BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. niat seseorang untuk berperilaku. Ketiga teori itu adalah Theory of Planned
|
|
- Suryadi Sudirman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Ada tiga teori yang diacu sebagai landasan berpijak dalam menjelaskan niat seseorang untuk berperilaku. Ketiga teori itu adalah Theory of Planned Behavior, Teori kebutuhan dan Teori Efikasi Diri. Ketiganya diuraikan pada bagian berikut. 2.1 Theory of Planned Behavior Theory of Planned Behaviour yang dicetuskan oleh Ajzen (1991) memaparkan tiga variabel independen konseptual sebagai penentu niat, yaitu: (a) sikap, yang mengacu pada sejauh mana seseorang memiliki evaluasi yang menguntungkan atau tidak menguntungkan atau penilaian dari perilaku individu yang bersangkutan; (b) norma subjektif, mengacu pada tekanan sosial yang dirasakan untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku atau tindakan. dan (c) kotrol perilaku terencana, mengacu pada persepsi tingkat kesulitan dalam melakukan perilaku atau tindakan dan diasumsikan untuk mencerminkan pengalaman masa lalu serta hambatan dan rintangan yang dapat diantisipasi oleh individu atas perilakunya. Dalam teori ini, perilaku seseorang ditentukan oleh niatnya, dan niat seseorang untuk berperilaku ditentukan oleh tiga prediktor yaitu sikap, norma subyektif, dan perceived behavioral control. Hubungan tersebut dapat digambarkan seperti Gambar
2 Gambar 2.1: Diagram Theory of Planned Behaviour Ajzen (1991). Ajzen (1991) menyatakan, bahwa pada umumnya semakin positif sikap dan norma subjektif terhadap perilaku dan semakin besar kontrol perilaku yang dirasakan maka semakin kuat niat individu untuk menjalankan perilaku tersebut dengan pertimbangan. Dalam beberapa kasus, mungkin hanya variabel sikap yang memiliki dampak signifikan pada intensi. Namun tetap saja ketiga prediktor tersebut memberikan kontribusi independen terhadap niat. Terkait dengan fenomena niat sebagai seorang wirausaha, masing-masing variabel dijelaskan sebagai berikut Sikap berwirausaha Ajzen (1991) memandang bahwa sikap terhadap perilaku mengacu pada sejauh mana seseorang memiliki evaluasi yang menguntungkan atau tidak menguntungkan atau penilaian dari perilaku yang bersangkutan. 13
3 2.1.2 Norma subjektif Ajzen (1991) memandang norma subjektif sebagai suatu faktor yang mengacu pada tekanan sosial yang dirasakan untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku Perceived behavioral control Menurut Ajzen (1991) mengacu pada persepsi kemudahan atau kesulitan melakukan perilaku dan diasumsikan untuk mencerminkan pengalaman masa lalu serta hambatan diantisipasi dan rintangan. Variabel ini tidak digunakan karena mirip dengan variabel efikasi diri yang oleh Bandura (1977) disimpulkan bahwa efikasi diri telah teruji sebagai prediktor yang akurat dalam menentukan performa, bahkan dalam penelitian non statistik, karena subjek akan dengan mudah menentukan kapasitas mereka di masa yang akan datang dengan mengingat pengalaman mereka di masa lalu. Melihat dua definisi dari variabel tersebut yang berdasarkan pengalaman masa lalu dari subjek, maka peneliti memutuskan untuk tidak memasukan variabel perecived behavioral control tapi menggunakan variabel efikasi diri. Keputusan ini diambil agar responden dapat lebih mudah memahami tiap pernyataan sehingga meningkatkan akurasi dari penelitian ini Intensi berwirausaha Menurut Ajzen (1991), intensi merupakan sebuah motivasi diri untuk mengerahkan usaha dan kemauan untuk berusaha keras yang akan tercermin dari perilaku. 14
4 2.2 Teori Kebutuhan Needs Theory (McCleeland, 1961) digunakan untuk menjelaskan tentang kebutuhan akan prestasi yang berpengaruh terhadap intensi. McCleeland (1987: 526) berpendapat bahwa semakin tinggi nilai prestasi yang ditetapkan individu maka secara signifikan berpengaruh terhadap usaha untuk mencapainya, tidak peduli apakah hal tersebut akan dihadapkan pada kegagalan. McCleeland (1961:43-44) dalam bukunya The Achieving Society memaparkan hasil proyek risetnya terhadap laki-laki Amerika dan mendapati bahwa mereka dengan kebutuhan akan prestasi yang tinggi kebanyakan berasal dari golongan ekonomi menengah, mereka memiliki ingatan yang lebih baik dalam menemukan tugastugas yang belum terselesaikan, lebih aktif di dalam kampus dan kegiatan kemasyarakatan, lebih memilih orang yang memiliki keahlian dibandingkan teman untuk dijadikan partner kerja, lebih resisten terhadap tekanan sosial, tidak dapat memberikan laporan yang akurat tentang apa yang menjadi tujuan diri mereka dalam meraih prestasi dan masih banyak lagi. 2.3 Teori Efikasi Diri Self Efficacy Theory (Bandura, 1977) menjelaskan pengaruh efikasi diri terhadap intensi; Bandura didalam penelitiannya menunjukan diagram tentang hubungan antara individu terhadap perilakunya akan dipengaruhi oleh ekspektasi efikasi, lalu dari perilaku tersebut akan mengarahkan individu untuk mendapatkan hasil yang dipengaruhi juga dengan ekspektasi atas hasil. Pada Gambar 2.2 dipaparkan kerangka berpikir Self Efficacy Theory dari Bandura (1977): 15
5 Gambar 2.2: Diagram Representasi Perbedaan Antara Ekspektasi Efikasi Dan Ekspektasi Hasil (Bandura, 1977) Efikasi diri dalam prespektif Bandura (1977) merupakan keyakinan individu untuk sukses dalam menjalankan perilakunya sehingga dapat menciptakan hasil yang diharapkan. Ajzen (1991) berpandangan bahwa kontrol perilaku persepsian dari TPB sangat kompatibel dengan konsep efikasi diri persepsian yang didefinisikan sebagai justifikasi atas seberapa baik individu dalam melaksanakan tindakan yang diperlukan untuk mengatasi situasi yang akan terjadi. Penelitian ini akan berfokus pada intensi berwirausaha, untuk itu beberapa penelitian yang menggunakan pendekatan dari tiga teori tersebut dan juga memiliki keterkaitan dengan intensi berwirausaha akan dipaparkan pada kajian pustaka guna mendapatkan rancangan penelitian dengan hasil yang sesuai dengan tujuan penelitian ini. 16
