BADAN PUSAT STATISTIK No. 15/02/82/Th.XIV, 16 Februari 2015 TIPOLOGI WILAYAH PROVINSI MALUKU UTARA HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014 Pendataan Potensi Desa (Podes) dilaksanakan 3 kali dalam 10 tahun. Berdasarkan hasil Podes 2014, pada bulan April 2014 tercatat 1.196 wilayah administrasi setingkat desa di Provinsi Maluku Utara yang terdiri dari 1.066 desa, 117 kelurahan dan 13 UPT 1. Selain itu juga tercatat sebanyak 115 kecamatan dan 10 kabupaten/kota di Provinsi Maluku Utara. Berdasarkan lokasi desa terhadap laut, sebanyak 941 desa 2 (78,68%) di Provinsi Maluku Utara terletak di tepi laut. Berdasarkan lokasi desa terhadap hutan, terdapat 25 desa 2 (2,09%) yang terletak di dalam hutan dan 575 desa 2 (48,08%) terletak di sekitar hutan. Jumlah wilayah administrasi menurut keberadaaan infrastruktur: Sebanyak 104 desa 2 (8,70%) tidak ada SD/MI. Seluruh kecamatan di Provinsi Maluku Utara telah memiliki Puskesmas atau Puskesmas Pembantu (Pustu). Sebanyak 58 kecamatan (50,43%) telah memiliki pasar dengan bangunan, baik permanen maupun semi permanen. Sebanyak 743 desa 2 (62,12%) belum mempunyai penerangan di jalan utama. Berdasarkan sarana transportasi antar desa, sebanyak 152 desa 2 (12,71%) hanya dapat menggunakan sarana transportasi air, 610 desa 2 (51,00%) hanya menggunakan sarana transportasi darat serta 434 desa 2 (36,29%) dapat menggunakan sarana transportasi baik darat maupun air. Dari 1.044 desa 2 yang menggunakan sarana transportasi darat tersebut, 154 desa 2 (14,75%) di antaranya memiliki kondisi jalan yang tidak dapat dilalui kendaraan bermotor roda 4 atau lebih sepanjang tahun. Indeks Kesulitan Geografis (IKG) merupakan indeks komposit tertimbang dengan skala 0-100 yang dihitung untuk setiap desa 3. Semakin besar indeks menunjukkan tingkat kesulitan geografis yang semakin tinggi pada wilayah desa tersebut. IKG di Provinsi Maluku Utara bervariasi antar wilayah dengan rentang antara 14,33 sampai 85,20. 1 Unit Permukiman Transmigrasi (UPT) adalah satuan permukiman transmigrasi yang berfungsi sebagai tempat tinggal dan tempat usaha transmigran yang sejak awal direncanakan untuk membentuk suatu desa atau bergabung dengan desa setempat. Organisasi UPT merupakan kelembagaan yang bersifat sementara dibentuk sekurang-kurangnya 2 bulan sebelum transmigran ditempatkan dan paling lama 5 tahun (Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER.22/MEN/IX/2007). 2 Termasuk kelurahan dan UPT. 3 Tidak termasuk kelurahan dan UPT. Berita Resmi Statistik No. 15/02/82/Th.XIV, 16 Februari 2015 1
1. Wilayah Administrasi Pemerintahan Pendataan Podes dilaksanakan 3 kali dalam 10 tahun. Podes 2014 dilaksanakan pada bulan April 2014 secara sensus terhadap seluruh wilayah administrasi pemerintahan terendah setingkat desa, yaitu desa, kelurahan, dan Unit Permukiman Transmigrasi (UPT). Wilayah setingkat desa yang didata harus memenuhi tiga syarat, yaitu: 1) mempunyai wilayah, 2) mempunyai penduduk, dan 3) mempunyai pemerintahan. Menurut Podes 2014, tercatat 1.196 wilayah administrasi setingkat desa di Provinsi Maluku Utara yang terdiri dari 1.066 desa, 117 kelurahan dan 13 UPT. Selain itu, juga tercatat sebanyak 115 kecamatan dan 10 kabupaten/kota. Tabel 1.1. Jumlah Kecamatan dan Desa Menurut Kabupaten/Kota, 2014 Kabupaten/Kota Kecamatan Desa (1) (2) (3) Halmahera Barat 8 170 Halmahera Tengah 10 62 Kepulauan Sula 12 78 Halmahera Selatan 30 256 Halmahera Utara 17 199 Halmahera Timur 10 104 Pulau Morotai 5 88 Pulau Taliabu 8 71 Ternate 7 77 Tidore Kepulauan 8 91 MALUKU UTARA 115 1.196 2. Letak Desa Terhadap Laut dan Hutan Berdasarkan letaknya terhadap laut, desa dibedakan menjadi desa tepi laut dan bukan tepi laut. Desa tepi laut adalah desa yang sebagian atau seluruh wilayahnya bersinggungan langsung dengan laut, baik berupa pantai maupun tebing karang. Terdapat 941 