BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Intensi Berwirausaha. tindakan dan merupakan unsur yang penting dalam sejumlah tindakan, yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia hingga beberapa waktu mendatang. Data statistik pada Februari 2012 yaitu

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan manusia yang berjiwa kreatif, inovatif, sportif, dan wirausaha.

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Semakin banyaknya angka pengangguran jaman sekarang, memaksa

BAB I PENDAHULUAN. Minat terhadap profesi wirausaha (entrepreneur) pada masyarakat Indonesia

Studi Mengenai Intensi Perilaku Merokok Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) Di RS X Bandung

BAB I. Pendahuluan. rumah tangga seringkali dihadapkan pada kejenuhan. Bayangkan, dalam waktu 24

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Theory of Planned Behavior Fishbein dan Ajzen

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2 Model Theory of Reason Action (TRA) (Sumber : Fishbein dan Ajzen 1975)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia pada dasarnya dilahirkan dalam keadaan lemah dan tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Intensi Berwirausaha

A. JUDUL PENGABDIAN: PELATIHAN PERENCANAAN USAHA BAGI REMAJA USIA PRODUKTIF DI DUSUN SLANGGEN, TIMBULHARJO, SEWON, BANTUL, YOGYAKARTA

BAB II LANDASAN TEORI. memperkirakan perilaku dari pengukuran sikap. Teori ini dinamakan reason action karena

Kesimpulannya, intensi seseorang terhadap perilaku tertentu dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku (Ajzen

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior)

BAB I PENDAHULUAN. sampai SMA saja, tetapi banyak juga sarjana. Perusahaan semakin selektif menerima

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah kurangnya lapangan pekerjaan yang tersedia,

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki budaya masing-masing, yang tercermin melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif. Sebuah perusahaan dapat terus bertahan jika memiliki sumber daya manusia

BAB I. Pendahuluan. mendapatkan pekerjaan, sehingga hal tersebut memberi kesempatan mereka yang tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Era pasar bebas berdampak pada adanya persaingan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa menjadi bibit wirausaha (Indra 2010). Pengembangan

Anteseden Niat Berwirausaha: Studi Kasus Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Methodist Indonesia

STUDI MENGENAI INTENSI SAFETY RIDING BEHAVIOR PADA MAHASISWA MENGENDARA MOTOR DI UNIVERSITAS PADJADJARAN DESTYA FINIARTY ABSTRACT

NURUL ILMI FAJRIN_ Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Bab 2. Landasan Teori

THEORY OF REASONED ACTION

The Psychology of Entrepreneurship

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sosial dan budaya. Perubahan-perubahan ini turut mempengaruhi proses

MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

PENDAHULUAN. terhadap efisiensi dan efektifitas organisasi (Simamora, 2006). Mesin-mesin atau

BAB I PENDAHULUAN. Krisis global dan dibukanya ASEAN China Free Trade Agreement (ACFTA)

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan baik dasar, menengah maupun pendidikan tinggi (Herwan, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan untuk selalu berkembang dengan pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia memiliki hak untuk memilih jenis pekerjaan apa yang diinginkan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Intensi Merokok

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Di negara maju, para entrepreneur telah memperkaya. pasar dengan produk-produk yang inovatif.

Hasil pengujian secara simultan masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen dapat dijabarkan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. gambaran menakutkan (Mangkuprawira, 2011). Hal itu biasanya muncul pada

Gambaran Intensi Golput pada Pemilih Pemula dalam Pemilihan Umum 2014

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Enterpreneurship atau Kewirausahaan. nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha (startup phase) atau

BAB I PENDAHULUAN. biasa disebut academic dishonesty sudah tidak dapat terelakkan lagi di kalangan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kelangsungan hidup dan perkembangan suatu bangsa. Kemajuan

Studi Mengenai Kontribusi Determinan Intensi Terhadap Intensi Datang Latihan Pada Anggota Perkusi Komunitas United State Of Bandung Percussion

BAB I PENDAHULUAN. sudah beberapa kali mengalami perubahan. Pada tanggal 1 Maret 2005, BBM jenis Premium dan Solar kembali dinaikkan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. dan kemauan untuk berusaha keras yang akan tercermin dari perilaku. Intensi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan permasalahan dalam penelitian Teori Perilaku Terencana (Theory Of Planned Behaviour)