6 2.4 Kajian Pustaka Sikap berwirausaha Suprapti (2010:135) mendefinisikan sikap sebagai suatu ekspresi perasaan seseorang yang merefleksikan kesukaan atau ketidaksukaannya terhadap suatu objek. Sikap memiliki sifat sebagai berikut: (1) sikap adalah sesuatu yang bisa dipelajari; (2) sikap memiliki konsistensi; dan (3) sikap bisa berbeda karena situasi yang berbeda (Suprapti, 2010:136). Andika (2012) mendefinisikan sikap sebagai kecenderungan individu yang dalam memberi respon atau menerima rangsangan terhadap obyek secara konsisten baik dalam rasa suka maupun tidak suka. Lebih spesifik, sikap berwirausaha menurut Andika (2012) merupakan kecenderungan individu untuk bereaksi secara afektif dalam menanggapi risiko yang akan dihadapi dalam suatu bisnis. Yang (2013) memandang individu yang menunjukkan sinyal positif terhadap sikap kewirausahaan, akan lebih mungkin untuk bertindak sebagai seorang pengusaha dan percaya bahwa berwirausaha bukanlah sekedar metode untuk bertahan hidup tetapi cara untuk mencapai aktualisasi diri. Menurut Rasli (2013) apabila seorang siswa tidak sepenuhnya menyadari bahwa berwirausaha sebagai suatu karir maka siswa tidak akan pernah mengembangkan sikap positif ke arah itu dan bahkan siswa justru akan mengembangkan sikap positif terhadap alternatif karir lebih dipahami olehnya. 17
7 2.4.2 Norma subjektif Menurut Kume et al. (2013) yang termasuk dalam norma subjektif adalah presepsi keluarga dan keyakinan dalam menjalankan perilaku. Sarwoko (2011) berpendapat bahwa norma subjektif merupakan preferensi individu dalam menerima arahan atau anjuran dari orang sekitarnya untuk turut dalam aktivitas berwirausaha. Mois (2011) mengemukakan bahwa dukungan dari orangtua, pemerintah dan industri dapat menjadi inspirasi untuk mendorong intensi berwirausaha para mahasiswa. Tong et al. (2011) mengemukakan dalam penelitiannya bahwa seorang siswa akan memilih karir sebagai wirausahawan apabila memiliki kebutuhan akan berprestasi, latar belakang keluarga pengusaha dan juga pengaruh norma subjektif yang mendukung siswa untuk menjadi seorang wirausahawan Kebutuhan akan prestasi Mc Cleeland memaparkan konsep kebutuhan akan prestasi (N-ach) yang dapat didefinisikan sebagai kepribadian yang menyebabkan individu ingin berbuat lebih baik dan terus maju, selalu berpikir untuk melakukan segala hal dengan lebih baik, dan menetapkan tujuan yang realistis dengan mengambil tindakan berisiko setelah melakukan perhitungan akan dampak dari keputusan yang akan diambil (dalam Suryana, 2013:52). Kebutuhan akan berprestasi didefinisikan Habaragoda (2013) sebagai cerminan dari orientasi yang kuat terhadap tujuan dan obsesi yang besar terhadap pekerjaan atau tugas yang harus dilakukan. 18
8 Needs Theory McCleeland (dalam Suryana, 2013:101) memaparkan kebutuhan akan prestasi dalam kewirausahaan sebagai kemampuan memikul tanggung jawab, keberanian dalam mengambil risiko, kemampuan berpikir kreatif dan inovatif, sehingga wirausahawan dapat berhasil bila memiliki kebutuhan akan prestasi yang tinggi. Sifat yang dimiliki oleh individu dengan kebutuhan akan prestasi yang tinggi adalah: (1) Mempunyai komitmen dan tanggung jawab terhadap pekerjaan, (2) cenderung memilih tantangan, (3) selalu jeli dalam memanfaatkan peluang, (4) selalu melakukan penilaian yang objektif, (5) Selalu memerlukan umpan balik, (6) optimis dalam situasi kurang menguntungkan, (7) profit oriented, (8) memiliki kemampuan mengelola secara proaktif (Suryana, 2013:101). Wardoyo (2012) mendefinisikan kebutuhan akan prestasi sebagai keinginan individu untuk menyempurnakan sesuatu yang sulit, untuk mengungguli, dan mengerjakan segala hal dengan lebih baik daripada yang lain Efikasi diri Efikasi diri menurut Bandura (1977), merupakan keyakinan bahwa seseorang dapat berhasil menjalankan perilaku yang diinginkan dengan mengerahkan kemampuan motivasional, kognitif dan tindakan yang diperlukan untuk mendapatkan suatu hasil. Efikasi diri atau kepercayaan diri dalam domain tertentu didasarkan pada persepsi diri individu terhadap keterampilan dan kemampuan mereka (Moiz, 2011). Nursito (2013) mendefinisikan efikasi diri sebagai penilaian diri terhadap kemampuan diri dalam mengatur dan melaksanakan tindakan yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang ditetapkan. 19
9 Efikasi diri menurut Wardoyo (2012) merupakan kepercayaan seseorang tentang kesempatannya untuk menyelesaikan tugas dengan baik dan sesuai target. Penelitian Moiz (2011) mendapati bahwa efikasi diri dapat mengidentifikasi intensi berwirausaha dan juga dapat menjadi faktor kritikal dalam kesuksesan berbisnis dari mayoritas responden dalam penelitiannya. Sarwoko (2011) dalam penelitiannya memasukkan efikasi diri menjadi salah satu prediktor dari intensi berwirausaha, berikut adalah diagram penelitiannya: Intensi Berwirausaha Gambar 2.3: Diagram Penelitian Sarwoko (2011) Secara harfiah intensi bermakna niat (Nursito, 2013). Konsep mengenai intensi telah dijelaskan dalam oleh banyak peneliti. Menurut Ghazali (2013), niat digunakan untuk memprediksi perilaku karena perilaku sendiri dapat direncanakan sebelum dijalankan. Kembali menurut Ghazali (2013), niat memegang faktor emosional yang memengaruhi perilaku dan menunjukkan upaya 20
10 seseorang untuk mencoba melakukan perilaku yang telah direncanakan dengan pertimbangan Intensi berwirausaha (entrepreneurial intention) atau dapat disebut niat berwirausaha adalah kecenderungan seseorang untuk membangun suatu usaha baru (Uddin, 2012). Menurut Rasli et al. (2013) menyatakan bahwa niat berwirausaha adalah keadaan dimana dalam pikiran seseorang ada keinginan untuk menumbuhkan bisnis atau menciptakan usaha baru. Nursito (2013) mendefinisikan intensi berwirausaha sebagai kesungguhan niat seseorang untuk melakukan perbuatan atau memunculkan suatu perilaku tertentu, yaitu berwirausaha. Keputusan untuk memulai sebuah bisnis baru biasanya direncanakan selama beberapa waktu dan kemudian diiringi dengan niat untuk benar-benar melakukannya (Neneh, 2014). Ketika mahasiswa memiliki niat untuk terjun dalam dunia kewirausahaan sejak muda, maka kemungkinan akan lebih mudah untuk mewujudkan dan mengembangkan perusahaan serta meraih kesuksesan di masa depan (Fatoki, 2014). Laporan Global Entrepreneur Monitor di tahun 2014 memapaparkan persentase intensi berwirausaha dari beberapa negara dan salah satunya Indonesia pada regional Asia dan Oceania dengan 27,4% pada rata-rata 20,5%. Ini masih rendah apabila dibandingkan dengan negara lain dalam regional yang sama, yaitu Qatar dengan persentase intensi berwirausaha sebesar 50,4% dan Filipina dengan 42,8%; namun Indonesia masih diatas Taiwan dengan 25,6%. Sedangkan pada regional Amerika Utara, dengan rata-rata 12%, Amerika Serikat memiliki 21
