BAB V PEMBAHASAN. Cempedak Terhadap Kualitas Fisik Dan Organoleptik. Proses fermentasi tempe dimulai dari fase pertumbuhan cepat (0-30 jam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Lama Waktu Perendaman Biji Kedelai dan Lama Waktu. Fermentasi Terhadap Kualitas Fisik Tempe Kedelai

BAB V PEMBAHASAN. A. Deskripsi Hasil Penelitian Berdasarkan Parameter

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya, harus memenuhi kebutuhan akan pangan. 1. mengalami penguraian, sehingga nilai gizi dan kelezatannya akan

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu penelitian yang dilakukan dengan memberikan perlakuan (treatment)

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang dilakukan dengan memberikan perlakuan (treatment) terhadap

BAB I PENDAHULUAN. bahan pangan tetapi sebagian besar biasanya diperoleh dari karbohidrat dan

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu penelitian yang dilakukan dengan memberikan perlakuan (treatment)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan merupakan hasil olahan dari kacang kedelai yang kaya akan

BAB I PENDAHULUAN. hayati, baik yangdiolah maupun yang tidak diolah.pangan merupakan. kebutuhan yang paling mendasar bagi kelangsungan kehidupan

I. PENDAHULUAN. Tempe merupakan produk pangan tradisional Indonesia berbahan dasar kacang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

BAB I PENDAHULUAN. Beras adalah salah satu bagian paling penting di dunia untuk konsumsi

BAB I PENDAHULUAN. komposisi senyawanya terdiri dari 40% protein, 18% lemak, dan 17%

PEMANFAATAN BIJI TURI SEBAGAI PENGGANTI KEDELAI DALAM BAHAN BAKU PEMBUATAN KECAP SECARA HIDROLISIS DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRAK PEPAYA DAN NANAS

TINJAUAN PUSTAKA. Kacang merah atau kacang jogo tergolong pangan nabati. Kacang merah

PRAKTIKUM PRAKARYA KIMIA PEMBUATAN TEMPE

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Botani Tanaman Cempedak

BAB I PENDAHULUAN. difermentasikan menggunakan kapang rhizopus ( ragi tempe ). Selain itu

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk

PEMBUATAN TEMPE LAPORAN PRAKTIKUM

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bantuan kapang golongan Rhizopus Sp. Menurut Astawan

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Dalam SNI tempe didefinisikan sebagai produk makanan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. menghasilkan bau, sebagai zat harus bersifat menguap. Dua zat atau. atau saling menutupi (Setyaningsih, dkk., 2010).

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

PERAN CHITOSAN SEBAGAI PENGAWET ALAMI DAN PENGARUHNYA TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK BAKSO AYAM SKRIPSI

M. Yogie Nugraha 1), Edison 2), and Syahrul 2) Abstract

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kendal terkenal dengan sentra pertanian, salah satunya adalah

4.1. Hasil Analisa Kuantitatif spora Rhizopus oligosporus, Rhizopus oryzae, dan Rhizopus oligosporus serta Rhizopus oryzae (2:1) (2:1)

BAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. daerah Palangka Raya, yaitu laboratorium Balai POM (Balai Pengawas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap. Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. crispy jamur, nugget jamur, bakso jamur, bakso goreng jamur dan sate jamur.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah mempunyai banyak dampak pada manusia dan lingkungan antara lain

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai Latar Belakang (1.1.), Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan masyarakat meningkat seiring dengan bertambahnya

BAB I PENDAHULUAN. panjang cm dan garis tengah cm. Buah nangka terdiri atas

PENGANTAR BIOTEKNOLOGI

UJI PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK PADA TEMPE DENGAN BAHAN DASAR JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata)

KOMPARASI UJI KARBOHIDRAT PADA PRODUK OLAHAN MAKANAN DARI TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG BIJI NANGKA (Artocarpus heterophyllus)

