BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tiga kelas, yaitu kelas VII, VIII dan IX. yang telah disesuaikan dengan perkembangan kurikulum.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. dalam tugas yang metode solusinya tidak diketahui sebelumnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ahli psikologi. Karena permasalahan remaja merupakan masalah yang harus di

Syahriani S.Pd.,M.Pd Dosen Non PNS Jurusan Biologi Fakultas Tarbiyah dan keguruan UIN Alauddin Makassar. Abstrak

II. TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu efektif juga dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut UU No.20 tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB II KAJIAN TEORI. melihatnya dari berbagai segi. Seorang peserta didik dikatakan memahami

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kata kunci : Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Assisted Individualization (TAI), motivasi belajar, dan hasil belajar.

Peningkatan Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif, Team Assisted Individualization

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION

*

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION

Kata kunci: model pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization (TAI), keaktifan, hasil belajar

Tiamsa Napitupulu Guru Mata Pelajaran Ekonomi SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. mengolah, meyimpan, dan memproduksi bahan pelajaran. Salah satu strategi

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hasil Belajar

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan berorientasi pada kemajuan sistem pendidikan nasional.

I. PENDAHULUAN. Pada kurikulum biologi SMP materi sistem gerak yang dipelajari di kelas VIII,

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

4. Untuk mengetahui aplikasi model pembelajaran cooperative learning tipe Team Assisted Individualization (TAI) dalam pembelajaran matematika pada

belajar sejarah siswa. Sehingga, model pembelajaran Team Assisted

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI PADA MATERI LOGIKA MATEMATIKA

I. PENDAHULUAN. mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh bagaimana kebiasaan belajar peserta didik. Segala bentuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Seperangkat tingkat yang diharapkan dimiliki oleh orang yang. berkedudukan dalam masyarakat.

PROSIDING ISBN :

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Pembelajaran Kooperatif TAI dan Game Puzzle dalam Meningkatkan Motivasi Belajar dan Pemahaman Konsep Matematika

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted

BAB II TINJAUAN TEORITIS

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN NHT PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI SIKAP SISWA TERHADAP MATEMATIKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Syifa ur Rokhmah. Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Negeri Malang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tita Andriani, 2013

PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR AND SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI SAWAH 2 CIPUTAT

Hasna Putri Azizah, Budi Utami* dan Haryono. Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret

Pendahuluan Matematika merupakan sebuah ilmu yang mempelajari tentang perhitungan yang memiliki simbol-simbol tertentu.menurut Sisdiknas UU no.

I. PENDAHULUAN. pembelajaran. Dalam perkembangan selama ini SMP Negeri 1 Way Bungur

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran siswa dapat memahami konsep yang dipelajarinya. mengingat dan membuat lebih mudah dalam mengerjakan soal-soal

BAB II KAJIAN PUSTAKA

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) diajarkan bukan hanya untuk mengetahui dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA DI KELAS V

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah memperoleh. pengetahuan melalui alat indra yang disampaikan dalam bentuk perangsang

Model pembelajaran matematika di sd

Dyah Ayu Pramoda Wardhani Mahasiswa S1 Universitas Negeri Malang. Pembimbing : Dr. Sri Mulyati, M.Pd Dosen Universitas Negeri Malang

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

PENINGKATAN KETERLIBATAN DAN MINAT BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN STAD TERMODIFIKASI PERMAINAN ULAR TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rangka mencapai tujuan yang diharapkan untuk membelajarkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. masalah matematika itu bisa merupakan kegiatan menyelesaikan soal cerita, menyelesaikan

PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA. Hidayah Ansori, Rezqy Amalia

I. PENDAHULUAN. informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Matematika

MENERAMPILKAN SISWA KELAS VII-G SMP NEGERI 18 MALANG DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATERI SEGIEMPAT MELALUI CIRC DENGAN BANTUAN MEDIA PAPAN SOAL

JIME, Vol. 2. No. 2 ISSN Oktober 2016

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teori Hakikat Pembelajaran Matematika Menurut H.W. Fowler dalam Pandoyo (1997:1) Matematika merupakan mata