11 persentase sebesar 12,1% dan Kanada dengan 12,0%. Di regional Eropa, rata-rata intensi berwirausaha berada pada poin 12,1%. Romania dengan 31%, menjadi negara dengan intensi berwirausaha paling tinggi pada regional tersebut; disusul Lithuania dengan 19,7% dan Kroasia dengan 19,5% (Swinger, 2014:32-33). 2.5 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian merupakan uraian kualitatif, model matematis, diagram atau persamaan-persaman yang langsung berkaitan dengan bidang ilmu yang diteliti (Mantra, 2004:144). Mengacu pada pemaparan kajian pustaka, maka penelitian ini mengadopsi diagram penelitian Sarwoko (2011) yang ditambahkan dengan variabel sikap berwirausaha berdasarkan pada pengembangan teori sikap Ajzen (1991) dalam penelitian Andika (2012), Yang (2013) dan Rasli (2013). Dari pemaparan-pemaparan tersebut, maka dapat dirumuskan diagram dari penelitian ini menjadi seperti berikut: 22
12 Gambar 2.4: Diagram Penelitian Intensi Berwirausaha Di Kalangan Mahasiswa (Studi Komparatif Antar Jurusan di FEB Unud) 2.6 Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap tujuan penelitian yang diturunkan dari kerangka pemikiran (Mantra:2004:144). Berikut uraian hipotesis dari penelitian ini: Pengaruh sikap berwirausaha terhadap intensi berwirausaha mahasiswa FEB Unud Hasil penelitian Yang (2013) menunjukkan bahwa TPB dapat digunakan untuk memprediksi niat berwirausaha mahasiswa Tiongkok, karena variabel sikap 23
13 berwirausaha, norma subjektif, dan perceived behavioral control yang diuji berpengaruh positif signifikan sebagai faktor-faktor untuk mengukur niat berwirausaha dari mahasiswa Tiongkok. Pada penelitian yang dilakukan di Universiti Sultan Zainal Abidin Malaysia, Ghazali (2013) menemukan bahwa lulusan perguruan tinggi memiliki minat yang tinggi terhadap kewirausahaan di dalam semua komponen sikap. Andika (2012) mendapati variabel sikap dan efikasi diri secara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap intensi berwirausaha pada mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala. Astuti (2014) dalam penelitiannya menemukan bahwa dalam variabel sikap hanya kemandirian dan kewenangan yang berpengaruh pada niat berwirausaha mahasiswa Universitas Setia Budi Surakarta. Ghazali (2013) menemukan bahwa lulusan universitas memiliki profil yang tinggi terhadap sikap berwirausaha. Ferreira (2012) yang meneliti populasi siswa dengan usia tahun, mendapati hipotesis kelimanya terdukung, yaitu sikap individu secara positif signifikan memengaruhi niat berwirausaha. Suharti (2011) menyimpulkan bahwa faktor-faktor sikap (attitudes) yaitu autonomy/ authority, economic challenge, self realization, security & workload, terbukti berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap niat kewirausahaan mahasiswa. H1: Sikap berwirausaha berpengaruh positif signifikan terhadap intensi berwirausaha mahasiswa FEB Unud. 24
14 2.6.2 Pengaruh norma subjektif terhadap intensi berwirausaha mahasiswa FEB Unud Penelitian Tong et al. (2011) mendapati bahwa variabel norma subjektif berpengaruh positif signifikan terhadap intensi berwirausaha mahasiswa. Dalam pengujian hipotesis, Lestari (2012) menemukan bahwa norma subjektif berpengaruh positif signifikan terhadap intensi berwirausaha mahasiswa. Sawoko (2011) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa norma-norma subjektif yang mendukung intensi berwirausaha dikalangan mahasiswa disebabkan oleh adanya dukungan dari keluarga, dukungan dari orang yang dianggap berpengaruh dan dukungan dari teman-teman. Moriano et al. (2012) mendapati bahwa norma subjektif menjadi prediktor yang paling berpengaruh positif signifikan terhadap intensi berwirausaha pada negara-negara dengan budaya kolektif seperti India, Iran, Spanyol dan Polandia, dibandingkan negara dengan budaya individualis seperti Jerman dan Belanda. Andika (2012) mendapati variabel sikap, norma subyektif dan efikasi diri secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap intensi berwirausaha pada mahasiswa Fakultas Ekonomi Unsyiah. H2: Norma subjektif berpengaruh positif signifikan terhadap intensi berwirausaha mahasiswa FEB Unud. 25
15 2.6.3 Pengaruh kebutuhan akan prestasi terhadap intensi berwirausaha mahasiswa FEB Unud Kebutuhan akan prestasi sering dikutip dalam tulisan-tulisan praktisi dan diyakini oleh para pengusaha dan akademisi berkorelasi positif signifikan dengan intensi berwirausaha, hal ini didukung oleh penelitian Chairy (2011) yang mendapati semakin tinggi karakteristik ini maka semakin besar kemungkinan seorang individu berkeinginan untuk menjadi entrepreneur. Pada penelitian Cecilia (2012) ditemukan bahwa kebutuhan akan prestasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap intensi berwirausaha baik secara parsial maupun simultan pada siswa SMK Program studi Keahlian Teknik Otomotif di Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rojuniah (2014) menyatakan bahwa kebutuhan akan prestasi berpengaruh positif terhadap keinginan berwirausaha mahasiswa Universitas Esa Unggul. Penelitian Tong et al. (2011) mendapati bahwa variabel kebutuhan akan prestasi menjadi variabel yang memiliki pengaruh paling besar dalam penelitian tentang faktor-faktor yang memengaruhi intensi berwirausaha dikalangan mahasiswa. Uddin (2012) mendapati bahwa kebutuhan akan prestasi secara statistik berpengaruh signifikan terhadap intensi berwirausaha mahasiswa fakultas bisnis di Bangladesh. Ferreira et al. (2012) mendapati bahwa kebutuhan akan prestasi, kepercayaan diri dan sikap individu berpengaruh terhadap intensi berwirausaha. Namun Indarti (2008) menemukan kebutuhan akan prestasi, umur, 26
