukan peradangan di liang telinga 2/3 dalam Tatalaksana: dibersihkan dengan tampon antibiotika ke liang telinga, kadang perlu AB sistemik. OTITIS MEDIA AKUT (OMA) Dicetuskan oleh sumbatan tuba (IRA atas, dsb) Anamnesis: nyeri di dalam telinga, demam, riwayat batuk pilek, gangguan pendengaran berupa rasa penuh di telinga atau rasa kurang dengar Stadium: Oklusi tuba: retraksi MT, MT normal-keruh pucat Th/: Tetes hidung HCl efedrin 0,5% dalam larutan fisiologis (<12 tahun) atau HCL efedrin 1% dalam larutan fisiologik (>12 tahun). Antibiotika bila infeksi bakteri Hiperemis: MT hiperemis_edema o Presupurasi: Th/ penisilin/ampisilin. Penisilin IM. AB minimal 7 hari. Anak: Ampisilin 50-100 mg/kgbb/hari, dibagi 4 dosis atau amoksisilin 40 mg/kgbb/hari dibagi 3 dosis, atau eritromisin 40 mg/kgbb/hari,

Supurasi: MT bulging dan hiperemis, sangat nyeri Th/: miringotomi+ab Perforasi: MT tampak ruptur, nyeri berkurang. Th/: cuci telinga H 2 O 2 3% selama 3-5 hari+ AB Resolusi: sekret berkurang. Th/: AB selama 3 minggu. >3 minggu sekret +: OMS subakut. >1,5-2 bulan sekret +: OMSK. BENIGN PAROXYSMAL POSITIONAL VERTIGO (BPPV) Degeneratif, idiopatik Anamnesis: vertigo yang muncul tiba-tiba dengan perubahan posisi kepala. Vertigo sangat berat, singkat. Keluhan disertai mual dan muntah. Diagnosis: perasat Dix-Hallpike Tatalaksana: CRT

MENIERE S DISEASE Hidrops endolimfa. Trias: Vertigo, tinitus, SNHL terutama nada rendah. Anamnesis: vertigo, muntah, merasa berputar tiap berdiri, serangan kedua dan seterusnya terasa lebih ringan. Tiap ada serangan muncul gangguan pendengaran yang akan menghilang setelah serangan. Tinitus bisa bersamaan atau menetap. Perasaan penuh pada telinga Kriteria diagnosis: 1. Vertigo hilang timbul 2. Fluktuasi gangguan pendengaran berupa tuli saraf 3. Menyingkirkan penyebab sentral PF: SNHL saat serangan, kemudian hilang Tatalaksana: sedatif, antiemetik, vasodilator perifer, antiiskemia, neurotonik

EPISTAKSIS Perdarahan hidung. Akibat trauma, kelainan pembuluh darah lokal, infeksi lokal, tumor, penyakit kardiovaskuler, kelainan darah, kelainan kongenital, infeksi sistemik, perubahan udara/tekanan atmosfer, gangguan hormonal. Epistaksis anterior: pleksus Kisselbach di septum bagian anterior atau a. Etmoidalis anterior Epistaksis posterior: a. Etmoidalis posterior atau a. Sfenopalatina. Tatalaksana: ABC Posisi pasien duduk, bila berbaring, posisikan setengah duduk atau kepala ditinggikan. Suction Tampon adrenalin 1/5.000-10.000 + pantocain/lidocain 2% selama 10-15 o Perdarahan anterior: Menekan hidung 10-15 Kaustik dengan AgNO 3 25-30%, lalu beri krim AB Tampon anterior dengan kassa/kapas + salep AB/vaselin, sebanyak 2-4 buah, selama 2x24 jam o Perdarahan posterior: Tampon Belloq: kapas/kassa bulat, diameter 3 cm, dengan 3 utas benang (2-1), pertahankan 2-3 hari. RHINITIS ALERGI

FARINGITIS Faringitis Akut Faringitis viral: Disebabkan rinovirus. Anamnesis: demam, rinorea, mual, nyeri tenggorok, sulit menelan. PF: Faring dan tonsil hiperemis. Adenovirus: disertai konjungtivitis pada anak. Tatalaksana: istirahat cukup, kumur air hangat, analgetik, tablet isap. Faringitis

herpes simpleks: metisoprinol (isoprenosine) 60-100 mg/kgbb dibagi 4-6 kali pemberian/hari pada dewasa. Pada anak <5 tahun 50 mg/kgbb dibagi 4-6x/hari. Faringitis bakterial: SBHGA. Anamnesis: nyeri kepala hebat, muntah, demam tinggi, jarang disertai batuk. PF: tonsil membesar, faring dan tonsil hiperemis, tampak eksudat di permukaannya. Dalam beberapa hari muncul petechiae pada palatum dan faring. KGB anterior membesar, kenyal, nyeri pada penekanan. Tatalaksana: AB: penisilin G benzatin 50.000 U/kgBB, IM dosis tunggalm atau amoksisilin 50 mg/kgbb dibagi 3 dosis selama 10 hari dan pada dewasa 3x500mg selama 6-10 hari atau eritromisin 4x500 mg; Kortikosteroid deksametason 8-16 mg IM satu kali, pada anak 0,08-0,3 mg/kgbb IM satu kali; analgetik; kumur air hangat/antiseptik Faringitis fungal: disebabkan candida. Anamnesis: nyeri tenggorok dan nyeri menelan. PF: plak putih di orofaring dan mukosa faring hiperemis. Tatalaksana: nistatin 100.000-400.000 2x/hari+analgetik Faringitis gonorea: akibat kontak orogenital. Tatalaksana: ceftriaxone 250 mg IM. Faringitis Kronis Hiperplastik: anamnesis: tenggorokan kering gatal kemudian batuk berdahak. PF: perubahan mukosa dinding posterior faring, tampak KGB di bawah mukosa faring, lateral band hiperplasi, mukosa dinding posterior tidak rata, bergranular. Tatalaksana: Kaustik, obat kumur, tablet isap, obat batuk. Atrofi:anamnesis: tenggorokan kering, tebal, mulut berbau. PF: mukosa faring ditutupi lendir yang kental, bila diangkat mukosa kering. TONSILITIS Tonsilitis Akut Tonsilitis viral: anamnesis: gejala common cold+nyeri tenggorok. PF: luka-luka kecil pada palatum dan tonsil yang terasa sangat nyeri. Tatalaksana: istirahat, minum cukup, analgetik, antivirus bila gejala berat. Tonsilitis bakterial: SBHGA, dsb. Anamnesis: nyeri tenggorok, nyeri menelan, demam tinggi, lesu, nyeri sendi, penurunan nafsu makan, nyeri di telinga. PF: tonsil hiperemis, terdapat detritus, KGB submandibula membesar+nt. Tatalaksana: penisilin, eritromisin; antipiretik; obat kumur desinfektan o Tonsilitis folikularis: detritus jelas o Tonsilitis lakunaris: detritus menyatu membentuk alur-alur. Tonsilitis Membranosa (Difteri, Septik, Angina Plaut-Vincent, Kelainan Darah) Tonsilitis difteri: anamnesis: demam ringan, nyeri kepala, penuruna nafsu makan, badan lemah, nadi lambat, nyeri menelan. PF: tonsil membengkak, ditutupi bercak putih kotor yang meluas dan membentuk membran semu. Membran bila diangkat mudah berdarah. KGB leher membengkak. TatalaksanaL anti difteri serum 20.000-100.000 U. Penisilin/eritromisin 25-50 mg/kgbb dibagi 3 dosis selama 14 hari. Kortikosteroid 1,2 mg/kgbb/hari. Antipiretik.