Ega Gradini 1. Abstrak

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Guru tidak hanya sebagai pengajar tapi juga fasilitator yang membimbing dan

I. PENDAHULUAN. dan dapat menyesuaikan secara aktif dalam kehidupannya. melalui pendidikan yang baik akan dihasilkan sumber daya manusia yang

Wakijo Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Muhammadiyah Metro Abstrak

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. untuk lebih menyiapkan anak didik dengan keterampilan-keterampilan baru,

Titi Solfitri 1, Indah Rahmania 2 Program Studi Pendidikan Matematika 1,2 Universitas Riau, Pekanbaru 1,2 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada dasarnya, penerapan metode mengajar yang bervariasi

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

*keperluan Korespondensi, HP: , ABSTRAK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

I. PENDAHULUAN. pendidikan. Proses pendidikan dipandang sebagai aktivitas yang dapat

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALLY (TAI) PADA MATA PELAJARAN IPA

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION AND TEAM ACCELERATED INSTRUCTION

Transkripsi:

5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif (Cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang dengan struktur kelompok yang heterogen. Dalam model pembelajaran kooperatif ini, guru lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung ke arah pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi juga harus membangun pengetahuan dalam pikirannya. Siswa mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam menerapkan ide-ide mereka, ini merupakan kesempatan bagi siswa untuk menemukan dan menerapkan ide-ide sendiri. Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekadar belajar dalam kelompok. Ada unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan pembelajaran kelompok yang dilakukan asalasalan. Pelaksanaan prinsip dasar pokok sistem pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas dengan lebih efektif. Dalam pembelajaran kooperatif proses 1 5

6 pembelajaran tidak harus belajar dari guru kepada siswa. Siswa dapat saling membelajarkan sesama siswa lainnya. Pembelajaran oleh teman sebaya (peer teaching) lebih efektif daripada pembelajaran oleh guru. Model pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan model pembelajaran langsung. Di samping model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar kompetensi akademik, model pembelajaran kooperatif juga efektif untuk mengembangkan kompetensi sosial siswa. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam memmbantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit. Para pengembang model ini telah menunjukan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik, dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. 2. Tipe TAI (Team Assisted Individualization) Pembelajaran kooperatif tipe TAI ini dikembangkan oleh Slavin. Tipe ini mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran individual. Tipe ini dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual. Oleh karena itu kegiatan pembelajarannya lebih banyak digunakan untuk pemecahan masalah, ciri khas pada tipe TAI ini adalah setiap siswa secara individual belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar individual dibawa ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota kelompok

7 bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama. Model pembelajaran TAI memiliki 8 komponen antara lain sebagai berikut : 1. Teams yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri atas 4 5 siswa. 2. Placement Test yaitu pemberian pre-test kepada siswa atau melihat rata rata nilai harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa pada bidang tertentu. 3. Curriculum Materials yaitu siswa bekerja secara individu tentang materi kurikulum. 4. Team Study yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh guru dan kelompok pada siswa yang membutuhkan bantuan. 5. Team Scores and Team Recognition yaitu pemberian skor atau penghargaan terhadap hasil kerja kelompok dalam menyelesaikan tugas. 6. Teaching Group yaitu pemberian materi secara singkat oleh guru sebelum pemberian tugas. 7. Fact Test yaitu pelaksanaan tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh siswa. 8. Whole-Class Units yaitu pemberian materi oleh guru di akhir waktu pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah.

8 Adapun langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TAI adalah sebagai berikut. a. Tahap 1 : Placement Test Guru memberikan pre-tes kepada siswa atau melihat rata-rata nilai Ulangan Harian sebelum ditempatkan dalam kelompok belajar. b. Tahap II : Teaching Group Guru memberikan materi secara singkat, mengaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari, mengajukan pertanyaan kepada siswa dan member kesempatan untuk bertanya pada siswa yang belum paham. c. Tahap III : Teams Guru membentuk kelompok kecil yang heterogen berdasarkan nilai Ulangan Harian siswa, dalam 1 kelompok terdiri dari 4 5 siswa. d. Tahap IV : Team Study Setiap kelompok mengerjakan tugas berupa LKS dari guru dan guru memberi bantuan secara individual bagi yang memerlukan. e. Tahap V : Student Creative Beberapa kelompok melaporkan keberhasilan kelompoknya dengan mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan temanteman dan kelompok lain menanggapi jawaban dari kelompok tersebut.