16 dan jender tidak terbukti secara signifikan sebagai prediktor intensi kewirausahaan. H3: Kebutuhan akan prestasi berpengaruh positif signifikan terhadap intensi berwirausaha mahasiswa FEB Unud Pengaruh efikasi diri terhadap intensi berwirausaha mahasiswa FEB Unud Dalam penelitian Muhar (2013) ditemukan bahwa efikasi diri menjadi faktor yang secara positif dan signifikan memengaruhi intensi mahasiswa USU dan UNIMED. Hasil penelitian Remeikiene et al. (2013) mendapati efikasi diri menjadi faktor yang paling berpengaruh positif signifikan diantara variabelvariabel lain. Ada temuan terkait tingkat efikasi diri dari orang-orang lulusan sekolah bisnis, ketika individu memiliki efikasi diri yang tinggi maka individu tersebut akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk memulai suatu bisnis (Fatoki, 2014). Andika (2012) menyimpulkan bahwa variabel sikap dan efikasi diri secara parsial berpengaruh signifikan terhadap intensi berwirausaha pada mahasiswa Fakultas Ekonomi Unisyah. Nursito (2013) mendapati selain pendidikan kewirausahaan, intensi berwirausaha juga dipengaruhi oleh faktor internal dari mahasiswa, yaitu efikasi diri. Wardoyo (2012) memeroleh kesimpulan bahwa efikasi diri, pengambilan resiko, dan materi pendidikan berpengaruh terhadap intensi berwirausaha mahasiswa pada perguruan tinggi swasta di Jakarta. Dari pemaparan tersebut maka dirumuskan hipotesis 4. 27
17 H4: Efikasi diri berpengaruh positif signifikan terhadap intensi berwirausaha mahasiswa FEB Unud Perbandingan tingkat intensi berwirausaha antara mahasiswa S1 reguler jurusan Manajemen, Ekonomi Pembangunan dan Akuntansi di FEB Unud Pada penelitian Sumarsono (2013) yang dilakukan di Universitas Muhammadiyah Ponorogo mendapati bahwa keinginan untuk menjadi wirausaha dari mahasiswa Ekonomi Pembangunan memiliki nilai paling tinggi dengan nilai rata-rata 8, disusul oleh jurusan Akuntansi dengan rata-rata 7 dan terakhir jurusan Manajemen dengan rata-rata 6,79. Achadiyah (2013) mendapati hasil yang berbeda. Menurutnya, sekalipun virus kewirausahaan lebih banyak diberikan kepada mahasiswa jurusan Manajemen, namun dalam penelitiannya tidak ditemukan perbedaan yang signifikan dalam cara pandang mahasiswa dalam memahami kewirausahaan sehingga tidak terdapat perbedaan signifikan dalam intensi berwirausaha antara jurusan Manajemen, Akuntansi dan Ekonomi Pembangunan di Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang. Dalam penelitiannya ditemukan bahwa rata-rata intensi berwirausaha mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang berada pada angka 4,6 yang masuk ke dalam kategori netral atau tidak yakin untuk terjun dalam dunia kewirausahaan. 28
18 H5: Terdapat perbedaan yang signifikan dalam niat berwirausaha antara mahasiswa Jurusan Ekonomi Pembangunan, Jurusan Manajemen, dan Jurusan Akuntansi di FEB Unud. 29
BAB I PENDAHULUAN. Kewirausahaan merupakan kendaraan untuk pertumbuhan ekonomi,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor kewirausahaan sedang gencar digalakan oleh pemerintah Indonesia karena mampu menstimulasi pertumbuhan ekonomi nasional, mengurangi tingkat pengangguran
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Ajzen (1991) mengatakan, untuk menjelaskan suatu perilaku manusia
i BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Sikap Ajzen Ajzen (1991) mengatakan, untuk menjelaskan suatu perilaku manusia dengan segala kerumitannya merupakan hal yang
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Sikap Suprapti (2010:135) mendefinisikan sikap sebagai suatu ekspresi perasaan seseorang yang merefleksikan kesukaan atau ketidaksukaannya
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. dan kemauan untuk berusaha keras yang akan tercermin dari perilaku. Intensi
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Intensi Berwirausaha Secara harfiah intensi bermakna niat (Nursito, 2013). Konsep mengenai intensi telah dijelaskan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Minat terhadap profesi wirausaha (entrepreneur) pada masyarakat Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Minat terhadap profesi wirausaha (entrepreneur) pada masyarakat Indonesia masih sangat kurang. Kurangnya profesi wirausaha pada masyarakat Indonesia ini dapat
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Wirausaha dan kewirausahaan Istilah wirausaha berasal dari kata wira artinya utama, gagah, luhur, berani, teladan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini pengangguran menjadi permasalahan di suatu negara khususnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat sekarang ini pengangguran menjadi permasalahan di suatu negara khususnya Indonesia. Penyebabnya tidak lain adalah kurang tersedianya lapangan pekerjaan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Suryana (2008:2), mendefinisikan bahwa kewirausahaan adalah
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Niat Berwirausaha Suryana (2008:2), mendefinisikan bahwa kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. kebutuhan, yaitu salah satunya need for achievement (kebutuhan berprestasi). Mc
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 1.1 Landasan Teori 2.1.1. Need for achievement (kebutuhan berprestasi) David McCelland telah memberikan pemahaman motivasi dengan tiga macam kebutuhan, yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Sumber daya manusia merupakan tolok ukur suatu bangsa, maksudnya adalah bahwa suatu bangsa dapat dikatakan baik apabila memiliki sumber daya manusia
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teory Planned Behavior (TPB) merupakan teori perluasan teori sebab
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teory Planned Behavior (TPB) Teory Planned Behavior (TPB) merupakan teori perluasan teori sebab akibat (TRA) (Ajzen &Fishbein,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Keterbatasan lapangan kerja pada saat ini telah yang di akibatkan oleh
BAB 1 PENDAHULUAN Keterbatasan lapangan kerja pada saat ini telah yang di akibatkan oleh tingginya persaingan diantara para pencari kerja, terutama persaingan pada lulusan universitas. Data Biro Pusat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan manusia yang berjiwa kreatif, inovatif, sportif, dan wirausaha.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan kewirausahaan merupakan salah satu program pemerintah khususnya Kementerian Pendidikan Nasional yang bertujuan untuk membangun dan mengembangkan manusia
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. faktor demografi (Ahmad et al 2013). Risiko berperan penting dalam pengambilan
