BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kecemasan adalah respon individu terhadap ancaman atau stresor yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kecemasan pada Mahasiswa Tingkat Pertama. Bahasa Latin angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti

PROSES TERJADINYA MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI

1. Bab II Landasan Teori

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORITIS. atau ancaman atau fenomena yang sangat tidak menyenangkan serta ada

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANSIETAS

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit Ridogalih berdiri pada tahun 1934 yang memulai pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

BAB I PENDAHULUAN. xiv

KECEMASAN (ANSIETAS) Niken Andalasari

BAB 1 PENDAHULUAN. dipungkiri bahwa dengan adanya perkembangan ini, masalah yang. manusia. Menurut National Institute of Mental Health, 20% populasi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP DASAR. serta mengevaluasinya secara akurat (Nasution, 2003). dasarnya mungkin organic, fungsional, psikotik ataupun histerik.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pekerja kesehatan rumah sakit yang terbanyak adalah perawat yang berjumlah

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. anci yang berarti mencekik. 20 Kecemasan adalah perasaan yang. sendiri maupun dari lingkungannya. 5,16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran.

BAB I PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,

BAB I PENDAHULUAN. kecemasan yang tidak terjamin atas prosedur perawatan. 2 Menurut penelitian, 1

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. perubahan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah.

BAB II KONSEP TEORI. Perubahan sensori persepsi, halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu

Gangguan Ansietas, Fobia, dan Obsesif kompulsif

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. negara-negara maju penyebab kematian karena kanker menduduki urutan kedua

BAB II TINJAUAN TEORI

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Lhoksukon dan rumah pasien rawat jalan Puskesmas Lhoksukon.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB II TINJAUAN TEORI. Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang

LEMBAR PENJELASAN KEPADA RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. kadar gula darah, dislipidemia, usia, dan pekerjaan (Dinata, dkk., 2015). Angka

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber

GAMBARAN KLINIS GANGGUAN KECEMASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kecemasan sangat berkaitan dengan tidak pasti dan tidak berdaya,

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penderitanya semakin mengalami peningkatan. Data statistik kanker dunia tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. profil publik dan semi-publik dalam suatu sistem, (2) menampilkan daftar teman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pencabutan gigi. Berdasarkan penelitian Nair MA, ditemukan prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

Ditetapkan Tanggal Terbit

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

Skizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia?

2 Mengingat : Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetuju

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FAKTOR PSIKOLOGIS DAN PERILAKU YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN Pembimbing : dr. Dharmawan Ardi, Sp.KJ

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2011), pada tahun

Konsep Kecemasa n. Oleh : Hapsah

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Dua komponennya yaitu kesadaran akan sensasi fisiologis dan kesadaran bahwa ia gugup

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Jiwa menurut Rancangan Undang-Undang Kesehatan Jiwa tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang. menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan

PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA RUMAH SAKIT UMUM KELAS D KOJA Jl. Walang Permai No. 39 Jakarta Utara PANDUAN ASESMEN PASIEN TERMINAL

PATOFISIOLOGI ANSIETAS

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

Lembar Persetujuan Responden

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kembali kehidupan, masa pensiun dan penyesuaian diri dengan peran-peran sosial

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan gigi di masyarakat masih menjadi sebuah masalah di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang menghadapi

PERLUKAH RAWAT INAP DI PUSKESMAS

BAB II KONSEP DASAR. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan

BAB I PENDAHULUAN. Masa menopause merupakan suatu transisidimana ditandai. perubahan siklus menstruasi yang sebelumnya regular, siklik, bisa

Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat dihindari dalam waktu yang bervariasi. (Stuard & Sundeen, 1995).

Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS)

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan laki-laki, yaitu 10,67 juta orang (8,61 % dari seluruh penduduk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I DEFENISI A. LATAR BELAKANG

PERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA

Gangguan Mental Terkait Trauma. Pusat Kajian Bencana dan Tindak Kekerasan Departemen Psikiatri FKUI/RSCM

Transkripsi:

7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecemasan 2.1.1 Definisi Kecemasan adalah respon individu terhadap ancaman atau stresor yang akan datang baik dari dalam individu sendiri maupun dari lingkungannya. 17 Respon emosional ini timbul dari penyebab yang tidak spesifik sehingga individu merasa tidak nyaman dan terancam. 18 Kecemasan dapat merupakan suatu respon yang normal atau patologis, hal ini bergantung pada intensitas dan durasi kecemasan tersebut serta kemampuan koping individu. 19 Dalam kehidupan sehari-hari, kecemasan yang normal diperlukan untuk mencapai kepuasan dan kenikmatan tertentu dalam pekerjaan (performance) tetapi kecemasan yang berlebihan akan mengganggu performance dan perlu ditangani. Kecemasan yang berlebihan ini dapat berupa kecemasan yang tidak terikat pada bentuk ide, hal, maupun keadaan tertentu yang disebabkan oleh berbagai aspek kehidupan seperti pada gangguan kecemasan menyeluruh, atau berupa kecemasan yang terkait dengan kondisi atau situasi tertentu seperti pada kecemasan fobik, fobia sosial, gangguan obsesif kompulsif, dan kecemasan lainnya. 17 2.1.2 Etiologi Ditinjau dari ilmu psikologi, terdapat tiga teori utama yang menjelaskan tentang penyebab kecemasan yaitu 18 1) Teori psikoanalitik

8 Freud mendefinisikan kecemasan sebagai tanda adanya kemarahan dalam bawah sadar. Kecemasan dipandang sebagai hasil dari konflik psikis antara keinginan seksual bawah sadar atau keinginan yang agresif dengan ancaman sesuai dari superego atau kenyataan eksternal. Ego akan mengerahkan mekanisme pertahanan sebagai respon dari tanda kecemasan tersebut untuk mencegah munculnya pemikiran dan perasaan yang tidak dapat diterima dalam pikiran sadar. 2) Teori perilaku Teori ini menyatakan bahwa kecemasan merupakan suatu respon terkondisi terhadap stimulus lingkungan yang spesifik. Dalam model pembelajaran sosial, seorang anak dapat mengembangkan suatu respon kecemasan dengan cara meniru kecemasan dari lingkungannya seperti pada orang tua yang cemas. 3) Teori eksistensi Teori ini memberikan model kecemasan menyeluruh, dimana tidak ada stimulus spesifik yang dapat ditemukan pada perasaan cemas yang kronis. Konsep utama dari teori eksistensi yaitu seseorang mengalami perasaan hidup dalam dunia tanpa tujuan. Kecemasan adalah respon terhadap kekosongan eksistensi dan makna yang dirasakan. Selain ketiga teori dari ilmu psikologi di atas, terdapat beberapa teori mengenai penyebab kecemasan dari ilmu biologi yaitu 18 1) Sistem saraf otonom Stimulasi sistem saraf otonom menyebabkan gejala pada beberapa

9 sistem tubuh seperti kardiovaskular, muskuloskeletal, gastrointestinal, dan respirasi. Sistem saraf otonom pada beberapa pasien dengan gangguan kecemasan, terutama gangguan panik, menunjukkan peningkatan tonus simpatis, adaptasi yang lambat terhadap stimulus berulang, dan respon berlebihan terhadap stimulus sedang. 2) Neurotransmiter Terdapat tiga neurotransmiter utama yang berhubungan dengan keemasan yaitu norepinefrin, serotonin, dan gamma-aminobutyric acid (GABA). Teori umum mengenai norepinefrin dalam gangguan kecemasan yaitu bahwa pasien mungkin mempunyai system regulasi noradrenergik yang buruk dengan ledakan aktivitas berkala. Penelitian mengenai hubungan serotonin dengan kecemasan memberikan hasil yang berbeda-beda, belum ada pola jelas yang dapat disimpulkan. Peranan GABA terhadap kecemasan didukung oleh efikasi benzodiazepin meningkatkan aktivitas GABA tipe A pada pengobatan beberapa tipe gangguan kecemasan. 3) Studi pencitraan otak Berbagai pencitraan yang dilakukan pada pasien dengan gangguan kecemasan menunjukkan bahwa beberapa pasien dengan ganggguan kecemasan mempunyai kondisi patologis dari fungsi serebral yang terlihat pada pencitraan otak dan kondisi tersebut mungkin berhubungan kausatif dengan gejala gangguan kecemasan pasien.