desa (78,68%) di Provinsi Maluku Utara yang merupakan desa tepi laut. Sedangkan menurut letak desa terhadap hutan, desa dibedakan menjadi desa di dalam hutan, desa di sekitar hutan, dan desa di luar hutan. Desa di dalam hutan adalah desa yang seluruh wilayahnya terletak di tengah/dikelilingi hutan. Sedangkan desa di sekitar hutan adalah desa yang wilayahnya berbatasan langsung dengan hutan, atau sebagian wilayah desa tersebut berada di dalam hutan. Desa di dalam hutan di Provinsi Maluku Utara sebanyak 25 desa (2,09%), desa di sekitar hutan sebanyak 575 desa (48,08%), sedangkan sisanya (596 desa) merupakan desa yang terletak di luar hutan atau tidak berbatasan langsung dengan hutan. Berita Resmi Statistik No. 15/02/82/Th.XIV, 16 Februari 2015 2
Tabel 2.1. Desa Menurut Lokasi Terhadap Laut dan Hutan, 2014 Kabupaten/Kota Desa Tepi Laut Desa di Dalam Hutan Desa di Sekitar Hutan (1) (2) (3) (4) Halmahera Barat 91 1 23 Halmahera Tengah 53 4 27 Kepulauan Sula 76 1 71 Halmahera Selatan 240 3 223 Halmahera Utara 127 8 13 Halmahera Timur 91-68 Pulau Morotai 79 2 47 Pulau Taliabu 61 6 27 Ternate 56-18 Tidore Kepulauan 67-58 MALUKU UTARA 941 25 575 3. Keberadaan Infrastruktur 3.1. Pendidikan Hasil Podes 2014 menunjukkan bahwa hampir semua desa (termasuk kelurahan dan UPT) di Provinsi Maluku Utara sudah terjangkau oleh sarana pendidikan setingkat SD/MI. Hanya 8,70 persen (104 desa) yang tidak ada SD/MI. Pada jenjang pendidikan menengah pertama, seluruh wilayah kecamatan di Provinsi Maluku Utara telah memiliki SMP/MTs. Sedangkan pada jenjang pendidikan menengah atas, dari 115 kecamatan yang tercatat dalam Podes 2014, hanya 1 kecamatan yang tidak ada SMU/SMK/MA. Tabel 3.1. Jumlah Desa yang Ada SD/MI dan Jumlah Kecamatan yang Ada SMP/MTs dan SMU/SMK/MA Menurut Kabupaten/Kota, 2014 Kabupaten/Kota Desa ada SD/MI Kecamatan ada SMP/MTs Kecamatan ada SMU/SMK/MA (1) (2) (3) (4) Halmahera Barat 151 8 8 Halmahera Tengah 58 10 10 Kepulauan Sula 78 12 12 Halmahera Selatan 251 30 29 Halmahera Utara 170 17 17 Halmahera Timur 92 10 10 Pulau Morotai 75 5 5 Pulau Taliabu 65 8 8 Ternate 64 7 7 Tidore Kepulauan 88 8 8 MALUKU UTARA 1.092 115 114 Berita Resmi Statistik No. 15/02/82/Th.XIV, 16 Februari 2015 3
3.2. Kesehatan Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat dalam memperoleh pelayanan kesehatan sesuai UUD 1945. Untuk itu, ketersediaan sarana kesehatan dasar di setiap wilayah menjadi sangat penting. Tersedianya pelayanan kesehatan dasar merupakan hak masyarakat yang menjadi pelayanan pemerintah. Podes 2014 menunjukkan bahwa seluruh kecamatan di Provinsi Maluku Utara telah mempunyai Puskesmas atau Puskesmas Pembantu (Pustu). 3.3. Pasar dengan Bangunan Tersedianya sarana perdagangan seperti pasar dapat menjadi salah satu indikator kemajuan perekonomian suatu wilayah. Hasil Podes 2014 mencatat sebanyak 58 kecamatan (50,43%) di Provinsi Maluku Utara telah memiliki pasar dengan bangunan, baik permanen maupun semi permanen. Sisanya, sebanyak 57 kecamatan tidak memiliki pasar dengan bangunan. 3.4. Listrik Ketersediaan penerangan listrik menjadi hal yang penting untuk menunjang kemajuan suatu wilayah. Tercatat sebanyak 785 desa (65,64%) di Provinsi Maluku Utara telah ada keluarga pengguna listrik yang disalurkan oleh PLN. Sisanya, menggunakan listrik non-pln. Terkait keberadaan penerangan jalan utama desa, sebanyak 743 desa (62,12%) masih belum tersedia penerangan jalan, baik yang berasal pemerintah maupun non-pemerintah. 