9 f. Tahap VI : Fact Test Guru memberikan kuis kepada siswa untuk dikerjakan secara individual. g. Tahap VII : Team Scores and Team Recognition Guru menetapkan kelompok terbaik hingga kelompok yang kurang berhasil (jika ada) berdasarkan hasil koreksi. h. Tahap VIII : Whole-Class Units Guru memberi ulasan materi serta menarik kesimpulan di akhir pembelajaran. Kelebihan dan Kekurangan pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assisted Individualization) antara lain : Kelebihan : - Dapat meminimalisir keterlibatan guru dalam pemeriksaan dan pengelolaan rutin. - Membantu siswa yang mengalami kesulitan. - Siswa akan termotivasi untuk mempelajari materi-materi yang diberikan dengan cepat dan akurat. - Adanya rasa tanggung jawab individu dan kelompok dalam menyelesaikan masalah.

10 Kekurangan : - Waktu relatif lama untuk penyampaian materi. - Memerlukan kesabaran anggota lain dalam suatu kelompok untuk membantu siswa yang lemah. - Membutuhkan pengelola kelas yang baik. - Memungkinkan adanya anggota kelompok yang pasif. 3. Belajar 1. Definisi Belajar Menurut Slameto (2003: 2), belajar diartikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dan interaksi dengan lingkungannya. Menurut James O. Whittaker (dalam Djamarah, 2008: 12), belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan / diubah melalui latihan atau pengalaman. Menurut Caphlin (dalam Syah, 2011 : 64), belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat praktik dan pengalaman. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah aktivitas dan pengalaman yang menghasilkan perubahan pengetahuan, perilaku, dan pribadi yang bersifat permanen.

11 4. Kemandirian 1. Definisi Kemandirian Kemandirian merupakan salah satu unsur kepribadian penting, karena diperlukan manusia untuk menyesuaikan diri secara aktif dalam lingkungannya. Menurut Chaplin (dalam Desmita, 2009 : 185), kemandirian adalah kebebasan individu manusia untuk memilih, untuk menjadi kesatuan yang bisa memerintah, menguasai dan menentukan dirinya sendiri. Menurut Knowless (dalam Rusman, 2010 : 356) peserta didik yang belajar mandiri tidak boleh menggantungkan diri dari bantuan, pengawasan, dan arahan dari orang lain termasuk guru/instruktur secara terusmenerus. Peserta didik harus mempunyai kreativitas dan inisiatif sendiri, serta mampu bekerja sendiri dengan merujuk pada bimbingan yang diperolehnya. Menurut Mu tadin (dalam Nurhayati, 2011 : 132) menyatakan bahwa kemandirian mengandung makna suatu keadaan dimana seseorang memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikan dirinya, mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi, memiliki kepercayaan diri dalam mengerjakan tugastugas, dan dapat bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya. Dari pernyataan di atas maka dapat disimpulkan karakteristik kemandirian meliputi sebagai berikut :

12 1) Menentukan nasib sendiri atau identitas diri 2) Memiliki inisiatif 3) Bertanggung jawab atas tindakannya 4) Dapat membuat pertimbangan dan mengambil keputusan sendiri dalam bertindak 5) Memiliki kepercayaan diri 6) Memiliki hasrat bersaing untuk maju Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kemandirian adalah suatu keadaan dimana seseorang memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikan dirinya, mampu mengambil keputusan, berinisiatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi, memiiki kepercayaan diri dalam mengerjakan tugas-tugas, serta bertanggung jawab atas tindakannya. 2. Kendala-kendala dalam Kemandirian Siswa Dalam konteks proses belajar, terlihat adanya fenomena peserta didik yang kurang mandiri dalam belajar, yang dapat menimbulkan gangguan mental setelah memasuki pendidikan lanjutan, kebiasaan belajar yang kurang baik (seperti tidak betah belajar lama atau belajar hanya menjelang ujian, membolos, menyontek, dan mencari bocoran soal-soal ujian). Menurut Sunaryo Kartadinata (dalam desmita, 2009) menyebutkan beberapa gejala yang berhubungan