I. PENDAHULUAN. Pengembangan komoditi perkebunan menempati prioritas yang tinggi dalam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diinkubasi dengan pembungkus daun Jati (Tectona grandis L.). Koji lamtoro yang

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pendahuluan

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DAGING RAJUNGAN (Portunus pelagicus) REBUS PADA SUHU KAMAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Disusun Oleh: RURIYAWATI LISTYORINI A

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam kadar protein kecap manis air kelapa menunjukkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahan pangan mudah mengalami kerusakan yang disebabkan oleh bakteri

BAB I PENDAHULUAN. produk-produk fermentasi. Proses fermentasi mampu meningkatkan nilai gizi

YUWIDA KUSUMAWATI A

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Karakteristik mutu daging

UJI SERAT, PROTEIN SERTA ORGANOLEPTIK TEMPE BIJI TURI (Sesbania grandiflora) DENGAN PENAMBAHAN JAGUNG (Zea mays) DAN BEKATUL NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. tampilan dan teksturnya mirip dengan tahu yang berwarna putih bersih

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Konsentrasi dan Lama Perendaman dalam Air Perasan Jeruk

TINJAUAN PUSTAKA. kacang-kacangan lainnya yang dibuat secara tradisional dengan bantuan jamur

PENGARUH PENAMBAHAN EKSTRAK BONGGOL DAN KULIT NANAS PADA PROSES FERMENTASI TEMPE

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang selalu berupaya melakukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

KADAR PROTEIN DAN BETAKAROTEN BAKSO IKAN TUNA YANG DIPERKAYA JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DAN UMBI WORTEL NASKAH PUBLIKASI

SUBSTITUSI TEPUNG TEMPE UNTUK PEMBUATAN KUE LUMPUR COKLAT DENGAN PENAMBAHAN VARIASI GULA PASIR JURNAL PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan produk pangan menggunakan bahan baku kacang-kacangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu masalah gizi di Indonesi adalah gizi kurang yang disebabkan

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Turi (Sesbania grandiflora) merupakan tanaman asli Indonesia,yang

BAB I PENDAHULUAN. kandungan protein yang tinggi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. di antara pulau lain, namun tingkat endemik masih kalah dibandingkan dengan

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Sifat Fisik Meatloaf. Hasil penelitian mengenai pengaruh berbagai konsentrasi tepung tulang

Penggunaan Tepung Tempe, Tepung Kedelai dan Campurannya. sebagai Media Usar Tempe

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. makanan sangat terbatas dan mudah rusak (perishable). Dengan pengawetan,

BAB I PENDAHULUAN. mamalia seperti sapi, kambing, unta, maupun hewan menyusui lainnya.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

UJI ORGANOLEPTIK FRUITGHURT HASIL FERMENTASI LIMBAH BUAH ANGGUR (Vitis vinifera) OLEH Lactobacillus bulgaricus SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Konsumsi tempe rata-rata per orang per

LEMBAR KUESIONER PENILAIAN SENSORIS PRODUK SUSU UHT FULL CREAM PADA RESPONDEN DEWASA

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi

HASIL DAN PEMBAHASAN

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN TEMPE YANG TAHAN DISIMPAN. Disusun Oleh :

TEMPE. Sub Pokok Bahasan

Pertumbuhan Kapang Tempe pada Fermentasi Tempe Bergaram (Growth of Tempe Moulds in Salt Tempe Fermentation)

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengasapan Ikan. Pengasapan adalah salah satu teknik dehidrasi (pengeringan) yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN

BAB I PENDAHULUAN. enak, dan kandungan gizinya cukup tinggi. Jamur tiram putih merupakan jenis. kemampuan adaptasi terhadap lingkungan yang tinggi.