Kewirausahaan I. Berisi tentang Konsepsi Dasar Kewirausahaan. Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom. Modul ke: Fakultas Fakultas Ilmu Komputer

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEWIRAUSAHAAN. Ahsin Zaedi, S.Kom Direktur GMP Nusantara Berkarya Owner Griya Sehat Sejahtera Owner Sekolah Panahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. global. Hal tersebut lebih penting dibandingkan dengan sumber daya alam yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. diperkenalkan oleh Fred D. Davis. Davis et al. (1989) menyebutkan bahwa TAM

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. niat seseorang untuk berperilaku. Ketiga teori itu adalah Theory of Planned

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan banyak diperoleh melalui pendidikan, terutama sekolah. Untuk

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN TERDAHULU

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Suryana (2008:2), mendefinisikan bahwa kewirausahaan adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. khususnya adalah bisnis baru yang mendatangkan keuntungan (Uddin & Bose,

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu sistem nilai yang memuat norma-norma tertentu. Dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. negara lain ( Berdasarkan data General Enterpreuner

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Teori Perilaku Terencana (Theory Of Planned Behavior)

STUDI ANTESEDEN INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA. Woro Endah Sulistyaningrum Universitas Gadjah Mada

HUBUNGAN ANTARA SENSATION SEEKING DENGAN INTENSI MELAKUKAN CYBERBULLYING PADA REMAJA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam penelitian ini.

Entrepreneurship and Inovation Management

Abstrak. Kata kunci : intensi berwirausaha. Fak. Psikologi - Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lulus sebagai Sarjana Strata 1 (S1) salah satu syarat yang harus dipenuhi

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan sebagai dampak dari gaya hidup yang semakin maju. Perubahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ajzen yang merupakan penyempurnaan dari reason action theory yang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Secara sederhana arti wirausahawan (entrepreneur) adalah orang yang

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. macam suku bangsa, kebudayaan dan sumber daya alam serta didukung oleh

ANALISIS PENGARUH THEORY OF PLANNED BEHAVIOR TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN PROVIDER TELKOMSEL PADA MAHASISWA DAN PELAJAR DI WILAYAH BEKASI TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Masalah-masalah ekonomi yang di alami Indonesia kian memprihatinkan.

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan tenaga kerja di Indonesia akhir-akhir ini semakin kompleks.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Selatan dan Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. sementara lapangan pekerjaan yang ditawarkan juga terbatas, menuntut siswa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kewirausahaan merupakan kendaraan untuk pertumbuhan ekonomi,

BAB 1 PENDAHULUAN. seiring dengan berjalannya waktu. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya zaman, kebutuhan manusia tentu semakin

Studi Mengenai Intensi Membuang Sampah di Sungai Cikapundung pada Ibu-Ibu RW 15 Kelurahan Tamansari Bandung. ¹Raisha Ghassani, ²Umar Yusuf

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Diploma, Sarjana, Magister dan Spesialis. Berdasarkan website resmi Universitas X

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS Ketidakjujuran Akademik (Academic Dishonesty)

Prosiding Psikologi ISSN:

Transkripsi:

9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Intensi Berwirausaha 1. Definisi Intensi Menurut Ancok (1992 ), intensi merupakan niat seseorang untuk melakukan suatu perilaku. Intensi merupakan sebuah istilah yang terkait dengan tindakan dan merupakan unsur yang penting dalam sejumlah tindakan, yang menunjukkan pada keadaan pikiran seseorang yang diarahkan untuk melakukan sesuatu tindakan, yang senyatanya dapat atau tidak dapat dilakukan dan diarahkan entah pada tindakan sekarang atau pada tindakan yang akan datang. Menurut Bandura (1986 ), intensi merupakan suatu kebulatan tekad untuk melakukan aktivitas tertentu atau menghasilkan suatu keadaan tertentu di masa depan. Intensi menurutnya adalah bagian vital dari self regulasi individu yang dilatarbelakangi oleh motivasi seseorang untuk bertindak. Fishbein dan Ajzen (1975), menyatakan : We have defined intention as a persons location on a subjective probaboloty dimension involving. A relation between himself and some action. A behavioral intention, therefore, refers to a person s subjective probability that the will perform some behavior. Intensi didefinisikan sebagai dimensi probabilitas subjektif individu dalam kaitan antara diri dan perilaku. Intensi merupakan perkiraan seseorang mengenai seberapa besar kemungkinannya untuk melakukan suatu tindakan tertentu.