3.5. Jalan Infrastruktur transportasi merupakan infrastruktur dasar yang sangat penting sebagai sarana pengangkutan yang berperan untuk merangsang pertumbuhan ekonomi karena ketersediaan jalan akan meminimalkan modal komplementer sehingga proses produksi dan distribusi akan lebih efisien. Pembangunan prasarana jalan akan meningkatkan pertumbuhan wilayah-wilayah baru dengan meningkatnya volume lalu lintas. Sebaliknya, prasarana jalan yang buruk dan rusak akan menghambat alokasi sumber daya, pengembangan industri, pendistribusian faktor produksi, barang dan jasa. Berdasarkan sarana transportasi antar desa, sebanyak 152 desa (12,71%) hanya dapat menggunakan sarana transportasi air, 610 desa (51,00%) hanya menggunakan sarana transportasi darat serta 434 desa (36,29%) dapat menggunakan sarana transportasi baik darat maupun air. Dari 1.044 desa yang dapat menggunakan sarana transportasi darat tersebut, 736 desa (70,50%) di antaranya sudah tersedia jalan yang dapat dilalui kendaraan bermotor roda 4 atau lebih sepanjang tahun. Sebanyak 154 desa (14,75%) sudah tersedia jalan yang dapat dilalui kendaraan bermotor roda 4 atau lebih, akan tetapi lalu lintasnya masih tergantung pada kondisi jalan dan cuaca, yang terdiri dari 108 desa (10,34%) dapat dilalui sepanjang tahun kecuali saat tertentu dan 46 desa (4,41%) dapat dilalui sepanjang tahun kecuali sepanjang musim hujan. Selain itu, masih terdapat 154 desa 2 (14,75%) yang memiliki kondisi jalan yang tidak dapat dilalui kendaraan bermotor roda 4 atau lebih sepanjang tahun. Berita Resmi Statistik No. 15/02/82/Th.XIV, 16 Februari 2015 4
Tabel 3.2. Jumlah Desa Menurut Kondisi Jalan yang Dapat Dilalui Kendaraan Roda 4 Atau Lebih, 2014 Kabupaten/Kota Kondisi Jalan yang Dapat Dilalui Kendaraan Roda 4 Atau Lebih Tahun Tahun Kecuali Saat Tertentu Tahun Kecuali Musim Hujan Tidak Dapat Dilalui Tahun (1) (2) (3) (4) (5) (6) Total Halmahera Barat 126 2 1 32 161 Halmahera Tengah 49 7-5 61 Kepulauan Sula 31 17 4 16 68 Halmahera Selatan 67 24 20 50 161 Halmahera Utara 152 22 4 13 191 Halmahera Timur 81 7 9 1 98 Pulau Morotai 57 13 1 9 80 Pulau Taliabu 20 14 6 20 60 Ternate 74 1-2 77 Tidore Kepulauan 79 1 1 6 87 MALUKU UTARA 736 108 46 154 1.044 4. Indeks Kesulitan Geografis Desa Menurut Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2014 Tentang Dana Desa yang Bersumber Dari APBN, salah satu komponen yang digunakan dalam pengalokasian dana desa adalah tingkat kesulitan geografis desa. BPS telah menyusun Indeks Kesulitan Geografis (IKG) untuk seluruh wilayah pemerintahan desa (tidak termasuk kelurahan dan UPT) untuk menggambarkan tingkat kesulitan geografis desa. IKG merupakan indeks komposit yang mempunyai skala dari 0 (nol) sampai 100 (seratus) dan disusun oleh tiga komponen, yaitu: 1) ketersediaan pelayanan dasar (pendidikan dan kesehatan), 2) kondisi infrastruktur, dan 3) aksesibilitas/transportasi. IKG yang rendah menunjukkan bahwa desa tersebut telah memiliki fasilitas pelayanan dasar, infrastruktur ekonomi serta kemudahan sarana transportasi. Sebaliknya, desa dengan IKG tinggi menunjukkan bahwa di desa tersebut belum tercukupi fasilitas pelayanan dasar dan infrastruktur ekonominya, serta masih memiliki kesulitan dalam sarana transportasi menuju ibukota kecamatan dan kabupaten/kota. Tabel 2.1. menyajikan IKG setiap kabupaten/kota. IKG terendah di Provinsi Maluku Utara sebesar 14,33 sedangkan IKG tertinggi sebesar 85,20 Berita Resmi Statistik No. 15/02/82/Th.XIV, 16 Februari 2015 5
Kabupaten/Kota Tabel 4.1. IKG Desa Menurut Kabupaten/Kota, 2014 IKG Desa Terendah Nilai Tengah Tertinggi (1) (2) (3) (4) Halmahera Barat 23,74 48,56 82,75 Halmahera Tengah 26,98 44,81 72,44 Kepulauan Sula 22,01 51,08 81,92 Halmahera Selatan 19,71 61,21 84,79 Halmahera Utara 17,05 47,67 82,04 Halmahera Timur 14,33 48,81 78,43 Pulau Morotai 18,84 52,62 82,69 Pulau Taliabu 32,78 70,17 85,20 Ternate - - - Tidore Kepulauan 17,33 44,24 69,70 MALUKU UTARA 14,33 51,69 85,20 Informasi lebih lanjut hubungi: BPS Provinsi Maluku Utara Cq. Bidang Statistik Sosial Telp (0921) 3127878; Fax (0921) 3126301 homepage: http://malut.bps.go.id; e-mail: bps8200@bps.go.id ; kabidsos8200@bps.go.id Berita Resmi Statistik No. 15/02/82/Th.XIV, 16 Februari 2015 6