10 4) Genetika Penelitian genetika menunjukkan bukti solid bahwa setidaknya beberapa komponen genetik berkontribusi terhadap perkembangan gangguan kecemasan. Faktor keturunan telah diidentifikasi sebagai faktor predisposisi dalam perkembangan gangguan kecemasan. Hampir setengah pasien dengan gangguan panik mempunyai setidaknya satu kerabat yang terpengaruh. 5) Pertimbangan neuroanatomi Berdasarkan berbagai data dari penelitian pencitraan otak, lokus seruleus dan nukleus raphe menjadi fokus banyak hipotesis mengenai susbstrat neuroanatoni dari gangguan kecemasan. Area ini berproyeksi secara primer ke sistem limbik dan korteks serebri. Dari berbagai ilmu yang telah berkembang, penyebab pasti dari gangguan kecemasan masih belum bisa ditetapkan. Namun, telah diteliti beberapa faktor risiko yang dapat memengaruhi terjadinya gangguan kecemasan yaitu 1) Jenis kelamin 13 Perempuan cenderung menunjukkan kejadian gangguan kecemasan yang lebih tinggi, walaupun ada beberapa variasi berdasarkan jenis gangguan kecemasannya. Pada perempuan, terdapat dua kali peningkatan kejadian panik, gangguan kecemasan menyeluruh, agoraphobia, dan fobia spesifik dibandingkan dengan laki-laki. Namun, prevalensi pada fobia sosial hampir sama pada perempuan maupun laki-laki.

11 2) Usia 13 Menurut Merikengas dan Pine, gangguan kecemasan secara umum muncul pada masa anak-anak atau remaja. 13 Pada berbagai penelitian ditemukan perbedaan periode puncak dari onset berbagai jenis gangguan kecemasan: fobia spesifik pada pertengahan masa anak-anak (7-9 tahun), gangguan kecemasan berlebih pada akhir masa anak-anak (10-13 tahun), fobia sosial pada pertengahan masa remaja (15-16 tahun), serangan panik pada akhir masa remaja (17-18 tahun). 20 23 Kejadian gangguan kecemasan pada laki-laki cenderung konstan sepanjang kehidupan dewasa, sedangkan pada perempuan, puncak kejadian gangguan kecemasan pada dekade ke 5 dan 6 kehidupan dan akan menurun setelahnya. 13 Kaplan dan Sadock mengatakan gangguan kecemasan dapat terjadi pada semua usia, lebih sering pada usia dewasa dan lebih banyak pada wanita. Sebagian besar kecemasan terjadi pada umur 21-45 tahun. 24 3) Status sosial dan etnis 13 Kejadian gangguan kecemasan umumnya lebih tinggi pada orang dengan status sosial ekonomi yang lebih rendah. 25 Beberapa penelitian di negara lain menunjukkan orang Afrika-Amerika memiliki kejadian gangguan kecemasan yang lebih tinggi khususnya pada gangguan fobia. 26 Fobia juga dilaporkan memiliki kejadian yang lebih tinggi pada orang dengan tingkat sosial yang lebih rendah. 20 4) Konsep diri dan peran 24 Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian

12 yang diketahui individu terhadap dirinya dan memengaruhi individu berhubungan dengan orang lain. Menurut Stuart dan Sundeen, peran adalah pola sikap perilaku dan tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat. 27 Peran dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran, konsistensi respon orang yang berarti terhadap peran, kesesuaian dan keseimbangan antara peran yang dijalaninya, dan juga keselarasan budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran. Individu yang mempunyai peran ganda baik di dalam keluarga atau di masyarakat mempunyai kecenderungan mengalami kecemasan yang berlebih disebabkan konsentrasi terganggu. 5) Temperamen/kepribadian 13 Kerentanan perkembangan kecemasan salah satunya ditandai oleh peningkatan reaktivitas fisiologis atau perilaku penarikan diri dari stimulus baru atau situasi menantang. 28 Tanda lain yang berpotensi dalam perkembangan gangguan kecemasan adalah sensitivitas kecemasan 29 berupa kepercayaan bahwa sensasi kecemasan merupakan konsekuensi fisiologis, psikologis, atau sosial berbahaya. 13 Sensitivitas kecemasan ini dikatakan berinteraksi dengan pengalaman lingkungan untuk membentuk kepercayaan akan bahaya dari sensasi cemas. Maka dari itu, sensitivitas kecemasan mungkin terkait dengan perkembangan dari beberapa gangguan kecemasan seperti gangguan panik. 30,31

13 6) Gangguan/penyakit medis 13 Beberapa penelitian dilakukan menunjukkan adanya hubungan antara gangguan kecemasan dan adanya bentuk lain dari psikopatologi yang lebih awal. 13 Gangguan lain yang mungkin meningkatkan risiko perkembangan gangguan kecemasan yaitu gangguan makan 32, depresi, dan penggunaan dan penyalahgunaan zat. 13 Gangguan atau gejala medis juga mempunyai hubungan dengan perkembangan kecemasan. 13 Kagan mengatakan bahwa kadar kortisol tinggi berhubungan dengan kecemasan. 33 Gangguan kecemasan juga mungkin menjadi faktor risiko perkembangan dari beberapa penyakit kardiovaskular dan neurologis. 13 Gangguan fobia dilaporkan berhubungan erat dengan migrain dimana fobia timbul mendahului migrain. 34 7) Pengalaman menjalani pengobatan 24 Pengalaman awal pasien dalam pengobatan merupakan pengalaman penting pada individu terutama untuk masa yang akan datang dan menentukan kondisi mental individu di kemudian hari. Apabila pengalaman individu kurang dalam pengobatan, maka cenderung memengaruhi peningkatan kecemasan saat menghadapi tindakan pengobatan. 8) Komunikasi terapeutik 24 Komunikasi sangat dibutuhkan oleh pasien terlebih pada pasien yang akan menjalani kemoterapi. Hampir sebagian besar pasien yang menjalani kemoterapi mengalami kecemasan. Komunikasi yang baik

14 antara pasien dan dokter/perawat akan menentukan kemoterapi selanjutnya. Pasien yang cemas saat akan menjalani kemoterapi kemungkinan mengalami efek yang tidak menyenangkan bahkan membahayakan. 9) Fungsi ventilasi 13 Beberapa penemuan mengatakan bahwa abnormalitas respirasi merupakan suatu risiko terhadap kecemasan. Abnormalitas respirasi mnunjukkan kerentanan terhadap kecemasan khususnya panik akut. 10) Kewaspadaan/atensi 13 Beberapa penelitian mengenai hubungan regulasi atensi dan kecemasan menunjukkan orang dewasa dengan gangguan kecemasan mempunyai kewaspadaan yang lebih tinggi terhadap tanda-tanda ancaman. 11) Peristiwa kehidupan/stresor 13 Peristiwa kehidupan yang pada tingkat tertentu mengancam gagasan individu akan keselamatan dan keamanan sering setidaknya secara retrospektif diterima sebagai pemicu dari gangguan kecemasan. Penelitian yang dilakukan Bennet dan Stirling menemukan bahwa subyek dengan gangguan kecemasan dan trait anxiety memiliki orang tua terlalu protektif. 35 12) Proses adaptasi 24 Menurut Kozier dan Oliveri, tingkat adaptasi manusia dipengaruhi oleh stimulus internal dan eksternal yang dihadapi individu dan membutuhkan respon perilaku yang terus menerus. 36 Proses adaptasi ini