10 Artinya, mengukur intensi adalah mengukur kemungkinan seseorang dalam melakukan perilaku tertentu. Dari beberapa definisi mengenai intensi dapat disimpulkan bahwa intensi merupakan suatu keinginan atau niat yang berasal dari dalam diri individu untuk melakukan tingkah laku tertentu. 1.1 Elemen-elemen Intensi Fishbein dan Ajzen (1975 ), mengemukakan bahwa terdapat tiga elemen penting dalam pembentukan intensi : a. Tingkah Laku Pada tingkat yang paling spesifik, seseorang akan menampilakan perilaku tertentu tergantung objeknya dalam situasi dan waktu tertentu. Untuk mengukur sikap terhadap niat (intensi) menurut Fishbein dan Ajzen sama dengan mengukur perilaku itu sendiri. Karena menurut mereka, hubungan antara niat dan perilaku adalah yang paling dekat. Setiap perilaku bebas, yang ditentukan oleh kemauan sendiri selalu didahului oleh niat. Dan sebaliknya, perilaku itu jika berulang dalam konteks yang sama pada waktu yang berbeda-beda akan menunjukkan sikap terhadap target. Kemudian intensi dapat diarahkan pada objek tertentu, sekumpulan objek atau objek apapun.

11 b. Situasi dimana tingkah laku ditampilkan Sama halnya dengan situasi, seseorang mungkin saja berintensi untuk menampilkan suatu perilaku pada situasi atau lokasi tertentu, kumpulan lokasi atau lokasi apapun. c. Waktu saat tingkah laku ditampilkan Intensi juga bisa muncul pada waktu tertentu, periode waktu khusus atau periode waktu tanpa batas waktu (waktu dimasa akan datang). Masing - masing elemen tersebut memiliki variasi pada tingkat kespesifikan dimensinya. Sehingga untuk dapat meramalkan perilaku secara akurat, maka intensi berwirausaha dapat diuraikan melalui empat komponen intensi dimana intensi berwirausaha merupakan perilaku yang spesifik, dan berwirausaha merupakan perilaku yang spesifik, dan dan berwirausaha adalah target objek dilakukannya perilaku. Sedangkan situasi dan waktu adalah saat dilakukannya perilaku. Adapun elemen-elemen penting yang terlibat dalam pembentukan perilaku meliputi : tingkah laku, situasi dan waktu saat tingkah laku itu akan ditampilkan. 2. Definisi wirausaha Menurut Suryana (2006), wirausaha yaitu seseorang yang memiliki kemampuan dalam menggunakan dan mengkombinasikan sumber daya seperti keuangan, material, tenaga kerja, keterampilan untuk menghasilkan produk, proses

12 produksi, bisnis dan organisasi usaha baru. Wirausaha adalah seseorang yang memiliki kombinasi unsur-unsur internal yang meliputi motivasi, visi, komunikasi, optimis, dorongan, semangat dan kemampuan memanfaatkan peluang usaha. Wirausahawan ( entrepreneur) adalah orang yang berjiwa berani dan mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Berjiwa berani mengambil risiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti. Seorang wirausahawan dalam pikirannya selalu berusaha mencari, memanfaatkan, serta menciptakan peluang usaha yang dapat memberikan keuntungan (Kasmir, 2009). Kasmir (2009), menjelaskan kewirausahawan merupakan kemampuan dalam menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Maksudnya disini bahwa seorang wirausahawan adalah orang yang memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, berbeda dari yang lain, atau mampu menciptakan sesuatu yang berbeda dengan yang sudah ada sebelumnya. Dari segi karakteristik perilaku, wirausaha ( entrepreneur) adalah mereka yang mendirikan, mengelola, mengembangkan, dan melembagakan perusahaan miliknya sendiri. Wirausaha adalah mereka yang dapat menciptakan kerja bagi orang lain yang berswadaya. Definisi ini mengandung asumsi bahwa setiap orang mempunyai kemampuan normal, dapat menjadi wirausaha asal mau dan mempunyai kesempatan untuk belajar dan berusaha. Berwirausaha melibatkan dua