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Wirausahawan adalah hasil dari sifat asli manusia itu sendiri serta beberapa faktor demografi (Ahmad et al 2013). Risiko berperan penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara-negara berkembang termasuk di Indonesia (Caecilia, 2012). Tingginya angka
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengangguran dan kemiskinan merupakan masalah klasik yang dihadapi negara-negara berkembang termasuk di Indonesia (Caecilia, 2012). Tingginya angka pengangguran
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam penelitian ini.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menjelaskan mengenai berbagai teori yang terkait dengan sikap kewirausahaan terhadap niat kewirausahaan mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta yang menjadi dasar dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kemajuan suatu bangsa terletak pada generasi mudanya yang akan meneruskan estafet kepemerintahan Indonesia, salah satu pilar pentingnya adalah mahasiswa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai SMA saja, tetapi banyak juga sarjana. Perusahaan semakin selektif menerima
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) menjadi solusi yang dilematis namun terus saja terjadi setiap tahun. Saat ini pengangguran tak hanya berstatus lulusan SD sampai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Intensi Berwirausaha. tindakan dan merupakan unsur yang penting dalam sejumlah tindakan, yang
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Intensi Berwirausaha 1. Definisi Intensi Menurut Ancok (1992 ), intensi merupakan niat seseorang untuk melakukan suatu perilaku. Intensi merupakan sebuah istilah yang terkait
Lebih terperinciNURUL ILMI FAJRIN_ Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG NURUL ILMI FAJRIN_11410126 Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menentukan kelangsungan hidup dan perkembangan suatu bangsa. Kemajuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengembangan sumber daya manusia dewasa ini telah menjadi hal yang semakin penting dalam pembangunan nasional. Sumber daya manusia berkualitas tinggi merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Taufik Pardita, 2013
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini isu mengenai pengembangan kewirausahaan menjadi kajian yang hangat karena kewirausahaan perannya sangat penting dalam pembangunan suatu negara. Keinginan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. memperkirakan perilaku dari pengukuran sikap. Teori ini dinamakan reason action karena
BAB II LANDASAN TEORI A. Intensi Berwirausaha 1. Pengertian Intensi Berwirausaha Fishbein dan Ajzein (Sarwono, 2002) mengembangkan suatu teori dan metode untuk memperkirakan perilaku dari pengukuran sikap.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. untuk meningkatkan niat berwirausaha mahasiswa. Niat berwirausaha menjembatani
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Niat Berwirausaha Niat berwirausaha diartikan sebagai kebulatan tekad seseorang untuk memulai sebuah usaha. Niat berwirausaha
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Intensi Berwirausaha
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Intensi Berwirausaha 1. Pengertian Intensi Berwirausaha 1.1. Pengertian Intensi Berdasarkan teori planned behavior milik Ajzen (2005), intensi memiliki tiga faktor penentu dasar
Lebih terperinciINTENSI BERWIRAUSAHA DI KALANGAN MAHASISWA (STUDI KOMPARASI ANTAR JURUSAN DI FEB UNUD)
INTENSI BERWIRAUSAHA DI KALANGAN MAHASISWA (STUDI KOMPARASI ANTAR JURUSAN DI FEB UNUD) SKRIPSI Oleh: Oleh: GEDY PASCA MAHARDIKA NIM: 1106205038 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior)
1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior) Teori Perilaku Terencana atau TPB (Theory of Planned Behavior) merupakan pengembangan lebih lanjut dari Teori Perilaku
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah pengangguran merupakan salah satu masalah penting di suatu negara, termasuk di Indonesia. Masalah pengangguran ini terjadi karena peningkatan jumlah penduduk yang diiringi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi suatu negara (Rasli et al., 2013). Oleh karena itu, dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aktivitas kewirausahaan dapat dijadikan sebagai mesin pendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara (Rasli et al., 2013). Oleh karena itu, dalam beberapa dekade
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencapai 13,86% pada Agustus 2010, yang juga meningkat dua kali lipat dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tantangan dalam pembangunan suatu negara adalah menangani masalah pengangguran. Badan Perencanaan Nasional (Bappenas) menunjukkan bahwa angka pengangguran di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan berkelanjutan suatu bangsa terletak pada generasi mudanya. Generasi muda sebagai garda depan pembangunan dimasa depan dan estafet kepemimpinan akan berada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku merokok merupakan salah satu penyebab yang menimbulkan munculnya berbagai penyakit dan besarnya angka kematian. Hal ini wajar, mengingat setiap tahunnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berdampak keras terhadap perekonomian Indonesia. 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah pengangguran dan kemiskinan masih merupakan masalah besar yang dihadapi bangsa Indonesia sekarang ini, dan beberapa tahun kedepan. Selain itu krisis moneter
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. khususnya adalah bisnis baru yang mendatangkan keuntungan (Uddin & Bose,
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Pengertian Kewirausahaan Kewirausahaan adalah praktek dalam memulai suatu organisasi, lebih khususnya adalah bisnis baru
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior) Teori Perilaku Terencana atau Theory of Planned Behavior (selanjutnya disingkat TPB, dikemukakan olehajzen (1991). Teori
Lebih terperinciThe Psychology of Entrepreneurship
The Psychology of Entrepreneurship Bagaimana individu memutuskan menjadi seorang entrepreneur dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi? Dua faktor yang mempengaruhi berwirausaha (Suryana, 2001): Internal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara-negara miskin dan negara baru berkembang, Indonesia sebagai negara
i BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan dan pengangguran merupakan masalah yang sering dijumpai di negara-negara miskin dan negara baru berkembang, Indonesia sebagai negara berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak sebanding dengan lapangan pekerjaan yang tersedia, sehingga membuat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengangguran dan kemiskinan masih merupakan masalah besar yang dihadapi oleh bangsa Indonesia sekarang ini dan beberapa tahun kedepan. Tingginya angka pengangguran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pekerjaan. Pengangguran di Indonesia sekarang ini terus bertambah,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia saat ini memiliki jumlah penduduk mencapai 253,60 juta jiwa. Persaingan dunia tenaga kerja yang semakin pesat, berbanding terbalik dengan ketersediaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan banyaknya lapangan pekerjaan yang mengakibatkan banyak orang tidak mendapatkan kesempatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap tahun jumlah penduduk di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Ini dikarenakan angka kelahiran lebih besar daripada angka kematian. Berdasarkan
Lebih terperinciPENGARUH SIKAP, NORMA SUBYEKTIF DAN KONTROL KEPERILAKUAN TERHADAP NIAT BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA DI YOGYAKARTA
PENGARUH SIKAP, NORMA SUBYEKTIF DAN KONTROL KEPERILAKUAN TERHADAP NIAT BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA DI YOGYAKARTA Indri Hastuti Listyawati Akademi Manajemen Administrasi YPK Yogyakarta email : myindri.listyawati@gmail.com
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Semakin banyaknya angka pengangguran jaman sekarang, memaksa
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Pengertian Kewirausahaan Semakin banyaknya angka pengangguran jaman sekarang, memaksa seseorang untuk bisa lebih kreatif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. niat berwirausaha.begitupun metodologi yang digunakan agar dapat mempelajari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara berubah, tentunya kehidupan masyarakat juga akan berubah sesuai dengan pemenuhan kebutuhan rumah tangga dalam bangsa dan Negara tersebut.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mahasiswa menjadi bibit wirausaha (Indra 2010). Pengembangan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Jumlah penduduk di Indonesia setiap harinya semakin bertambah. Pertambahan penduduk tersebut menyebabkan Indonesia mengalami beberapa masalah, salah satunya
Lebih terperinci(Studi Pada Mahasiswa Fakutas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta) Oleh : BENTAR SORAYA B FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
ANALISIS PENGARUH SIKAP, NORMA SUBYEKTIF, DAN EFIKASI DIRI TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA (Studi Pada Mahasiswa Fakutas Ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak masyarakat yang kesulitan dalam mendapatkan penghasilan untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia telah menyentuh semua sisi kehidupan masyarakat dari lapisan atas hingga ke lapisan bawah. Banyak masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Oleh karena itu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia kini dihadapkan pada masalah peningkatan pertumbuhan ekonomi untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. Oleh karena itu pemerintah mulai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan tingginya angka pengangguran di negara Indonesia adalah. pertumbuhan ekonomi di Indonesia (Andika, 2012).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengangguran dan kemiskinan merupakan masalah klasik yang dihadapi negara-negara berkembang termasuk di Indonesia. Tingginya angka pengangguran merupakan fenomena
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Self Efficacy Konsep mengenai self efficacy ini pada dasarnya melibatkan banyak kemampuan yang terdiri dari aspek kegiatan sosial dan kemampuan untuk bertingkah laku.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan permasalahan dalam penelitian Teori Perilaku Terencana (Theory Of Planned Behaviour)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Teori adalah seperangkat konsep, definisi, dan proporsi yang terkait secara sistematis untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena (fakta) (Cooper dan Schindler,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dunia kerja semakin menuntut manusia untuk lebih mampu bersaing dari kompetitornya, sehingga tidak mudah untuk memperoleh pekerjaan yang layak sesuai yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Penelitian Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai dengan saat ini jumlah angkatan kerja berbanding terbalik dengan kesempatan kerja yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia pada dasarnya dilahirkan dalam keadaan lemah dan tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya dilahirkan dalam keadaan lemah dan tidak berdaya, ia membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Pada masa bayi ketika
Lebih terperincisampel yang digunakan sebanyak 180 responden, dengan menggunakan teknik
Judul : Keberanian mengambil risiko memediasi pengaruh efikasi diri dan kebutuhan akan prestasi terhadap niat berwirausaha Nama : Anggra Lutfi Aprilian Mustofa NIM : 11152521035 ABSTRAK Masalah seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang dan masih mempunyai banyak masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang dan masih mempunyai banyak masalah pengangguran. Berdasarkan situs media elektronik, masalah pengangguran dan tenaga kerja
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PERCAYA DIRI DENGAN INTENSI MENYONTEK
HUBUNGAN ANTARA PERCAYA DIRI DENGAN INTENSI MENYONTEK Naskah Publikasi Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh: PANGESTU PINARINGAN PUTRI F100
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (PTP) di Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang terus melanda Indonesia sampai saat ini memberikan dampak yang besar terhadap perkembangan ekonomi serta keadaan hidup masyarakat Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sudah beberapa kali mengalami perubahan. Pada tanggal 1 Maret 2005, BBM jenis Premium dan Solar kembali dinaikkan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selama satu dekade terakhir, kebijakan harga BBM jenis Premium sudah beberapa kali mengalami perubahan. Pada tanggal 1 Maret 2005, pemerintah menaikkan BBM