BAB III METODE PENELITIAN. (treatment) terhadap objek penelitian serta adanya kontrol penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. dibudidayakan di air tawar dan disukai oleh masyarakat karena rasanya yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. antara kacang-kacangan tersebut, kedelai paling banyak digunakan sebagai bahan

I. PENDAHULUAN. tidak ada sama sekali. Saat produksi ikan melimpah, belum seluruhnya

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tempe Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa, dll merupakan bahan

Transkripsi:

BAB V PEMBAHASAN A. Pengaruh Lama Waktu Fermentasi Tempe Berbahan Baku Biji Cempedak Terhadap Kualitas Fisik Dan Organoleptik. Perlakuan lama waktu fermentasi sangat berpengaruh nyata terhadap kualitas fisik dan organoleptik tempe berdasarkan parameter warna, tekstur, cita rasa dan aroma. Hal ini terlihat pada lama waktu fermentasi yang dihasilkan, semakin lama waktu fermentasi maka semakin menurun kualitas warna, tekstur, cita rasa dan aroma pada tempe tersebut. Proses fermentasi tempe dimulai dari fase pertumbuhan cepat (0-30 jam fermentasi) terjadi penaikan jumlah asam lemak bebas, penaikan suhu, pertumbuhan jamur cepat, terlihat dengan terbentuknya miselia pada permukaan biji yang semakin lama semakin lebat sehingga menunjukkan masa yang lebih kompak. 1 Semakin lama waktu fermentasi maka semakin cepat fase pembusukan (50-90 jam fermentasi) sehingga menyebabkan kualitas tempe menurun. Sedangkan fase transisi (30-50 jam fermentasi) merupakan fase optimal fermentasi tempe dimana tempe siap dipasarkan. Pada fase ini terjadi penurunan suhu, jumlah asam lemak yang dibebaskan dan pertumbuhan jamur hampir tetap atau bertambah sedikit, flavor spesifik tempe optimal, dan tekstur lebih kompak. 1 Nur Hidayat, dkk, Mikrobiologi Industri, Yogyakarta: ANDI, 2006, h. 99. 75

Berdasarkan hasil uji organoleptik dan kualitas fisik tempe lama waktu fermentasi yang terbaik adalah 36 jam. Untuk lama waktu fermentasi optimal yang berkaitan dengan masa lama waktu fermentasi yang efektif berada pada taraf W1 (36 Jam) sampai dengan W2 (40 Jam) dimana dihasilkan fermentasi yang terbaik dan merupakan fase optimal. 1. Kualitas Fisik dan Organoleptik Berdasarkan Parameter Warna Tempe Pada kualitas parameter warna perlakuan lama waktu fermentasi selama 0-52 jam berpengaruh sangat nyata, pada taraf W1 (36 jam) dan W2 (40 jam) dengan rata-rata 3,46 dan 3,34 warna tempe masuk pada kategori warna putih cerah, dan putih kekuningan, pada taraf W3 (44 jam) dengan rata-rata 3,26 warna tempe masuk pada kategori warna putih kekuningan, pada taraf W4 (48 jam) dengan rata-rata 3,23 warna tempe masuk pada kategori putih kekuningan, dan pada taraf W5 (52 jam) dengan rata-rata 2,05 warna tempe masuk pada kategori putih kecoklatan karena berbagai reaksi biokimia dan bahan makanan tempe selama proses perlakuan lama waktu fermentasi. Selama proses penyimpanan, tempe dibungkus dengan kantong plastik yang berlubang, sehingga memungkinkan terjadinya reaksi dengan O 2 di udara. Semakin lama proses fermentasi maka semakin banyak pula asam amino sistein yang terbebaskan, sehingga warna tempe terlihat coklat pada taraf perlakuan lama waktu fermentasi 52