15 sering menstimulasi individu untuk mendapatkan bantuan dari sumbersumber di lingkungan. 13) Tingkat pendidikan 24 Pendidikan pada umumnya dapat mengubah pola pikir, pola bertingkah laku, dan pola pengambilan keputusan. Tingkat pendidikan yang cukup akan lebih mudah mengidentifikasi stresor yang berasal dari dalam diri sendiri maupun dari luar dirinya. Tingkat pendidikan juga memengaruhi kesadaran dan pemahaman terhadap stimulus. 2.1.3 Gejala Kecemasan Terdapat dua komponen dari pengalaman kecemasan yaitu kesadaran akan sensasi fisiologis (seperti palpitasi dan berkeringat) dan kesadaran bahwa ia gugup atau ketakutan. Pengaruh viseral dan motorik dari kecemasan dapat bermanifestasi dalam bentuk: 37 1) Diare 2) Pusing, kepala terasa ringan 3) Hiperhidrosis 4) Hiperrefleksia 5) Hipertensi 6) Palpitasi 7) Midriasis pupil 8) Gelisah 9) Sinkop 10) Takikardia

16 11) Kesemutan di ekstremitas 12) Tremor 13) Gangguan perut 14) Frekuensi, hesitansi, dan urgensi uri Selain itu, kecemasan juga memengaruhi pikiran, persepsi, dan pembelajaran. Pengaruh dari kecemasan cenderung menimbulkan kebingungan dan distorsi persepsi yaitu persepsi waktu, ruang, orang, dan arti peristiwa. Distorsi ini menyebabkan gangguan proses pembelajaran dengan menurunkan konsentrasi, mengurangi daya ingat, dan mengganggu kemampuan menghubungkan satu hal dengan hal lain. 37 Dalam aspek emosi, kecemasan memberikan efek pada selektivitas perhatian. Perhatian orang yang mengalami kecemasan cenderung tertuju pada hal tertentu di lingkungan dan mengabaikan hal lain untuk membuktikan bahwa mereka dibenarkan untuk menanggapi situasi tersebut menakutkan. Jika hal ini tidak berhasil, orang tersebut akan meningkatkan kecemasannya dengan respon selektif. Hal ini akan membentuk lingkaran setan kecemasan dengan persepsi yang mengalami distorsi dan kecemasan yang meningkat. 37 2.1.4 Tingkat Kecemasan Menurut Videbeck, kecemasan dapat dibagi menjadi empat tingkatan yaitu 38 1) Kecemasan ringan Individu dengan kecemasan ringan merasakan bahwa ada sesuatu yang berbeda dari kesehariannya dan memerlukan perhatian khusus.

17 Stimulasi sensori meningkat dan membantu individu memfokuskan perhatian untuk belajar, menyelesaikan masalah, berpikir, bertindak, merasakan dan melindungi diri sendiri. Kecemasan ringan sering memotivasi untuk membuat perubahan atau untuk melakukan kegiatan yang mengarah pada suatu sasaran terntentu. 2) Kecemasan sedang Kecemasan sedang pada individu berupa perasaan yang mengganggu bahwa ada hal yang salah menyebabkan individu gugup atau gelisah. Pada kecemasan sedang, individu masih dapat memproses informasi, menyelesaikan masalah, dan mempelajari hal-hal baru dengan bantuan dari orang lain. Individu kesulitan untuk berkonsentrasi secara mandiri tetapi dapat diarahkan. 3) Kecemasan berat Kecemasan berat ditandai dengan lapang pandang yang berkurang. Individu cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berpikir tentang hal lain. Semua perilaku diarahkan pada pengurangan kecemasan dan memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada area lain. Pada tahap ini individu mulai merasakan kecemasan sebagai suatu ancaman terhadap dirinya. 4) Panik Panik berhubungan dengan kehilangan kendali, detail perhatian menjadi hilang, terperangah, ketakutan dan teror serta tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan. Panik mencakup diorganisasi