13 dengan permasalahan kemandirian yang perlu mendapat perhatian dunia pendidikan, yaitu : a. Ketergantungan disiplin kepada kontrol luar dan bukan karena niat sendiri yang ikhlas. Perilaku seperti ini akan mengarah pada perilaku formalistic, ritualistik dan tidak konsisten, yang pada gilirannya akan menghambat pembentukan etos kerja dan etos kehidupan yang mapan sebagai slah satu cirri dari kualitas sumber daya dan kemandirian manusia. b. Sikap tidak peduli terhadap lingkungan hidup. Manusia mandiri bukanlah manusia yang lepas dari lingkungannya, melainkan manusia yang bertransenden terhadap lingkungannya. Ketidakpedulian terhadap lingkungan hidup merupakan gejala perilaku impulsif, yang menunjukan bahwa kemandirian masyarakat masih rendah. c. Sikap hidup konformistis tanpa pemahaman dan konformistik dengan mengorbankan prinsip. Mitos bahwa segala sesuatunya bisa diatur yang berkembang dalam masyarakat menunjukan adanya ketidakjujuran dalam berpikir dan bertindak serta kemandirian yang masih rendah. 3. Upaya-upaya Pengembangan Kemandirian Siswa Menurut Desmita (2009 : 190), pendidikan di sekolah perlu melakukan upaya-upaya pengembangan kemandirian bagi siswa di antaranya sebagai berikut

14 a. Mengembangkan proses belajar mengajar yang demokratis, yang memungkinkan anak merasa dihargai. b. Mendorong anak untuk berpartisipasi aktif dalam pengambilan keputusan dan dalam berbagai kegiatan sekolah. c. Memberi kebebasan kepada anak untuk mengekplorasi lingkungan, mendorng rasa ingin tahu mereka. d. Penerimaan positif tanpa syarat kelebihan dan kekurangan anak, tidak membeda-bedakan anak yang satu dengan yang lain. e. Menjalin hubungan yang harmonis dan akrab dengan anak. 5. Prestasi belajar 1. Definisi Prestasi Belajar Menurut Poerwadarminto (1996:14) prestasi belajar adalah hasil yang dicapai atau dikerjakan. Menurut Winkel (1996) prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar/kemampuan seseorang dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya. Sedangkan menurut Ahmadi, dkk (2004 : 138) prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri maupun dari luar diri individu. Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai oleh seseorang setelah mengikuti

15 kegiatan belajar yang dipengaruhi oleh faktor intern dan faktor ekstern. 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi 2, yaitu faktor intern (faktor yang ada dalam diri individu) dan faktor ekstern (faktor yang ada di luar individu). a. Faktor Intern 1. Faktor Jasmaniah meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh. 2. Faktor Psikologis, meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan. 3. Faktor Kelelahan b. Faktor Ekstern 1. Faktor Keluarga, meliputi cara orangtua mendidik, relasi antaranggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan. 2. Faktor Sekolah, meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pengajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah.

16 3. Faktor Masyarakat, meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat. B. Pokok bahasan Segi Empat Pokok bahasan segi empat diberikan kepada siswa SMP/MTS untuk kelas VII semester genap. Adapun pokok bahasan segi empat meliputi: 1. Menentukan rumus keliling dan luas persegi, persegi panjang, jajar genjang, belah ketupat, trapesium, dan layang-layang. 2. Menghitung keliling dan luas persegi, persegi panjang, jajar genjang, belah ketupat, trapesium, dan layang-layang. 3. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan menghitung keliling dan luas menghitung keliling dan luas persegi, persegi panjang, jajar genjang, belah ketupat, trapesium, dan layang-layang.