jam. 2 Hal ini terlihat dari rata-rata kualitas warna tempe berdasarkan hasil penilaian (skor) oleh panelis untuk taraf W5 rata-rata skornya adalah 2,05 yang merupakan kategori kualitas warna tempe kecoklatan. Warna pada bahan makanan dapat berubah sebagai akibat reaksi kimia dalam bahan makanan dengan udara. 3 2. Kualitas Fisik dan Organoleptik Berdasarkan Parameter Tekstur Tempe Pada kualitas parameter tekstur tempe perlakuan lama waktu fermentasi selama 0 jam-52 jam berpengaruh sangat nyata, pada taraf W1 (36 jam) dan W2 (40 jam) dengan rata-rata 5,56 dan 3,51, tekstur tempe masuk pada kategori tidak keras dan juga tidak terlalu lunak, pada taraf W3 (44 jam) dengan rata-rata 3,30 tekstur tempe masuk pada kategori terlalu keras seperti belum masak ketika direbus, pada taraf W4 (48 jam) dengan rata-rata 3,26, tekstur tempe juga sama seperti pada taraf 44 jam yaitu masuk pada kategori terlalu keras seperti belum masak ketika direbus, pada taraf W5 (52 jam) dengan rata-rata 2,05 tekstur tempe masuk pada kategori terlalu lunak. Pada parameter tekstur terjadi perubahan tekstur tempe, karena meningkatnya kadar air pada 2 Liqa Mawaddah, Pengaruh Lama Waktu Penyimpanan Terhadap Kualitas Fisik dan Organoleptik Tempe Kedelai, Skripsi, Palangka Raya: STAIN, 2011, Hal. 62 3 Kulian Duha, Pengaruh Lama Waktu Pengasapan dan Penyimpanan Terhadap Kualitas Mikrobiologi Makanan Tradisional Kofo-kofo Berdasarkan Jumlah Total Koloni Kapang Sebagai Sarana Penunjang Materi Praktikum Mikrobiologi Tanah, Malang : UNM, 2009, h. 31, td.

tempe tersebut. Semakin lama disimpan maka tekstur tempe semakin lembek yang mengindikasikan peningkatan kadar air. Selama proses fermentasi, kedelai akan mengalami perubahan fisik, terutama tekstur. Tekstur kedelai akan menjadi semakin lunak karena terjadi penurunan selulosa menjadi bentuk yang lebih sederhana. 4 Sehingga tekstur tempe terlihat lunak pada taraf perlakuan lama waktu fermentasi 52 jam (taraf W5). Hal ini terlihat dari rata-rata kualitas tekstur tempe berdasarkan hasil penilaian skor oleh panelis yang merupakan kategori tekstur telalu lunak. Pada fase pembusukan atau fermentasi lanjut (50-90 jam fermentasi) terjadi penaikan jumlah bakteri dan jumlah asam lemak bebas, pertumbuhan jamur menurun, dan pada kadar air tertentu pertumbuhan jamur terhenti, terjadi perubahan flavor karena degradasi protein lanjut yang membentuk amonia. 5 3. Kualitas Fisik dan Organoleptik Berdasarkan Parameter Cita Rasa Tempe Pada parameter cita rasa pada lama waktu fermentasi selama 0-52 jam tingkat kualitas cita rasa tempe mengalami penurunan kualitas cita rasa yang tadinya pada taraf W1 (36 jam) dan W2 (40 jam) dengan rata-rata 2,90 dan 2,59 cita rasa tempe masuk pada kategori rasa enak, gurih, tetapi masih terasa biji cempedaknya, pada taraf W3 (44 jam) 4 Nur Hidayat, dkk, Mikrobiologi Industri, Yogyakarta : ANDI, 2006, h. 100 5 Ibid. H. 99