18 kepribadian dan dapat mengancam kehidupan. Gejala panik yang dapat dialami individu berupa meningkatnya aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pikiran rasional. Tiap tingkat kecemasan menghasilkan respon psikologis dan fisiologis yang berbeda yaitu 38 Tabel 2. Tingkat kecemasan Tingkat Kecemasan Respon Psikologis Respon Fisiologis Ringan Pandangan persepsi luas Indera yang tajam Peningkatan motivasi Pemecahan masalah efektif Peningkatan kemampuan belajar Iritabilitas Resah Gelisah Perut tidak enak seperti ada kupu-kupu Sulit tidur Hipersensitivitas terhadap bunyi Sedang Pandangan persepsi terbatas pada tugas mendesak Perhatian selektif Tidak dapat menghubungkan pikiran atau kejadian secara independen Peningkatan otomatisasi Tegang otot Diaforesis Jantung berdebar Sakit kepala Mulut kering Nada suara tinggi Berbicara lebih cepat Gangguan gastrointestinal Sering berkemih Berat Pandangan persepsi pada satu detail Tidak dapat menyelesaikan tugas Sakit kepala berat Mual, muntah, diare Menggigil Cara berdiri rigid

19 Panik Tidak dapat menyelesaikan masalah atau belajar secara efektif Perilaku untuk menenangkan kecemasan dan biasanya tidak efektif Tidak respon terhadap pengalihan arah Merasa kagum, takut, atau ngeri Menangis/berteriak Perilaku ritualistik Pandangan persepsi fokus pada diri sendiri Tidak dapat memproses stimulus lingkungan Persepsi terdistorsi Kehilangan pikiran rasional Tidak mengenal potensi bahaya Tidak dapat berkomunikasi secara verbal Delusi dan halusinasi mungkin terjadi Dapat bunuh diri Vertigo Pucat Takikardia Nyeri dada Bisa melarikan diri atau tidak bergerak dan diam Pupil dilatasi Peningkatan tekanan darah dan denyut nadi Respon flight, fight, or freeze 2.1.5 Beck Anxiety Inventory (BAI) Beck Anxiety Inventory (BAI) merupakan alat ukur kecemasan untuk dewasa dan remaja yang dapat digunakan untuk keperluan klinis dan penelitian. 39

20 BAI dibuat oleh Aaron T. Beck, MD dan rekannya berisi 21 item berfokus pada gejala somatik kecemasan yang mengukur keparahan dari kecemasan dan sebagai alat ukur untuk membedakan kecemasan dan depresi. 39,40 Setiap item pada BAI merupakan gambaran dari gejala kecemasan dalam empat aspek yaitu subjektif, neurofisiologis, otonom, dan yang berhubungan dengan panik. 39 BAI dapat diselesaikan dalam waktu 5 10 menit menggunakan metode kertas dan pensil. Responden diminta melaporkan keluhan dari setiap gejala selama satu minggu terakhir. 39,40 Respon dari tiap item diukur dalam empat tingkatan yaitu tidak sama sekali (0), ringan (1), sedang (2), dan berat (3). Total skor BAI berjumlah 0 63 dengan interpretasi skor: 0 21, kecemasan ringan; 22 35, kecemasan sedang; lebih dari 35, kecemasan berat. 41 BAI dapat digunakan untuk menilai dan menetapkan basis tingkat kecemasan, sebagai alat bantu diagnostik, untuk mendeteksi efektivitas dari terapi, dan sebagai alat ukur hasil setelah terapi. BAI juga mempunyai beberapa kelebihan yaitu cepat dan mudah dikerjakan, dapat diulang, dapat membedakan gejala kecemasan dan depresi, telah digunakan dalam berbagai bahasa, kultur, dan usia. 39 2.2 Pasien Rawat Jalan 2.2.1 Pasien Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada dokter atau dokter gigi. 42 Berdasarkan UU No. 29 Tahun 2004 tentang praktik kedokteran pasal 52, pasien,