13 unsur pokok (1) peluang dan, (2) kemampuan menanggapi peluang. Berdas arkan hal ini maka definisi kewirausahaan adalah tanggapan terhadap peluang usaha yang terungkap dalam seperangkat tindakan serta membuahkan hasil berupa organisasi usaha yang melembaga, produktif, dan inovatif (Suryana, Y uyus & Bayu, Kartib, 2010). Kewirausahaan merupakan semangat, perilaku, dan kemampuan untuk memberikan tanggapan yang positif terhadap peluang memperoleh keuntungan untuk diri sendiri dan atau pelayanan yang lebih baik pada pelanggan/masyarakat; dengan selalu berusaha dan melayani langganan lebih banyak dan lebih baik, serta menciptakan dan menyediakan produk yang lebih bermanfaat dan menerapkan cara kerja yang lebih efisien, melalui keberanian mengambil risiko, kreaktivitas, dan inovasi serta kemampuan manajemen (Suryana, Yuyus & Bayu, Kartib, 2010). Berdasarkan pandangan beberapa tokoh, dapat disimpulan wirausaha adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk menciptakan hal-hal baru (kreatif dan inovatif), mampu melihat peluang yang ada, berjiwa berani, dan mampu mengambil risiko. Maka dapat disimpulan bahwa intensi berwirausaha merupakan suatu keinginan atau niat untuk berwirausaha, berdasarkan pada kemampuan untuk menciptakan hal-hal baru (kreatif dan inovatif), mampu melihat peluang yang ada, berjiwa berani dan mampu mengambil risiko.

14 3. Langkah-langkah untuk menjadi wirausaha Menurut Kasmir (2009), berikut langkah awal yang harus dilakukan ketika memilih untuk berwirausaha : 1) Berani memulai 2) Berani menanggung resiko 3) Penuh perhitungan 4) Memiliki rencana yang jelas 5) Tidak cepat puas dan putus asa 6) Optimis dan penuh keyakinan 7) Memiliki tanggung jawab 8) Memiliki etika dan moral Dari uraian diatas apabila kita ingin memulai langkah untuk menjadi wirausaha maka kita harus dapat berani memulai, berani menanggung resiko, penuh perhitungan, memiliki rencana yang jelas, tidak cepat puas dan putus asa, optimis dan penuh keyakinan, memiliki tanggung jawab dan beretika dan moral yang baik. 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Intensi Kecenderungan seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu, seperti memilih kewirausahaan sebagai pilihan karir, dapat diprediksi oleh Teori Perilaku Terencana ( Theory of Planned Behavior, TPB) dari Icek Ajzen, dinyatakan bahwa setiap perilaku manusia yang disengaja ( human behavior) didahului oleh adanya intensi untuk berperilaku. Teori perilaku terencana

15 berasumsi bahwa perilaku manusia bersifat sadar dan dilatarbelakangi oleh adanya intensi. TPB menggunakan tiga faktor motivasional dari intensi yang akan mempengaruhi munculnya perilaku, yaitu sikap terhadap tingkah laku tertentu, norma subyektif, dan kontrol perilaku (Ajzen, 2005). a. Sikap terhadap tingkah laku tertentu (Attitude Toward Behavior) Mengarah pada keyakinan individu bahwa menampilkan atau tidak menampilkan perilaku tertentu akan menghasilkan akibat-akibat atau hasilhasil tertentu, dan merupakan aspek-aspek pengetahuan individu tentang obyek sikap dapat pula berupa opini individu hal yang belum tentu sesuai dengan kenyataan. Semakin positif keyakinan individu akan akibat dari suatu objek sikap, maka akan semakin positif pula sikap individu terhadap obyek sikap tersebut, demikian pula sebaliknya. b. Norma subjektif (subjective norms) Keyakinan individu akan norma, orang sekitarnya dan motivasi individu untuk mengikuti norma tersebut. Didalam norma subjektif terdapat dua aspek pokok yaitu: keyakinan dan harapan, harapan norma referensi, merupakan pandangan pihak lain yang dianggap penting oleh individu yang menyarankan individu untuk menampilkan perilaku tertentu serta motivasi kesediaan individu untuk melaksanakan atau tidak melaksanakan pendapat atau pikiran pihak lain yang dianggap penting bahwa individu harus atau tidak harus berprilaku.