17 C. Kerangka Pikir Indikator kemandirian dan prestasi belajar siswa : 1. Menemukan diri atau identitas diri 2. Memiliki inisiatif 3. Bertanggung jawab atas tindakannya 4. Dapat membuat pertimbangan dan mengambil keputusan sendiri dalam bertindak 5. Memiliki kepercayaan diri 6. Memiliki hasrat bersaing untuk maju Berdasarkan hasil observasi kemandirian belajar siswa SMPN 6 Purwokerto dinyatakan masih rendah. Prestasi belajar siswa masih rendah Tahap-tahap model Pembelajaran TAI (Team Assisted Individualization) : 1. Tahap I (Memberikan pre-test) 2. Tahap II (Menyampaikan materi) 3. Tahap III + IV (Diskusi kelompok) 4. Tahap V (Penyajian hasil diskusi) 5. Tahap VI (Memberikan kuis secara individual) 6. Tahap VII (Memberikan Penghargaan) 7. Tahap VIII (Memberi ulasan materi)

18 Dengan adanya perlakuan pembelajaran kooperatif tipe TAI diharapkan indikator indikator kemandirian dan prestasi belajar siswa yang telah tersebut diatas dapat meningkat. Model pembelajaran kooperatif tipe TAI dilaksanakan melalui 8 langkah yang telah dijelaskan pada tinjauan pustaka. Langkah ke-i adalah pemberian pre-test pada siswa sebelum ditempatkan dalam kelompok belajar, pada langkah pertama digunakan untuk menentukan diri siswa artinya jika siswa dalam diri siswa sudah ditanamkan kepercayaan diri dan yakin akan kemampuan dirinya maka saat diberikan soal ataupun kuis oleh guru, mereka akan mengerjakan sesuai dengan keyakinan dan kemampuannya tanpa terpengaruh jawaban dari teman sehingga nantinya mereka akan mendapatkan kepuasan dari usahanya. Dengan langkah ke-i diharapkan dapat meningkatkan indikator dalam menentukan nasib sendiri atau identitas diri. Langkah ke-ii adalah pemberian materi dan tujuan yang akan diajarkan kepada siswa sehingga siswa lebih memahami akan kearah mana mereka melakukan proses pembelajaran. Dengan demikian siswa tidak akan mengalami kesulitan karena sudah dijelaskan dari awal tentang apa yang akan mereka pelajari. Hal ini dapat meningkatkan identitas diri dan tanggung jawab siswa. Langkah ke- III+IV adalah pembentukan kelompok dan mengerjakan tugas, pada

19 langkah ini digunakan untuk mengembangkan inisiatif dalam diri siswa, meningkatkan tanggung jawab serta dapat membuat pertimbangan dan mengambil keputusan dalam tindakannya. Langkah ke-v adalah menyajikan hasil diskusi di depan siswa lain, langkah ini digunakan untuk mengembangkan inisiatif dan kreatif diri siswa serta meningkatkan kepercayaan diri siswa. Langkah ke-vi adalah pemberian kuis untuk dikerjakan secara individu. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan ketidaktergantungan pada orang lain dan tanggung jawab individu. Langkah ke-vii adalah memberikan penghargaan pada kelompok terbaik. Pada langkah ke-vii dengan adanya pemberian penghargaan diharapkan dapat meningkatkan hasrat siswa dalam bersaing untuk maju mendapatkan hasil belajar yang lebih baik. Langkah ke-viii adalah memberikan ulasan materi di akhir pembelajaran. Dengan demikian pembelajaran kooperatif tipe TAI diharapkan dapat meningkatkan kemandirian dan prestasi belajar matematika siswa kelas VIIF SMP Negeri 6 Purwokerto. D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka berfikir di atas, maka rumusan hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah melalui model pembelajaran TAI (Team Assisted Individualization), kemandirian belajar dan prestasi belajar matematika siswa kelas VIIF SMPN 6 Purwokerto dapat meningkat.