21 dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran, mempunyai hak: 42 1) Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis 2) Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain 3) Mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis 4) Menolak tindakan medis 5) Mendapatkan isi rekam medis Pasien, dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran, juga mempunyai kewajiban yang diatur dalam pasal 53 yaitu 42 1) Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya 2) Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau dokter gigi 3) Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan 4) Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima 2.2.2 Pelayanan Rawat Jalan Salah satu bentuk dari pelayanan kedokteran adalah pelayanan rawat jalan. Secara sederhana, pelayanan rawat jalan dapat didefinisikan sebagai pelayanan kedokteran yang disediakan untuk pasien tidak dalam bentuk rawat inap meliputi prosedur terapeutik dan diagnostik serta pengobatan. Organisasi perawatan terpadu mendefinisikan rawat jalan sebagai pengobatan yang memerlukan tidak lebih dari 24 jam tanpa menghiraukan apakah protokol meliputi acara bermalam satu malam di tempat tidur pasien rawat inap atau di perawatan pemulihan. 43 Unit rawat jalan adalah suatu bagian yang merupakan pintu atau media pertama untuk kontak dan berinteraksi dengan pengguna jasa atau pasien. Tujuan

22 pelayanan rawat jalan adalah untuk memberikan konsultasi kepada pasien yang memerlukan pendapat dari seorang dokter, dengan tindakan pengobatan atau tidak serta untuk menyediakan tindak lanjut bagi pasien rawat inap yang sudah diijinkan pulang tetapi masih harus dikontrol kondisi kesehatannya. 44 Tenaga pelayanan di rawat jalan adalah tenaga yang langsung berhubungan dengan berhubungan dengan pasien yaitu tenaga administrasi (non medis) yang memberikan pelayanan penerimaan pendaftaran dan pembayaran, tenaga keperawatan (paramedis) sebagai mitra dokter dalam memberikan pelayanan pemeriksaan/pengobatan, dan tenaga dokter (medis) pada masingmasing poliklinik yang ada. 45 2.3 Puskesmas 2.3.1 Definisi Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. 46 2.3.2 Tujuan Tujuan pembangunan kesehatan yang dilaksanakan oleh puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yaitu meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. 47

23 2.3.3 Prinsip Penyelenggaraan Prinsip penyelenggaraan puskesmas secara terpadu harus diterapkan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan. Prinsip penyelenggaraan tersebut dikembangkan darifungsi puskesmas. Dasar pemikiran dari prinsip tersebut adalah pentingnya menerapkan prinsip dasar dari setiap fungsi puskesmas dalam menyelenggaraan setiap upaya puskesmas. 47 Prinsip penyelenggaraan puskesmas meliputi: 46 1) Paradigma sehat Puskesmas mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk berkomitmen dalam upaya mencegah dan mengurangi risiko kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat. 46 2) Pertanggungjawaban wilayah Puskesmas menggerakkan dan bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. 46 Untuk mencapai ini, puskesmas harus melaksanakan berbagai kegiatan seperti menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat kecamatan sehingga berwawasan kesehatan, memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya, membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang diselenggarakan oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya dan menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama secara merata dan terjangkau di wilayah kerjanya. 47 3) Kemandirian masyarakat Puskesmas mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu,

24 keluarga, kelompok, dan masyarakat. 46 Dalam upaya membentuk kemandirian masyarakat, puskesmas melaksanakan beberapa kegiatan untuk memberdayakan masyarakat antara lain upaya kesehatan ibu dan anak (posyandu, polindes, dan bina keluarga balita), upaya pengobatan (posyandu, pos obat desa), upaya perbaikan gizi (posyandu, panti pemulihan gizi, keluarga sadar gizi), upaya kesehatan sekolah (dokter kecil, penyertaan guru dan orang tua/wali murid, dan pos kesehatan pesantren), upaya kesehatan lingkungan (kelompok pemakai air bersih, desa percontohan kesehatan lingkungan), upaya kesehatan usia lanjut (posyandu suila, panti wreda), upaya kesehatan kerja (pos upaya kesehatan kerja), upaya kesehatan jiwa (posyandu, tim pelaksana kesehatan jiwa masyarakat), dan upaya pembinaan dan jaminan kesehatan (dana sehat, tabungan ibu bersalin, mobilisasi dana keagamaan). 47 4) Pemerataan Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang dapat diakses dan terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya secara adil tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya, dan kepercayaan. 46 5) Teknologi tepat guna Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan memanfaatkan teknologi tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan, mudah dimanfaatkan, dan tidak berdampak buruk bagi lingkungan. 46