16 c. Kontrol Perilaku (Perceived behavioral control) Persepsi mengenai kemampuan mengendalikan segala sesuatu yang mempengaruhi apabila hendak melakukan perilaku tersebut. Mengarah pada kemampuan untuk melakukan suatu perilaku yang menarik bagi individu., yang mana didasarkan pada sebarapa besar kontrol individu terhadap tingkah laku tersebut dan seberapa besar kepercayaan diri seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan suatu tingkah laku atau mengacu pada keyakinan individu bahwa ia mampu atau tidak mampu menjalankan perilaku berwirausaha. Dalam teori perilaku terencana keyakinan-keyakinan berpengaruh pada sikap terhadap tingkahlaku tertentu, norma-norma subyektif dan pada kontrol perilaku yang dipersepsikan. Ketiga komponen ini berinteraksi dan menjadi determinan bagi intensi, yang mana akan menentukan apakah perilaku akan dilakukan atau tidak dilakukan. B. Sensation Seeking (Dorongan Mencari sensasi) 1. Definisi sensation seeking Sensation seeking didefinisikan oleh Zuckerman (1979 ), sebagai kebutuhan untuk suatu perubahan, pengalaman baru, luar biasa dan kompleks dan kesediaan mengambil risiko fisik, dan risiko sosial, hanya untuk mendapatkan sebuah pengalaman. Orang yang mempunyai sensation seeking tinggi cenderung melakukan hal-hal yang berisiko dan berani. Dari sini bisa dilihat bahwasanya

17 orang yang berwirausaha diharuskan mempunyai jiwa pemberani dan berani mengambil risiko jika mengalami kerugian. Selain itu, juga diharuskan mempunyai pengalaman yang banyak untuk memahami dunia bisnis, dengan begitu koneksi dan jaringan pertemanan semakin banyak. Menurut Rachmana (2002), dorongan mencari sensasi adalah sebuah sifat (trait) yang ditandai dengan oleh kebutuhan berbagai macam sensasi dan pengalaman-pengalaman yang baru, luar biasa dan kompleks serta kesediaan untuk mengambil risiko. Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan sensation seeking merupakan suatu kebutuhan untuk memperoleh pengalaman baru yang memiliki tantangan luar biasa dan memiliki keberanian untuk mengambil risiko baik fisik, maupun sosial. 2. Dimensi-dimensi sensation seeking Dimensi-dimensi sensation seeking menurut Zuckerman (1979), yaitu: a. Pencairan gairah dan pertualangan (Thrill and adventure seeking/tas) Yaitu keinginan untuk terlibat dalam aktivitas berbahaya, berisiko tinggi dan mengamdung unsur pertualangan, yang mengandung aspek kecepatan (speed) bahaya ( denger) serta sesuatu yang baru dan luar biasa ( novelty) seperti misalnya olah raga berisiko tinggi (panjat tebing, mendaki gunung).

18 b. Pencarian pengalaman baru (Experience seeking/es) Yaitu kecenderungan untuk melakukan aktivitas tertentu bertujuan untuk mendapatkan pengalaman baru melalui pikiran dan sensasi, dengan cara berpergian atau melakukan traveling, dan aktivitas yang menolak kebiasaan umum, individu terdorong untuk mengeksplorasi stimulusstimulus yang mengandung sejumlah informasi baru. c. Perilaku tanpa ikatan (Disinhibition/DIS) Yaitu sesuatu yang dilakukan karena adanya dorongan untuk mencari sensasi. Perilaku ini bersifat bebas dari ikatan sosial (tanpa ikatan). d. Mudah merasa bosan (Berendom Susceptibility/BS) Yaitu penolakan terhadap hal-hal yang bersifat rutin, berulang, mudah ditebak atau penolakan terhadap orang-orang yang dianggap membosankan. Pada saat seorang individu merasa bosan, maka individu mencari cara untuk membuat mereka merasa tertarik atau segera mencari aktivitas-aktivitas baru penambahan stimualasi ini merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kegembiraan dan kepuasan. Dapat disimpulkan bahwa sensation seeking memiliki dimensi-dimensi diantaranya; pencarian gairah dan pertualangan, pencairan pengalaman baru, perilaku tanpa ikatan dan mudah merasa bosan.