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya teknologi informasi yang semakin pesat ini, menimbulkan pemikiran baru bagi pelaku bisnis untuk menjalankan bisnisnya agar dapat bersaing dengan pelaku
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2 Model Theory of Reason Action (TRA) (Sumber : Fishbein dan Ajzen 1975)
9 TINJAUAN PUSTAKA Teori Perilaku yang telah Direncanakan (Theory of Planned Behavior) Para teoritikus sikap memiliki pandangan bahwa sikap seseorang terhadap suatu objek sudah dapat dijadikan prediktor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara lain (www.smecda.com). Berdasarkan data General Enterpreuner
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan wirausaha di Indonesia sangat lambat dibandingkan dengan negara lain (www.smecda.com). Berdasarkan data General Enterpreuner Monitorong (GEM) 2009, jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia hingga beberapa waktu mendatang. Data statistik pada Februari 2012 yaitu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu persoalan nasional yang sampai saat ini belum terpecahkan adalah masalah pengangguran yang diperkirakan akan tetap mewarnai ketenagakerjaan Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah pengangguran merupakan salah satu masalah penting di suatu negara, demikian halnya di Indonesia. Pengangguran di Indonesia hampir separuhnya disumbangkan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah kurangnya lapangan pekerjaan yang tersedia,
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Jumlah penduduk di Indonesia setiap harinya semakin bertambah. Pertambahan penduduk tersebut menyebabkan Indonesia mengalami beberapa masalah, salah satunya
Lebih terperinciPENGARUH EFIKASI DIRI DAN KEBUTUHAN AKAN PRESTASI TERHADAP NIAT BERWIRAUSAHA DENGAN KEBERANIAN MENGAMBIL RISIKO SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
PENGARUH EFIKASI DIRI DAN KEBUTUHAN AKAN PRESTASI TERHADAP NIAT BERWIRAUSAHA DENGAN KEBERANIAN MENGAMBIL RISIKO SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi: Mahasiswa FEB Unud yang belum menempuh matakuliah kewirausahaan)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rahasia lagi bahwa tanpa krisis keuangan global (global financial crisis), global (Sumber : Kompas, Kamis, 11 Desember 2008).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tantangan dalam pembangunan suatu negara adalah menangani masalah pengangguran. Pengangguran merupakan salah satu masalah sosial yang dihadapi suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat dibandingkan dengan waktu waktu sebelumnya, misalnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang terjadi sekarang ini sudah sangat berkembang pesat dibandingkan dengan waktu waktu sebelumnya, misalnya yang terdapat pada bidang
Lebih terperinciSTUDI ANTESEDEN INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA. Woro Endah Sulistyaningrum Universitas Gadjah Mada
STUDI ANTESEDEN INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA Woro Endah Sulistyaningrum Universitas Gadjah Mada Majang Palupi Universitas Islam Indonesia majang_palupi@uii.ac.id ABSTRACT In this research, theory of
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mengkombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitan Kewirausahaan tidak harus selalu dikaitkan dengan perilaku dan watak pengusaha, karena sifat ini juga dimiliki oleh mereka yang bukan pengusaha. Kewirausahaan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kewirausahaan berasal dari kata dasar wirausaha diberi awalan ke dan akhiran an
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Pengertian Kewirausahawan Kewirausahaan berasal dari kata dasar wirausaha diberi awalan ke dan akhiran an yang bersifat
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. orang lain, lingkungan dan masyarakat, berwirausaha akan memberikan peluang
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Wirausahawan muda memiliki pengaruh besar pada pertumbuhan ekonomi suatu negara (Fadeyi dkk, 2015). Disamping memberikan peluang kerja bagi orang lain, lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masalah-masalah ekonomi yang di alami Indonesia kian memprihatinkan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah Masalah-masalah ekonomi yang di alami Indonesia kian memprihatinkan. Apalagi dengan tingginya inflasi di Indonesia dari tahun ke tahun sehingga terjadi pelemahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menimbulkan banyak sekali pengangguran khususnya di Kota Denpasar. Jumlah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Banyaknya masyarakat yang sulit menemukan lapangan pekerjaan menimbulkan banyak sekali pengangguran khususnya di Kota Denpasar. Jumlah pencari kerja yang lebih
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. mendapatkan pekerjaan, sehingga hal tersebut memberi kesempatan mereka yang tidak
BAB I Pendahuluan Latar Belakang Masalah Rendahnya tingkat pendidikan seringkali dikatakan mempersempit akses untuk mendapatkan pekerjaan, sehingga hal tersebut memberi kesempatan mereka yang tidak memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Merokok dapat mengganggu kesehatan bagi tubuh, karena banyak. sudah tercantum dalam bungkus rokok. Merokok juga yang menyebabkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Merokok dapat mengganggu kesehatan bagi tubuh, karena banyak kandungan zat berbahaya di dalam rokok. Bahaya penyakit akibat rokok juga sudah tercantum dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, yang saat ini sudah mencapai lebih 200 juta jiwa, bertambah pula kebutuhan pangan, papan, lapangan kerja,
Lebih terperinciEFIKASI DIRI MAHASISWA YANG BEKERJA PADA SAAT PENYUSUNAN SKRIPSI SKRIPSI
EFIKASI DIRI MAHASISWA YANG BEKERJA PADA SAAT PENYUSUNAN SKRIPSI SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana
Lebih terperinciDAFTAR ISI Halaman Error! Bookmark not defined. Error! Bookmark not defined. Error! Bookmark not defined. Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI Halaman JUDUL... Error! Bookmark not defined. LEMBAR PENGESAHAN... Error! Bookmark not defined. PERNYATAAN ORISINALITAS... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR... Error! Bookmark not
Lebih terperinciBab 2. Landasan Teori
Bab 2 Landasan Teori 2.1. Teori Perilaku Rencanaan (Theory Of Planned Behavior) Melanjutkan sekolah dan menyelesaikan pendidikan merupakan sebuah tujuan yang semestinya dicapai oleh setiap siswa. Untuk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Intensi 2.1.1 Definisi Intensi Intensi didefinisikan sebagai dimensi probabilitas subjek individu dalam kaitan antara diri dan perilaku. Intensi merupakan perkiraan seseorang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Theory of Planned Behavior Fishbein dan Ajzen
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Theory of Planned Behavior Fishbein dan Ajzen Theory of planned behaviour merupakan pengembangan lebih lanjut dari Theory of Reasoned Action (Fishbein dan Ajzen, 1980; Fishbein
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berwirausaha (David McCland, 1971 dalam Wijaya, 2008), di Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah negara di katakan berkembang setidaknya 2% penduduknya berwirausaha (David McCland, 1971 dalam Wijaya, 2008), di Indonesia menurut Tety Ariati Pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tahun Tertinggi yang Ditamatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 2015 Indonesia harus menghadapi persaingan global yang semakin terbuka, kerjasama Indonesia dengan negara-negara Association South Each Asia Nation (ASEAN)
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Motivasi Berwirausaha Motivasi merupakan proses psikologis yang mendasar, dan merupakan salah satu unsur yang dapat menjelaskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Era pasar bebas berdampak pada adanya persaingan yang sangat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Era pasar bebas berdampak pada adanya persaingan yang sangat ketat bagi para pelaku bisnis, sehingga berdampak pada adanya tuntutan bagi setiap manajemen perusahaan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Efikasi Diri (Self-Efficacy) Menurut Bandura (1997), dari semua pemikiran yang mempengaruhi
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Efikasi Diri (Self-Efficacy) Menurut Bandura (1997), dari semua pemikiran yang mempengaruhi fungsi manusia, dan merupakan bagian penting dari teori kognitif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Tingkat pengangguran terbuka penduduk usia 15 tahun ke atas menurut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia menghadapi masalah keterbatasan kesempatan kerja bagi para lulusan perguruan tinggi dengan semakin meningkatnya pengangguran intelektual beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk yang paling sempurna baik secara jasmani maupun rohani. Kesempurnaan inilah yang dapat digunakan oleh
Lebih terperinciKesimpulannya, intensi seseorang terhadap perilaku tertentu dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku (Ajzen
55 PEMBAHASAN Berdasarkan karakteristik contoh dan karakteristik keluarga contoh, hasil penelitian menunjukkan bahwa profil contoh mempunyai karakteristik sebagai berikut: (1) pada contoh yang hanya mengikuti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jumlah pengangguran di kalangan masyarakat. Pengangguran di Indonesia terjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia menyebabkan meningkatnya jumlah pengangguran di kalangan masyarakat. Pengangguran di Indonesia terjadi karena banyaknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini, internet menjadi salah satu alat komunikasi yang utama dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini, internet menjadi salah satu alat komunikasi yang utama dan merupakan sarana elektronik yang dapat digunakan untuk berbagai aktivitas seperti komunikasi, pencarian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jika disebut bahasa pengambil keputusan (Jusup, 2009:4). Hal ini dikarenakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akuntansi sering disebut sebagai bahasa bisnis, atau akan lebih tepat jika disebut bahasa pengambil keputusan (Jusup, 2009:4). Hal ini dikarenakan dengan informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dampak melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar akhir-akhir ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dampak melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar akhir-akhir ini memiliki dampak yang beragam di masyarakat. Walaupun terdapat sejumlah keuntungan dari melemahnya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut hasil survei National Retail Security (2003), didapatkan informasi bahwa penyusutan persediaan toko selalu menjadi tantangan untuk peritel di Amerika Serikat.
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA ANGGOTA LANUD ADI SOEMARMO YANG MENJELANG PENSIUN.
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA ANGGOTA LANUD ADI SOEMARMO YANG MENJELANG PENSIUN Naskah Publikasi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat sarjana S-1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian. Objek dalam penelitian ini merupakan entrepreneur di Bandung yang sudah menjalani usahanya selama lebih dari tiga setengah tahun. Wirausaha memiliki
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Tindakan Beralasan Teori tindakan beralasan yang dikemukakan oleh Fishbein dan Ajzen (1975) menyatakan bahwa perilaku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam bidang perekonomian, perindustrian, dan pendidikan. yang diambil seseorang sangat erat kaitannya dengan pekerjaan nantinya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, pertumbuhan penduduk di Indonesia semakin bertambah, teknologi semakin canggih, serta ilmu pengetahuan semakin berkembang. Seiring dengan perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Permasalahan tenaga kerja di Indonesia akhir-akhir ini semakin kompleks.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan tenaga kerja di Indonesia akhir-akhir ini semakin kompleks. Hal ini dapat diamati dari jumlah pengangguran yang terus meningkat dan terbatasnya
Lebih terperinci