dengan rata-rata 2,55 cita rasa tempe masuk pada kategori rasa enak, gurih tetapi masih terasa biji cempedaknya, pada taraf W4 (48 jam) dengan rata-rata 2,53 cita rasa tempe masuk pada kategori rasa enak, gurih tetapi masih terasa biji cempedaknya, dan pada taraf W5 (52 jam) dengan rata-rata 1,54 cita rasa tempe masuk pada kategori rasa hambar. Setelah disimpan selama 36-40 jam cita rasa tempe sangat enak, gurih meskipun biji cempedaknya masih terasa namun berubah menjadi rasa hambar setelah fermentasi 52 jam. Perubahan rasa tempe pada rentang waktu fermentasi 52 jam dipengaruhi oleh masa fermentasi tempe yang telah memasuki fase pembusukkan (fermentasi lanjut). Pada masa ini kontaminan bakteri menjadi semakin meningkat, sehingga mempengaruhi jumlah asam lemak bebas dalam tempe. Dengan meningkatnya jumlah bakteri, maka pertumbuhan jamur tempe menjadi terhenti, akibatnya terjadi degradasi protein dalam tempe yang kemudian menghasilkan amonia. Degradasi protein tempe dengan dihasilkannya amonia dengan keberadaan bakteri menyebabkan terjadinya perubahan rasa pada tempe. 6 Hal ini terlihat dari hasil rata-rata kualitas cita rasa tempe berdasarkan hasil panelis (skor) oleh panelis untuk taraf W5 rata-rata skornya 1,53 yang merupakan kategori kualitas rasa hambar. Cita rasa adalah tanggapan indra terhadap rangsangan saraf atau sensasi yang 6 Liqa Mawaddah, Pengaruh Lama Waktu Penyimpanan Terhadap Kualitas Fisik dan Organoleptik Tempe Kedelai, Skripsi, Palangka Raya: STAIN, 2011, Hal. 67.

dihasilkan bahan makanan ketika diletakkan ke dalam mulut (seperti enak, gurih, lezat, dan sedap). Rasa lebih banyak melibatkan indra perasa (lidah). 7 Rasa terdiri atas asam, asin, manis, dan pahit. Pada rasa dapat terjadi respon tambahan bila dilakukan modifikasi antara lain, rasa kecut, pedas, dingin dan sebagainya. Rasa pada makanan dipengaruhi beberapa faktor, yaitu senyawa kimia, suhu, konsentrasi, dan interaksi dengan komponen rasa lainnya. Perbedaan persepsi terhadap rasa antara setiap orang adalah umum, dan disebabkan oleh usia, jenis, kelamin, dan perokok berat dapat memberi respon yang buruk. 8 4. Kualitas Fisik dan Organoleptik Berdasarkan Parameter Aroma Tempe Pada parameter aroma juga mengalami penurunan tingkat kualitas aroma yang tadinya setelah disimpan pada taraf W1 (36 jam) dan W2 (40 jam) dengan rata-rata 3,34 dan 2,84 aroma tempe masuk pada kategori aroma sangat enak dan menimbulkan selera makan dan aroma enak tetapi masih ada aroma biji cempedak, pada taraf W3 (44 jam) dengan rata-rata 2,65 aroma tempe masuk pada kategori aroma enak, tetapi masih ada aroma biji cempedaknya, pada taraf W4 (48 jam) 7 Liqa Mawaddah, Pengaruh Lama Waktu Penyimpanan Terhadap Kualitas Fisik dan Organoleptik Tempe Kedelai, Skripsi, Palangka Raya: STAIN, 2011, Hal. 66-67. 8 Kulian Duha, Pengaruh Lama Waktu Pengasapan dan Penyimpanan Terhadap Kualitas Mikrobiologi Makanan Tradisional Kofo-kofo Berdasarkan Jumlah Total Koloni Kapang Sebagai Sarana Penunjang Materi Praktikum Mikrobiologi Tanah, Malang : UNM, 2009, h. 32, td