25 6) Keterpaduan dan kesinambungan Puskesas mengintegrasikan dan mengoordinasikan penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan lintas program dan lintas sektor serta melaksanakan sistem rujukan yang didukung dengan manajemen puskesmas. 46 Keterpaduan lintas program memadukan penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan yang menjadi tanggung jawab puskesmas, sedangkan keterpaduan lintas sektor memadukan penyelenggaraan upaya kesehatan dengan berbagai program sektor terkait tingkat kecamatan termasuk organisasi kemasyarakatan dan dunia usaha. 47 2.3.4 Tugas dan Fungsi Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Dalam melaksanakan tugas tersebut, puskesmas mempunyai fungsi dalam penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama di wilayah kerjanya. Selain fungsi tersebut, puskesmas dapat berfungsi sebagai wahana pendidikan tenaga kesehatan. 46 Menurut Trihono, puskesmas memiliki tiga fungsi yaitu sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, ini artinya puskesmas berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya. Fungsi lain puskesmas dalam proses pembangunan di wilayah kerjanya yaitu aktif memantau

26 dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program. Fungsi terakhir yaitu mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. 47 Menurut Efendi, dalam pelaksanaan fungsi puskesmas, ada beberapa proses yang terjadi yaitu merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka menolong dirinya sendiri, memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan menggunakan sumber daya ang ada secara efektif dan efisien, memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan bantuan tersebut tidak menimbulkan ketergantungan, memberikan pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat, bekerja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan program puskesmas. 48 2.3.5 Upaya Kesehatan Menurut Permenkes No. 75 Tahun 2014 pasal 35, puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama yang dilaksanakan secara terintegrasi dan berkesinambungan. Upaya kesehatan masyarakat meliputi upaya kesehatan masyarakat esensial dan pengembangan. Upaya kesehatan masyarakat esensial meliputi pelayanan promosi kesehatan, pelayanan kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana, pelayanan gizi, dan pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit. Upaya kesehatan masyarakat pengembangan merupakan upaya kesehatan masyarakat yang kegiatannya

27 memerlukan upaya yang sifatnya inovatif dan/atau bersifat ekstensifikasi dan intensifikasi pelayanan, disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan, kekhususan wilayah kerja dan potensi sumber daya yang tersedia di masingmasing puskesmas. 46 Upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama dilaksanakan dalam bentuk rawat jalan, pelayanan gawat darurat, pelayanan satu hari (one day care), home care, dan/atau rawat inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan. 46

28 2.4 Kerangka Teori Faktor Psikologis: - Psikis - Perilaku - Eksistensi - Konsep diri dan peran - Temperamen/kepribadian - Pengalaman menjalani pengobatan - Kewaspadaan/atensi Faktor Biologis: - Sistem saraf otonom - Neurotransmiter - Genetika - Neuroanatomi - Jenis kelamin - Usia - Gangguan/penyakit medis - Fungsi ventilasi Tingkat Kecemasan Faktor Lingkungan dan Sosial: - Status sosial dan etnis - Peristiwa kehidupan/ stresor - Komunikasi terapeutik - Proses adaptasi - Tingkat pendidikan Gambar 1. Kerangka teori

29 2.5 Kerangka Konsep Penyakit medis Stresor psikososial Jenis kelamin Tingkat Kecemasan Usia Tingkat pendidikan Gambar 2. Kerangka konsep 2.6 Hipotesis 1) Ada hubungan antara penyakit medis dengan tingkat kecemasan 2) Ada hubungan antara stresor psikososial dengan tingkat kecemasan 3) Ada hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat kecemasan 4) Ada hubungan antara usia dengan tingkat kecemasan 5) Ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat kecemasan