19 C. Kerangka Berpikir Intensi berwirausaha merupakan salah satu poin yang harus ada dan tertanam dalam diri setiap anak bangsa, melihat kondisi Indonesia jika dibandingkan dengan Negara-negara lain Indonesia jauh tertinggal dibidang wirausaha, yang mana pada saat ini jumlah wirausaha di Indonesia paling kecil hanya 0,18% dari jumlah penduduk, yang mana suatu Negara akan maju dan stabil perekonomiannya jika penduduk yang menjadi wirausahawan minimal 2% dari jumlah penduduk. Selain itu masalah yang terjadi di Negara kita angka pengangguran terbanyak justru diciptakan oleh kelompok terdidik, data terakhir menunjukkan bahwa jumlah penganggur ditingkat diploma dan sarjana pada Agustus 2010 telah mencapai1,1 juta orang (BPS.com, 2010). Terbentuknya intensi dapat diterangkan dengan teori perilaku terencana yang mengasumsikan manusia selalu mempunyai tujuan dalam berperilaku. Intensi diasumsikan untuk menangkap faktor-faktor motivasional seseorang untuk mempengaruhi perilaku dalam hal ini adalah perilaku berwirausaha, yang mana seberapa banyak usaha yang mampu dilakukan individu untuk terus mencoba dalam usaha untuk mewujudkan perilaku berwirausaha yang didorong oleh keyakinan, sikap, minat dan perilaku untuk mewujudkannya, adanya keinginan yang membentuk tiga determinan dasar yaitu: sikap terhadap tingkah laku tertentu ( attitude toward behavior), terhadap hasil perilaku, norma-norma sosial (subjective norm) dan kontrol

20 perilaku yang dirasakan ( perceived behavioral control ), yang mencerminkan persepsi bahwa perilaku dikontrol secara pribadi (Ajzen, 2005). Menurut Meredith seorang wirausahawan adalah seorang yang haus akan tantangan. Wirausahawan memiliki keberanian untuk menanggung risiko yang menjadi nilai kewirausahaan adalah pengambilan risiko yang penuh dengan perhitungan dan realistik. Kepuasan yang besar diperoleh apabila berhasil dalam melaksanakan tugas-tugasnya secara realistik. Situasi risiko kecil dan tinggi dihindari karena sumber kepuasan tidak mungkin didapat pada masing-masing situasi ini. Artinya, wirausaha menyukai tantangan yang sukar namun dapat dicapai (Meredith, 2002). Keberanian untuk mengambil risiko merupakan salah satu poin yang berasal dari dalam diri individu, yang mana ini merupakan salah satu faktor psikologis yang mengarah pada trait sensation seeking, yaitu kebutuhan untuk mendapatkan pengalaman baru, sifat yang ditentukan oleh kebutuhan mencari sensasi keinginan untuk mengambil risiko sosial, legal dan finansial hanya untuk mendapatkan sebuah pengalaman. Orang yang mempunyai sensation seeking tinggi cenderung melakukan hal-hal yang berisiko dan berani. Dari sini bisa dilihat bahwasanya orang yang berwirausaha diharuskan mempunyai jiwa pemberani dan berani mengambil risiko jika mengalami kerugian. Adapun dimensi-dimensi dari trait sensation seeking ini adalah: 1) thrill and adventure seeking: mencari sensasi dan pertualangan, 2)

21 experience seeking: mencari pengalaman, 3) disinhibition: perilaku tanpa ikatan, 4) boredom susceptibility: rasa yang mudah cepat bosan. Jika dalam diri individu, khususnya mahasiswa pada penelitian ini telah memaksimalkan potensinya dalam arti individu mempunyai keyakinan yang kuat, harapan yang besar dan tidak takut akan kegagalan, dan individu memilih kewirausahaan sebagai karirnya, maka mereka akan memiliki keyakinan-keyakinan kuat untuk tampil sebagai wirausawan sukses. Ajzen ( 2005), menyatakan bahwa intensi dapat digunakan untuk menentukan seberapa kuat keinginan individu untuk menampilkan tingkah laku dan seberapa banyak usaha yang dilakukan untuk menampilkan tingkah laku, yang mana terangkum dalam tiga pilar dalam teori perilaku terencana yaitu; sikap subjek terhadap perilaku berwirausaha, norma subjektif, dan kontrol terhadap perilaku berwirausaha. D. Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan positif antara sensation seeking dengan intensi berwirausaha pada mahasiswa UIN SUSKA Riau. Dimana semakin tinggi sensation seeking pada diri mahasiswa maka semakin tinggi pula intensi berwirausaha pada diri mahasiswa dan sebaliknya semakin rendah sensation seeking pada diri mahasiswa maka semakin rendah pula intensi berwirausaha pada diri mahasiswa.