dengan rata-rata 2,63 aroma tempe masuk pada kategori aroma enak, tetapi masih ada aroma biji cempedaknya, dan pada taraf W5 (52 jam) dengan rata-rata 2,05 aroma tempe masuk pada kategori tidak beraroma. Selama 36-44 jam bau atau aroma sangat enak atau harum dan menimbulkan selera makan berubah menjadi tidak beraroma pada taraf W5 selama 52 jam. Hal ini terlihat dari rata-rata kualitas tekstur tempe berdasarkan hasil penelitian (skor) oleh 17 panelis untuk taraf W5 ratarata skornya adalah 2,05 yang merupakan kategori kualitas aroma tidak beraroma. Aroma adalah rangsangan yang dihasilkan oleh tempe kedelai yang diketahui dengan indra pembau. Indra pembau adalah instrumen yang paling banyak berperan mengetahui aroma terhadap makanan. Pada industri makanan pengujian terhadap bau dianggap, karena dengan cepat dapat memberikan hasil penelitian terhadap suatu produk. Proses pengujian indrawi, bau lebih komplek dari pada rasa. Bau atau aroma akan mempercepat timbulnya rangsangan kelenjar air liur. B. Implikasi Hasil Penelitian Terhadap Pendidikan Tempe merupakan salah satu sumber pangan yang berasal dari tumbuhan yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia, yang dijadikan salah satu makanan tradisional. Tempe adalah makanan yang

dibuat melalui proses fermentasi terhadap biji kacang kedelai dengan menggunakan jasa beberapa jenis kapang. 9 Cempedak (Artocarpus champeden) merupakan tanaman asli Indonesia. Cempedak merupakan tanaman tahunan yang berbentuk pohon tinggi. Tingginya dapat mencapai 15-25 m. Cempedak juga berakar tunggang dengan percabangan akar banyak. Fungsi utama akar sebagai pengambil unsur hara. Penelitian ini dilakukan 1 perlakuan yaitu lama waktu fermentasi. Perlakuan ini diberikan untuk mengetahui pengaruh lama waktu fermentasi terhadap kualitas fisik dan organoleptik tempe yang meliputi 4 parameter yaitu warna, tekstur, rasa dan aroma pada tempe. Perlakuan lama waktu fermentasi dapat mempengaruhi kualitas fisik dan organoleptik tempe yang meliputi warna, tekstur, cita rasa, dan aroma pada tempe. Beberapa sifat fisik tempe seperti warna, tekstur, rasa dan aroma sering kali dijadikan kriteria oleh masyarakat dalam menilai dan memilih produk tempe untuk keperluan konsumsi keluarga. Sebagai bahan makanan bergizi tinggi dengan harga relatif murah, maka menjadi penting untuk memahami tentang metode atau teknik pembuatan tempe yang baik. metode atau teknik pembuatan tempe yang baik, akan diperoleh juga produk tempe yang baik. Allah pun memerintahkan kepada umat manusia 9 Liqa Mawaddah, Pengaruh Lama Waktu Penyimpanan Terhadap Kualitas Fisik dan Organoleptik Tempe Kedelai, Skripsi, Palangka Raya: STAIN, 2011, Hal. 66-67.

agar memperhatikan dan memakan makanan yang baik. Sebagaimana dijelaskan dalam Q.S Al-Baqarah (2) : 168. Artinya : Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkahlangkah syaitan; Karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu. Pembuatan makanan dengan prinsip fermentasi dapat dijadikan salah satu materi praktikum yang diberikan untuk peserta didik. Target pendidikan yang menuntut peserta didik harus memiliki kecakapan hidup, menyebabkan sekolah harus memberikan bekal keterampilan kepada peserta didiknya agar dapat dipergunakan dalam masyarakat. Berdasarkan kurikulum Tadris Biologi STAIN Palangkaraya, khususnya pada mata kuliah mikrobiologi dipelajari sub konsep materi jamur dan perananannya bagi kehidupan manusia yang diperkaya dengan praktikum mata kuliah, yaitu tentang pembuatan tempe. Konsep materi tersebut mengharuskan mahasiswa untuk dapat melakukan serangkaian kegiatan praktikum tentang pembuatan tempe. Hasil penelitian ini, diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam kegiatan pembelajaran, dan sarana menunjang materi praktikum yang disusun dan dikembangkan sebagai materi praktikum pada mata kuliah mikrobiologi, khususnya pada materi jamur. Proses pembelajaran

dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual, karena dengan menggunakan pendekatan ini, mahasiswa mampu memperoleh pendidikan kecakapan hidup.